Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152205 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irham Adrie Hakiki
Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2019
627 JTHID 10:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irham Adrie Hakiki
"Teknologi pemecah gelombang apung semakin banyak dikembangkan seiring dengan meningkatnya ketertarikan dalam konstruksi struktur apung untuk berbagai fungsi infrastruktur. Penelitian untuk berbagai jenis material dan geometri dilakukan untuk optimasi kinerja pemecah gelombang apung. Pada struktur dengan dimensi yang mirip, struktur yang lebih kaku memberikan kinerja yang lebih baik. Pemecah gelombang apung yang besar dan kaku dapat dikonstruksi dengan beton. Akan tetapi, ketika terdapat batasan dimensi untuk aplikasi pemecah gelombang, baik yang disebabkan oleh faktor metode konstruksi ataupun transportasi, metode alternatif untuk meningkatkan kinerja perlu untuk dikembangkan. Penggunaan konfigurasi ganda diajukan untuk mengatasi batasan tersebut. Kinerja struktur ditinjau dengan model fisik skala laboratorium dengan membandingkan kinerja konfigurasi struktur tunggal dengan struktur ganda untuk berbagai jarak penempatan. Pemecah gelombang yang diuji berukuran 1,2 m x 0,3 m x 0,15 m dan diujikan pada gelombang acak dengan berbagai kombinasi tinggi gelombang dan periode. Variasi jarak penempatan untuk konfigurasi ganda adalah 30 cm, 60 cm, dan 90 cm. Berdasarkan hasil uji diketahui bahwa konfigurasi ganda dapat meningkatkan kinerja struktur sampai 20%. Kinerja tersebut dipengaruhi oleh rasio jarak antar modul dan panjang gelombang. Rasio yang semakin membesar menghasilkan performa yang semakin baik pada kondisi jarak antar struktur yang tidak melebihi 0,65 dari panjang gelombang."
Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2020
627 JTHID 11:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfirman Basir
"Nilai tukar merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan oleh para pelaku ekonomi dalam menjalankan aktivitas ekonominya. Apresiasi (depresiasi) rupiah akan mempengaruhi harga produk impor (ekspor) dan nilai aset indonesia yang kemudian akan mempengaruhi variabel-variabel ekonomi lainnya seperti suku bunga, inflasi, tingkat pengangguran, dan pendapatan nasional. Perekonomian indonesia -yang kecil dan terbuka, didukung sistem devisa bebas dan sistem nilai tukar mengambang- menyebabkan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan non-ekonomi. Fluktuasi nilai tukar rupiah sejak penerapan sistem nilai tukar mengambang bebas menimbulkan pertanyaan mengenai sumber fluktuasi tersebut. Dengan memodifikasi metode Vector Auto Regression (VAR) yang digunakan oleh Osbat, Ruffer, dan Schnatz (2003) penulisan skripsi ini berupaya untuk menganalisa sumber fluktuasi nilai tukar riil rupiah pada periode sistem nilai tukar mengambang bebas (1998:1 - 2006:4). Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan model VAR dengan lima variabel, yakni harga minyak indonesia (ot), pengeluaran pemerintah relatif (gt), tingkat produktivitas relatif (yt), perbedaan suku bunga (i), dan nilai tukar riil rupiah (qt). Dari variance decomposition dapat diketahui pergerakan nilai tukar riil rupiah dipengaruhi oleh pergerakan nilainya di masa lalu, produktivitas, pengeluaran pemerintah, perbedaan suku bunga, dan harga minyak indonesia. Dari output accumulated Impulse Response Function (IRF) diketahui bahwa peningkatan harga minyak indonesia, pengeluaran pemerintah, produktivitas, perbedaan suku bunga akan menyebabkan terapresiasinya nilai tukar riil rupiah. Dari output accumulated IRF dapat dilihat bahwa kebijakan ekspansi fiskal dan kontraksi moneter dapat mendorong terapresiasinya nilai tukar riil rupiah yang sesuai dengan teori mundell-flemming yang ada."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Rismauli
"Dok apung merupakan sebuah struktur yang dibangun sebagai tempat dilakukannya reparasi kapal. Dok apung banyak diminati oleh pemilik kapal karena dapat mengerjakan reparasi dan pemeliharaan untuk bagian baik diatas maupun dibawah air. Sebagai salah satu alat niaga galangan, tingginya pekerjaan yang dilakukan oleh dok apung terlebih dalam proses docking- undocking tentu harus mengutamakan aspek keselamatannya karena memiliki banyak risiko besar yang dapat mempengaruhi dok apung secara operasional maupun teknis. Sebagai langkah untuk mencegah atau mengurangi posibilitas terjadinya patah pada dok apung akibat beban kerja yang besar, perlu dilakukan penilaian risiko keselamatan. Metode yang digunakan untuk menganalisa risiko keselamatan dari dok apung, penulis menggunakan Metode Formal Safety Assessment (FSA). Penelitian ini bertujuan melakukan penilaian risiko, memberikan pilihan pengendalian risiko, menghitung biaya dan memberikan rekomendasi pengendalian risiko. Sumber terbesar dari patahnya dok apung yaitu penipisan ketebalan pelat dan kelebihan beban dan diidentifikasi cara pengendalian risikonya dengan bantuan Fault Tree Analysis (FTA) yang menghasilkan 4 butir opsi pengendalian risiko beserta perhitungan biayanya. Dari setiap pengendalian risiko didapatkan total sembilan rekomendasi pengendalian risiko besera estimasi biayanya.

Floating dock is a structure built as a place for ship repairs to be carried out. Floating docks are in great demand by ship owners because they can carry out repairs and maintenance for parts both above and below water. As one of the shipyard's trading tools, the high work done by the floating dock, especially in the docking-undocking process, of course, must prioritize the safety aspect because it has many big risks that can affect the floating dock operationally and technically. In some cases, unfortunately, fractures occur in floating docks which are certainly dangerous like what happened in Jayakerta IV floating dock. So to reduce the risk of such event, a risk assessment is carried out and produce several recommendation to control the hazard. The method used to analyze safety risks from floating docks, the authors use the Formal Safety Assessment (FSA) method. The biggest sources of floating dock fractures are plate thickness thinning and overload and ways to control the risks are identified with the help of Fault Tree Analysis (FTA) which produces 4 risk control options along with cost calculations. From each risk control, a total of nine risk control recommendations along with estimated costs are obtained."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Iqbal
"Pembangunan tangki avtur di DPPU Kertajati diperlukan sebagai tindak lanjut pemerintah terhadap pembangunan Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Majalengka. Praktik keinsinyuran bertujuan untuk mendesain tangki avtur kapasitas 2000 KL. Tangki avtur berkapasitas 2000 KL didesain berdasarkan perhitungan yang mengacu pada Code dan Standard yang berlaku secara internasional API 650 dan JIG 2. Data dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel. Berdasarkan hasil desain sesuai API 650, tangki avtur kapasitas 2000 KL yang akan dibangun di DPPU Kertajati memiliki diameter 18m dan tinggi 9.7m. Tebal plat bottom dan annular 8mm. Tebal shell pertama 8mm, kedua 8mm, ketiga 6mm, keempat 6mm. Tebal plat roof 6mm. Sedangkan desain tangki avtur berdasarkan JIG 2 harus dilakukan pengecatan pada sisi dalam tangki (internal coating), memiliki floating suction, memiliki tiga sampling point (upper, middle, lower) yang terkoneksi dengan sampling jar.

he construction of an avtur tank at the Kertajati DPPU is needed as a follow-up to the government's development of the West Java International Airport (BIJB) in Kertajati, Majalengka. The engineering practice aims to design an avtur tank with a capacity of 2000 KL. The avtur tank with a capacity of 2000 KL is designed based on calculations that refer to the internationally accepted Code and Standards API 650 and JIG 2. Data were analyzed using Microsoft Excel. Based on the design results according to API 650, the avtur tank with a capacity of 2000 KL, which will be built at the Kertajati DPPU, has a diameter of 18m and a height of 9.7m. The bottom and the annular plate thickness is 8mm. The first shell thickness is 8mm, the second 8mm, the third 6mm, and the fourth 6mm. The roof plate thickness is 6mm. While the avtur tank design based on JIG 2 must be coated on the inside of the tank (internal coating), have floating suction, and have three sampling points (upper, middle, lower) connected to the sampling jar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keunggulan dan keterbatasan dalam menilai risiko yang ada di Floating Storage and Offloading Unit (FSO) X PT ABC dengan metode Bow-Tie Analysis yang bersumber dari data hasil analisis HAZOP, selanjutnya dilakukan analisis kajian terhadap metode HAZOP dan Bow-Tie sehingga diketahui keterbatasan dan keunggulan masing-masing metode.
Hasil yang diperoleh akan dijadikan rekomendasi dalam manajemen risiko di PT ABC. Penelitian dilakukan pada unit cargo oil loading system FSO X pada deviasi/top event yaitu no/less flow dan corrosion/erosion selama Januari?Juli 2015. Parameter yang digunakan adalah parameter yang ada pada metode HAZOP dan Metode Bow-Tie.
Hasil penilaian risiko pada cargo oil loading system disajikan dalam bentuk worksheet kerja HAZOP dan Bow-Tie diagram. Keunggulan HAZOP diantaranya adalah HAZOP memiliki kelebihan dalam penggunaan guide word untuk memandu evaluasi deviasi desain dan kecukupan safeguard; ruang lingkup spesifik dalam hal identifikasi risiko terkait desain proses dimana analisis dilakukan berdasarkan P&ID; tidak memerlukan software khusus dalam pengerjaanya.
Keterbatasan yang dimiliki HAZOP adalah penyajian data dalam bentuk worksheet sehingga membutuhkan pemahaman lanjutan; ketidakmampuan dalam menggambarkan skenario risiko maupun mitigasinya. Keunggulan bow-tie diantaranya kemudahan dalam memahami hasil analisis karena tergambarkan dalam visual diagram; kemampuan memprediksi tingkat preventive atas penyebab (proaktif) dan tingkat mitigasi dari konsekuensi risiko yang ditimbulkan (reaktif); kemampuan analisis hingga tingkat/level risiko; dan kemampuan dalam menggambarkan perkembangan dan mitigasi risiko.
Adapun keterbatasan bow-tie adalah tidak spesifik mengkaji hazard terkait operasional/desain proses; diperlukan software khusus yang relatif cukup mahal sehingga penggunaannya menjadi terbatas. Dalam hal pemilihan metode risk assessment, pemilihan metode risk assessment sebaiknya disesuaikan dengan tujuan utama dari fasilitas yang akan dinilai. Pada penelitian penilaian risiko di Floating Storage and Offloading Unit (FSO) X PT ABC dengan penggunaan metode HAZOP yang berfokus pada evaluasi kecukupan safety devices suatu instalasi, sehingga perlu dilengkapi dengaan Bow-Tie Analysis agar tingkat risiko dan mitigasi tergambarkan dan terprediksi.

The purpose of this study is to compare HAZOP and Bow-tie analysis method to determine the advantages and limitations of the method in assessing the risks that exist in the Floating Storage and Offloading unit (FSO) X PT ABC.
The results obtained will be recommended in risk management at PT ABC. The study was conducted on a unit of oil cargo loading system FSO X on deviation/top event no/less flow and corrosion/erosion during January to July 2015. The parameters used are the parameters that exist in the HAZOP and Bow-Tie method.
The results of the risk assessment on oil cargo loading system are presented in the form of HAZOP worksheet and Bow-Tie diagrams. The advantages of HAZOP including the use of guidance word; specific in terms of identification of risk associated design process based on P&ID; and it doesn?t require any special software.
The HAZOP limitations including the used of worksheet that requires an advanced understanding;and it can?t describing risk scenarios and mitigation. Bow-tie advantages including the results of the analysis as illustrated in the visual diagram so it?s easy to understand; the ability to predict the level of preventive action (proactive) and level of mitigation of the consequences (reactive); analytical skills up to the level of risk; and the ability to describe the development and mitigation of risk.
The limitations of bow-tie is not specifically assess the hazard related to operational/design process; and it required special software, so the use of the method is limited. When we want to conduct the risk assessment, it should be adjusted with the primary purpose of the facility is to be assessed. In the risk assessment study on the Floating Storage and Offloading unit (FSO) X PT ABC, the use of HAZOP method only focuses on the evaluation of the adequacy the installation of safety devices, to get more comprehensive result that can predict the risk level and risk mitigation we also need another method such as Bow-Tie Analysis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Timotius
"Metode penjumlahan rekursif biasa (Original) umumnya dipakai untuk menjumlahkan n bilangan floating-point. Metode ini memiliki variasi: Increasing dan Decreasing. Pada tugas akhir ini akan dibahas cara memperbaiki ketelitian penjumlahan rekursif floating-point dengan metode compensated. Untuk membandingkan ketelitian metode-metode tersebut digunakan analisa kesalahan pembulatan dan percobaan-percobaan numerik. Metode Compensated sangat efektif untuk memperbaiki ketelitian penjumlahan rekursif floating-point, dengan batas atas kesalahan
|En| < (2u + 0(nu2)) Σ|Xi|
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raring, Franky P.
"Krisis moneter di Indonesia dibagi 3 tahap : dampak penularan (Juli 1997), reaksi panik (Agustus 1997), dan dampak IMF (Oktober 1997-Mei 1998) kirsis diawali dari jantuhnya mata uang bath Tahiland sebagai sebab utama, yang merupakan awal mula krisis asia, kemudian menghasilkan efek domino, bergerak kearah ke munduran kawasan tersebut kemudian menyebar ke Indonesia.
Krisis yang bermula dari krisis mata uang bergerak menjadi, krisis keuangan (krisis moneter) dan meluas menjadi krisis ekonomi di Indonesia. Belajar dari Thailand yang sia-sia mengintervensi bath, Indonesia setelah devisa sebesar 7 Milyar Dolar terkuras untuk melakukan intervensi, maka pada tanggal 14 Agustus pemerintah akhimya melepas rupiah kedalam sistem floating rate. Namun kenyataannya rupiah justru semakin terpusuk, padahal kebijakan pasar babas melalui instrumen floating rate-nya, ternyata tidak tewujud. Hal ini karena pasar melihat kebijakan floating rate bukan merupakan strategi moneter Indonesia melainkan bentuk ketidak berdayaan Indonesia menghadapi pasar. Karena dalam waktu singkat, Indonesia kekurangan cadangan di visa, artinya banyak devisanya yang terkuras akibat membayar hutang luar negeri dan akibat intervensi untuk menstabilkan rupiah. Akibatnya pasar bereaksi negatif, justru terjadi ketidak percayaan pada. Rupiah sehingga Dolar AS terns meroket naik terhadap rupiah.
Karena semakin berat beban yang dipikul, maka Indonesia mengundang IMP, berserta program-program ekonominya, namun, akibat yang ditimbulkan oleh program-program IMF, justru membuat krisis di Indonesia semakin parah dan berkepanjangan, IMF menggunakan resep yang sama bagi negara-negara Asia yang mengalami krisis , tanpa mendiagnosa sebab-sebab krisisnya, sehingga program-program IMF menjadi penyebab krisis itu sendiri dan IMF akhirnya menjadi bagian dari krisis.
Tesis ini mencoba menggunakan pendekatan monetaris dimana ciri kelangsungan dari kerangka monetaris adalah selain dibidang moneter melalui pengelolaan pasok volume uang oleh badan moneter (Bank sentral), tidak boleh dilakukan intervensi aktif oleh kebijaksanaan pemerintah dibidang ekonomi. Monetarisme ini memberikan dasar bagi program stabilisasi perekonomian negara-negara berkembang yang disponsori IMF.
Kebijakan floating rate, pada dasarnya dapat dikaitkan sebagai kebijakan yang direstui IMF. Hal ini setidaknya terlihat dari letter of intent (LDI) antara pemerintah Indonesia dan IMF yang walaupun tidak secara eksplisit memuat tentang dukungannya terhadap floating rate, tetapi penundaan bantuan finansial IMF terhadap regim Orde Baru yang merencanakan pelaksanaan sistem moneter fixed rate memperlihatkan IMF sangat mendukung kebijakan nilai tukar mengembang penuh.
Jenis penelitian dalam teisis ini adalah deskriptif analitis, menjelaskan peran IMF dalam mengatasi krisis moneter di Indonesia. Melalui proses kebijakan nilai tukar foaling rate di Indonesia.
Tesis ini membuktikan, peran IMF terhadap kebijakan nilai tukar flotingrate di Indonesia dalam, mengatasi krisis moneter. Kebijakan atau progaram IMF sendiri telah menjadi penyebab krisis moneter itu sendiri. Akhirnya IMF rnenjadi bagian dari krisis moneter di Indonesai."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Al Anshari
"Pengaliran fluida dari sumur menuju ke fasilitas terapung dan dari fasilitas terapung (Floating Production Unit/FPU) ke fasilitas ekspor memerlukan riser sebagai medianya. Dengan mempertimbangkan beban dinamik yang terjadi di FPU, riser dengan tipe fleksibel menjadi pilihan yang utama untuk digunakan. Untuk mendapatkan kemampuan menahan beban dinamik ini, flexible riser memiliki desain yang khusus, dimana pembuatannya dilakukan dengan menggabungkan beberapa komponen yang sesuai dengan fungsi nya masing-masing. Salah satu komponen utama pembentuk riser adalah carcass yang berbentuk corrugated profile,  menggunakan alloy sebagai materialnya pembentuknya. Dengan bentuk corrugated profile ini, penggunaan inspeksi yang umum dilakukan seperti ILI (In Line Inspection) tidak mampu memberikan hasil yang jelas. Untuk mengatasi permasalahan ini, cara inspeksi yang dilakukan adalah dengan melakukan tes pada annulus risernya. Inspeksi ini dijelaskan secara lebih rinci dalam Laporan Kerja Praktik Keinsinyuran ini.

The flow of fluids from the well to the Floating Production Unit (FPU) and from FPU to the export facility requires a riser as a medium. Considering the dynamic loads occurring in the FPU, a flexible riser is the primary choice applied for this condition. To achieve the capability to withstand these dynamic loads, flexible risers have a specific design, where their construction involves combining several components that correspond to their respective functions. One of the main components forming the riser is carcass with its corrugated profile, using alloy as the material for its formation. With this corrugated profile shape, common inspection methods such as In-Line Inspection (ILI) are unable to provide clear results. To overcome this issue, the inspection method employed involves testing the annulus of the riser. This inspection is explained in more detail in this Praktik Keinsinyuran Report."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>