Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162039 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Resiana Winata
"Kompor biomassa konvensional yang ada saat ini masih memiliki permasalahan dengan emisi gas CO yang tinggi dibandingkan kompor LPG. Pada penelitian ini, dirancang suatu kompor gas-biomassa menggunakan prinsip Top- Lit Up Draft Gasifier yang diharapkan menghasilkan emisi gas CO yang rendah dengan membakar gas pirolisis dari pelet biomassa. Kompor memiliki diameter dalam sebesar 15 cm, diameter luar 20 cm, tinggi reaktor gasifikasi 51 cm, dan tinggi keseluruhan 95 cm. Kompor menggunakan pelet biomassa dari limbah bagas yang mengandung volatile matter tinggi. Dengan memvariasikan rasio antara laju alir udara sekunder dan udara primer, didapatkan emisi gas CO ratarata terendah, 16,4 ppm (dengan emisi gas CO maksimum yang diperbolehkan adalah 25 ppm), yang terjadi pada rasio 11:1. Perbandingan antara nilai rasio tersebut menunjukkan suhu api maksimum tertinggi yang dicapai adalah 544,44°C pada rasio 6:1. Menggunakan Water Boiling Test, efisiensi termal tertinggi yang dicapai adalah 55%, dimana waktu tersingkat untuk mendidihkan 1 L air adalah 6 menit. Api kompor berwarna kuning menunjukkan pembentukan jelaga.

Nowadays conventional biomass stoves still have a problem of having high CO gas emission compared to LPG stoves. In this research, a biomass-gas stove has been designed using Top-Lit Up Draft Gasifier principle, which had been expected to have low CO gas emission by burning pyrolysis gas from biopellets. The stove has 15 cm inner diameter, 20 cm outer diameter, 51 cm gasification reactor height, and 95 cm overall height. The stove uses biopellet made of bagasse waste, which have high volatile matters content. By varying the ratio of secondary air flow to primary air flow, it was found that the lowest CO gas emission, 16,4 ppm (with maximum CO gas emission allowable is 25 ppm), occurred at the ratio of 11:1. Comparison of different values of the ratio shows that the highest maximum flame temperature achieved was 544,44oC occurring at the ratio of 6:1. Using Water Boiling Test, the highest thermal efficiency achieved was 55%, which corresponds to the shortest time to boil 1 L of water (6 minutes). The stove has yellow flame that indicates the formation of soot."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43082
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Inayati
"Mekanisme pembakaran pada kompor biomassa yang menyertakan pembakaran fasa padat dengan 1 blower pemasok udara masih menghasilkan CO di atas ambang batasnya, 25 ppm. Peneliti merancang kompor gas-biomassa dengan mekanisme pembakaran fasa gas saja menggunakan 2 blower pemasok udara primer dan sekunder, mengakomodasi preheating udara sekunder dan efek turbulensi. Penelitian bertujuan mendapatkan rancangan kompor biomassa dengan rasio udara terbaik sehingga dihasilkan emisi CO rendah dan warna api biru. Penelitian diawali dengan perancangan kompor lalu membakar gas pirolisis yang dihasilkan dari devolatilisasi biomassa. Kondisi terbaik kompor berdiameter dalam ruang pembakaran 15 cm dengan tinggi ruang pembakaran 58 cm adalah pada rasio aliran udara sekunder terhadap udara primer 6,29 dengan emisi CO rata-rata 14 ppm dan efisiensi termal 52,8 %.

Existing biomass stoves using combustion in solid phase with 1 blower as an air supplier produce CO well above the minimum allowable CO emission (25 ppm). In this research, combustion mechanism occurs only in gas phase, the stove uses 2 blower as primary and secondary air supplier, accommodates preheating secondary air and turbulency effect. The objective of this research was to get biomass-gas stove design with the best air ratio that produces low CO emission and blue flame. First step of this research is to design he stove and then to burn pyrolysis gas produced of biomass devolatilization. The best condition of the biomass gas stove, which has dimension 15 cm inner diameter for combustion chamber and 58 cm height of combustion chamber is that the flow ratio of secondary air to primary air is 6,29 which has average CO emission at 14 ppm and thermal efficiency at 52,8%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42561
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Febry Rizqiardihatno
"Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbarukan. Biomassa dapat dijadikan bahan bakar yang antara lain: kayu, arang, kotoran hewan, dan limbah pertanian. Untuk kebutuhan domestik di Indonesia, pemakaiannya lebih sebagai bahan bakar kompor masak dengan kayu yang dibakar langsung. Permasalahan yang sering timbul yaitu efisiensi termal yang rendah sehingga menghabiskan banyak bahan bakar yang dapat memperparah deforestasi, tingginya tingkat emisi CO, hidrokarbon, dan partikulat yang dapat menyebabkan polusi udara.
Penelitian ini dilaksanakan untuk merancang, membuat, dan menguji suatu kompor biomassa berbasis bahan bakar serbuk kayu yang dipeletasi, dengan menitikberatkan pada pengambilan kembali panas yang terbuang pada cerobong asap agar menghasilkan efisiensi termal yang cukup tinggi dan emisi zat berbahaya yang rendah. Dengan tahap penelitian yang diawali perancangan, meliputi perhitungan dan desain dimensi kompor. Tahap fabrikasi, membuat kompor dengan bahan, komponen, dan ukuran sesuai rancangan.
Tahap pengujian, memvariasikan kondisi start-up, jarak garangan dan laju masuk udara untuk menguji efisiensi termal menggunakan metode Water Boiling Test, lalu melakukan uji emisi CO dengan parameter zat polutan menggunakan alat CO Detector 7701. Hasil yang didapatkan dari desain adalah kompor berdiameter dalam 300 mm dan luar 400 mm serta tinggi keseluruhan kompor 700 mm. Untuk sistem perpipaan menggunakan pipa 1.5 inci dan pipa 3 inci. Untuk kinerja kompor, efisiensi termal kompor antara 33-38 % dan emisi CO sebanyak 19-51 ppm yang lebih baik dibandingkan kompor biomassa yang sudah ada.

Biomass is one of Renewable Energy resources. Kinds of biomass which can be used as a fuel are: wood, char, dung and agricultural waste. For Indonesian domestic needs, biomass usually used as a cook stove fuel by burning the wood directly but, the thermal efficiency for direct use process is low and emission of carbon monoxide, hydrocarbon, and particulate matters is high. This research's goal are designing, fabricating and testing a pellet biomass cookstove which focus on extracting flue gas heat from exhaust chimney for giving high thermal efficiency and depositioning dangerous emission.
Step of this research start from designing step, covering calculation and designing stove dimension. Fabrication step is making the stove with material, component and dimension appropriate with the design. Testing step is varying start up condition, distance of grate, and air flow velocity to observe the influence of those parameters to thermal efficiency and CO emission.
Thermal efficiency testing was done using Water Boiling Test method and CO Detector 7701 device for CO emission testing. The results of designing step are ID = 300 mm, OD = 400 mm and total height = 700 mm. For piping system, using 1.5 inch (37.5 mm) pipe as an air inlet pipe and 3 inch (75 mm) pipe as an outlet flue gas pipe. Thermal efficiency of this cookstove is approximately 33-38% with 19-51 ppm CO emission, which better than existing biomass cookstove."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52184
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Endah Lestari
"Biomasa mempunyai potensi besar sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak dan gas. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang, membuat, dan menguji pelet biomassa sehingga menghasilkan bahan bakar dengan performa pembakaran yang optimal didampingi dengan emisi gas berbahaya yang rendah. Biomas dibuat menjadi pelet dengan bentuk silindris. Parameter yang divariasikan pada penelitian ini adalah bahan baku biomasa yaitu sekam, jerami, kayu kamper, dan kayu karet, ukuran yaitu diameter pelet dari 10-20 mm, kandungan air pada pelet biomasa yaitu 4%-20%, dan laju alir oksigen ke dalam furnace.
Hasil penelitian menunjukkan performa pembakaran yang tinggi terjadi pada pelet dengan kadar air rendah dan diameter kecil serta diberi masukan oksigen. Nilai kalor paling tinggi dimiliki oleh pelet kayu kamper yaitu 4556 kal/g sedangkan temperatur pembakaran paling tinggi dimiliki oleh jerami dengan d = 1 cm dan mc = 4%. Densitas bulk pelet terbesar adalah pelet jerami d = 1 cm dan mc = 4%. Emisi CO2 terbesar memperbesar massa CO2 dan menaikkan temperatur pembakaran hingga 1060°C.

Biomass is a potential alternative energy replacing oil and gas. The experiment goals are designing, making, and testing pellets in order to create fuels with good combustion performance and low emission. Pellets were shaped cylindrical. The variations are pellets raw materials (husk, straw, rubber wood, kamper wood), pellets size (10 ' 20 mm in diameter), moisture content (4-20%) and oxygen purging.
Result of the experiment is that good combustion performance happen to pellets with low moisture content and small size with oxygen supply. The highest heating value is from straw pellets with d = 1 cm and mc = 4%. The same pellets also have highest densitas bulk. Highest CO2 emission happen to rubber wood pellets with d = 2 cm and mc = 11%. Purging of oxygen into furnace increases CO2 emission and also temperatur combustion until 1060°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51796
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Farah Inayati
"Hubungan antara geometri kompor dengan performa yang dimiliki harus dilakukan untuk mengetahui kesempurnaan dari reaksi pembakaran. Peneliti terdahulu telah melakukan simulasi pada kompor biomassa dengan udara primer dan sekunder diatur dengan menggunakan 1 penyuplai udara. Pada penenilitian ini, dimodelkan ruang pembakaran kompor gas-biomassa berprinsip upside downdraft gasification dengan bahan bakar berupa gas hasil pirolisis dari biopellet kayu karet dengan udara primer dan sekunder yang independent satu sama lain.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat profil kecepatan, konsentrasi CO2 sebagai produk pembakaran, dan temperatur ruang pembakaran pada kecepatan udara primer konstan. Semakin besar kecepatan udara sekunder maka kecepatan pada bagian atas ruang pembakaran semakin besar, semakin banyak CO2 sebagai produk reaksi pembakaran yang terbentuk, dan semakin rendah temperatur ruang pembakaran.

Analyzing relation between geometric of stove and its performance has to be done in order to get to know combustion reaction inside of the stove. The latest research done in simulation of biomass stove whose air supply for primary and secondary air is only one. Combustion chamber of upside downdraft gasification biomass gas-stove is used as geometric of this simulation. This stove has primary and secondary air which is not dependent on each other. Pyrolysis gas from biopellet of rubber wowd used as fuel.
Objective of this simulation is to analyze the behaviour of fluid in combustion and get the velocity, concentration, and temperature profil in constant primary air velocity. Velocity at the outlet boundary of combustion chamber is getting more as secondary air increased also the more reaction happened though it decreasing temperature.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyaningsih
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Sanjaya
"Kelemahan dari penggunaan biomassa sebagai bahan bakar kompor biomassa adalah tingginya emisi CO yang dihasilkan akibat pembakaran yang kurang sempurna yang terjadi pada biomassa tersebut. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dengan membuat kompor biomassa dengan metode Top Lit-Up Draft Gasifier, dapat mengurangi emisi CO sampai dibawah 20 ppm dan waktu ignisi kompor yang lebih cepat sekitar kurang dari 1 menit. Metode penelitian yang akan digunakan adalah membuat modifikasi sistem pencampuran udara dengan bahan bakar di ruang pembakaran menggunakan gas wick sehingga menghasilkan pembakaran lebih sempurna. Gas wick yang digunakan memiliki diameter masing-masing 9 cm dan 11 cm sehingga akan membentuk anulus pada ruang pembakaran dengan luas penampang anulus yang berbeda pada masing-masing gas wick tersebut, yaitu dengan luas bukaan anulus sebesar 23,78% dan 48,98%. Gas analyzer digunakan untuk mengetahui emisi CO serta metode water boiling test untuk mengetahui efisiensi termal kompor. Hasil menunjukkan dengan gas wick berdiameter 11 cm dengan rasio antara udara primer dan sekunder sebesar 1,773 menunjukkan kinerja kompor yang paling baik dengan efisiensi termal sebesar 65,734%, suhu api rata-rata yang paling tinggi sebesar 702oC, dan rata-rata emisi CO fase pembakaran sebesar 20,692 ppm.

The disadvantages of the use of biomass as fuel biomass gas stoves is the high CO emissions generated as a result of imperfect combustion that occurs in the biomass. Research that has been conducted shows that by making the biomass stove method Top Lit-Up Draft Gasifier, can reduce CO emissions to below 20 ppm and the time of ignition stove faster about less than 1 minute. To overcome these problems, modification of mixing system need to be made to make the air mixing with the fuel in the combustion chamber using gas wick resulting in more complete combustion. Gas wick that be used in this research had a diameter of 9 cm and 11 cm, respectively, so that it will form an annulus in the combustion chamber with different annulus cross-sectional area of ​​each gas wick, with the cross-sectional area of annulus are 23.78% and 48.98%, respectively. Gas analyzer is used to determine the emissions of CO and water boiling test method to determine the thermal efficiency of the stove. The results show the gas wick with diameter of 11 cm and the ratio between the primary and secondary air for 1.773, show the best stove performance with the termal efficiency of 65,734%, the average flame temperature of 702oC, and the average emission of CO on combustion phase of 20,692 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glifanny Ramadani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinerja pembakaran biobriket
berbahan campuran biomassa bagase tebu dan batubara subbituminous dengan variasi
komposisi biomassa 100%, 75% dan 50%. Kecepatan superfisial aliran udara juga
divariasikan sebesar 0,2 ; 0,3 dan 0,4 m/s. Hasil penelitian menunjukkan waktu ignisi
tercepat (0,49 menit) dicapai pada pembakaran briket komposisi 75% Biomassa
dengan kecepatan superfisial 0,4 m/s; emisi CO rata-rata terendah (161 ppm) pada
pembakaran briket berkomposisi 50% biomassa pada 0,4 m/s dan efisiensi termal
terbesar (0,376%) pada pembakaran briket dengan komposisi 50% biomassa.

ABSTRACT
This research aimed to studying the performance of biobriquettes combustion
made from mixture of bagasse sugar cane and subbituminouss coal, with varying of
biomass content of 100%,75% and 50%. The superficial velocity of air flow in the
stove has also varied at 0,2 ; 0,3 and 0,4 m/s. The results showed the fastest of
ignition time (0,49 minutes) was achieved by burning briquettes containing 75%
operated at superficial velocity 0,4 m/s; the lowest averange CO emissions (161
ppm) by burning briquettes containing 50% biomass at 0,4 m/s and the largest
thermal efficiency (0,376%) by burning briquettes containing 50% biomass.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43818
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>