Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111112 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iqbal Fikri Ihsan
"Wilayah Pesisir di Kabupaten Karawang memiliki garis pantai yang panjang dari barat hingga ke timur. Panjang garis pantai karawang yang membentang dari barat hingga timur berhadapan langsung dengan laut jawa. Hal ini menjadikan garis pantai di Kabupaten Karawang rentan terhadap perubahan garis pantai baik karena proses abrasi atau karena proses akresi. Abrasi dan akresi merupakan fenomena alam yang pasti terjadi pada pantai, tetapi kejadian dapat dipercepat dengan faktor aktifitas manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang terjadi akibat proses abrasi dan proses akresi terhadap perubahan luas penutup lahan di wilayah pesisir Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan dua jenis citra, yaitu citra Landsat 7 ETM+ dan citra Landsat 8 OLI/TIRS dengan periode tahun 1998-2008 dan 2008-2018. Metode yang digunakan pada penelitian yaitu Spatial Temporal dengan membandingkan luas perubahan garis pantai abrasi, akresi dan luas penutup lahan yang terjadi dalam dua periode tahun berbeda yaitu tahun 1998-2008 dan 2008-2018.

The coastline area in the Karawang district has a long shoreline that stretches from west to east. The length of the Karawang shoreline directly faces the java sea. This makes the shoreline in Karawang district susceptible to the shoreline changes either in the abrasion process or accretion process. Abrasion and accretion are natural phenomena that will occur from the shore, but this can be accelerated by human activities. The purpose of this research was to analyze the effect of shoreline changes that occur due to abrasion and accretion processes on changes in land cover in the coastline area of Karawang district. This research used two types of images, Landsat 7 ETM+ and Landsat 8 OLI/TIRS. The method of this research was using Spatial-Temporal by comparing the area of shoreline changes in abrasion, accretion, and land cover area which occurred in two different periods of time which was in 1998-2008 and 2008-2018."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuartri Puspita Arum
"ABSTRAK
Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Indonesa yang memiliki wilayah pesisir terpanjang, dengan panjang sebesar 76,42 Km dan luas wilayah pesisir sekitar 1.168,85 km2. Proses dominan yang terjadi di pesisir Kabupaten Karawang adalah abrasi dan garis pantai  mundur antara 50-300 meter ke arah.  Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besar perubahan garis pantai yang terjadi di Kabupaten Karawang menggunakan citra Landsat  multi-waktu dengan pendekatan pasang-surut. Hasilnya Perubahan garis pantai lebih dinamis ketika periode 1999-2009 dengan luas abrasi sebesar 8611954m2 dan akresi sebesar 5471645m2. Hal ini dikarenakan pada periode tersebut berada pada dua jenis pasang surut yang berbeda, dimana pada tahun 1999 terjadi mixed-semidiurnal (Condong Ganda),  sedangkan untuk tahun 2009 pasut jenis mixed-diurnal (Condong Tunggal). Kemudian untuk periode 2009-2019 berada pada jenis pasut yang sama yaitu pasut jenis mixed-diurnal (Condong Tunggal) yang menyebabkan garis pantai terdeteksi mengalami sedikit perubahan.  Masing-masing segmen mengalami perubahan garis yang berbeda-beda pada tiap periode penelitian karena adanya variasi kemiringan, tutupan lahan dan morfologi muara sungai.

ABSTRACT
Karawang Regency is one of the districts in Indonesia which has the longest coastal area, with a length of 76.42 km and an area of around 1,168.85 km2 of coast. The dominant process that occurs on the coast of Karawang Regency is abrasion and the coastline retreating between 50-300 meters in a direction. The purpose of this study was to determine the extent of shoreline changes that occurred in Karawang Regency using multi-time Landsat imagery with a tidal approach. The result Changes in the shoreline were more dynamic during the period 1999-2009 with an abrasion area of 8611954m2 and an accretion of 5471645m2. This is because during that period there were two different types of tides, where in 1999 there was a mixed-semidiurnal (Double Leaning), while in 2009 the tide was mixed-diurnal (Leaning Tunggal). Then for the period 2009-2019 there was the same type of tide, namely the mixed-diurnal type tide (Leaning Tunggal) which caused the detected coastline to experience slight changes. Each segment experienced different line changes in each study period due to variations in slope, land cover and river estuary morphology."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Nandaniko
"ABSTRAK
Kedinamisan wilayah pesisir dapat diamati dengan mengamati parameter berupa perubahan garis pantai baik akibat abrasi maupun akresi. Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat merupakan kabupaten yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga menyebabkan di sepanjang pesisir utara Kabupaten Karawang menjadi rentan akan fenomena perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi telah mengakibatkan hilangnya wilayah daratan seperti permukiman serta tambak penduduk yang merugikan warga setempat. Sama seperti abrasi, akresi juga dapat merugikan masyarakat sekitar karena akibatnya yang menimbulkan pendangkalan muara sungai sehingga menghambat lalu lintas kapal dan perahu. Tiga faktor oseanografis penting yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah arus, gelombang, dan pasang surut. Selain itu, faktor topografi pantai dan penggunaan lahan juga turut dipertimbangkan. Dilakukan analisis mengenai ada atau tidak terdapatnya pengaruh topografi pantai terhadap abrasi dan akresi yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan garis pantai. Dengan memodelkan prediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi di masa depan, langkah preventif dapat dilakukan guna mencegah dampak negatif yang merugikan warga setempat dari fenomena ini. Model prediksi perubahan garis pantai didapatkan dari informasi laju perubahan di setiap garis transek yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Karawang. Laju perubahan didapatkan dari data perubahan garis pantai yang diolah dengan mengekstraksi citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018, Landsat 7 ETM+ tahun 2008, dan Landsat 5 TM tahun 1998. Analisis perubahan garis pantai dikaji dalam pendekatan per segmen. Dalam melihat hubungan antara topografi pantai dengan abrasi dan akresi, digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa topografi pantai yang landai cenderung terjadi akresi. Sebaliknya, abrasi lebih mudah terjadi di wilayah dengan topografi pantai yang lebih curam. Untuk penggunaan lahan, adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan tambak akan mempercepat proses abrasi. Sedangkan ekosistem mangrove mendukung terjadinya fenomena akresi. Model prediksi abrasi diprediksi terjadi paling besar di bagian tengah Kabupaten Karawang. Sedangkan untuk akresi, bagian paling Timur Kabupaten Karawang diprediksi menjadi wilayah dengan luasan akresi terbesar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Nandaniko
"Kedinamisan wilayah pesisir dapat diamati dengan mengamati parameter berupa perubahan garis pantai baik akibat abrasi maupun akresi. Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat merupakan kabupaten yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga menyebabkan di sepanjang pesisir utara Kabupaten Karawang menjadi rentan akan fenomena perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi telah mengakibatkan hilangnya wilayah daratan seperti permukiman serta tambak penduduk yang merugikan warga setempat. Sama seperti abrasi, akresi juga dapat merugikan masyarakat sekitar karena akibatnya yang menimbulkan pendangkalan muara sungai sehingga menghambat lalu lintas kapal dan perahu. Tiga faktor oseanografis penting yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah arus, gelombang, dan pasang surut. Selain itu, faktor topografi pantai dan penggunaan lahan juga turut dipertimbangkan. Dilakukan analisis mengenai ada atau tidak terdapatnya pengaruh topografi pantai terhadap abrasi dan akresi yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan garis pantai. Dengan memodelkan prediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi di masa depan, langkah preventif dapat dilakukan guna mencegah dampak negatif yang merugikan warga setempat dari fenomena ini. Model prediksi perubahan garis pantai didapatkan dari informasi laju perubahan di setiap garis transek yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Karawang. Laju perubahan didapatkan dari data perubahan garis pantai yang diolah dengan mengekstraksi citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018, Landsat 7 ETM+ tahun 2008, dan Landsat 5 TM tahun 1998. Analisis perubahan garis pantai dikaji dalam pendekatan per segmen. Dalam melihat hubungan antara topografi pantai dengan abrasi dan akresi, digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa topografi pantai yang landai cenderung terjadi akresi. Sebaliknya, abrasi lebih mudah terjadi di wilayah dengan topografi pantai yang lebih curam. Untuk penggunaan lahan, adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan tambak akan mempercepat proses abrasi. Sedangkan ekosistem mangrove mendukung terjadinya fenomena akresi. Model prediksi abrasi diprediksi terjadi paling besar di bagian tengah Kabupaten Karawang. Sedangkan untuk akresi, bagian paling Timur Kabupaten Karawang diprediksi menjadi wilayah dengan luasan akresi terbesar.

Dynamics of coastal areas can be observed by observing the parameters in the form of shoreline changes both due to abrasion and accretion. Karawang Regency, which is located in West Java Province, is a regency that borders the Java Sea directly, so that along the northern coast of Karawang Regency it becomes vulnerable to the phenomenon of coastline changes. Abrasion that occurred has resulted in the loss of land area such as settlements and resident pond which harm local residents. Just like abrasion, accretion can also be detrimental to the surrounding community because of the consequence that it causes siltation of river estuaries which hampers ship and boat traffic. Three important oceanographic factors that influence changes in shoreline are currents, waves, and tides. In addition, coastal topography and land use factors are also considered. An analysis of the presence or absence of coastal topographical effects on abrasion and accretion is carried out, as well as how the influence of land use on shoreline changes. By modeling predictions of shoreline changes that will occur in the future, preventive steps can be taken to prevent negative impacts that can harm local residents of this phenomenon. The prediction model for shoreline change is obtained from information on the rate of change in each line of transects that are scattered along the coastline of Karawang Regency. The rate of change was obtained from the shoreline change data processed by extracting Landsat 8 OLI/TIRS satellite images year 2018, Landsat 7 ETM + year 2008, and Landsat 5 TM year 1998. The shoreline change analysis was assessed in a per segment approach. In perceiving the relationship between coastal topography and abrasion and accretion, simple linear regression analysis was used. The results show that the sloping topography of the beach tends to accretion. Conversely, abrasion is occur easier in regions with steeper coastal topography. For land use, the conversion of land into settlements and ponds will accelerate the abrasion process. While the mangrove ecosystem supports the occurrence of accretion phenomena. The abrasion model is predicted to occur most in the central part of Karawang Regency. While for accretion, the easternmost part of Karawang Regency is predicted to be the region with the largest accretion area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Febriono Putra
"Banjir merupakan bencana yang hampir setiap tahun terjadi di wilayah-wilayah Indonesia, salah satunya Kabupaten Karawang. Analisis Penginderaan Jauh menjadi penting dilakukan untuk mengetahui persebaran daerah yang berpotensi banjir dengan memperhatikan aspek geomorfologi dikarenakan lebih efisien, murah, dan jangkauannya luas. Berdasarkan topografi dan morfologinya, Kabupaten Karawang sebagian besar merupakan dataran yang relatif rendah dengan variasi ketinggian antara 0-5 mdpl, terdiri dari dataran, perbukitan, dan pegunungan dengan dominasi kemiringan lereng 0-2%. Metode yang digunakan adalah metode penginderaan jauh menggunakan data satelit Himawari-8 yang nantinya digabungkan dengan data lain seperti data indeks banjir dari BNPB dan data administratif dari BIG. Setelah itu, data diolah menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.4 yang meliputi pembuatan peta potensi banjir dan peta geomorfologi. Hasil Analisis menunjukkan bahwa daerah penelitian memiliki morfologi dominan berupa dataran rendah dengan kemiringan lereng 0-2% yang mencapai kurang lebih 75%. Selain dataran rendah, terdapat morfologi perbukitan dan pegunungan dengan elevasi 50 sampai lebih dari 1000 mdpl dengan kemiringan lereng bervariatif antara 2-140%. Untuk persebaran daerah potensi banjir, didapatkan hasil bahwa dari 30 kecamatan yang ada di Kabupaten Karawang, hanya dua kecamatan yang tidak berpotensi banjir, yakni kecamatan Ciampel dan Kota Baru. Secara kuantitatif, potensi kejadian banjir yang terjadi di Kabupaten Karawang pada Mei 2019 sebesar 36 potensi kejadian dengan jumlah terbanyak terdapat pada minggu ketiga sebesar 11 potensi kejadian

Flood is a disaster which occurs almost every year in some of Indonesian regions, one of them is Karawang Regency. Remote Sensing Analysis is important to know the distribution of areas that have the potential to flood by paying attention to geomorphological aspects because it is more efficient, inexpensive, and has a wide range. Based on the topography and morphology, Karawang regency is mostly a relatively low plain with a height variation between 0-5 meters above sea level, consisting of plains, hills, and mountains with the dominant slope of 0-2%. The method used is a remote sensing method using Himawari-8 satellite data which will be combined with other data such as flood index data from BNPB and administrative data from BIG. After that, the data is processed using ArcGIS 10.4 software which includes making flood potential maps and geomorphological maps. The analysis shows that the study area has a dominant morphology in the form of lowlands with a slope of 0-2% which reaches approximately 75%. In addition to the lowlands, there is morphology of hills and mountains with elevations of 50 to more than 1000 masl with slope vary between 2-140%. For the distribution of potential flooding areas, the results obtained are that from 30 sub-districts in the Karawang regency, only two sub-districts have no potential for flooding, such as Ciampel and Kota Baru sub-districts. Quantitatively, the potential for floods that occurred in Karawang Regency in May 2019 was 36 potential floods with the most number being in the third week of 11 potential floods"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dafa Rizkika
"Pertumbuhan ekonomi yang pesat dapat berpengaruh pada perkembangan area pertambangan, sehingga diperlukan eksplorasi mineral berkelanjutan sebagai solusi permasalahan tersebut dengan menggunakan penginderaan jauh sebagai langkah awal eksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi zona alterasi pada daerah Bojong dan sekitarnya, zona alterasi tersebut ditentukan berdasarkan persebaran mineral penciri alterasi hidrotermal seperti klorit, alunit, epidot, serisit, illit, dan muskovit. Metode yang digunakan merupakan Principal Component Analysis (PCA) dan Band Ratio (BR), hasil analisis metode penginderaan jauh diverifikasi dengan studi lapangan dan analisis petrografi. Hasil penelitian ini berdasarkan integerasi metode PCA dan BR serta validasi studi lapangan menunjukkan bahwa zona alterasi hidrotermal yang ditemukan merupakan alterasi propilitik serta ditemukan mineral alterasi yang dapat ditambang berupa mineral zeolit. Zona alterasi hidrotermal dan persebaran mineral alterasi pada daerah penelitian teridentifikasi berada tersebar pada bagian selatan dan tenggara.

Rapid economic growth can affect the development of mining areas, so suistainable mineral exploration is needed as a solution to problems by using remote sensing as the first step in exploration. This study aims to identify alteration zones in the Bojong area and its surroundings, the alteration zones are determined based on the distribution of minerals characteristic of hydrothermal alteration such as chlorite, alunite, epidote, sericite, illite, and muscovite. The methods used are Principal Component Analysis (PCA) and Band Ratio (BR), the results of the analysis of remote sensing methods are validated by field studies and petrographic analysis. The results of this study based on the integration of the PCA and BR methods as well as the verification of filed studies show that the hydrothermal alteration zones found are porphylitic alteration and the alteration minerals found to be minable are zeolite minerals. The hydrothermal alteration zone and the distribution of alteration minerals in the identified research area are scattered in the south and southeast."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurwita Mustika Sari
"Vegetasi memegang peran penting bagi terwujudnya lingkungan wilayah yang berkelanjutan. Kondisi Kabupaten Majalengka saat ini yang telah memiliki Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan dilalui jalan tol Cipali berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah ini. Dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan investasi dan pembangunan fisik akan meningkat pesat di wilayah ini seiring dengan peningkatan aksesibilitas. Hal ini menjadi penyebab perubahan distribusi vegetasi yang menyebabkan perubahan kualitas lingkungan. Dalam penelitian ini dikaji distribusi vegetasi di wilayah kajian dari pengolahan data citra satelit penginderaan jauh tahun 2016-2020, kualitas lingkungan berdasarkan indeks vegetasi serta pengaruh kualitas vegetasi terhadap distribusi spasial suhu permukaan di wilayah kajian. Model sebaran vegetasi dan non vegetasi multitemporal menunjukkan bahwa terjadi penurunan luasan vegetasi sebanyak 4.329,6 hektar menjadi area non vegetasi pada rentang waktu 2016-2020. Berdasarkan analisis terhadap profil indeks vegetasi SR, NDVI dan EVI untuk periode tahun 2016 dan 2020, dapat dilihat bahwa telah terjadi penurunan indeks vegetasi pada periode tersebut. Model kualitas vegetasi lapangan menunjukkan bahwa kualitas vegetasi paling tinggi adalah tipe vegetasi hutan, dilanjutkan kebun campuran, semak belukar dan lahan sawah. Model kualitas lingkungan telah dibangun dengan fuzzy logic yang menunjukkan kelas kualitas lingkungan yang bervariasi dari kualitas lingkungan sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Model spasial menunjukkan distribusi kualitas lingkungan terbaik pada wilayah sebagian besar di tipe tutupan vegetasi hutan alam. Berdasarkan analisis terhadap model spasial kualitas lingkungan dan suhu permukaan, dapat diketahui bahwa indeks vegetasi memiliki hubungan negatif dengan suhu permukaan yang mempengaruhi kenyamanan termal bagi penduduk.

Vegetation plays an important role for the realization of a sustainable regional environment. The current condition of Majalengka Regency with the West Java International Airport (BIJB) and Cipali toll road has the potential to increase the economic growth of this region. The investment and physical development increase rapidly along with increasing accessibility. It changes in the distribution of vegetation which causes changes in environmental quality. This study examines the distribution of vegetation from remote sensing satellite imagery data processing for 2016- 2020, predictions of environmental quality based on modeling of vegetation indices and the influence of vegetation quality on the spatial distribution of surface temperatures in the study area. The multitemporal distribution of vegetation and non-vegetation models shows that there is a decrease in vegetation area of 4,329.6 hectares to non-vegetated areas in the 2016-2020 period. Based on the analysis of the vegetation indices profiles for 2016 and 2020, there has been a decline in the vegetation index during that period. The field vegetation quality model shows that the highest vegetation quality is forest vegetation type, followed by mixed gardens, shrubs and paddy fields. The environmental quality model using fuzzy logic shows environmental quality classes that vary from very low, low, medium, high and very high. The spatial model shows the distribution of the best environmental quality in the area mostly in the type of natural forest vegetation cover. Based on the analysis, the vegetation index has a negative relationship with surface temperature which affects thermal comfort for residents."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Atikoh
"Sejak sepuluh tahun terakhir hutan mangrove di Karawang telah menjadi percontohan bagi pengelolaan mangrove di Jawa Barat. Namun beberapa wilayah mengalami kerusakan dan penurunan luas. Skripsi ini membahas perubahan luasan mangrove serta kaitannya dengan sosial ekonomi di pesisir Kabupaten Karawang tahun 2009 dan 2019 menggunakan citra landsat. Variabel sosial ekonomi yang digunakan antara lain mata pencaharian utama (mp), lokasi lahan usaha (llu), pemanfaatan lahan (pl), persepsi terhadap hutan mangrove (phm). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Metode penelitian yang digunakan antara lain supervised classification untuk klasifikasi tutupan mangrove, overlay untuk analisis perubahan lahan, dan uji chi square untuk analisis hubungan sosial ekonomi dengan perubahan tutupan mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan tutupan mangrove tahun 2014-2019 bertambah sebanyak 448,75 ha. Sedangkan perubahan tutupan mangrove tahun 2009-2019 bertambah sebesar 565,11 ha. Secara umum, wilayah tutupan mangrove bertambah, namun ada beberapa wilayah yang luasan tutupan mangrovenya berkurang atau menghilang. Ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan perubahan tutupan mangrove yang berkurang dengan hubungan kuat. Namun, tidak ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan perubahan tutupan mangrove yang bertambah. Hal ini dikarenakan area tutupan mangrove yang bertambah terjadi karena adanya pelestarian hutan mangrove oleh pemerintah, POKMAS, dan perusahaan setempat dan tidak ada hubungannya dengan sosial ekonomi masyarakat.

Since the last ten years, mangrove forests in Karawang have become a model for mangrove management in West Java. But some areas experienced extensive damage and decline. This thesis discusses the changes in the extent of mangroves and their relation to the socio-economy on the coast of Karawang Regency in 2009 and 2019 using Landsat imagery. Socioeconomic variables used include main livelihood, location of business land, land use, perception of mangrove forests. This is quantitative research with a descriptive design. The research methods used include supervised classification for the classification of mangrove cover, overlays for land change analysis, and cross tables for analysis of changes in mangrove cover with social economy. The results showed that changes in 2014-2019 increased by 448,75 ha. While changes in mangrove cover in 2009-2019 increased by 565,11 ha. In general, mangrove cover areas have increased, but there are some areas where mangrove cover areas have decreased or disappeared. Socioeconomic characteristics affect the change in mangrove cover that is reduced. As for changes in mangrove cover that increases, there is no effect of socioeconomic characteristics on changes in mangrove cover that increases. This is due to the increased area of mangrove cover that occurs due to the preservation of mangrove forests by the government, POKMAS, and local companies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Ardya Pratama
"Daerah Cisolok, Sukabumi menjadi salah satu lapangan panas bumi yang memiliki manifestasi panas bumi seperti travertine, geyser dan hot pool. Keberadaan panas bumi ini memperlihatkan prospek dari adanya alterasi dan mineralisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tipe dan persebaran suatu mineralisasi dan alterasi yang ada pada daerah penelitian, membuat model penampang alterasi, dan mengidentifikasi tingkat akurasi metode citra satelit dengan data lapangan yang diperoleh. Metode penelitian yang akan digunakan antara lain analisis data citra satelit seperti metode FFD, LST, dan PCA, lalu digunakan juga penelitian lapangan dan data lapangan tersebut dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis petrografi dan XRD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis alterasi yang ada pada daerah penelitian antara lain alterasi argilik, propilitik, dan filik. Hal ini dapat diidentifikasi melalui hasil kombinasi dari analisis petrografi, XRD, dan PCA. Tipe mineralisasi pada daerah penelitian adalah mineralisasi pirit yang diidentifikasi melalui hasil analisis petrografi dan XRD. Nilai akurasi metode FFD, LST, dan PCA dengan data penelitian lapangan pada daerah penelitian memiliki akurasi yang kurang baik, sedang, dan cukup baik. Hal ini disesuaikan dengan tingkat kesamaan dari hasil korelasi antara data lapangan dengan metode citra satet yang digunakan. Model penampang alterasi hidrotermal daerah penelitian memiliki sebaran tipe alterasi yang ditarik melalui satu garis penampang.

The Cisolok area, Sukabumi is one of the geothermal fields that has geothermal manifestations such as travertines, geysers and hot pools. The existence of this geothermal shows the prospect of alteration and mineralization. The purpose of this study is to identify the type and distribution of mineralization and alteration in the study area, create a cross-sectional model of alteration, and identify the accuracy of the satellite imagery method with the obtained field data. The research methods that will be used include analysis of satellite image data such as the FFD, LST, and PCA methods, then field research is also used and the field data is further analyzed using petrographic analysis and XRD. The results showed that the types of alteration that existed in the study area were argillic, propylitic, and philic alterations. This can be identified through the combined results of petrographic analysis, XRD, and PCA. The type of mineralization in the study area is pyrite mineralization which was identified through the results of petrographic and XRD analysis. The accuracy values ​​of the FFD, LST, and PCA methods with field research data in the research area have poor, moderate, and quite good accuracy. This is adjusted to the level of similarity of the results of the correlation between the field data and the satellite image method used. The cross-sectional model of hydrothermal alteration in the study area has a distribution of alteration types drawn through one cross-sectional line."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fikri Syahar
"ABSTRAK
Kecamatan Ciemas merupakan daerah yang terkenal dengan kesuburan tanahnya tetapi masih banyak daerah yang belum memanfaatkan kesuburan tanah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sebaran kandungan bahan organik tanah di Kecamata Ciemas dengan menggunakan citra Landsat 8 dan analisis statistik regresi linier serta dikaitkan dengan jenis tanah, penggunaan tanah, dan kemiringan lereng. Hasilnya adalah sebaran kandungan bahan organik tanah di Kecamatan Ciemas tersebar hampir merata di seluruh wilayah dengan kelas sangat tinggi, sementara klasifikasi kelas tinggi terdapat dibeberapa bagian wilayah penelitian. Klasifikasi sedang dan rendah tidak terdapat di wilayah penelitian. Citra Landsat 8 dengan menggunakan bantuan dari rumus NDSI tidak terdapat hubungan yang kuat dengan kandungan bahan organik tanah. Hal ini didasarkan analisis regresi linier antara nilai bahan organik tanah dengan pixel value dari hasil pengolahan rumus NDSI sebesar 0,216. Sehingga hasil pengolahan citra landsat 8 dengan menggunakan rumus NDSI belum mampu mengetahui kandungan bahan organik tanah. Sebaran kandungan bahan organik dengan klasifikasi tinggi terdapat pada penggunaan tanah sawah dengan jenis tanah alluvium hidromorf dan dominasi dari jenis tanah kompleks laterik merah kekuningan dan podsolik merah kekuningan yang terdapat pada kemiringan lereng 15 ? 40 % sampai >40%. Sebaran kandungan bahan organik dengan klasifikasi sangat tinggi terdapat pada hampir seluruh wilayah Kecamatan Ciemas yang di dominasi oleh penggunaan tanah hutan dengan jenis tanah dominasi kompleks latosol merah kekuningan, latosol coklat kemerahan dan latosol yang terdapat pada kemiringan lereng 2 ? 15% sampai 15 ? 40 %.

ABSTRACT
Subdistrict Ciemas is an area that is famous for soil fertility but there are still many areas that do not take advantage of the fertility of the land. The purpose of this study was to determine the distribution of soil organic matter content in Kecamata Ciemas using Landsat 8 and linear regression statistical analysis and associated soil type, land use, and slope. The result is a distribution of soil organic matter content in the District Ciemas spread almost evenly across the region with a very high grade, high-grade classification while there are some parts of the study area. Medium and low classification is not in the research area. Landsat 8 with the help of the formula NDSI there is no strong relationship with soil organic matter content. This is based on linear regression analysis between the values ​​of soil organic matter with a pixel value of the processing results NDSI formula of 0.216. So that the processing of Landsat 8 using the formula NDSI not been able to determine the content of soil organic matter. Distribution of organic matter content with a high classification contained in land use paddies hidromorf alluvium soil type and the dominance of the complex soil types laterik yellowish red and yellowish red podsolic found on the slope of 15-40% to> 40%. Distribution of organic matter content with the classification of very high-exist in almost the entire territory of the District Ciemas which is dominated by the use of forest land with soil type dominance of complex latosol yellowish red, latosol reddish brown and latosol found on the slope of 2-15% to 15-40%
;;"
2016
S64094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>