Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14954 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anki Tias Yolanda
"Commercial sex workers (CSWs) represent a key population for HIV transmission. CSWs continue to thrive because of the development of the tourism sector and the acceptance of communities. This study aimed to identify the factors associated with risky sexual behavior among CSWs living with HIV. A cross-sectional design was adopted. The sample size was set to 80 CSWs living with HIV in the Special Region of Yogyakarta and Central Java. Chi-square and multiple logistic regression were used in the data analysis. Results showed the significant relationship of self-efficacy (p < 0.001; OR = 9.365) and feeling secure (p = 0.033; OR = 2.762) with risky sexual behavior. No significant relationship was noted between income (p = 0.244), knowledge (p = 0.110), attitude (p = 0.978), drug use (p = 0.150), alcohol consumption (p = 0.642), and sexual violence (p = 0.968) and risky sexual behavior. Nursing practices are expected to focus on promotive and preventative efforts by involving communities in enhancing the feeling of security and self-efficacy of CSWs through health programs and improvement of health facilities.

Pekerja Seks Komersial (PSK) menjadi populasi kunci penularan HIV. Perkembangan sektor pariwisata dan penerimaan masyarakat menjadikan PSK tetap bertahan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku seksual berisiko pada PSK dengan HIV positif. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan jumlah sampel 80 Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) PSK di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Analisis data menggunakan Chi-Square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara efikasi diri (p< 0,001; OR= 9,365) dan perasaan aman (p= 0,033; OR= 2,762) dengan perilaku seksual berisiko. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penghasilan (p= 0,244), pengetahuan (p= 0,110), sikap (p= 0,978), pemakaian narkoba (p= 0,150), konsumsi alkohol (p= 0,642), dan kekerasan seksual (p= 0,968) dengan perilaku seksual berisiko. Pelayanan keperawatan diharapkan lebih berfokus pada upaya promotif dan preventif dengan melibatkan masyarakat dalam meningkatkan rasa aman dan efikasi diri PSK melalui program-program kesehatan dan peningkatan fasilitas kesehatan."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
610 UI-JKI 23:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anki Tias Yolanda
"ABSTRAK
Pekerja Seks Komersial PSK menjadi populasi kunci penularan virus HIV. Perkembangan sektor pariwisata dan penerimaan masyarakat menjadikan PSK tetap bertahan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual berisiko pada ODHA Orang Dengan HIV AIDS PSK. Desain penelitian ini adalah kuantitatif melalui pendekatan studi cross-sectional dengan jumlah sampel 80 ODHA PSK di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Analisis data menggunakan Chi Square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara efikasi diri p=0,000; OR=9,365 dan perasaan aman p=0,033; OR=2,762 dengan perilaku seksual berisiko. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penghasilan p=0,244 , pengetahuan p=0,110 , sikap p=0,978 , pemakaian narkoba p=0,150 , konsumsi alkohol p=0,642 , dan kekerasan seksual p=0,968 dengan perilaku seksual berisiko. Pelayanan keperawatan diharapkan lebih berfokus pada upaya promotif dan preventif dengan melibatkan masyarakat dalam program-program kesehatan dan peningkatan fasilitas kesehatan.

ABSTRACT
Commercial Sex Workers CSWs are the key populations of HIV transmission. The development of the tourism sector and the acceptance of the community has made CSWs survive. This study aimed to identify associated factors with sexual risk behavior among HIV Positive CSWs. The design of this study was quantitative study with cross sectional approach. Sample size was 80 HIV Positive CSWs from Special Region of Yogyakarta and Central Java. Data analysis used Chi Square and multiple logistic regression. The results showed significant relationship between self efficacy p 0,000 OR 9,365 and feeling secure p 0,033 OR 2,762 with risky sexual behavior. There was no significant relationship between income p 0,244 , knowledge p 0,110 , attitude p 0,978 , drug use p 0,150 , alcohol consumption p 0,642 , and sexual violence p 0.968 with risky sexual behavior. Nursing practices are expected to focus more on promotive and preventive efforts by involving communities in health programs and improvement of health facilities."
2017
T47731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hubaybah
"Tesis ini membahas tentang PMTS (Program Pencegahan HIV-AIDS melalui Transmisi Seksual), merupakan program pencegahan HIV-AIDS yang dicetuskan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), bertujuan untuk melakukan pencegahan HIV secara komprehensif, integratif dan efektif pada populasi kunci yang salah satunya adalah WPS. Untuk mencapai tujuan tersebut kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan peran positif pemangku kepentingan (pembentukan Pokja Lokasi, pembuatan peraturan lokal lokasi, penyusunan program kerja), komunikasi perubahan perilaku (pengelolaan pendidik sebaya, kader lokasi, pengadaan dan pendistribusian media KIE, penyuluhan, VCT mobile), manajemen pasokan kondom dan pelicin (perumusan rantai pasok kondom dan pelicin, pembentukan outlet kondom dan pelicin), penatalaksanaan IMS dan HIV-AIDS. Koordinasi yang belum maksimal, kurangnya dana, sarana dan prasarana menjadi penyebab utama belum tercapainya tujuan program PMTS ini, ditandai dengan tidak berjalannya Pokja Lokasi yang telah dibentuk. Pokja Lokasi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menjalankan seluruh kegiatan, sehingga saran dari peneltian ini adalah meningkatkan koordinasi dari KPAK dengan LSM, SKPD, Pokja Lokasi dalam bentuk pertemuan rutin, mengalokasikan dana rutin untuk Pokja Lokasi dan keseluruhan kegiatan, serta menyediakan sarana dana prasarana untuk menunjang kegiatan ini

The focus of this study is PMTS (HIV-AIDS Prevention Program through Sexual Transmission) is a program of HIV-AIDS prevention which was initiated by the National AIDS Commission (KPAN), its aim is to do HIV prevention comprehensively, interactively and effectively on the key population which is female sex workers. The activity that is being done to achieve these objectives is to increase the positive role of thepeople in charge (establishment of Location Working Unit, location rule making, preparation of working programs), behavior changes communication (management of peer educators, location cadres, procurement and distribution of KIE media, counseling, mobile VCT), management of the supply of condoms and lubricants (formulation of condoms and lubricants supply, formulation of condoms and lubricants outlets), treatment of STIs and HIV-AIDS. Lack of coordination, lack of funds, facilities and infrastructure have become the reason whythe goal PMTS program cannot be achieved yet, marked with dysfunctional Location Working Unit. Location Working Unit is one key to success that can run the entire activities, so the suggestions of this research are to improve the coordination of KPAK with LSM/NGO, SKPD, Location Working in a form of routine meetings, to allocate the routine funds for Location Working Unit and the entire activities, as well as providing facilities and infrastructure to support the activities"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penerapan model pelayanan sosial penyandang HIV-AIDS berbasis masyarakat merupakan replikasi dari model yang telah ditemukan sebelumnya melalui uji coba. Tujuan penerapan model ini adalah untuk memantapkan model yang telah ditemukan tersebut, agar lebih memiliki nilai aksesibilitas dan aksesibilitas dan akseptabilitas, sehingga dapat dimanfaatkan oleh siapapun sebagai media untuk memberikan pelayanan terhadap penyandang HIV-AIDS...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Hingga saat ini, AIDS masih dianggap sebagai penyakit yang menakutkan. Belum lagi stigma yang berkembang di masyarakat yang menganggap para penderita AIDS sebagai orang yang memiliki cara hidup yang berbeda dengan yang dianggap dapat diterima oleh orang banyak, sehingga tidak jarang penderita HIV/AIDS yang akan kembali ke rumah justru akan dikucilkan oleh masyarakat sehingga dapat menimbulkan reaksi kecemasan penderita. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan klien HIV / AIDS yang akan kembali ke rumah / lingkungan keluarga dilakukan penelitian terhadap 20 responden yang dirawat di IRNA-A lantai VI dan lRNA-B lantai IV Kiri RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dari tanggal 8-12-2004 sampai tanggal 22—12—2004. Metoda yang digunakan adalah deskripsi sederhana dan alat pengumpul data berupa kuesioner. Hasil peneIitian yang didapat menggambarkan bahwa dukungan psikologis merupakan faktor yang paling tinggi mempengaruhi tingkat kecemasan klien yaitu sebesar 16,6%. Faktor — faktor lain yang mempengaruhi tingkat kecemasan penderita yaitu status fisik (15,2%), faktor perilaku (15,07%), problem dalam keluarga (14,6%), faktor sosial budaya (13,56%), mekanisme koping yang dimiliki (13,18%), serta akses pelayanan kesehatan (11,6%). Semantara derajat kecemasan klien HIV / AIDS yang akan kembali ke rumah paling tinggi pada tingkat kecemasan ringan yaitu sebesar 50%."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5330
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sophia
"In the developing countries, millions of HIV positive-infected women of childbearing age are currently not using contraceptive to delay or terminate pregnancy. Prevention of unintended pregnancy among HIV positive-infected women is very important to improve these women and their baby`s quality of life. This study aimed to analyze factors related to the unmet need among HIV positive-infected women of childbearing age. This study used cross-sectional method with 130 samples taken consecutively. This study was conducted on March 24 to June 30, 2015 at Mawar Clinic in Bandung City. Interviews using a questionnaire were performed to collect data that were then analyzed by using chi square test and multiple logistic regression. The results showed that desire to have children (OR= 2.67; 95%CI= 1.034 - 6.891, husband`s support (OR= 7.803; 95%CI = 2.037 - 29.884) affected the unmet need and husband`s HIV status (OR= 0.168; 95%CI= .064 - 0.44) had lower effect to the unmet need. The husband`s support was found as the most influential factor to the unmet need in this study. The husband`s role is important in reducing the unmet need among the HIV positive-infected women, so that contraceptive counseling in pair should be performed.

Jutaan wanita usia subur (WUS) dengan HIV positif di negara berkembang saat ini tidak menggunakan kontrasepsi untuk menunda atau mengakhiri kehamilan. Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan pada WUS dengan HIV positif sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup ibu dan anak. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap unmet need pada WUS dengan HIV positif. Metode penelitian adalah cross sectional dengan sampel berjumlah 130 WUS dengan HIV positif yang diambil secara consecutive sampling. Penelitian dilakukan pada 24 Maret - 30 Juni 2015 di Klinik Mawar Kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, kemudian data dianalisis dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keinginan memiliki anak dengan OR= 2,67 (CI 95%= 1,034 - 6,891), dukungan suami dengan OR= 7,803 (CI95%= 2,037 - 29,884) berpengaruh terhadap unmet need dan status HIV suami dengan OR= 0,168 (CI95%= 0,064 - 0,44) berpengaruh lebih rendah untuk terjadi unmet need. Dukungan suami merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap unmet need. Peran suami merupakan faktor penting untuk menurunkan angka unmet need pada WUS dengan HIV positif sehingga disarankan untuk dilakukan konseling kontrasepsi berpasangan."
Jendral achmad yani ehalth institute, diploma program for midwifery, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"HIV/AIDS epidemic in Indonesia has been taken place for more than 15 years and still be prolonged because of the determinant factors that easily transmission of the disease. An effort to prevention HIV/AIDS trnasmission program is to promote information to individual as well as communities, which spwcial attention to certain characteristic."
BUPESIK
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Syechan Ari Rinaldo
"Ancaman infeksi HIV masih menjadi masalah kesehatan yang perlu perhatian khusus. LSL sebagai salah satu populasi kunci memiliki kerentanan terhadap infeksi HIV. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perilaku seksual berisiko menjadi faktor penyebab utama kasus HIV pada LSL. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku seksual berisiko pada LSL di DKI Jakarta dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan desain cross-sectional. Penelitian ini melibatkan 107 orang LSL yang beraktivitas sehari-hari di DKI Jakarta menggunakan teknik snowball sampling, serta dilakukan uji univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, status pekerjaan, konsumsi alkohol, pengetahuan tentang HIV, dan dukungan sosial tidak berhubungan dengan perilaku seksual berisiko (p value>0,05), sedangkan penggunaan aplikasi atau situs untuk mencari pasangan seks secara daring berhubungan secara signifikan dengan perilaku seksual berisiko (p value=0,029). Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan usaha preventif kasus HIV pada LSL.

The threat of HIV infection is still a health problem that needs special attention. MSM as one of the key populations has a vulnerability to HIV infection. Several previous studies have shown that risky sexual behavior is the main cause of HIV cases in MSM. The purpose of this study was to determine what factors are associated with risky sexual behavior in MSM in DKI Jakarta using a quantitative descriptive approach and a cross-sectional design. This study involved 107 MSM who carry out daily activities in DKI Jakarta using the snowball sampling technique, as well as univariate and bivariate tests. The results showed that age, education level, marital status, employment status, alcohol consumption, knowledge of HIV, and social support are not associated with risky sexual behavior (p value> 0.05), while the use of applications or sites to search for sexual partners online is significantly associated with risky sexual behavior (p value = 0.029). The results of this study can be used as a reference in the preparation of HIV case prevention in MSM."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Fajar Angkasa
"Tes HIV merupakan pintu gerbang awal yang menghubungkan dengan pelayanan pencegahan HIV lainnya. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tes HIV pada LSL merupakan hal yang penting untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang program intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan angka tes HIV. Sebuah studi potong lintang dilakukan dengan menggunakan data STBP 2015 pada 921 LSL. Hubungan perilaku tes HIV diestimasi melalui nilai prevalens odds ratio (POR) dan 95% confidence interval (CI). Dari 921 LSL, 781 (84,8%) LSL memiliki perilaku tes HIV yang baik. Faktor yang berpengaruh secara independen dengan perilaku tes HIV pada LSL adalah umur (aPOR: 3,472; 95% CI: 2,164 – 5,572), tempat tinggal (aPOR: 1,678; 95% CI: 1,136 – 2,478) dan keterpaparan informasi (aPOR: 6,506; 95% CI: 3,821 – 11,077) dengan keterpaparan informasi menjadi variabel yang dominan dalam hubungannya dengan perilaku tes HIV

HIV testing is the initial gateway and links HIV cases to HIV care, support and treatment. Understanding the factors associated with HIV testing among men who have sex with men (MSM) is important to be taken for consideration in the planning of intervention programs that aimed to increase HIV testing rates. A cross-sectional study was conducted using IBBS 2015 data on 921 MSM. Association between HIV testing behavior was estimated through the prevalence odds ratio (POR) and 95% confidence interval (CI). Of 921 MSM, 781 (84.8%) MSM had good HIV testing behavior. Factors independently associated with HIV testing behavior are age (aPOR: 3,472; 95% CI: 2,164 - 5,572), recent living situation (aPOR: 1,678; 95% CI: 1,136-2,478) and recent exposed HIV information (aPOR: 6,506; 95% CI: 3,821 - 11,077) with recent exposed HIV information as a dominant variable in association with HIV testing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>