Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54865 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monica Sari Dewi
"Tuberkulosis merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia dan di Indonesia yang diakibatkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pengobatan tuberkulosis merupakan pengobatan jangka panjang dengan memberikan obat dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat antibiotik. Salah satu obat yang paling umum digunakan adalah Isoniazid. Sediaan Isoniazid yang beredar secara komersial umumnya tersedia dalam bentuk tablet. Pasien pediatri umumnya mengalami masalah dari segi farmakoterapi obat yaitu kesulitan dalam menelan obat, terutama obat sediaan padat.
Peracikan obat dalam bentuk serbuk menjadi solusi utama dalam mengatasi hal tersebut, namun obat racikan serbuk menimbulkan permasalahan di praktik kefarmasian. Sediaan racikan extemporaneous dibuat untuk menggantikan obat racikan serbuk karena dinilai memiliki stabilitas yang lebih baik dan dapat menutupi rasa pahit dari obat dalam bentuk racikan serbuk sehingga cocok untuk pasien pediatri.
Dalam review artikel ini akan dibahas mengenai stabilitas isoniazid dalam sediaan oral cair extemporaneous untuk pasien pediatri, dan faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan extemporaneous.

Tuberculosis is one of the major causes of death in the world and in Indonesia that comes from an infection by Mycobacterium tuberculosis. The treatment for curing Tuberculosis is a long-term treatment by giving drugs in combination of several types of antibiotic. One of the most commonly Tuberculosis drugs is Isoniazid. Isoniazid commercially available in tablet form. Some patients, especially the pediatric have problems in swallowing drugs that were formulated in solid or tablet form.
Compounded drug in powder form becomes the main solution to resolve this problem, however the powder concoction drugs has some problems in pharmaceutical practice. Those problems made the pharmacists began to formulate extemporaneous preparation to replace the powder concoction because extemporaneous formulation considered to have better stability and could mask the bitter aftertaste of drugs in powder concoction, making its suitable for pediatric.
This article review highlights the stability of isoniazid in extemporaneous oral liquid preparations for pediatric, also the main factors of the stability in extemporaneous preparations.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Savira Riantika
"Prevalensi gastroesophageal reflux disease GERD pada anak berkisar 7-20%. Omeprazol merupakan obat golongan proton pump inhibitor PPI yang digunakan untuk mengobati penyakit GERD, khususnya pada pasien anak. Kelompok pasien tersebut membutuhkan obat dalam bentuk cair, namun secara komersial omeprazol hanya tersedia dalam bentuk kapsul dan tablet, sehingga penggunaan omeprazol untuk anak membutuhkan peracikan. Omeprazol memiliki rasa yang pahit serta memiliki masalah terhadap stabilitasnya. Hal tersebut dapat diatasi dengan mensuspensikan omeprazol dalam larutan natrium bikarbonat 8,4% dengan penambahan agen pensuspensi dan eksipien lain yang dapat membantu meningkatkan stabilitas omeprazol dalam suspensi oral. Namun, di Indonesia peracikan omeprazol dalam suspensi belum banyak dilakukan. Berdasarkan basis data, tiga artikel yang menyajikan data stabilitas fisika, kimia, dan mikrobiologi omeprazol yang diracik dari bentuk kapsul dan serbuk dalam larutan natrium bikarbonat 8,4% dengan metode pelarutan yang berbeda diulas dalam artikel ini. Racikan suspensi oral omeprazol dari ketiga artikel yang diulas tersebut lebih stabil secara fisik, kimia, dan mikrobiologi hingga 30 hari dan 90 hari pada penyimpanan di suhu kulkas, namun tidak stabil pada suhu ruang. Faktor utama yang mempengaruhi stabilitas dari omeprazol dalam suspensi oral adalah pH dan kondisi penyimpanan.

The prevalence of Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) is 7–20% of the pediatric population. Omeprazole is a proton pump inhibitor (PPI) used in the treatment of GERD, especially for pediatric patients. These patients require oral medication in liquid dosage form, but, omeprazole for oral use is available only as hard gelatin capsules and tablets, so that the uses of omeprazole for pediatric is needed to be extemporaneously compounded. To overcome this, Omeprazole is resuspended in an 8.4% sodium bicarbonate solution with the addition of other suspension and excipient agents to increase the stability of omeprazole as an oral suspension. However, the compounding of Omeprazole in suspension has not been done in Indonesia. From the database, three articles presenting the physical, chemistry, and microbiology stability of Omeprazole formulated from capsules and powders in an 8.4% sodium bicarbonate solution by different dissolving methods are reviewed in this article. The oral suspension of Omeprazole from all three articles was reviewed physically, chemically, and microbiology for up to 30 days and 90 days on storage at the refrigerator temperature, but unstable at room temperature. The main factors affecting the stability of omeprazol in the oral suspension are the pH and storage conditions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrisfia Fara Dhianti
"Kejadian Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada anak, umumnya ditangani dengan pemberian obat golongan Proton Pump Inhibitor (PPI). Sebagian besar obat PPI tidak tersedia dalam bentuk sediaan cair dan hanya tersedia secara komersial dalam bentuk tablet dan kapsul, seperti lansoprazol yang tersedia dengan kekuatan 15 mg dan 30 mg, sehingga penggunaan lansoprazol pada anak membutuhkan peracikan extemporaneous. Peracikan sediaan extemporaneous dapat dilakukan apabila bentuk sediaan yang dibutuhkan tidak tersedia secara komersial, proses peracikan dapat dilakukan oleh apoteker secara khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu dari pasien. Peracikan sediaan extemporaneous dapat dilakukan menggunakan pembawa suspensi komersial untuk mendapatkan sediaan yang baik. Penelusuran artikel penelitian dari tiga basis data (Science Direct, Scopus, dan Pubmed) ditemukan dua artikel yang menyajikan data stabilitas fisika dan kimia lansoprazol yang diracik dari bentuk tablet dan kapsul dalam pembawa sediaan suspensi extemporaneous komersial yang berbeda, yaitu campuran Ora Plus® dan Ora Sweet® (1:1), serta produk Oral Blend® diulas dalam artikel ini. Suspensi lansoprazol yang diracik pada pembawa sediaan suspensi extemporaneous komersial Ora Plus® dan Ora Sweet® (1:1) dan penambahan natrium bikarbonat 8,4% tersebut stabil secara fisika dan kimia hingga 91 hari, baik disimpan pada suhu kulkas maupun suhu ruang. Faktor utama yang mempengaruhi stabilitas dari lansoprazol dalam sediaan suspensi extemporaneous adalah pH. Data stabilitas secara mikrobiologi tidak dapat ditemukan, sehingga penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dalam bidang ini.

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) that occurred in children is generally treated by administering of Proton Pump Inhibitor (PPI) class of drugs. Most PPI are not available in liquid dosage forms. They are only commercially available tablets and capsules, such as Lansoprazole which is only available with a strength of 15 mg and 30 mg. So the use of Lansoprazol in pediatric needs to be compounded extemporaneously. When the required dosage forms are not commercially available, extemporaneous preparations can be formulated by pharmacists to meet the special needs of patients. For this reason, the use of a suspending vehicle could be done to get a good suspension. From three databases (Science Direct, Scopus, and Pubmed) two articles consisting of physical and chemical stability data of Lansoprazole formulated from tablets and capsules in a different suspending vehicles, namely Ora Plus® and Ora Sweet® mixtures (1:1), as well as Oral Blend reviewed in this article. The suspension of Lansoprazole formulated on Ora-Plus and Ora-Sweet® (1:1) commercially available suspending vehicle and added with 8.4% sodium bicarbonate showed a good physical and chemical stability for 91 days, both at refrigerator temperature and room temperature. The main factor influencing stability of Lansoprazole in extemporaneously compounded suspensions is pH. Microbiological stability data cannot be found, so further research should be carried out in this field."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fasya Fairuzia
"ABSTRAK
Prevalensi hipertensi pada anak di Indonesia berkisar 1-2%. Sebagian besar obat hipertensitidak tersedia dalam bentuk sediaan cair danhanya tersediasecara komersialdalam bentuk tablet, seperti enalapril maleat yang hanya tersedia dengan kekuatan 5, 10,dan 20 mg, sehinggapenggunaan enalapril maleatpada anak membutuhkan peracikan extemporaneous.Sediaan extemporaneousmerupakan sediaan farmasetika yang diracik untuk pasien secara individual karena kebutuhan tertentu ketika bentuk sediaan yang dibutuhkan tidak tersedia secara komersial. Peracikan obat di Indonesia disediakan dalam bentuk puyerdengan permasalahanbobot dan kandungan puyer yang tidak seragam serta waktu penyiapan obatyang cukup lama. Untuk mengatasi hal tersebutpembawa sediaan suspensi extemporaneous komersial dapat digunakan untuk peracikan suspensi extemporaneous enalapril maleat. Akan tetapi, pembawa sediaan suspensi extemporaneouskomersial belum beredar di Indonesia.Dari tiga basis data (Science direct, Scopus, dan Pubmed) tiga artikel yangmenyajikan data stabilitas fisikadan kimiaenalapril maleat yang diracik dari bentuk tabletnyadalam pembawa sediaan suspensi extemporaneouskomersialyang berbeda, yaitu campuran Ora-PlusdanOra-Sweet(1:1), Ora-Plus danOra-Sweet SF(1:1), sertaproduk Oral Mixdiulas dalam artikel ini. Suspensi enalapril maleat yang diracik pada tiga pembawa sediaan extemporaneous komersial tersebut stabilsecara fisika dan kimiahingga 90 hari, baik disimpan pada suhu kulkas maupun suhu ruang. Faktor utama yang mempengaruhi stabilitasdari enalapril maleatdalam pembawa sediaan extmporaneous komersial adalah pH.Data stabilitas secara mikrobiologi tidak dapat ditemukan, sehingga dapat penelitian lebih lanjut diperlukan dalam bidang ini.

ABSTRACT
Prevalence of pediatric hypertension in Indonesia are 1-2%. Most ofhypertension medication are unavailable in liquid form andonly commercially available in tablet dosage form, includeenalapril maleate which only available in 5, 10, and 20 mg dosage form, so that enalapril maleateuses in pediatric need to be extemporaneously compounded. Extemporaneous preparations are pharmaceutical preparations that compounded to meet the needs of a patient when a suitable commercially available product is not available. Extemporaneous compounded prescriptionsin Indonesiaare made into powder, which is called pulvereswith some problems likethe error of variations in the weight and content of pulveres and long preparation time. To solves that problems,tablets enalapril maleatecanbecompoundedinto extemporaneous oral suspension using commercially available suspending vehicle. Unfortunately,commercially available suspending vehicle are not available in Indonesia. Three databases were searched (Science direct, Scopus, and Pubmed) result three articles provide physical and chemical stability information of enalapril maleat suspensions that extemporaneously compounded in three different suspending vehicleproducts, which are the mixture of Ora-PlusandOra-Sweet(1:1), Ora-Plus and Ora-Sweet SF(1:1), and Oral Mix, were reviewed. Thestability of enalapril maleatethatextemporaneously compoundedincommercially available suspending vehicle are physically and chemically stable until 90day bothin refrigeratedand roomtemperature. The main factors of enalapril maleate stability is pH, and a little effect of temperature. Microbial studieswithin the data were lacking and further research can be undertaken in this area."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Narulita Putri
"Omeprazol merupakan obat golongan PPI untuk penyakit refluks gastroesofageal yang diresepkan untuk segala jenis pasien, khususnya anak-anak dan pasien yang dipasang NGT. Omeprazol hanya tersedia dalam bentuk kapsul dan serbuk injeksi steril. Saat ini pembuatan obat racikan omeprazol disuspensikan dalam larutan natrium bikarbonat 8,4% yang rasanya pahit. Oleh karena itu, perlu dibuat formula pembawa suspensi untuk pembuatan omeprazol racikan. Uji stabilitas dilakukan terhadap empat formula pada suhu kamar 28C selama 14 hari dan pada suhu rendah 4C selama 30 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suspensi omeprazol racikan mengalami perubahan warna menjadi putih kekuningan dan nilai pH yang dihasilkan relatif stabil selama masa penyimpanan pada suhu rendah. Pada kondisi penyimpanan suhu kamar, suspensi omeprazol racikan mengalami perubahan warna menjadi kuning kecokelatan. Uji stabilitas kimia dilakukan dengan menetapkan kadar omeprazol dalam suspensi menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Kadar suspensi omeprazol racikan mengalami penurunan selama masa penyimpanan, baik pada suhu kamar maupun suhu rendah. Hasil penetapan kadarnya menunjukkan bahwa omeprazol dalam pembawa suspensi formula A memiliki stabilitas kadar yang relatif sama dengan omeprazol dalam larutan natrium bikarbonat, yaitu >90% selama 7 hari pada penyimpanan pada suhu kamar 28C dan selama 14 hari pada penyimpanan suhu rendah 4C.

Omeprazole is a PPI and used in the treatment of gastroesophageal reflux disease commonly prescribed in all patients, especially pediatric and patient with NGT. Omeprazole is only available in capsule form and sterile powder for injection. This has been accomplished by using 8.4% sodium bicarbonate solution as the vehicle which is bitter. For that reason, a suspending vehicle containing sweetening agent for omeprazole should be formulated. Stability test of four extemporaneous suspending formulation was carried out at room temperature (28C) for 14 days and at cold temperature (4C) for 30 days.
The results showed that the extemporaneous suspension of omeprazole is changed to yellowish-white color and the resulting pH is relative stable during storage at cold temperature. At room temperature, the color is changed to brownish-yellow color. Chemical stability test was carried out using UV-Vis spectrophotometer. Concentration of omeprazole in the extemporaneous suspension decreased during storage. Based on stability data, it can be showed that omeprazole in the suspending vehicle of formula A has the same stability level with omeprazole in the sodium bicarbonate solution. The extemporaneous omeprazole suspension remained >90% during 7 days at room temperature and during 14 days at cold temperature.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Genta Raydiska Fadhlurrahman
"Implan tulang belakang obat antituberkulosis (OAT) berpotensi mengatasi ketidakpatuhan pasien spondilitis tuberkulosis dan meningkatkan daya jangkau obat ke daerah luka. Namun, peningkatan stres oksidatif karena respon tubuh terhadap infeksi patogen berpotensi mengakselerasi degradasi OAT isoniazid (INH) dan pirazinamid (PZA). Uji degradasi paksa dilakukan dengan terlebih dahulu membuat kurva kalibrasi obat dan menstandardisasi H2O2 stok. Sampel INH dan PZA disimpan selama 5 hari dalam media phosphate buffered saline (pH 7,4) dengan kadar H2O2 3% (w/v). Konsentrasi zat diukur dengan instrumen high performance liquid chromatography (HPLC) Shimadzu LC 20AD dengan kolom C18 (250 x 4,6 mm x 5 µm). Sampel INH dan PZA tersebut mengalami degradasi sebesar 54,01% dan 8,67% secara berurutan. Untuk menghambat degradasi, kedua obat ditambahkan stabilisator asam galat (AG), asam kafeat (AK), atau asam askorbat (AA) dengan perbandingan massa 1:1. Hasil uji degradasi menunjukkan bahwa penambahan AG paling signifikan menghambat degradasi INH dan PZA hingga ke angka 4,96% dan 2,27% secara berurutan.

Orally administered first line antituberculosis drugs (ATD) have risk of low patient adherence and low bioavailability in bone tissue. Unfortunately, elevated oxidative stress around infection area could endanger two ATDs, isoniazid (INH) and pyrazinamide (PZA), stability and further limit its release. Forced degradation study was conducted by prior creation of calibration curves and standardization of H2O2 stock concentration. INH and PZA samples were kept for 5 days in phosphate buffered saline (pH 7.4) aqueous media, H2O2 concentration was adjusted to 3% (w/v). Concentration of analyte was measured with Shimadzu LC 20AD, paired with C18 (250 x 4.6 mm x 5 µm) column, high performance liquid chromatography (HPLC). INH and PZA showed 54.01% and 8.67% degradation, respectively. To inhibit degradation; gallic acid (AG), caffeic acid (AK), and ascorbic acid (AA) stabilisator were added with 1:1 mass ratio to ATD. In both ATDs sample, AG showed the most significant results. Degradation was lowered to 4.96% and 2.27% for INH and PZA, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella N Thoha
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1976
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karel Daud Rahardian
"Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang paling berbahaya dan menular. Salah satu obat yang umumnya digunakan untuk pasien pengidap tuberkulosis adalah isoniazid. Isoniazid biasanya diberikan dalam bentuk sediaan tablet konvensional. Akan tetapi, jenis sediaan tersebut sulit dikonsumsi untuk anak-anak, dikarenakan sulit untuk ditelan. Oleh karena itu, dikembangkanlah sediaan tablet cepat hancur yang mengandung isoniazid sebagai alternatif terapi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat tablet cepat hancur isoniazid dengan metode kempa langsung serta membandingkan konsentrasi dua superdisintegran, yaitu crospovidone dan sodium starch glycolate (SSG). Pada penelitian ini, dilakukan perbandingan lima formula dengan variasi konsentrasi crospovidone dan SSG, yaitu F1 (1:0), F2 (0:1), F3 (1:4), F4 (1:1), dan F5 (4:1). Evaluasi yang dilakukan antara lain uji sifat alir, kompabilitas, organoleptis, kadar, keseragaman ukuran, keragaman bobot, keregasan, kekerasan, waktu hancur, waktu pembasahan, disolusi, dan stabilitas selama 4 minggu. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kelima formula memenuhi syarat tablet cepat hancur, yaitu terdisintegrasi di bawah 1 menit, dengan F1 memiliki waktu paling cepat (27,18 ± 6,71 detik) dan memiliki jumlah obat terdisolusi paling banyak (93 ± 1,30%). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tablet cepat hancur F1 yang diperoleh dengan metode kempa langsung merupakan tablet cepat hancur paling baik.

Tuberculosis is one of the most dangerous and infectious diseases. One of the drug that is commonly used for patients with tuberculosis is isoniazid. Isoniazid is usually given in conventional tablet dosage forms. However, this type of dosage form is difficult to consume for children, because it is hard to swallow. Therefore, a fast disintegrating tablet containing isoniazid was developed as an alternative therapy. This study aims to make isoniazid fast disintegrating tablets by direct compression method and to compare the concentration ratio of two superdisintegrants, crospovidone and sodium starch glycolate (SSG). In this study, a comparison was made of five formulas with various concentrations of crospovidone and SSG, namely F1 (1:0), F2 (0:1), F3 (1:4), F4 (1:1), dan F5 (4:1). Evaluations carried out included flow properties, compatibility, organoleptic, size uniformity, weight variation, friability, hardness, disintegration time, wetting time, dissolution, and physical stability for 4 weeks. The results showed that the five formulas met the requirements for fast disintegrating tablets,where they disintegrated less than 1 minute, with F1 having the fastest time (27.18 ± 6.71 seconds) and having the most amount of drug dissolved (93 ± 1.30%). So it can be concluded that the fast disintegrating tablet F1 obtained by direct compression method is the best fast disintegrating tablet."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Pambudi
"Minyak biji jinten hitam yang dikenal memiliki khasiat sebagai obat herbal mempunyai bau dan rasa yang khas. Oleh karena itu dibuat sediaan emulsi minyak biji jinten hitam tipe O/W. Penelitian ini bertujuan untuk menutupi bau dan rasa serta mengetahui stabilitas sediaan emulsi yang baik dari esktraksi Jinten hitam (Nigella sativa Linn) dengan emulgator Span 80 dan Tween 80 dengan variasi konsentrasi 20%,50% dan 70 % dari jumlah minyak biji jinten hitam dalam sediaan. Evaluasi yang dilakukan meliputi volume sedimentasi, viskositas, ukuran partikel, uji stabilitas fisik, pH, dan penetapan kadar. Dari hasil pengujian, emulsi dengan konsentrasi emulgator 70% memiliki stabilitas yang baik. Formula emulsi tersebut telah dapat memperbaiki aroma dan rasa minyak biji jinten hitam, tetapi belum untuk penampilannya.

The black seeds cumin oil known to have efficacy as medicinal herbs having peculiar odor and taste. Hence preparation made emulsify oils black seeds cumin type O/W. This study aims to cover odor and taste and knowing stability emulsion preparation of black cumin esktract (nigella sativa linn) with emulgator span 80 and tween concentration with variations 20%, 50% and 70% of the oil of cumin black seeds in preparation. Evaluation volume discontinuous, conducted include viscosity, size of particles, the physical stability pH levels and determination. The evaluation of emulsion with concentration emulgator 70% having good stability. This formula could prove the odor and taste of black seeds cumin oil."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Handbook of Extemporaneous Preparation is a comprehensive and easy-to-follow guide to good practice in extemporaneous compunding. It incorporates the key findings and outputs from the UK National Advisory Board study, including advice on purchasing unlicensed medicines. It will be adopted as the standard for extemporaneous dispensing for NHS patients. Although the standards set out in this book are primarily written for implementation in NHS hospitals, the priciples should be equally applied across the profession internationally. --
Compounding of pharmaceutical formulations remains a core skill of pharmacists and is taught at undergraduate level. Written by experts in the field with input from the UK NHS Pharmaceutical Quality Assurance Committee, this book will be an invaluable reference for any clinical or procurement pharmacist, pharmacy technician or student involved with extemporaneous preparation
"
London: Pharmaceutical Press, 2010
615.19 HAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>