Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7050 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khan, M. Gabriel
Totowa, NJ.: Human Press, 2015
610 KHA c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Try Nirmala Sari
"ABSTRAK
Pengobatan TB lini kedua pada pasien TB lini MDR diketahui memiliki beberapa efek samping. Etionamid adalah salah satu obat dalam pengobatan TB MDR lini kedua. Hipotiroid merupakan efek samping dari pemberian etionamid. Sikloserin merupakan salah satu dari komponen pengobatan kedua yang bersifat bakteriostatik. Efek samping psikiatri seperti antesietas, halusinasi, depresi, euforia, perubahan kebiasaan, dan bunuh diri dilaporkan sebanyak 9,7-50% pada pasien yang menjalani pengobatan dengan sikloserin. Seorang perempuan berusia 46 tahun dengan diagnosis TB MDR, menjalani pengobatan TB lini kedua sejak januari 2016. Regimen pengobatan terdiri dari levofloksasin, sikloserin, etionamid, pirazinamid, etambutol, dan PAS. Evaluasi pengobatan dibulan pertama menunjukan adanya lelah, komunikasi yang berkurang, dan perubahan perilaku. Pasien sering merasa sedih, putus asa, dan sangat memikirkan penyakitnya. Pasien juga berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Kemudian pasien menjalani rawat inap dan didiagnosis sebagai depresi imbas pengobatan TB, kemungkinan disebabkan sikloserin. Kemudian pemberian sikloserin dihentikan. Dalam waktu yang bersamaan, pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya peningkatan TSH tanpa disertai gejala klinis hipotiroid. Dilakukan pemberian levotiroksin sebesar 1x100mkg. Pada akhir minggu ke-3 pengobatan, kadar TSH tetap meningkat sehingga pemberian etionamid dihentikan selama 3 bulan. Evaluasi setelah penghentian pemberian etionamid menunjukkan kadar TSH terkendali. Pemberian etionamid kemudian dilanjutkan dengan dosis titrasi per bulan. Kesimpulannya, pada pengobatan TB MDR, timbul efek samping pemberian etionamid perlu diperhatikan. Neorotoksisitas berat yang disebabkan sikloserin dapat ditangani dengan penundaan pemberian obat sementara. Hal lain yang perlu diingat adalah kondisi hipotiroid dapat memperlihatkan gejala depresi. Oleh karena itu, pemantauan efek samping pada obat TB diperlukan. "
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Setiyo Junianto
"Tesis ini membahas pengendalian persediaan obat untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi investasi di SBU Garuda Sentra Medika (GSM). Disain penelitian adalah potong lintang dengan pendekatan kualitatif yang dibantu penghitungan. Hasil penelitian menunjukkan belum ada metode ilmiah untuk mengendalikan persediaan obat di Unit Farmasi GSM, ada kekosongan struktur organisasi, kebijakan dan prosedur kerja yang kurang, Tim Farmasi Terapi (TFT) yang belum sesuai dengan aturan yang berlaku, dan sistem informasi yang belum optimal. Saran yaitu mengevaluasi kebijakan dan prosedur kerja, memperbaiki struktur organisasi, membuat pedoman pengendalian persediaan obat yang tepat, pembentukan TFT sesuai aturan yang berlaku, dan mengembangkan sistem informasi.

This thesis discusses drug inventory control to improve effectiveness and efficiency of investment in SBU Garuda Sentra Medika (GSM). Study design is cross sectional with qualitative approach assisted by calculation. The results show there is no scientific method to control drug inventory in GSM Pharmacy Unit, lack of organizational structure, lack of policy and working procedures, Pharmacy Therapy Team (PTT) is not in accordance with the applicable rules, and lack of information system. Suggestions are evaluating policies and work procedures, fixing the organizational structure, establishing appropriate drug inventory control guidelines, establishing PTT according to applicable rules, and developing information system.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Traditional systems of medicine are fast emerging as viable alternatives to modern medical science. Further, in recent years the emphasis on botanicals as source for drug discovery and development has been realized globally. Added to this, the safer profile of herbal drugs combined with their low costs make them ideal targets for newer drugs. As in the modern system of medicine, viz. allopathy, herbal drugs form an inseparable part of the management of various disorders. The concept of scientific validation of the basis of traditional uses of herbal medicines has given birth to a new concept of reverse pharmacology, and interactions between traditional and modern systems of medicine are being increasingly encouraged. Recent Advances in Herbal Drug Research and Therapy showcases some of these crucial and emerging issues relating to herbal drugs. This compilation is a judicious combination of research and conventional aspects on the subject of herbal drugs, their pharmacology and therapeutic applications. Some very relevant general and systemic pharmacological as well as toxicological aspects have been highlighted by some of the leading experts in this field. The book will be of interest to students, scientists, teachers and other health professionals in the area of pharmacology, toxicology and allied health sciences."
New Delhi: I.K. International Publishing House Pvt.Ltd., 2010
615.321 REC
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Delmar, Cengage Learning, 2010
1010000151
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
New Jersey: Merck Sharp & Dohme Research Laboratories, 1987
R 610 MER
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Afriansyah
"In the past 10 years, recent development of targeted therapy in metastatic renal cell carcinoma (mRCC) has provided a new hope and significantly enhanced the prognosis of the disease. Three class of targeted therapy were developed, including multi-targeted tyrosine kinase inhibitors (TKI), the mammalian target of rapamycin (mTOR) complex-1 kinase inhibitors, and the humanized antivascular endothelial growth factor (VEGF) monoclonal antibody. Hence, the objective of this article was to critically examine the current evidence of targeted therapy treatment for patients with mRCC. In the majority of trials evaluating targeted therapy, patients were stratified according to Memorial Sloan Kattering Cancer Center (MSKCC) risk model and the recommendation of targeted treatment based on risk features. In first-line setting (no previous treatment), sunitinib, pazopanib, or bevacizumab plus IFN-α were recommended as treatment options for patient with favorable- or intermediate- risk features and clear cell histology. Patients who progressed after previous cytokine therapy would have sorafenib or axitinib as treatment options. Clear-cell mRCC with favorable- or intermediate- risk features and failure with first-line TKI therapy might be treated with sorafenib, everolimus, temsirolimus or axitinib. However, the current evidence did not show the best treatment sequencing after first-line TKI failure. In patients with poor-risk clear-cell and non-clear cell mRCC, temsirolimus was the treatment option supported by phase III clinical trial. In addition, several new drugs, nowadays, are still being investigated and waiting for the result of phase II or III clinical trial, and this might change the standard therapy for mRCC in the future.

ada sepuluh tahun terakhir, perkembangan terapi target pada karsinoma sel renal bermetastasis menjadi harapan baru dan mampu meningkatkan prognosis penyakit tersebut. Terdapat tiga terapi target yang telah dikembangkan termasuk multi-targeted tyrosine kinase inhibitors (TKI), penghambat mammalian target of rapamycin (mTOR) complex-1 kinase, dan antibodi monoklonal humanized antivascular endothelial growth factor (VEGF). Tujuan artikel ini secara kritis menelaah studi terkini terapi target untuk tatalaksana pasien tersebut. Pada sebagian besar uji klinis yang mengevaluasi terapi target, pasien distratifikasi berdasakan model yang dikembangkan oleh Memorial Sloan Kattering Cancer Center (MSKCC) dan rekomendasi terapi berdasarkan tingkat resiko pasien. Terapi target lini pertama (belum pernah mendapatkan terapi sistemik sebelumnya), sunitinib, pazopanib, atau bevacizumab ditambah IFN-α merupakan pilihan terapi dengan tingkat resiko menguntugkan dan sedang serta gambaran histologi sel jernih. Pasien yang mengalami progresifitas pasca terapi sitokin, sorafenib atau axitinib adalah pilihan yang direkomendasikan. Karsinoma sel ginjal bermetastasis tipe sel jernih dengan tingkat resiko menguntungkan dan sedang yang gagal pada terapi target lini pertama dapat ditatalaksana dengan sorafenib, everolimus, temsirolimus atau axitinib. Akan tetapi, studi saat ini menunjukkan tidak ada pilihan terapi sekuensial terbaik pasca kegagalan terapi lini pertama. Pasien dengan tingkat risiko buruk dan gambaran histologi bukan sel jernih, temsirolimus merupakan terapi target yang didukung oleh uji klinis fase III. Saat ini, beberapa obat baru masih dalam tahap uji klinis fase II dan III dan hasil uji klinis tersebut mungkin dapat mengubah terapi standar pasien karsinoma sel ginjal bermetastasis di masa yang akan datang."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2016
610 UI-IJIM 48:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah Syafitri
"Saat ini telah terjadi resistensi parasit terhadap obat-obat antimalaria sehingga diperlukan alternatif pengobatan baru. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa ekstrak kulit batang Delonix regia dengan daun Carica papaya L memiliki aktivitas antiplasmodium pada mencit Swiss Webster yang diinfeksi Plasmodium berghei dan mengetahui perbandingan dosis kombinasi yang paling efektif sebagai antiplasmodium. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental yang dilakukan secara in vivo. Terdapat 5 kelompok perlakuan yang terdiri dari kelompok kontrol positif, kontrol negatif, dan 3 kelompok perlakuan yang terdiri dari dosis kombinasi 1:1, 3:1, dan 1:3. Perlakuan diberikan selama lima hari berturut-turut. Setiap kelompok diamati densitas parasitnya dari hari ke-0 hingga hari ke-5 serta dihitung persentase peningkatan dan penghambatan parasitemia yang terjadi pada hari ke-4. Data persentase peningkatan parasitemia hari ke-4 dianalisis dengan menggunakan uji hipotesis Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukan dosis kombinasi 1:1 memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol negatif (p<0,05) dan menunjukan aktivitas antiplasmodium paling baik dengan persentase penghambatan parasitemia sebesar 99%. Sedangkan dosis kombinasi 3:1 dan 1:3 tidak menunjukan aktivitas antiplasmodium.

Nowadays, the resistance toward malaria medicine has developed and required a new alternative medicine. This study is proposed to prove that the combination of Delonix regia's stem bark and Carica papaya L.’s leaves has an antiplasmodium activity on Swiss Webster mice infected by Plasmodium berghei, and also to compare each ratio combination to find the most effective one. The design used is an inv vivo experimental design. There were 5 group of mice tested, consisted of the positive control, negative control, and three combination ratio of 1:1, 3:1, and 1:3. This treatment were given daily for 5 day and on each day, the parasite density were evaluated. On day 4, the percentage of inhibition was measured. Also, on day 4, the increase in percentage of parasitemia was calculated. The data was then analyzed with Kruskal-Wallis test and the result is that combination 1:1 had a significant difference compared to negative control (p<0.05). It also shows the most effective antiplasmodium activity with a 99% of inhibition. In other hand, the combination of 3:1 and 1:3 shows no antiplasmodium activity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murtagh, John, 1936-
New York: McGraw-Hill Medica, 2011
R 610 MUR m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Baltimore : Williams & Wilkins , 1998
616 ESS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>