Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172141 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Refael Alfa Budiman
"

Pendahuluan: Stroke merupakan kondisi yang dapat menyebabkan penurunan kemampuan motorik dan mempengaruhi kemampuan untuk dapat beraktivitas. Menurut Riskesdas 2018, sekitar 13,9% penderita stroke di Indonesia mengalami stroke berat dan hanya 36,3% penderita stroke yang dapat hidup sendiri. Hal ini menjadikan stroke sebagai kondisi penyebab disabilitas terbesar di Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perubahan dominansi tangan sepanjang proses pemulihan pasien setelah serangan stroke. Informasi ini akan sangat bermanfaat untuk menentukan apakah rehabilitasi akan difokuskan pada tangan dominan yang paresis atau lebih baik mengubah tangan dominan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian pendahulan deskriptif retrospektif dengan tujuan melihat karakteristik pasien stroke beserta proses pemulihannya dan perubahan dominansi tangan sepanjang proses pemulihannya. Penelitian akan menggunakan sampel pasien stroke hemiparesis yang merupakan data sekunder dari rekam medis. Hasil dan Pembahasan: Hasil penelitian menunjukan rata-rata usia pasien penderita stroke adalah 57,91 tahun dengan sebagian besar berada pada fase Brunnstrom Recovery Stages (BRS) 6. Terdapat perubahan frekuensi dominansi tangan kanan (n=10) dan campuran (n=1) sebelum stroke menjadi dominansi tangan kanan (n=7) dan campuran (n=4) setelah stroke dengan skor Edinburgh Handedness Inventory (EHI) sebelum stroke 88,82 menjadi 59,27 setelah stroke. Kesimpulan: Terdapat perubahan dominansi tangan pada pasien yang mengalami stroke pada sisi dominan.


Introduction: Stroke is a condition where there is a decrease in motor capabilities and has an impact on daily activities. According to Riskesdas 2018, around 13,9% stroke patient in Indonesia have severe disabilities and only 36,3% stroke survivor could live independently. This is why stroke has become the condition which cause the greatest disabilities in Indonesia. In light of these considerations, this research aims to see the effect of stroke on hand dominance and its recovery stages. By knowing the hand dominance in relation to the recovery stages, a proper and suitable rehabilitation program would be given. Method: This research is a pilot study with descriptive-retrospective design which aim to see the characteristic of stroke patients with its recovery stages. The research will use hemiparetic stroke patient data from secondary data on the medical record. Result and Dicussion: : The result of this research showed an average age of stroke patient is 57,91 years with most of them at Brunnstrom Recover Stages 6. There were also changes in the frequency of right hand dominance (n=10) and mixed hand dominance (n=1) before stroke to right hand dominance (n=7) and mixed hand dominance (n=4) after stroke with Edinburgh Handedness Inventory average score was 88,82 before stroke to 57,91 after stroke Conclusion: There is a difference of hand dominance in patient with stroke on the dominance side.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basith Halim
"Menurut World Health Organization (WHO) ada sekitar 46,6 juta penderita stroke yang mengalami disabilitas. Selama ini dalam menentukan program rehabilitasi medik yang tepat dengan memperhatikan dominansi tangan pasien pasca stroke masih belum dilakukan, sehingga penentuan dominansi tangan ini penting untuk dilakukan. Berbagai studi meneliti mengenai hubungan lateralisasi otak dan dominansi tangan namun masih jarang yang meneliti hubungan sisi hemiparesis pada pasien stroke dengan dominansi tangan dan menghubungkannya dengan pemulihan fungsi anggota gerak atas. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan mengetahui variasi perubahan dominansi tangan pasca stroke yang diukur dengan Edinburgh Handedness Inventory - Short Form (EHI-SF) dan fungsi anggota gerak atas pasca stroke yang diukur dengan Fugl-Meyer Upper Extremity (FMA-UE) dan Chedoke Arm and Hand Activity Inventory (CAHAI). Penelitian observasional prospektif dengan desain cross sectional ini dilakukan di Poli Rehabilitasi Medik Neuromuskular RSCM pada bulan September 2021 sampai Oktober 2022. Populasi subjek adalah pasien stroke iskemik fase subakut dan kronik dengan hemiparesis yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Dominansi tangan ditentukan dengan EHI-SF, sedangkan fungsi anggota gerak pasca stroke diukur dengan FMA-UE dan CAHAI. Penelitian ini melibatkan 62 orang subjek yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dominan ipsilateral (n=27) dan dominan kontralateral (n=35). Didapatkan hubungan bermakna antara sisi hemiparesis dengan dominansi tangan (p < 0,001). Selain itu, didapatkan hubungan bermakna antara pemulihan fungsi anggota gerak dengan dominansi tangan pasca stroke. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pemulihan fungsi anggota gerak dengan sisi hemiparesis. Kesimpulan penelitian ini adalah dominansi tangan berhubungan dengan sisi hemiparesis dan pemulihan fungsi anggota gerak, dan pemulihan fungsi anggota gerak tidak berhubungan dengan sisi hemiparesis.

According to the World Health Organization (WHO) there are around 46.6 million stroke sufferers who experience disability. So far, determining the right medical rehabilitation program based on hand dominance in post-stroke patients has not been carried out. Various studies have examined the relationship between brain lateralization and hand dominance, but the relationship between the side of hemiparesis in stroke patients with hand dominance and their correlation with the recovery of upper limb function has not been established. This study aims to answer this question by knowing the variations in post-stroke hand dominance as measured by the Edinburgh Handedness Inventory - Short Form (EHI-SF) and post-stroke upper limb function as measured by Fugl-Meyer Upper Extremity (FMA-UE) and Chedoke Arm and Hand Activity Inventory (CAHAI). This prospective observational study with cross-sectional design was conducted at the Neuromuscular Medical Rehabilitation Polyclinic, Cipto Mangunkusumo Hospital from September 2021 to October 2022. The study population was subacute and chronic ischemic stroke patients with hemiparesis who met the inclusion and exclusion criteria. Hand dominance was determined by EHI-SF, while post-stroke limb function was measured by FMA-UE and CAHAI. This study involved 62 subjects who were divided into two groups, namely the dominant ipsilateral group (n=27) and the dominant contralateral group (n=35). A significant relationship was found between the side of the hemiparesis and hand dominance (p <0.001). In addition, a significant relationship was found between the recovery of limb function and hand dominance after stroke. No significant relationship was found between the recovery of limb function and the side of the hemiparesis. The conclusion of this study is hand dominance is associated with the side of the hemiparesis and recovery of limb function, and recovery of limb function is not associated to the side of hemiparesis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Florencia Wirawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rehabilitasi berbasis Realitas Virtual Imersi Penuh pada pemulihan motorik anggota gerak atas pasien stroke iskemik kronik dengan hemiparesis. Penelitian ini merupakan studi serial kasus pada pasien stroke yang datang berobat ke Poliklinik Rehabilitasi Medik RSUPN Cipto Mangunkusumo. Pasien dilakukan pemeriksaan dengan pengambilan data baseline berupa nilai Fugl-Meyer Upper Extremity (FM-UE) dan Chedoke Arm, Hand Activity Inventory (CAHAI), dan Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF). Pasien mendapat perlakuan reahabilitasi fisik selama 18 kali pertemuan, 3 kali seminggu, 30 menit per sesi selama 6 minggu. Pasca tindakan, dilakukan kembali pengambilan data FM-UE, CAHAI dan BDNF ulang untuk melihat fenomena pemulihan motorik atas. Subjek penelitian terdiri dari 2 pria dan 3 wanita dengan rentang usia 45 – 59 tahun, 4 hemiparesis kiri dan 1 hemiparesis kanan, rentang Brunnstrom IV – VI. Setelah diberikan intervensi, terdapat peningkatan pada ketiga parameter FM-UE (median difference: 2, min – max: 1 – 19 MCID: 5,25), CAHAI (median difference: 2, min – max : 1-18, MCID: 6,3), dan BDNF (median difference: 16.68, min – max : 9,76 - 46,8). Kesimpulan penelitian ini adalah rehabilitasi berbasis realitas virtual imersi penuh menunjukan fenomena peningkatan positif yang menjanjikan pada pemulihan motorik anggota gerak atas pasien stroke iskemik kronik setelah 6 minggu intervensi.

This study aims to determine the effect of Full Immersion Virtual Reality-based rehabilitation on upper limb motor recovery in chronic ischemic stroke patients with hemiparesis. This research is a case series study in stroke patients who come for treatment at the Medical Rehabilitation Polyclinic of Cipto Mangunkusumo General Hospital. Patients were examined by taking baseline data in the form of Fugl-Meyer Upper Extremity (FM-UE) and Chedoke Arm, Hand Activity Inventory (CAHAI), and Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF) values. Patients received physical rehabilitation treatment for 18 meetings, 3 times a week, 30 minutes per session for 6 weeks. After the action, FM-UE, CAHAI and BDNF data were collected again to see the phenomenon of upper motor recovery. The study subjects consisted of 2 men and 3 women with an age range of 45 – 59 years, 4 left hemiparesis and 1 right hemiparesis, Brunnstrom IV – VI range. After the intervention was given, there was an increase in all three parameters FM-UE (median difference: 2, min – max: 1 – 19, MCID: 5.25), CAHAI (median difference: 2, min – max: 1-18, MCID: 6 .3), and BDNF (median difference: 16.68, min – max: 9.76 - 46.8). The conclusion of this study is that full immersion virtual reality-based rehabilitation shows a promising positive improvement phenomenon in upper limb motor recovery in chronic ischemic stroke patients after 6 weeks of intervention."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Goutama
"ABSTRAK
PENDAHULUAN: Teknik motor imagery diketahui berpengaruh terhadap fungsi motorik anggota gerak atas pasien stroke iskemik kronik. Meskipun demikian, belum diketahui pengaruh teknik motor imagery terhadap neuroplastisitas secara molekular pada pasien stroke iskemik kronik. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh teknik motor imagery terhadap fungsi anggota gerak atas dan neuroplastisitas pasien stroke iskemik kronik.
METODE: Kami melaporkan 3 kasus stroke iskemik kronik. Kasus pertama wanita usia 40 tahun dengan stroke pertama awitan 5 tahun dan komorbid systemic lupus erythematosus (SLE). Kasus kedua wanita usia 53 tahun dengan stroke pertama awitan 3 tahun, komorbid hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2. Kasus ketiga pria usia 51 tahun dengan stroke berulang ketiga awitan 1 tahun, komorbid hipertensi dan hiperlipidemia. Kami melakukan intervensi teknik motor imagery 1 sesi per minggu selama 12 minggu, dengan durasi 20 menit per sesi, menggunakan panduan elektroensefalografi (EEG) elektroda tunggal portabel. Luaran fungsional dinilai dengan Chedoke Arm and Hand Activity Inventory-13 (CAHAI-13) sebelum dan sesudah intervensi. Parameter neuroplastisitas diukur dari kadar Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF) serum yang dinilai pada pra-intervensi, minggu ke-6, dan pasca-intervensi minggu ke-12
HASIL: Pemulihan fungsi anggota gerak atas yang bermakna secara klinis didapatkan pada kasus kedua dengan peningkatan skor CAHAI-13 sebesar 21 poin disertai peningkatan kadar BDNF serum pada minggu ke-6 yang relatif menetap pada pengukuran minggu ke-12. Pada kasus ketiga didapatkan peningkatan skor CAHAI-13 yang tidak bermakna secara klinis, sementara pada kasus pertama tidak didapatkan perubahan. Kadar BDNF pada kasus pertama dan ketiga memiliki kecenderungan yang sama, yaitu meningkat pada minggu ke-6, dan turun kembali pada minggu ke-12 dengan kadar yang masih lebih tinggi dibandingkan kadar pra-intervensi.
KESIMPULAN: Teknik motor imagery 1 sesi per minggu selama 12 minggu, durasi 20 menit per sesi, terbukti berpengaruh terhadap neuroplastisitas pasien stroke iskemik kronik, dan terhadap pemulihan motorik anggota gerak atas pasien stroke iskemik kronik serangan pertama awitan 3 tahun.

ABSTRACT
INTRODUCTION: Motor imagery is known to affect motor function of upper limbs in chronic ischemic stroke patients. However, the effect of motor imagery on molecular neuroplasticity in chronic ischemic stroke patients is not yet established. This study aims to determine the efect of motor imagery on upper limb function and neuroplasticity of chronic ischemic stroke patients.
METHODS: We reported 3 cases of chronic ischemic stroke. The first case was a 40-year-old woman with stroke onset 5 years and comorbid systemic lupus erythematosus (SLE). The second case was a 53-year-old woman with a first strokte of 3 years onset, comorbid hypertension and diabetes mellitus type 2. The third case was a 51-year-old with third recurrent stroke of 1 year onset, comorbid hypertension and hyperlipidemia. We performed motor imagery 1 session per week for 12 weeks, with a duration of 20 minutes per session, using single electrode portable electroencephalograph (EEG) guidance. Functional outcomes were assessed using the Chedoke Arm and Hand Activity Inventory-13 (CAHAI-13) before and after intervention. Neuroplasticity parameters were measured from serum Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF) levels which were assessed at pre-intervention, week 6, and week 12 post-intervention.
RESULTS: Clinically significant recovery of upper limb function was found in the second case with an increase in the CAHAI-13 score of 21 points, accompanied by an increase in serum BDNF levels at week 6 which was relatively stable at week 12. In the third case, there was an increase in the CAHAI-13 score which was not clinically significant, while in the first case there was no change. Serum BDNF levels in the first and third cases had the same tendency, which increased at week 6 and decreased at week 12, with the levels still higher than pre-intervention levels.
CONCLUSION: Motor imagery 1 session per week for 12 weeks, with the duration of 20 minutes per session, has been shown to have an effect on neuroplasticity of chronic ischemic stroke patients, and on motor recovery of limbs in patient with first chronic ischemic stroke of 3 years onset."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulus Hardiyanti
"Tujuan: Mengetahui manfaat pemberian mirror therapy dibandingkan sham therapy terhadap pemulihan fungsi tangan.
Desain penelitian: Studi intervensi.
Metode: Studi randomisasi tersamar tunggal pada pasien strok serangan pertama. Subjek dibagi menjadi 2, yaitu kelompok mirror dan sham, yang diberikan mirror therapy atau sham therapy sebagai tambahan terapi okupasi standar.
Parameter Hasil: Fugl Meyer Assessment dan Functional Independence Measure (FIM).
Hasil: Delapan belas pasien (rerata usia 53,9 tahun), dengan lama awitan kurang dari 6 bulan ikut serta dalam penelitian ini. Didapatkan peningkatan signifikan pada rerata skor Fugl Meyer pada kedua kelompok setelah 3 minggu dan 6 minggu perlakuan (p<0,001), sedangkan skor FIM meningkat hanya pada 3 minggu pertama. Peningkatan skor Fugl Meyer lebih tinggi pada kelompok mirror (rerata=20,5) dibanding kelompok sham (rerata 13,75), walaupun secara statistik tidak signifikan.
Kesimpulan: Mirror therapy dapat meningkatkan pemulihan motorik pada pasien strok fase pemulihan. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan sampel lebih besar untuk mendapatkan hasil yang bermakna.

Objective: To evaluate the effect of mirror therapy on motor recovery of stroke patients.
Study design: Intervention study.
Methods: A randomized, controlled, assessor blinded trial in outpatient with first stroke, that were divided into two groups: mirror and sham. They completed a protocol of six week mirror therapy or sham therapy for 30 minutes 3 times a week, in addition to standard occupational therapy program.
Outcome parameters: Fugl Meyer Assessment for upper extremity and Functional Independence Measure (FIM).
Results: Eighteen patients (mean age 53,9 yo), all within 6 months post stroke were enrolled. Fugl Meyer score increased in both group after three weeks and six weeks intervention (p<0,001), FIM score increased only in the first three weeks. The Fugl Meyer mean score improved more in the mirror group than in the sham group (by mean 20,5 vs. 13,75), but statistically not significant.
Conclusions: Mirror therapy could enhances hand motor recovery in subacute stroke patient. Due to limited sample, further study is needed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarti
"TUJUAN: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara pola jalan dengan pemulihan motorik berdasarkan stadium Brunnstrom pada penderita pasca stroke
METODE: Subjek penelitian adalah penderita stroke fase subakut dan fase kronis ( onset > 2 minggu) yang non hemiparesis, hemiparesis kanan dan hemiparesis kiri. Dilakukan pemeriksaan fisik dan penilaian pemulihan motorik berdasarkan stadium Brunnstrom. Diberikan penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan penelitian. Subjek berjalan pada lintasan sepanjang 10 meter sehingga didapatkan kecepatan berjalannya. Selanjutnya subjek berjalan pada alat gait analyser selama 2 menit, dengan memasukkan kecepatan tiap subjek di alat gait analyser. Didapatkan nilai step length sisi sehat, step length sisi sakit, stride length dan cadence tiap-tiap subjek.
HASIL: Terdapat 30 subjek dalam penelitian ini. Rerata nilai step length sisi sehat 29,69 + 12,65 cm, step length sisi sakit 32,36 + 10,75 cm, stride length 61,85 + 16,89 cm, cadence 71 + 21,66 langkah/menit. Frekuensi subjek dengan pemulihan motorik Brunnstrom 2 terdapat 2 orang (6,7%), Brunnstrom 3 terdapat 6 orang (20%), Brunnstrom 4 terdapat 5 orang (16,7%) pada Brunnstrom 5 terdapat 8 orang( 26,7%) dan Brunnstrom 6 terdapat 9 orang (30%).
SIMPULAN: Terdapat korelasi lemah sampai sedang antara step length sisi sehat, step length sisi sakit, stride length, cadence dengan pemulihan motorik berdasarkan stadium Brunnstrom.

OBJECTIVE: The purpose of this research is to find out correlation between gait pattern with motor recovery based on Brunnstrom stages for stroke patient.
METHODS: The subject of these research are stroke patient in subacute and chronic phase ( onset > 2 weeks) non hemipharetic, right and left hemipharetic. Physical examination and scoring motor recovery based on Brunnstron stage. The patient were given the explanation of the procedure for the research. The subject walks on 10 metres track to get walking speed. Next, subject walks on the gait analyzer for 2 minutes, with walking speed installed to gait analyzer. The outcome measurements consist of step length on unaffected and affected side, stride length and cadence for every subjects.
RESULTS: There are 30 subject in this research. Average step length score on unaffected 29,69 + 12,65 cm, step length on affected side 32,36 + 10,75 cm, stride length 61,85 + 16,89 cm, cadence 71 + 21,66 step/minutes. Frequent subject with motor recovery Brunnstrom 2 are 2 subjects ( 6,7%), Brunnstrom 3 are 6 subjects (20%), Brunnstrom 4 are 5 subjects ( 16,7 %), Brunnstrom 5 are 8 subject (26,7%) and Brunnstrom 6 are 9 subject (30%).
CONCLUSIONS: There is a mild until moderate correlation between step length on unaffected and affected, stride length, cadence and motor recovery based on Brunnstrom stages."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manik, Djohar
"Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang proses pencarian makna hidup pada penderita stroke. Penelitian ini didasarkan pada semakin meningkatnya penderita stroke sekarang ini. Penyakit stroke tidak saja menyerang orang yng berusia 40 tahun ke atas, tetapi juga mulai menyerang kaum muda (40 tahun ke bawah). Kenyataan bahwa penyakit stroke adalah penyakit pembunuh nomer tiga di Indonesia, membuat penyakit ini perlu diwaspadai. Penyakit stroke menyebabkan penderitanya mengalami defisiensi, antara lain yaitu cacat fisik, kehilangan memori, dan tidak mampu bicara. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya ketidakbermaknaan dalam hidupnya. Oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana akhirnya penderita stroke dapat meraih makna hidupnya.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data utama. Penelitian ini didasarkan pada teori-teori tentang Logoterapi dari Victor Frankl (1985) dan beberapa ahli lain termasuk H.D Bastaman (1996) yang dilakukan pada empat orang penderita stroke pria berusia dewasa menengah. Selain menggunakan metode wawancara, penelitian ini juga menggunakan metode observasi sebagai metode pelengkap.
Hasil secara umum menunjukkan bahwa keempat subyek saat ini telah menemukan makna dari penyakit stroke yang dideritanya. Semua subyek juga dapat dikatakan mempunyai semua komponen keberhasilan penemuan makna hidup yaitu Komponen Personal, Komponen Sosial, Komponen Nilai dan Komponen Spiritual.
Untuk kategori proses penemuan makna hidup, tiga subyek pernah mengalami tahap meaningless sedangkan satu subyek tidak mengalaminya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah keimanan. Secara umum semua subyek mengalami semua tahap penemuan makna hidup yakni Tahap Derita, Tahap Penerimaan Diri, Tahap Penerimaan Makna Hidup, Tahap Realisasi Makna dan Tahap Kehidupan Bermakna. Tiga subyek menunjukkan urutan yang persis sama sedangkan satu subyek berbeda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3346
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S7657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Tutik Sri Hariyati
"Stroke sering menimbulkan gangguan fungsi eliminasi yaitu inkontinensia urin urin. Pada pasien stroke kondisi inkonrinensia urin sering menimbulkan masalah baru yang akan memperberat kondisi pasien. Latihan berkemih atau bladder training dari penelitian Fant, 1991 menunjukkan bahwa 50 % dari sampel percobaannya menjadi mampu mengontrol kencing, dan 12 % menjadi total kontinen. Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan selama tiga bulan dengan responden sebanyak 38 pasien stroke, dimana 19 sebagai kelompok intervensi, dan 19 sebagai kelompok kontrol. Karakteristik responden sebagai berikut: jumlah pasien stroke Hemoragie di ruang intervensi 0,59 % dan stroke iskemi 0,41%. Di ruang Kontrol jumlah stroke Hemoragie 0,47 %, sedangkan stroke Iskemia 0,53 %. Jika dibandingkan dengan usia, maka jumlah stroke Hemoragie dan lansia di ruang intervensi 0,21 %, di ruang kontrol 0,26 %. Hasil dari penelitian menunjukan ada perbedaan yang bermakna terhadap masa pemulihan inkontinensia urin urin pada pasien yang bladder retraining-nya terprogram dengan baik dan yang tidak terprogram dengan baik. Pada ruangan intervensi jika tidak dibedakan jenis strokenya dan usianya maka diperoleh lama inkontinensia urin rataratanya 13,11 hari, sedangkan di ruang kontrol 22,7 hari. Setelah dianalisa dengan CI 95% dengan uji T-test ternyata perbedaan ini bermakna dengan p= 0,012."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Stroke sering menimbulkan gangguan fungsi eliminasi yaitu inkontinensia urin urin. Pada psien stroke kondisi inkontinensia urin urin sering menimbulkan masalah baru yang akan memperberat kondisi pasien. Latihan berkemih atau bladder training dari penelitian Fanl, 1991 menunjukkan bahwa 50% dari sampel percobaannya menjadi mampu mengontrol kencing, dan 12 % menjadi total kontinen.
Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan selama tiga bulan dengan responden sebanyak 38 pasien stroke, dimana 19 sebagai kelompok intervensi, dan 19 sebagai kelompok kontrol Karakteristik responden sebagai berikut: jumlah pasien stroke Hemoragie di ruang intervensi 0,59 % dan stroke iskemi 0,41%. Di ruang Kontrol jumlah stroke Hemoragie 0,47 %, sedangkan stroke lskemia 0,53 %. Jika dibandingkan dengan usia, maka jumlah stroke Hemoragie dan lansia di ruang intervensi 0,21 %, di ruang kontrol 0,26 %.
Hasil dari penelitian menunjukan ada perbedaan yang bermakna terhadap masa pemulihan inkontinensia urin urin pada pasien yang bladder retraining-nya terprogram dengan baik dan yang tidak terprogram dengan baik. Pada ruangan intervensi jika tidak dibedakan jenis strokenya dan usisnya maka diperoleh lama Inkominensia urin rata-ratanya 13,11 hari, sedangkan di maka kontrol 22,7 hari. Setelah dianalisa dengan C 95% dengan uji T-test ternyata perbedaan ini bermakna dengan p= 0,012."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2000
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>