Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132416 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aldo Owen Senlia
"

Latar belakang: Diabetes merupakan salah satu masalah yang semakin banyak di dunia modern. Pencegahan dan pengobatan diabetes beragam mulai dari cara modern dan juga tradisional. Pengobatan herbal merupakan salah satu metode untuk menangani diabetes. Salah satu tanaman herbal yang digunakan adalah jati cina atau Senna alexandrina. Manfaat dari pengobatan herbal diperngaruhi oleh pelarut yang digunakan. Pada proses pembuatan minuman baik pada skala industri atau rumahan, pelarut yang digunakan adalah pelarut etanol dan pelarut air.

Tujuan: Menentukan pelarut terbaik untuk memberikan efek antidiabetes dan antioksidan

Metode: Penelitian dilakukan secara in vitro menggunakan enzim α-glukosidase dan DPPH. Sampel daun jati cina dimaserasi dan direndam menggunakan pelarut etanol, campuran etanol : air (1:1), dan air. Ekstrak lalu diskrining untuk kandungan fitokimianya dan diprediksi kandungan senyawanya menggunakan LC-MS/MS. Jumlah kandungan fenolik dan flavonoid dihitung dengan membandingkan menggunakan asam galat dan quercetin. Ekstrak dengan kemampuan antioksidan dan antidiabetes terbaik lalu diuji untuk menghitung nilai IC50.

Hasil: Tanaman jati cina menunjukkan kemampuan sebagai antioksidan dan antidiabetes. Pelarut campuran etanol-air menunjukkan kemampuan terbaik sebagai antioksidan dan antidiabetes. Ekstrak etanol murni memiliki kemampuan antioksidan kedua terbaik namun memiliki kemampuan antidiabetes terburuk dan ekstrak air memiliki kemampuan antioksidan terburuk namun memiliki kemampuan antidiabetes kedua terbaik. Nilai IC50 ekstrak etanol-air sebagai antidiabetes terhadap enzim α-glukosidase adalah 33,151 µg/ml dan sebagai antioksidan terhadap radikal bebas DPPH adalah 160,502 µg/ml. Prediksi kandungan senyawa dari ekstrak etanol-air daun jati cina menggunakan LC-MS/MS adalah torachrysone-8-O-β-D-glucopyranoside, Oroxin B, 3-O-[β-D-Glucopyranosyl-(12)]-β-D-glucopyranosyl-kaempferol, 7-Hydroxy-1-methoxy-2-methoxyxanthone, rhamnetin dan rubilakton.

Simpulan: Ekstrak etanol-air (1:1) daun jati cina menunjukkan kemampuan  aktivitas antioksidan dan aktivitas antioksidan dan antidiabetes terbaik.


Background: Diabetes is a growing problem in this modern time. Preventing and treating diabetes can be done using various ways from traditional to modern methods. Herbal medicine is one of the traditional forms of medication. One of the herbs used to treat diabetes is Senna Alexandrina or Jati Cina. The effects of herbal medicine is linked with the solvent used. In the process of making a herbal drink in industrial and private scale, the solvent used is ethanol and water.

Objective: Determining the best solvent to produce antioxidant and antidiabetic effect.

Methods:.This study was conducted in vitro using I±-glucosidase enzyme and DPPH. Senna Alexandrina leaves was maserated and soaked using ethanol, water, and ethanol-water mix (1:1). Extract was then screened for phytochemical contents and had its compounds predicted using LC-MS/MS. Total phenolic and flavonoid count were measured using gallic acid and quercetin. Extract with the best antioxidant and antidiabetic properties was further tested to measured its IC50.

Results: Senna Alexandrina leaves showed antioxidant and antidiabetic properties. Ethanol-water mixed solvent produced the best antioxidant and antidiabetic properties. Ethanol extract had the second best antioxidant properties but had the worst antidiabetic properties and water extract produced the worst extract with antioxidant properties but had the second best antidiabetic properties. The antidiabetic IC50 value of ethanol-water mix extract  by I±-glucosidase testing was 33,151 ug/ml and the IC50 value as antioxidant by DPPH testing was 160,502 ug/ml. The compounds predicted in ethanol-water extract using LC-MS/MS method was torachrysone-8-O-I²-D-glucopyranoside, Oroxin B, 3-O-[I²-D-Glucopyranosyl-(12)]-I²-D-glucopyranosyl-kaempferol, 7-Hydroxy-1-methoxy-2-methoxyxanthone, rhamnetin dan rubilactone.

Conclusion: Ethanol-water mix (1:1) extract showed the best antioxidant and antidiabetic properties. 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Amanda Putri
"Radikal bebas adalah salah satu masalah penting yang dihadapi oleh dunia kesehatan dalam beberapa dekade terakhir ini. Jati cina (Senna alexandrina) merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis yang banyak dijumpai di Indonesia dan dapat dikembangkan sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi fitokimia, dan aktivitas antioksidan daun jati cina yang dinyatakan dengan nilai IC50 melalui metode DPPH..
Pada penelitian ini, daun jati cina diesktraksi menggunakan pelarut etanol, etil asetat, dan n-heksana. Ekstrak etanol, etilasetat dan n-heksana yang diperoleh kemudian diujikan kandungan fitokimianya, dan menunjukan hasil positif mengandung flavonoid dan tanin.
Analisis kromatografi lapis tipis menunjukan bahwa ketiga ekstrak jati cina mengandung satu hingga lima komponen senyawa kimia. Selanjutnya, ekstrak etanol dan etil asetat diujikan aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH menggunakan lima variasi konsentrasi, yaitu 3,125 µg/mL; 6,25 µg/m; 12,5 µg/mL; 25 µg/mL; 50 µg/mL. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan sebanyak dua kali pengulangan (duplo) dengan menggunakan asam askorbat sebagai kontrol positif. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan nilai IC50.
Hasil menunjukan bahwa kedua ekstrak jati cina merupakan antioksidan kuat dengan nilai IC50 < 100 ppm. Diantara kedua ekstrak daun jati cina yang diujikan, ekstrak etanol memiliki nilai IC50 yang lebih rendah dibandingkan ekstrak etil asetat. Hal ini menunjukan bahwa ektrak etanol jati cina memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan ekstrak etil asetat.

Free radicals are one of the important problems faced by the world of health in the recent decades. Alexandrian senna (Senna alexandrina) is a plant originating from the tropics that is often found in Indonesia and can be developed as an antioxidant. This research aims to determine the phytochemical composition and antioxidant activity expressed by IC50 values through the DPPH method.
In this research, Senna alexandrian leaves extracted using ethanol, ethyl acetate and n-hexane solvents. The ethanol, ethylacetate and n-hexane extracts obtained were then tested for phytochemical content, and showed positive results for flavonoids and tannins.
Thin layer chromatography analysis shows that all three alexandrian senna extracts contains one to five components of chemical compounds. Then, the ethanol and ethyl acetate extracts were tested for antioxidant activity using the DPPH method using five variations of the concentration of 3,125 µg/mL; 6,25 µg/m:; 12,5 µg/mL; 25 µg/mL; 50 µg/mL. Testing of antioxidant activity was carried out twice (duplo) by usingascorbic acid as positive control. Data obtained were then analyzed to obtain IC50 values.
The results showed that Senna alexandrian extracts were powerful antioxidants with IC50 values <100 ppm. Among two Senna alexandrian extracts, ethanol extract had lower IC50 value. This shows that the ethanol extract of Senna alexandrian has stronger antioxidant activity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Dea Firdaus
"

Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang prevalensinya cukup tinggi. Untuk mengobatinya, tanaman herbal seringkali digunakan, salah satunya tanaman kenikir (Cosmos caudatus) yang diketahui memiliki aktivitas antidiabetes dan antioksidan yang tinggi. Namun, perbandingan jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi daun tanaman ini belum dipelajari secara utuh. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap aktivitas antidiabetes dan antioksidan ekstrak daun kenikir. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi dengan 3 pelarut yang berbeda, yaitu air, etanol 50%, dan etanol teknis selama 3 malam, kemudian dilakukan beberapa pengujian kuantitatif: perhitungan total fenolik dan flavonoid; aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH; dan aktivitas antidiabetes dengan metode inhibisi enzim α-glukosidase. Selanjutnya dilakukan pengujian LCMS/MS untuk memprediksi senyawa spesifik yang terkandung dalam ekstrak. Hasil pengujian menunjukkan kadar total fenolik dan flavonoid serta aktivitas antioksidan dan antidiabetes paling tinggi dimiliki oleh ekstrak etanol 50%. Analisis LCMS/MS menunjukkan prediksi senyawa fitokimia yang terkandung dalam masing-masing ekstrak dengan kuersetin adalah senyawa yang paling dominan yang terdeteksi pada ekstrak etanol 50%. Daun kenikir yang diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 50% memiliki banyak keunggulan berupa kandungan zat aktif yang lebih banyak, serta aktivitas antioksidan dan antidiabetes yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan ekstrak air dan etanol.


Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is one of the most common degenerative disorders. For therapeutic use, herbs are commonly used in Indonesia for T2DM treatment, one of them is (Cosmos caudatus) kenikir’s leaves. In previous studies, kenikir's leaves have high antidiabetic and antioxidant activity. However, a comparison of antidiabetic activity from many extracts of kenikir's leave is remain unclear. This study will compare the antidiabetic and antioxidant properties of various kenikir’s leave extract. Kenikir’s leaves are extracted by maceration methods for three days using three different solvents: boiling water, ethanol 50%, dan ethanol 100%. Then, phenolic and flavonoid content will be measured, as well as antioxidant properties by DPPH radical scavenging activity assay, and antidiabetic properties by α-glucosidase inhibition assay, also LCMS/MS will be used to predict the compound from each extract. The result shows that ethanol 50% extract has highest phenolic and flavonoid content than others. It also has significantly higher antioxidant (p<0.05) and antidiabetic (p<0.05) properties than others. Meanwhile, LCMS/MS result of ethanol 50% extract predicts 6 chemical component, which quercetin is the most dominant compound. Ethanol 50% extract of kenikir’s leaves is superior from other extracts on phenolic and flavonoid content, antioxidant properties, and antidiabetic properties.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafura Az-Zahra
"Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia dalam keadaan puasa atau setelah pemberian glukosa selama tes toleransi glukosa oral. Di dalam tubuh terdapat enzim dipeptidil peptidase-4 (DPP-4) menyebabkan degradasi Glucagon Like Peptide-1 (GLP-1) dan Glucose-dependent Insulinotropic Polypeptide (GIP) sehingga mengurangi bioavailabilitas dan efek inkretin. Penyakit DMT2 yang terjadi secara kronis dapat menyebabkan respon inlamasi hingga stres metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar IL-1β, IL-6, TNF-α, dan CRP. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengevaluasi aktivitas antidiabetes, anti-inflamasi, dan antioksidan in vitro senyawa 2-(Striril)-N-(2-siano) benzil-kuinazolinon dan lima analognya. Pengujian ini diukur menggunakan Glomax-Multi Detection System dan spektrofotometer UV-Vis. Pengujian ini dilakukan pada berbagai konsentrasi uji dan dihitung nilai IC50 dan atau persen/nilai aktivitasnya. Berdasarkan hasil uji, aktivitas antidiabetes in vitro menggunakan mekanisme penghambatan enzim DPP-4 memiliki IC50 dengan rentang (0,7545 – 28,4742 μM) dengan senyawa QBNS-OCH3 memberikan aktivitas penghambatan terbaik dengan IC50 (0,7545 μM), aktivitas anti-inflamasi in vitro menggunakan mekanisme denaturasi protein menunjukkan % inhibisi dengan rentang (-67,4364% – 39,1948%) dengan senyawa QBNS-CF3 memberikan % inhibisi terbaik (39,1948%), aktivitas antioksidan in vitro menggunakan mekanisme DPPH menunjukkan % inhibisi dengan rentang (4,4124% – 13,2371%) dengan senyawa QBNS-OH memberikan % inhibisi terbaik (13,2371%), aktivitas antioksidan in vitro menggunakan mekanisme FRAP menunjukkan nilai FeEAC dengan rentang (0,2845 – 0,4919) dengan senyawa QBNS-OH memberikan nilai FeEAC terbaik (0,4919). Berdasarkan hasil uji, senyawa uji memiliki aktivitas yang kurang baik sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai subtituen-substituen yang nemiliki aktivitas penghambatan antidiabetes, anti-inflamasi, dan antioksidan yang lebih poten.

Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disease characterized by hyperglycemia in the fasting state or after glucose administration during an oral glucose tolerance test. In the body, the enzyme dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) causes the degradation of Glucagon Like Peptide-1 (GLP-1) and Glucose-dependent Insulinotropic Polypeptide (GIP), thereby reducing bioavailability and incretin effects. T2DM chronic disease can cause an inflammatory response to metabolic stress, characterized by increased levels of IL-1β, IL-6, TNF-α, and CRP. This study evaluated the in vitro antidiabetic, anti-inflammatory and antioxidant activities of 2-(Striril)-N-(2-cyano) benzyl-quinazolinone and its five analogues. This test was measured using the Glomax-Multi Detection System and a spectrophotometer UV-Vis. This test is carried out at various test concentrations, and the IC50 value and or percent/activity value is calculated. Based on the test results, in vitro antidiabetic activity using the DPP-4 enzyme inhibition mechanism had IC50 in the range (0,7545 – 28,4742 μM), with the QBNS-H compound giving the best inhibitory activity with IC50 (0,7545 μM), In vitro anti-inflammation activity using a protein denaturation mechanism showed a wide range of % inhibition (-67,4364% – 39,1948%) with the QBNS-CF3 compound giving the best % inhibition (39,1948%), in vitro antioxidant activity using the DPPH mechanism showed a wide range of % inhibition (4,4124% – 13,2371%) with QBNS-OH compound giving the best % inhibition (13,2371%), antioxidant activity in vitro using the FRAP mechanism showed FeEAC values in the range (0,2845 – 0,4919) with QBNS-OH compound giving the best FeEAC value (0,4919). Based on the test results, the tested compounds had poor activity, so further research is needed on substituents that have antidiabetic, anti-inflammatory, and antioxidant inhibitory activities that are more potent."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Putri Chairani
"Latar belakang: Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang ditandai dengan peningkatan gula darah. Salah satu mekanisme peningkatan gula darah didasari oleh adanya peningkatan aktivitas lipase, glukoneogenesis, dan akumulasi asam lemak bebas. Terapi farmakologi untuk menghambat lipase memiliki banyak efek samping dan akses fasilitas kesehatan terbatas untuk mendapatkan obat. Terapi pengobatan herbal seringkali menjadi terapi alternatif, salah satunya penggunaan okra atau Abelmoschus esculentus. Berdasarkan studi terdahulu, okra memiliki kandungan metabolik sekunder yang berperan dalam efek antidiabetik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan senyawa antioksidan dan aktivitas ekstrak buah okra dalam penghambatan enzim lipase.
Metode: Ekstrak Abelmoschus esculentus diuji kandungan antioksidannya menggunakan metode DPPH (2,2-Difenil-1-pikrihidrazil). Setelah itu, dilakukan uji aktivitas inhibisi lipase ekstrak Abelmoschus esculentus secara in vitro. Hasil Ekstrak etanol dan etil astetat Abelmoschus esculentus memiliki nilai IC50 aktivitas antioksidan 202,43 ppm dan 494,54 ppm secara berurutan. Ekstrak etanol, heksana, dan etil asetat memiliki potensi inhibisi enzim lipase dengan nilai IC50 56,08 ppm, 98,07 ppm, dan 84,68 ppm secara berurutan.
Kesimpulan: Abelmoschus esculentus memiliki kandungan antioksidan dengan potensi inhibisi enzim lipase yang masuk dalam kategori kuat.

Introduction: Diabetes mellitus is a chronic metabolic syndrome which characterized by an elevation of blood sugar. One of the mechanism that cause elevation of blood sugar based on increasing lipase activity, gluconeogenesis, and accumulation of free fatty acid. Lipase inhibitor therapy has many side effects and there are limited health facilities access on obtaning the therapy. Herbal medicine often becoming an alternatives, one of which is okra or Abelmoschus esculentus. Based on former studies, okra contain secondary metabolic that play a role in antidiabetic. This study is aimed to measure antioxidant activity and lipase inhibitory activity in okra's extracts.
Method: Antioxidant constituent in Abelmoschus esculentus extracts measured by DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) method. The extracts than tested for their in vitro inhibitory activity againts lipase enzyme as antidiabetic.
Result: The IC50 of antioxidant constituent in ethanol and ethyl acetate extracts of Abelmoschus esculentus were 202.43 ppm and 494.54 ppm respectively. Ethanol, hexane, and ethyl acetate extracts have a potention to inhibit lipase with IC50 56.08 ppm, 98.07 ppm, and 84.68 ppm respectively.
Conclusion: Abelmoschus esculentus containts antioxidants and have a potention to inhibit lipase which include in strong category.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafsa Hapsari
"Kanker serviks menduduki peringkat keempat penyebab kematian akibat kanker pada wanita. Insidensi, prevalensi, serta tingkat mortalitas akibat kanker serviks di Indonesia terus mengalami peningkatan. Modalitas terapi yang tersedia memiliki keterbatasan, sehingga perlu dikembangkan penelitian mengenai potensi bahan alam sebagai terapi alternatif, salah satunya daun kelor (Moringa oleifera). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi senyawa fitokimia, aktivitas antioksidan, serta aktivitas sitotoksik ekstrak daun Moringa oleifera tehadap sel kanker serviks HeLa. Ekstraksi daun kelor dilakukan dengan teknik maserasi sehingga didapatkan ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana. Analisis fitokimia dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Aktivitas antioksidan diukur menggunakan metode DPPH sedangkan aktivitas sitotoksiknya terhadap sel kanker serviks HeLa menggunakan metode MTT. Komponen senyawa fitokimia yang terkandung di dalam ekstrak daun Moringa oleifera mencakup alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin, triterpenoid, dan steroid. Ekstrak etanol mengandung total fenol tertinggi sedangkan kandungan total flavonoid tertinggi ditemukan pada ekstrak etil asetat. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun kelor bersifat aktif (IC50: 50,54 µg/ml), ekstrak etil asetat moderat (IC50: 206,71 µg/ml) sedangkan ekstrak n-heksana tidak memiliki aktivitas antioksidan (IC50: 5397,43 µg/ml). Ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana daun Moringa oleifera menunjukkan aktivitas sitotoksik moderat terhadap sel kanker serviks HeLa dengan nilai IC50 berturut-turut 53,17 µg/ml; 28,79 µg/ml; 48,65 µg/ml.

Cervical cancer is the fourth leading cause of cancer death in women. Incidence, prevalence, and mortality rates due to cervical cancer in Indonesia continue to increase. The current therapeutic choices have some limitations, thus it is necessary to explore the potential of natural materials as alternative treatment, one of which is Moringa oleifera leaf. This study aimed to determine the content of phytochemical compounds, antioxidant activity, and cytotoxic activity of Moringa oleifera leaf extract against HeLa cervical cancer cells. Maceration technique on Moringa leaves produced ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extracts. Phytochemical analysis was conducted qualitative and quantitatively. Antioxidant activity was measured using the DPPH method, while its cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells was determined using the MTT method. Moringa leaves extract contains alkaloids, flavonoids, glycosides, saponins, tannins, triterpenoids, and steroids. The ethanol extract has the highest total phenol content while the highest total flavonoid content is found in the ethyl acetate extract. The ethanol extract has active antioxidant activity (IC50: 50.54 µg/ml), the ethyl acetate extract has moderate activity (IC50: 206.71 µg/ml) while the n-hexane extract shows no antioxidant activity (IC50: 5397.43 µg/ml). Ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extracts of Moringa oleifera leaves shows cytotoxic activity against HeLa cells with moderate intensity with IC50 values as follows, 53.17 µg/ml; 28.79 µg/ml; 48.65 µg/ml, respectively."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Regina Natalia Saraswati
"ABSTRACT
Dalam perkembangan penelitian, diketahui enzim SIRT-1 berperan penting dalam metabolisme gula darah dalam tubuh manusia dan dapat dijadikan target terapi untuk T2DM. Antidiabetes diyakini merupakan aktivator dari enzim tersebut. Dengan diaktifkannya SIRT-1 pada daerah aktivator, SIRT-1 dapat menurunkan resistensi insulin dan kadar gula darah. Namun belum pernah dilakukan penelitian efek antidiabetes terhadap daerah katalitik SIRT-1. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas dari senyawa antidiabetes golongan sulfonilurea, meglitinid, biguanid, thiazolidindion, dan alfa-glukosidase inhibitor terhadap enzim SIRT-1 kode PDB: 4I5I secara in silicodan in vitro. Penelitian secara in silicodilakukan menggunakan AutoDock, dan dilanjutkan secara in vitromenggunakan alat Glomax Discover, kit SIRT-GloTMAssay and Screening System, dan sampel senyawa antidiabetes metformin dan gliklazid. Hasil penambatan pada senyawa antidiabetes terhadap daerah katalitik enzim SIRT-1 memberikan energi ikatan yang baik; glimepiride dengan hasil tertinggi yaitu -9,05 kkal/mol dan acarbose sebesar -2,01 kkal/mol. Hasil pengujian secara in vitro menunjukkan bahwa senyawa antidiabetes memiliki potensi aktivator dengan intensitas luminesens yang tinggi. Pada data di menit ke-30 dan ke-45, metformin memberikan EC50 sebesar 11,59 mM dan 25 mM; gliclazide, di sisi lain, memberikan EC50 yang lebih baik sebesar 6,609 mM dan 0,1008 mM. Data penelitian menunjukkan bahwa senyawa antidiabetes memiliki ikatan yang baik pada daerah katalitik, namun memiliki mekanisme yang lebih kuat sebagai aktivator enzim SIRT-1 terutama gliclazide.

ABSTRACT
Researches throughout the years found that SIRT 1, a metabolism regulating enzyme, played a role in glucose metabolism and can be used as a targeted therapy for T2DM. Antidiabetic drugs are believed to be the activator of this enzyme. Activation of SIRT 1 can lower blood glucose and also improve insulin resistance. But research on the effect of antidiabetic drugs on the catalytic domain of SIRT 1 has never been done. This study aims to observe the activity of sulfonylurea, meglitinid, biguanid, thiazolidindion, and alpha glucosidase inhibitor antidiabetic drug classes against the SIRT 1 enzyme PDB code 4I5I through in silicoand in vitro. In silicostudy was conducted using AutoDock, and confirmed through in vitrousing Glomax Discover tool, SIRT GloTMAssay and Screening System kit, and metformin and gliclazide as samples of antidiabetic drugs.The result shows that the antidiabetic drugs has good binding energy towards the catalytic domain glimepiride has the smallest binding energy that is 9.05 kkal mol and acarbose with the biggest binding energy that is 2.01 kkal mol. In vitroresults show that the antidiabetic drugs have the activator potency with high luminescence intensity. Data shown in minute 30 and 45, the EC50 of metformin are 11.59 mM and 25mM gliclazide, on the other hand, has better EC50 which are 6.609 mM and 0.1008 mM. This results show that antidiabetic drugs have a promising binding energy in the catalytic domain, but have stronger mechanism as an activator towards SIRT 1 especially gliclazide."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Nur Diratama
"Ekstrak daun jati cina Cassia angustifolia sebagai inhibitor ramah lingkungan pada Baja API 5L di lingkungan HCl diinvestigasi. Pengujian yang dilakukan adalah polarisasi dan kehilangan berat. Senyawa yang terkandung pada ekstrak adalah senyawa flavonoid, xanthone, dan anthraquinone. Senyawa tersebut diinvestigasi melalui pengujian FTIR. Variabel pengujian merupakan konsentrasi inhibitor, meliputi 10 ml, 20 ml, 30 ml, 40 ml, dan 50 ml. Kemampuan inhibitor untuk menginhibisi optimum pada konsentrasi 40 ml. Ekstrak daun jati cina berperan sebagai inhibitor campuran dengan dominan katodik. Mekanisme adsorpsi pada ekstrak daun jati cina merupakan mekanisme adsorpsi isotherm Langmuir dengan tipe adsorpsi physisorption.

Cassia angustifolia leaves extract as green inhibitor for API 5L steel pipe in HCl environment was investigated. This study was experimented by using different types of test, such as polarization and weight loss. The compound in cassia angustifolia are flavonoid, xanthone, and anthraquinone. These compound was investigated by using FTIR. This experiment was investigated with different number of concentrations as its variables, which are 10 ml, 20 ml, 30 ml, 40 ml, and 50 ml inhibitor extracts. The optimum capability of the inhibitor to inhibit the steel surface was in 40 ml concentrations. Cassia angustifolia leaves extract is found to be a mixed type inhibitor with predominant cathodic effectiveness. The adsorption mechanism of cassia angustifolia leaves extract was Langmuir with physisorption as the types of adsorption. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Rahmawati
"Pendahuluan. Penyakit degeneratif dan non-communicable diseases adalah penyebab kematian tersering di Indonesia disebabkan oleh Reactive Oxygen Species (ROS) yang menyebabkan keadaan stress oksidatif berdampak pada kerusakan sel sehat, kelainan fungsi, dan berakhir dengan penyakit. Dikarenakan tingkat antioksidan endogen tidak cukup untuk mengkompensasi stres oksidatif, maka Cinnamomum burmannii dibutuhkan sebagai antioksidan eksogen.
Metode. Untuk menilai isi kandungan antioksidan dalam Cinnamomum burmannii, analisis fitokimia dilakukan menggunaka ekstrak ethanol, ethyl asetate, dan hexane dari kulit batang Cinnamomum burmannii. Pada pengujian In Vitro, DPPH (2,2- diphenyl-1-picrylhydrazyl) digunakan sebagai radikal bebas buatan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan, ditunjukkan dengan nilai IC50. Sedangkan, pengujian In Vivo membandingkan nilai Malondialdehide (MDA) dari lima grup tikus Sprague Dawley (SD) sebelum dan sesudah diberikan ektrak ethanol dengan dosis berbeda (5 mg/200 gr BB, 10 mg/200 gr BB, and 20 mg/200 gr BB), vitamin C (kontrol positif), dan air (kontrol negatif). Aktivitas berenang diberikan 10 menit sebelum dan sesudah pengecekkan nilai MDA ditujukan untuk menghasilkan kondisi stres oksidatif pada tikus SD.
Hasil. Analisis fitokimia terhadap ekstrak ethanol dari Cinnamomum burmannii menunjukkan kandungan antioksidan yang terdiri dari saponin, flavonoid, alkaloid, steroid, essential oil, dan tannin. Uji In Vitro menunjukkan ekstrak ethanol dari Cinnamomum burmannii memiliki aktivitas antioksidan kuat dengan nilai IC50, yaitu 20.65 ug/mL. Sedangkan pada uji In Vivo, dosis yang paling efektif adalah 10 mg/200 gr BB, ditunjukkan dengan penurunan kadar MDA yang signifikan (0.312 nmol/ mL) setelah perlakuan.
Kesimpulan. Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak ethanol dari Cinnamomum burmannii menunjukkan aktivitas antioksidan melalui uji In Vitro dan In Vivo.

Introduction. Degenerative disease and non-communicable diseases are the most prevalent cause of death in Indonesia due to Reactive Oxygen Species (ROS) which give result in oxidative stress causing damaged healthy cells and malfunction resulting a disease. Since the level of endogenous antioxidant may not sufficient to compensate the oxidative stress, thus Cinnamomum burmannii is needed as an exogenous antioxidant.
Methods. In order to assess the antioxidant content of Cinnamomum burmannii, phytochemical analysis was conducted using ethanol, ethyl acetate, and hexane extract of Cinnamomum burmannii stem bark. In In Vitro test, DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) was used as an artificial free radical to evaluate the antioxidant activity, represented by IC50 value. While, In Vivo test compared Malondialdehyde (MDA) level of five groups of Sprague Dawley (SD) rats before and after given the ethanol extract with three different doses (5 mg/200 gr BW, 10 mg/200 gr BW, and 20 mg/200 gr BW), vitamin C (positive control), and water (negative control). Swimming for 10 minutes was given prior to the MDA level test in order to exert the oxidative stress condition in the SD rats.
Results. Phytochemical analysis result showed antioxidant content of ethanol extract of Cinnamomum burmannii comprises of saponin, flavonoid, alkaloid, steroid, essential oil, and tannin. In Vitro test showed that ethanol extract of Cinnamomum burmannii has strong antioxidant activity with IC50 value of 20.65 ug/mL. While in the In Vivo test, the most effective dosage is 10 mg/200 gr BW, represented by a significant decrease of MDA level (0.312 nmol/ mL) before and after treatment.
Conclusion. It is clearly evident from the study that ethanol extract of Cinnamomum burmannii stem bark demonstrated antioxidant activity through both, In Vitro test and In Vivo test.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadhil Ilham
"Latar belakang: Kanker payudara merupakan bentuk kanker yang paling sering ditemukan pada wanita. Jamur putih (Tremella fuciformis) menjadi kandidat agen terapi kimia karena memiliki berbagai kandungan fitokimia yang berpotensi sebagai antioksidan dan agen sitotoksik terhadap sel kanker.
Tujuan: Untuk mengetahui komponen senyawa fitokimia, aktivitas antioksidan, serta aktivitas sitotoksik Tremella fuciformis sebagai inhibitor sel kanker payudara MCF-7.
Metode: Maserasi dan ekstraksi Tremella fuciformis dilakukan menggunakan pelarut polar, semipolar, dan nonpolar (etanol, etil asetat, dan n-heksana). Komponen fitokimia ekstrak Tremella fuciformis dianalisis melalui uji fitokimia, analisis kadar total fenolik dan flavonoid, serta kromatografi lapis tipis (KLT). Evaluasi aktivitas antioksidan ekstrak Tremella fuciformis dilakukan dengan menggunakan DPPH dan evaluasi aktivitas sitotoksik terhadap sel MCF-7 dilakukan dengan metode MTT.
Hasil: Ekstrak etanol dan etil asetat Tremella fuciformis mengandung flavonoid dan triterpenoid, sedangkan ekstrak n-heksana mengandung glikosida dan triterpenoid. Kandungan total fenolik dan flavonoid ditemukan lebih tinggi pada ekstrak etil asetat dibandingkan dengan ekstrak etanol. Uji KLT menunjukkan bahwa terdapat lima komponen senyawa pada ekstrak etil asetat dan n-heksana, serta tiga komponen senyawa pada ekstrak etanol. Aktivitas antioksidan yang sangat aktif ditunjukkan oleh ekstrak etil asetat (IC50 = 44,64 µg/mL) dan aktivitas antioksidan yang lemah ditunjukkan oleh ekstrak etanol (IC50 = 367,87 µg/mL). Ekstrak etil asetat dan n-heksana menghasilkan efek sitotoksik moderat terhadap sel MCF-7 dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 39,04 µg/ml dan 43,2 µg/ml, sedangkan ekstrak etanol menghasilkan efek sitotoksik yang lemah dengan nilai IC50 sebesar 154,87 µg/ml.
Simpulan: Ekstrak Tremella fuciformis berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen terapi mutakhir dalam tata laksana kanker payudara.

Background: Breast cancer is the most common cancer found in women. White fungus (Tremella fuciformis) is a candidate for the therapeutic agent because it contains various phytochemical components that potentially become antioxidants and cytotoxic agents against cancer cells.
Aim: To determine the phytochemical components, antioxidant activity, and cytotoxic activity of Tremella fuciformis against MCF-7 breast cancer cells.
Methods: Maceration and extraction of Tremella fuciformis were done using polar, semipolar, and nonpolar solvents (ethanol, ethyl acetate, and n-hexane). The phytochemical components were analyzed through phytochemical tests, determination of total phenolic and flavonoid contents, and thin-layer chromatography (TLC). The evaluation of antioxidant activity was carried out using DPPH while the evaluation of cytotoxic activity against MCF-7 cells was carried out using the MTT method.
Result: The ethanol and ethyl acetate extracts of Tremella fuciformis contained flavonoids and triterpenoids, while the n-hexane extract contained glycosides and triterpenoids. The TLC test showed that there were five compounds in the ethyl acetate and n-hexane extracts, and three compounds in the ethanol extract. Highly active antioxidant activity was shown in the ethyl acetate extract (IC50 = 44.64 g/mL) and weak activity was shown in the ethanol extract (IC50 = 367.87 g/mL). The ethyl acetate and n-hexane extract had moderate cytotoxic effects on MCF-7 cells (IC50 = 39.04 g/ml and 43.2 g/ml, respectively). In addition, the ethanol extract had a weak cytotoxic effect (IC50 = 154.87 g/ml.)
Conclusion: Tremella fuciformis has the potential to be developed as a novel therapeutic agent in the management of breast cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>