Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129704 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dharendra Wardhana
"Riset tentang Covid-19 beserta dampak dan penanganannya sudah berjalan sejak pertama kali wabah ini merebak. Tinjauan kebijakan dalam berbagai disiplin memerlukan pendalaman dan yang terpenting kajian lintas-disiplin sehingga dikotomi kebijakan dapat diminimalisasi. Tulisan sederhana ini berupaya mengidentifikasi ruang dan potensi kajian yang relevan dengan penanganan dan kebiajakn pasca-Covid-19 dalam berbagai disiplin dan perspektif. Analisis yang dipergunakan adalah tinjauan literatur terstruktur dengan diawali tinjauan sekilas terhadap tren yang berkembang secara daring. Fitur Google Trends dimanfaatkan untuk mengidentifikasi tren sedangkan situs pencarian ilmiah Google Scholars dipergunakan untuk mengetahui frekuensi karya ilmiah yang diunggah di dunia maya. Piranti lunak VosViewer digunakan untuk mengidentifikasi kluster riset beserta densitasnya. Celah riset masih terbuka lebar dan mengundang para pelaku riset untuk segera berkontribusi menyampaikan gagasan ilmiah beserta solusi konstruktif."
Jakarta: Badan Perencanaan PembangunaN Nasional (BAPPENAS), 2020
330 JPP 4:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hasan Jihad
"Latar Belakang: COVID-19 dikenal sebagai penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 menjadi pandemi global dan telah menyebar ke Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. Pada tanggal 12 November 2020 terdapat 6.842 kasus positif COVID-19 pada anak usia kurang dari 5 tahun. Penularan COVID-19 ini terjadi akibat dari transmisi droplet dan transmisi udara. Penularan COVID-19 juga dapat terjadi di lingkungan praktik dokter gigi saat prosedur menggunakan instrumen seperti air-water syringe, ultrasonic scaler, dan high-speed handpiece yang menghasilkan cairan dan aerosol, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang infeksi COVID-19 yang dapat terjadi di lingkungan praktik dokter gigi. Tujuan: Mengetahui perbedaan pengetahuan orang tua sebelum dan sesudah pemberian video visual KIE mengenai infeksi COVID-19 di lingkungan praktik dokter gigi serta mengetahui pengaruh pemberian video visual KIE terhadap pengetahuan orang tua mengenai infeksi COVID-19 di lingkungan praktik dokter gigi. Metode: Studi eksperimental dengan metode pengambilan menggunakan simple random sampling. Responden penelitian berjumlah 45 orang tua dengan anak usia 3-6 tahun. Pertama orang tua diberikan kuesioner sebelum intervensi (pre-test). Kemudian orang tua diberikan intervensi berupa video visual mengenai infeksi COVID-19 di lingkungan praktik dokter gigi. Setelah itu orang tua kembali diberikan kuesioner setelah intervensi (post-test). Hasil: Terdapat perbedaan bermakna secara signifikan antara total skor sebelum dan setelah diberikan intervensi berupa video visual KIE dan video tersebut memiliki efektivitas yang relatif besar dalam meningkatkan pengetahuan orang tua. Kesimpulan: Video visual KIE mengenai infeksi COVID-19 di lingkungan praktik dokter gigi memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan pengetahuan orang tua.

Background: COVID-19 is known as an infectious disease caused by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 has become a global pandemic and spread to Indonesia on March 2, 2020. On November 12, 2020, there were 6,842 positive cases of COVID-19 on children aged less than 5 years. The transmission of COVID-19 occurs as a result of droplet transmission and air transmission. Transmission of COVID-19 can also occur in the dental practice during procedures using instruments such as an air-water syringe, ultrasonic scaler, and high-speed handpieces that produce fluids and aerosols, therefor we need to improve parents’ knowledge about COVID-19 infections in a dental practice. Purpose: To find out the differences and effect on parents’ knowledge before and after watching communication, information, and education visual video regarding COVID-19 infection in a dental practice. Method: Experimental study used simple random sampling method. In total there were 45 parents with children aged 3-6 years. The parents were given a questionnaire before and after watching communication, information, and education visual videos regarding COVID-19 infection in a dental practice. Result: There was a significant difference between the total score before and after watching communication, information, and education visual video, and the video has a good effect on parents’ knowledge on COVID-19 in a dental practice. Conclusion: Communication, information, and education visual videos could improve parent’s knowledge about COVID-19 infection in the dental practice."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Wulandari
"Pandemi Covid-19 merupakan fenomena dunia yang sedang terjadi dan memiliki dampak pada karya sastra. Beberapa karya sastra bermunculan dan mengambil latar kondisi pandemi Covid-19. Sastra sebagai cermin masyarakat, memperlihatkan kondisi yang terjadi pada masa tertentu. Pemilihan cerpen "Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona" oleh Guntur Alam dimaksudkan untuk melihat kondisi masyarakat pada masa pandemi Covid-19, khususnya masyarakat kalangan bawah. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak pandemi Covid-19 terhadap kondisi masyarakat dalam cerpen “Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona” karya Guntur Alam. Oleh karena itu, pertanyaan untuk penelitian ini adalah (1) bagaimana kondisi masyarakat di masa pandemi Covid-19 dan (2) nilai moral apa saja yang pengarang sampaikan dalam cerpen tersebut. Tujuan penelitian ini untuk memaparkan gambaran kondisi masyarakat dan nilai moral yang tercermin dalam cerpen “Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona” karya Guntur Alam. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap keberlangsungan hidup masyarakat kecil. Hal tersebut dapat dilihat dari segi ekonomi, budaya, sosial dan pendidikan serta terdapat tiga jenis nilai moral yang terkandung dalam cerpen “Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona” Karya Guntur Alam.

The Covid-19 pandemic is a global phenomenon that is happening and has an impact on literary works. Several literary works have emerged and taken the background of the Covid-19 pandemic conditions. Literature as the reflection of society shows conditions that occur at certain times. The selection of the short story "Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona" by Guntur Alam aims to see the conditions of the community during the Covid-19 pandemic, especially the lower class. Based on this background, the problem formulation in this study is how the impact of the Covid-19 pandemic on the condition of the community in the short story "Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona" by Guntur Alam. Therefore, the questions in this study are related to (1) the condition of society during the Covid-19 pandemic and (2) the moral values that the author conveyed in the short story. The purpose of this study is to describe the condition of society and moral values in the short story "Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona" by Guntur Alam. This study uses a sociological approach to literature and qualitative methods. The results of this study indicate that the Covid-19 pandemic has a significant impact on the survival of small communities. It can be seen in terms of economic, cultural, and educational perspectives. There are three types of contained moral values in the short story "Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona" by Guntur Alam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Almas Ferar Aila
"Pandemi COVID-19 membuat banyak negara terpaksa melakukan kebijakan-kebijakan tegas seperti pemberlakuan karantina, pembatasan kegiatan sosial, dan pemberlakuan protokol kesehatan yang ketat. Pembuatan kebijakan tersebut membutuhkan penelitian yang matang serta data-data yang menunjang. Data-data yang dipakai bisa berasal dari sektor sosial, ekonomi, kesehatan, keamanan, dan lain sebagainya. Di dalam datadata tadi bisa saja ada informasi-informasi pribadi dari individu atau kelompok yang terambil secara sengaja ataupun tidak. Informasi pribadi termasuk dalam ranah privasi yang seharusnya dijaga. Di masa pandemi ini, penjagaan atas privasi menjadi lebih longgar karena dikalahkan oleh kepentingan akan kesehatan, pemulihan ekonomi sosial, dan kepentingan otoritas lainnya. Otoritas menggunakan data privasi penduduknya demi kepentingan penduduk itu sendiri. Akan tetapi, data privasi tadi juga dipakai sebagai bahan bakar otoritas dalam melanggengkan kekuasaan dengan cara melakukan pengawasan terhadap penduduk dan mendisiplinkan mereka. Pengambilan data-data pribadi dapat dilanjutkan kendati pandemi COVID-19 telah berlalu karena kekuasaan perlu untuk tetap eksis. Penduduk menjadi subjek sekaligus objek dari kekuasaan yang mampu berjalan tanpa mereka sadar sedang dikuasai. Kekuasaan yang berjalan hingga tingkat penduduk dikenal dengan sebutan governmentality.

The COVID-19 pandemic has forced many countries to carry out strict policies such as the implementation of quarantine, restrictions on social activities, and the implementation of strict health protocols. Making these policies requires careful research and supporting data. The data used can come from social, economic, health, security, and so on. In the above data, there may be personal information from individuals or groups that is taken intentionally or not. Personal information is included in the realm of privacy that should be protected. During this pandemic, the safeguards on privacy have become looser because they are defeated by the interests of health, social-economic recovery, and the interests of other authorities. The authority uses the private data of its residents for the benefit of the residents themselves. However, this privacy data is also used as fuel for authorities to maintain power by monitoring the population and disciplining them. The collection of personal data can be continued even though the COVID-19 pandemic has passed because power needs to exist. Residents become the subject as well as the object of power that can run without them knowing they are being controlled. The power that runs to the level of the population is known as governmentality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mokhammad Samsul Arif
"Indonesia pada 9 Desember 2020 akan melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada). Berbeda dengan Pemilu Serentak yang mengalami kenaikan angka partisipasi, Pilkada Serentak 2020 dibayangi oleh rendahnya minat masyarakat untuk datang ke TPS karena Pilkada dilaksanakan ditengahdi tengah Pandemi Covid-19. Kendati demikian, KPU tetap optimis jika partisipasi pada Pilkada nanti tetap tinggi sehingga KPU berani memasang target angka partisipasi sebesar 77,5%. Untuk mewujudkan optimisme tersebut diperlukan sebuah strategi untuk mendongkrak minat pemilih. Strategi tersebut antara lain pertama, menyusun strategi komunikasi dan teknis guna mendorong minat serta memberi kemudahan pelayanan pemberian suara. Kedua, penyelenggara dapat memaksimalkan sosialisasi secara daring dengan platform berbagai bentuk media sosial. Ketiga, penyelenggara memberikan insentif kepada pemilih dengan pemberian masker saat pemilih datang ke TPS sebagai bentuk kepedulian penyelenggara atas jaminan kesehatan setiap pemilih."
Jakarta: KPU, 2020
321 ELE 2:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Reka Adi Saputra
"Pandemi COVID-19 telah menimbulkan krisis besar dan masalah bagi kesehatan global, salah satunya terkait jumlah pasien COVID-19 yang melebihi kapasitas rumah sakit. Seiring dengan pandemi COVID-19 yang belum mereda, pengetahuan terkait faktor-faktor yang berperan dalam perbaikan klinis pasien di rumah sakit perlu untuk diketahui. Informasi tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan bagi tenaga medis dalam hal pemberian perawatan kepada pasien yang membutuhkan. Selain itu, informasi ini juga bermanfaat dalam hal manajemen ketersediaan fasilitas kesehatan di rumah sakit bagi pasien COVID-19. Dalam penelitian ini akan ditinjau peran dari beberapa kovariat, yaitu usia, jenis kelamin, gejala, komorbid, dan komponen darah meliputi pengukuran darah perifer lengkap dan hitung jenis leukosit terhadap perbaikan klinis pasien COVID-19. Data yang digunakan merupakan data rekam medis pasien COVID-19 yang menjalani rawat inap di salah satu rumah sakit di Jakarta selama Maret 2020-Maret 2021. Dalam menganalisis data ini, digunakan metode analisis survival dengan model Cox-PH dan model Accelerated Failure Time (AFT). Model Cox-PH diterapkan pada data untuk menganalisis peran dari setiap kovariat terhadap risiko pasien untuk mengalami perbaikan klinis dari COVID-19. Pada model Cox-PH tidak diperoleh informasi mengenai peran dari kovariat terhadap lama waktu perbaikan klinis pasien, yang juga penting untuk diketahui. Untuk mendapatkan informasi tersebut maka digunakan model AFT. Hal yang mendasar dalam penerapan model AFT adalah menentukan asumsi distribusi waktu survival. Dalam praktiknya, tidak mudah untuk menentukan asumsi distribusi dari waktu survival. Oleh sebab itu, penggunaan kedua model ini dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dari suatu data berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Hasil analisis dengan kedua model tersebut menunjukkan bahwa secara umum usia yang semakin tua, jenis kelamin laki-laki, adanya simtom, keberadaan komorbid, dan jumlah komponen darah yang semakin tinggi selain hematokrit, leukosit, dan eosinofil dapat menurunkan risiko pasien untuk mengalami perbaikan klinis dari COVID-19. Penurunan risiko tersebut secara tidak langsung berhubungan dengan waktu perbaikan klinis yang semakin lama.

The COVID-19 pandemic has caused a major crisis and problems for global health, one of which is related to the number of COVID-19 patients exceeding the capacity of hospitals. Along with the COVID-19 pandemic that has not subsided, knowledge regarding the factors that play a role in clinical improvement of patients in hospitals needs to be known. This information can be considered by medical personnel in terms of providing care to patients in need. In addition, this information is also useful in terms of managing the availability of health facilities in hospitals for COVID-19 patients. This study will review the role of several covariates, namely age, gender, symptoms, comorbidities, and blood components including complete peripheral blood measurement and differential count on clinical improvement of COVID-19 patients. The data used are medical records of COVID-19 patients who are hospitalized in a hospital in Jakarta during March 2020-March 2021. In analyzing this data, the survival analysis method is used with the Cox-PH model and the Accelerated Failure Time (AFT) model. The Cox-PH model was applied to the data to analyze the role of each covariate on patient risk in experiencing clinical improvement from COVID-19. In the Cox-PH model, no information was obtained regarding the role of the covariate on the length of time for clinical improvement in patients, which is also important to know. To obtain this information, the AFT model is used. The fundamental thing in the application of the AFT model is to determine the assumption of the survival time distribution. In practice, it is not easy to determine the assumed distribution of survival time. Therefore, the use of these two models can provide more complete information from a data based on two different points of view. The results of the analysis with the two models show that in general the older age, male gender, the presence of symptoms, the presence of comorbidities, and the higher number of blood components other than hematocrit, leukocytes, and eosinophils can reduce the risk of patients experiencing clinical improvement from COVID -19. The reduced risk is indirectly related to the longer clinical improvement time."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Ayu Rizaty
"Pendahuluan. COVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang menular dan saat ini sudah mulai masuk ke Indonesia. Metode surveilans dilakukan dengan membagi pasien menjadi kelompok pasien dalam pengawasan (PDP) dan bukan PDP. Karakteristik tindakan operasi sebagai faktor eskternal, digabungkan dengan faktor internal pasien mungkin dapat berbeda pada masing-masing kelompok, terutama pada pasien pascaoperasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan karakteristik antara pasien pascaoperasi dengan status PDP dengan bukan PDP.
Metode. Sebanyak 120 pasien yang menjalani operasi elektif dan emergensi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dipilih dengan metode consecutive sampling. Data-data tentang faktor eksternal dan faktor internal pasien didapatkan dengan cara melihat catatan pada rekam medis. Data disajikan secara deskriptif dan analitik menggunakan uji perbedaan proporsi chi-square.
Hasil. Terdapat perbedaan yang bermakna secara signifikan antara jenis kelamin, status fisik ASA 3, foto toraks praoperasi, dan prosedur operasi level 5 antara kelompok PDP pascaoperasi dengan bukan PDP pascaoperasi (p = 0,014; p = 0,018; p = 0,001; p = 0,019).
Simpulan. Perbedaan bermakna yang ditemukan antara pasien PDP dengan bukan PDP pascaoperasi yaitu pada jenis kelamin pasien, status fisik ASA 3, level prosedur operasi level 5, dan foto toraks praoperasi. Perlu dilakukan penelitian lanjutan.

ntroduction. COVID-19 is a contagious respiratory tract infection and currently emerging in Indonesia. The surveillance method is carried out by dividing patients into under surveillance and not under surveillance for COVID-19. The characteristics of surgery as an external factors, combined with the patient's internal factors, may differ between groups, especially in the postoperative patients. This study aims to describe the differences in characteristics between postoperative patients with under surveillance and not under surveillance for COVID-19 status.
Methods. A total of 120 patients underwent elective and emergency surgery at Cipto Mangunkusumo general hospital were selected by consecutive sampling. Data regarding the patient's external and internal factors were collected using secondary data from the medical records available. Data were presented in a descriptive and analytical manner using the chi-square test.
Results. There were a statistically significant differences between gender, ASA 3 physical status, preoperative lung X-ray, and level 5 surgical procedures between the two groups (p = 0.014; p = 0.018; p = 0.001; p = 0.019).
Conclusions. Statistically significant differences were found between postoperative under surveillance and not under surveillance for COVID-19 patients, namely the patient's gender, ASA 3 physical status, surgical procedure level 5, and preoperative lung X-rays. Further research is needed to analyze the relationship between internal and external factors on the determination of postoperative PDP status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Paskalis Andrew Gunawan
"Latar belakang: COVID-19 menginfeksi semua kelompok umur, namun beban infeksi lebih tinggi dan lebih berbahaya pada kelompok usia lanjut. Pasien yang mengalami infeksi akut COVID-19 juga bisa mengalami gejala menetap yang disebut dengan Sindrom Pasca COVID-19, khususnya pada lansia. Belum ada data yang menunjukkan prevalensi Sindrom Pasca COVID-19 pada lansia di Indonesia dan juga faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Sindrom Pasca COVID-19 pada lansia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar prevalensi Sindrom Pasca COVID-19 pada lansia di Indonesia serta meneliti hubungan antara faktor-faktor risiko dengan kejadian Sindrom Pasca COVID-19 dengan menggunakan definisi waktu >4 minggu, >8 minggu, dan >12 minggu.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif yang menggunakan rekam medis dan wawancara untuk mendapatkan data terkait keberadaan faktor-faktor risiko dan gejala menetap pasca perawatan infeksi akut COVID-19.
Hasil: Penelitian ini diikuti oleh 329 pasien lansia (≥60 tahun) yang sempat dirawat akibat COVID-19 di RSCM dan RS Mitra Keluarga Kalideres pada 1 Januari-31 Desember 2021. Prevalensi Sindrom Pasca COVID-19 pada lansia adalah sebesar 31%, 18,24%, dan 10,64% dengan menggunakan definisi waktu >4 minggu, >8 minggu, dan >12 minggu, secara berurutan. Clinical Frailty Scale rawat inap (OR 2,814 [IK 95% 1,172-6,758) dan imobilitas rawat inap (OR 4,767 [IK95% 2,117-10,734]) berhubungan dengan Sindrom Pasca COVID-19 >4 minggu. Selanjutnya, jumlah gejala awal (OR 2,043 [IK95% 1,005-4,153]), konstipasi rawat inap (OR 2,832 [IK95% 1,209-6,633]), imobilitas rawat inap (OR 2,515 [IK95% 1,049-6,026]), dan instabilitas rawat inap (OR 2,291 [IK95% 1,094-4,800) berhubungan dengan Sindrom Pasca COVID-19 >8 minggu. Gangguan pendengaran dan penglihatan follow-up (OR 2,926 [IK95% 1,285-6,665]) dan imobilitas rawat inap (OR 3,684 [IK95% 1,507-9,009]) berhubungan dengan Sindrom Pasca COVID-19 >12 minggu.
Kesimpulan: Infeksi akut dengan ≥ 5 gejala, adanya frailty dan sindrom geriatri, khususnya imobilitas saat perawatan, berhubungan dengan Sindrom Pasca COVID-19 pada lansia.

Background: COVID-19 infects all age groups, but the burden of infection is higher and more dangerous in the elderly. Patients with acute COVID-19 infection can also experience persistent symptoms called Post-Covid-19 Syndrome, especially elderly. No data show the prevalence of Post-Covid-19 Syndrome in the elderly in Indonesia and the risk factors associated with the occurrence of Post-Covid-19 Syndrome in the elderly
Objective: This study aims to determine the prevalence of Post-Covid-19 Syndrome in the elderly in Indonesia and examine the relationship between risk factors and the incidence of Post-Covid-19 Syndrome by using the definition of time > 4 weeks, > 8 weeks. , and >12 weeks.
Methods: This study is a retrospective cohort study that uses medical records and interviews to obtain data regarding risk factors and persistent symptoms after treatment of acute COVID-19 infection.
Results: This study is followed by 329 elderly patients (≥60 years) who had been treated because of COVID-19 at Cipto Mangunkusumo Hospital and Mitra Keluarga Kalideres Hospital from January 1st until December 31st, 2021. the prevalence of Post COVID-19 Syndrome in the elderly was 31%, 18.24%, and 10.64% using the time definition of >4 weeks, >8 weeks, and >12 weeks, respectively. Clinical Frailty Scale during hospitalization scores (OR 2.814 [95% CI 1.172-6.758]) and immobility during hospitalization (OR 4.767 [95% CI 2.117-10.734]) were associated with Post-Covid-19 Syndrome >4 weeks. Furthermore, number of initial symptoms (OR 2,043 [CI95% 1.005-4.153]), constipation during hospitalization (OR 2.832 [CI95% 1.209-6633]), immobility during hospitalization (OR 2,515 [95% CI 1,049-6.026]), and instability during hospitalization (OR 2,291 [CI 95% 1,094-4,800]) was associated with Post-Covid-19 Syndrome >8 weeks. In addition, impairment of visual and hearing during follow-up (OR 2,926 [95% CI 1,285-6,665]) and immobility during hospitalization (OR 3,684 [95% CI 1.507-9,009]) was associated with Post-Covid-19 Syndrome >12 weeks.
Conclusions: Acute infection with ≥ 5 symptoms, frailty, and geriatric syndrome, especially immobility during hospitalization, were associated with Post-Covid-19 Syndrome in the elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Firhat Idrus
"Latar Belakang: Post-acute sequelae of COVID-19 (PASC) atau long covid merupakan kondisi dengan gejala jangka panjang yang dialami pasien yang telah pulih pasca infeksi COVID-19 yang bervariasi selama beberapa minggu hingga lebih dari 6 bulan. Kondisi ini dilaporkan terjadi pada 7-91% pasien dengan pasca infeksi akut SARS-CoV-2. Beberapa mekanisme diajukan yang berkontribusi terhadap patogenesis PASC gejala gastrointestinal diajukan di antaranya persistensi virus, disbiosis mikrobial, dan perubahan interaksi neuroimun. Saat ini pandemi COVID-19 sudah dinyatakan sebagai endemi di Indonesia dengan menurunnya jumlah pasien dan pelonggaran protokol kesehatan. Sehingga pada penelitian ini fokus terhadap gejala pasca COVID-19 khususnya gejala gastrointestinal (GI) dengan faktor-faktor yang memengaruhinya.Background: Post-acute sequelae of COVID-19 (PASC), also known as long COVID, is a condition characterized by long-term symptoms experienced by patients who have recovered from a COVID-19 infection, lasting for several weeks to over 6 months. This condition has been reported to occur in 7-91% of patients following acute SARS-CoV-2 infection. Several proposed mechanisms contribute to the pathogenesis of PASC gastrointestinal symptoms, including persistent viral presence, microbial dysbiosis, and altered neuroimmune interactions. Currently, the COVID-19 pandemic is declared as endemic in Indonesia with decreasing numbers of patients. Therefore, this study focuses on post-COVID-19 symptoms, specifically GI symptoms, and the factors influencing them.
Objective: To determine the clinical profile of post-COVID-19 gastrointestinal outcomes and the associated factors (age, gender, non-gastrointestinal comorbidities, vaccination status of COVID-19, severity of COVID-19, comorbidities of gastrointestinal diseases, history of COVID-19 complications, nasopharyngeal swab CT-value, neutrophil-to-lymphocyte ratio, SGOT, and SGPT).
Methods: This prospective cohort study included 134 subjects diagnosed with confirmed COVID-19 based on nasopharyngeal PCR swab, who received outpatient and inpatient care at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo from October 2022 to March 2023. Statistical analysis was performed using SPSS version 25, with a significance level of p<0.05.
Results: Out of 134 study subjects, subjects experienced PASC gastrointestinal symptoms in the first month, and 70 subjects in the third month. The most common manifestations of PASC gastrointestinal symptoms in the first month were constipation and nausea/vomiting in 21 (15.7%) and 10 (7.5%) subjects, respectively, while nausea/vomiting was the most common symptom in the third month. Bivariate analysis revealed significant associations between non-gastrointestinal comorbidities (p=0.011) and CT-value ≥25 (p=0.028) as risk factors for PASC gastrointestinal symptoms in the first month, as well as comorbidities (p=0.022) in the third month. Multivariate analysis found that non-gastrointestinal comorbidities had the most significant influence on PASC gastrointestinal symptoms in both the first and third months, with a relative risk (RR) of 1.608 times (95% CI 1.140 – 2.260; p=0.007) and 2.089 times (95% CI 1.093 – 3.990; p=0.014), respectively.
Conclusion: There is a significant association between non-gastrointestinal comorbidities and the occurrence of PASC gastrointestinal manifestations in the first and third months, as well as a CT-value of COVID-19 >25.0 and the occurrence of PASC gastrointestinal manifestations in the first month.
Tujuan: Mengetahui profil luaran klinis gastrointestinal pasca COVID-19 dan faktor-faktor yang memengaruhi (usia, jenis kelamin, status vaksinasi COVID-19, komorbiditas non-gastrointestinal, derajat COVID-19, komorbiditas penyakit gastrointestinal, riwayat komedikasi COVID-19, CT-value swab nasofaring, neutrophil-to-lymphocyte ratio, SGOT, dan SGPT)
Metode: Desain penelitian berupa studi kohort prospektif pada 134 subjek yang didiagnosis terkonfirmasi COVID-19 dari swab PCR nasofaring yang di rawat jalan dan rawat inap RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo selama periode Oktober 2022 sampai dengan Maret 2023. Analisis statistik menggunakan SPSS versi 25, nilai p<0.05 menunjukkan kemaknaan secara statistik.
Hasil: Sebanyak 134 subjek penelitian, 64 subjek mengalami gejala gastrointestinal PASC pada bulan ke-1 dan 70 subjek pada bulan ke-3. Manifestasi gejala gastrointestinal PASC terbanyak pada bulan ke-1 yaitu konstipasi dan mual-muntah sebanyak 21 (15,7%) subjek dan mual-muntah 10 (7,5%) pada bulan ke-3. Pada analisis bivariat terdapat hubungan yang bermakna pada subjek dengan riwayat komorbitas (p=0,011) dan CT-value ≥25 (p=0,028) sebagai faktor risiko gejala gastrointestinal PASC pada bulan ke-1 serta subjek dengan komorbiditas non-gastrointestinal (p=0,022) pada bulan ke-3. Analisis multivariat menemukan riwayat komorbiditas non-gastrointestinal paling memengaruhi gejala gastrointestinal PASC pada bulan ke-1 dan ke-3 dengan relative risk (RR) 1,608 kali (IK 95% 1,140 – 2,260; p= 0,007) dan 2,089 kali (IK 95% 1,093– 3,990; p = 0,014).
Kesimpulan: Terdapat pengaruh yang signifikan antara riwayat komorbiditas non-gastrointestinal terhadap kejadian manifestasi gastrointestinal PASC bulan ke-1 dan ke-3 serta nilai CT-value COVID-19 >25,0 terhadap kejadian manifestasi gastrointestinal PASC pada bulan ke-1.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warsiman
Malang: Universitas Brawijaya Press, 2017
899.221 WAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>