Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145344 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdur Rouf
"Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV) merupakan jenis turbin angin yang dengan kecepatan angin rendah dapat menghasilkan listrik dan cukup mudah diterapkan pada beban kelistrikan yang terisolasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan desain sistem TASV dan sistem pasokan listrik yang paling optimal baik secara teknis maupun ekonomis untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T). Dengan pendekatan statistik Ordinary Kriging, nilai kecepatan rara-rata tahunan di Raja Ampat diestimasikan berdasarkan data historis kecepatan angin yang berasal dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika 2019 (BMKG) dan data National Oceanic and Atmospheric Administration 2019 (NOAA) sehingga distribusi kecepatan angin dapat diproyeksikan dengan menggunakan pendekatan distribusi Weibull dan Rayleigh. Parameter yang divariasikan meliputi spesifikasi turbin, kapasitas daya dan kecepatan angin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain TASV yang optimal untuk diimplementasikan di Raja Ampat adalah turbin 10 kW tipe darrieus dengan blade lurus, cut-in speed 1.5 m/s, kecepatan rated 9 m/s dan faktor kapasitas 20.9%. Untuk kebutuhan energi listrik rata-rata 1,074/pelanggan/tahun, Produksi Energi Tahunan sebesar 18,337 kWh/unit/turbin, 1-unit TASV dapat mensuplai energi listrik kepada 12 pelanggan atau 1-unit turbin dalam radius 1 km2 dengan kepadatan penduduk rata-rata 48 Jiwa/km2. Untuk memasok jumlah permintaan di Raja Ampat sebesar 459,797 kWh ditahun 2021, dibutuhkan sebanyak 25-unit TASV dengan LCOE 20.2 Sen USD / kWh / unit atau lebih rendah dari Biaya Produksi yang Diatur (21.34 sen USD / kWh). Hasil ini menunjukkan TASV merupakan alternatif yang tepat secara teknis dan ekonomis untuk beban kelistrikan di negara-negara kepulauan dengan banyak daerah terisolasi seperti Indonesia.

Vertical Axis Wind Turbine (VAWT) can generate electricity just by low wind speed and simply able to apply for isolated demands. This study aims to obtain the most optimal VAWT system design and power supply system both techno-economic to meet the demands in disadvantaged, frontier and outermost (3T) areas. By Ordinary Kriging method, the annual average velocity in Raja Ampat was estimated based on historical wind speed data from the 2019 Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG) and the 2019 National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) so that the wind speed distribution can be projected using the Weibull and Rayleigh distribution. The varied parameters include turbine specifications, power capacity and wind speed. The results showed that the optimal VAWT design was the 10 kW straight blade Darrieus turbine, with a cut-in speed of 1.5 m/s, an rated speed of 9 m/s and a capacity factor of 20.9%. For demands an average of 1,074/customer/year, Annual Energy Production of 18,337 kWh turbine unit, then 1 unit can supply the demand for 12 customers or 1 units within a radius of 1 km2, with an average population density of 48 people/ km2. To supply the total demand in Raja Ampat of 459,797 kWh in 2021, 25-unit VAWT with a LCOE of 20.2 Cents USD/kWh or lower than the Regulated Production Cost (21.34 cents USD / kWh) were required. These results suggest that VAWT is a techno-economic viable alternative for electricity demand in archipelagic countries with many isolated areas such as Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Laksono Putro
"Elektrifikasi 1723 desa 3T yang belum teraliri listrik menggunakan energi terbarukan sejalan dengan program Pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi GRK sebesar 29% pada tahun 2030 dan mencapai SDG’s point 7. Tantangan elektrifikasi desa 3T adalah letak desa yang tersebar, potensi energi terbarukan bervariasi dan nilai keekonomian yang rendah. Untuk menjawab tantangan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tarif microgrid desa 3T berdasarkan insentif yang tepat dan desain teknis yang optimal. Metodologi penelitian adalah klasterisai menggunakan Clara dan pemodelan optimasi untuk mendapatkan kapasitas microgrid. Ada 4 pusat cluster: Sari Tani (Gorontalo), Kubang Kondang (Banten), Tuno Jaya (Maluku), dan Sungai Pisau (Kalimantan Barat). Dari optimasi pemodelan diperoleh konfigurasi microgrid PLTS kapasitas 173 – 607 kWp, PLTB kapasitas 12 kW, dan BESS kapasitas 254 – 946 kWh. Untuk semua desa pusat klaster, tarif dasar untuk model bisnis EPC PLN adalah 3066 – 4115 Rp/kWh, model bisnis PPP adalah 3362 – 4525 Rp/kWh, dan model bisnis Wilus Resco adalah 4051 – 5478 Rp/kWh. Skenario insentif yang paling efektif adalah kombinasi tax allowance, pengurangan emisi karbon, dan subsidi bunga minimal 3% atau hibah capex 25% yang dapat menurunkan tarif dasar sebesar 51–59% sehingga menjadi dibawah 85% biaya pokok penyediaan pembangkit setempat.

Electrification of 1723 underdeveloped, frontier, and outermost villages (3T villages) using renewable energy-based microgrid is vital role in improving electricity access and socio-economic activities in the regions. This development strategy in line with the government of Indonesia's program to reduce Green House Gas (GHG) emissions by 29% in 2030 and to achieve Sustainable Development Goals (SDG’s) point 7. The challenges of 3T villages electrification are the location of villages that are spread out, varied renewable energy potential and low economic value. To answer those challenges, this study aims to cluster the villages based on renewable energy resource and electricity demand and to assess techno-economic viability of microgrid. The clustering the villages using Clara method and design the microgrid system by optimization model of Homer Pro, and also financial analysis is carried out using several incentive scenarios. The result shows that there are 4 cluster centers: Sari Tani (Gorontalo), Kubang Kondang (Banten), Tuno Jaya (Maluku), and Sungai Pisau (Kalimantan Barat) with microgrid configurations PV capacity 173 – 607 kWp, WTG capacity 12 kW, and BESS capacity 254 – 946 kWh kWh. For 4 cluster villages, the base-case tariff of EPC business model is 3066 - 4115 Rp/kWh, Public Private Patnership (PPP) business model is 3362 – 4525 Rp/kWh, and Resco business model is 4051 – 5478 Rp/kWh. The most effective incentive scenario is the combination of tax allowances, carbon emissions reduction, and interest subsidy minimum 3% or grant 25% capex which can reduce base-case tariffs by 51–59 %. Hence it becomes below 85% regional cost of generation."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Billal Pizzaro A
"Pemanfaatan energi angin saat ini cukup meningkat sebagai energi terbarukan. Karena angin adalah salah satu bentuk energi alami yang paling mudah diakses dan tidak menghasilkan zat-zat berbahaya. Berdasarkan hasil pemetaan distribusi kecepatan angin, didapat kecepatan angin yang tinggi (6 - 8 m/s) di onshore terjadi di pesisir selatan pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Maluku, dan NTT. Sementara kecepatan angin di daerah offshore menunjukkan angka lebih dari 8 m/s terjadi di Offshore Banten, offshore Sukabumi, offshore Kupang.[15] Turbin Angin sumbu vertikal (TASV) merupakan salah satu jenis turbin angin yang lebih mudah diaplikasikan pada tempat yang memiliki potensi angin tidak terlalu besar. [16] Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan potensi TASV pada kabupaten Sukabumi.

The utilization of wind energy as a renewable energy source has been increasing recently. This is because wind is one of the most easily accessible natural energy forms and does not produce harmful substances. Based on the results of wind speed distribution mapping, high wind speeds (6 - 8 m/s) onshore occur on the south coast of Java Island, South Sulawesi, Maluku, and NTT. Meanwhile, wind speeds in offshore areas show figures of more than 8 m/s occurring in Offshore Banten, Offshore Sukabumi, and Offshore Kupang[15]. Vertical axis wind turbines (VAWTs) are one type of wind turbine that is easier to apply in places with relatively low wind potential.[16] The purpose of this research is to prove the potential of VAWTs in Sukabumi Regency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nabila Ayu Azizah
"Seiring dengan bertambahnya populasi manusia di muka bumi, kepedulian terhadap energi dan sumber pangan juga semakin besar. Masalah muncul terutama di kota-kota perkotaan yang padat dimana tidak mungkin untuk menanam pertanian konvensional. Banyak negara termasuk Indonesia sudah mulai menerapkan sel surya sebagai alternatif sumber energi lama seperti solar atau bahan bakar fosil. Namun, baru sedikit yang mulai menerapkan Agrophotovoltaics (APV), yang mengoptimalkan penggunaan gandanya sebagai sumber energi, khususnya untuk keperluan pertanian. Di sisi lain, pertanian vertikal adalah metode untuk mengolah sumber makanan berkelanjutan dengan memanfaatkan permukaan miring vertikal untuk membantu menghasilkan makanan bahkan di daerah perkotaan. Setelah menjalankan simulasi dengan HOMER Pro untuk APV dengan pertanian vertikal di Jakarta, hasilnya kemudian dianalisis melalui penilaian tekno-ekonomi dan kanvas model bisnis untuk prospek bisnisnya. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa masuk akal jika APV dibangun bersama dengan sistem hidroponik dan kemudian dijalankan sebagai bisnis menengah hingga besar mengingat biaya awalnya yang tinggi dibandingkan jika tidak dibangun bersama dengan sistem PV. Tidak hanya menjalankan bisnis penjualan tanaman dari sistem hidroponik yang memiliki potensi tinggi untuk menjadi menguntungkan dalam jangka panjang, tetapi juga prospek yang baik untuk dipasang bersama dengan sistem APV dengan mempertimbangkan lingkungan.

Along with the increasing human population on earth, the concern regarding energy and food sources also grows bigger. The problem arises especially in crowded urban cities in which it is impossible for conventional farms to be planted. Many countries including Indonesia have started implementing solar cells as an alternative to the old energy sources such as diesel or fossil fuels. However, only a few have started implementing Agrophotovoltaics (APV), which optimizes its dual use as an energy source, in particular agricultural purposes. On the other hand, vertical farming is a method to cultivate sustainable food sources by utilizing vertically inclined surfaces to help produce foods even in urban areas. After running a simulation with HOMER Pro for APV with vertical farming in Jakarta, the results were then analyzed through techno-economic assessment and a business model canvas for its business prospect. The conducted analysis shows that it is plausible for APV to be built in together with a hydroponic system and then ran as a medium to big-sized business considering its high initial cost compared to when it’s not built in together with a PV system. Not only running a business of selling crops from a hydroponic system has a high potential to become profitable in the long run, it is also a good prospect for it to be installed along with APV system in consideration the environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dio Anggara
"ABSTRACT
Penelitian ini menjelaskan pengaruh tingkat dukungan sosial terhadap tingkat well-being mahasiswa migran penerima program Afirmasi Pendidikan ADik Papua dan Daerah 3T terdepan, terluar, dan tertinggal di Universitas Indonesia. Studi-studi sebelumnya memperlihatkan bahwa mahasiswa memiliki permasalahan terkait ketidaksiapan mental, hubungn sosial, dan ekonomi. Studi melihat permasalahan mahasiswa migran sebagai bentuk rendahnya tingkat well-being yang disebabkan oleh rendahnya tingkat dukungan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengen teknik pengumpulan data diperoleh melalui survei kepada 34 mahasiswa, wawancara mendalam kepada 6 mahasiswa, studi dokumen, dan observasi. Dalam analisis dukungan sosial, pihak yang dinilai paling memberikan dukungan adalah teman dan orang tua, sedangkan yang kurang memberikan dukungan adalah pemerintah daerah. Sementara itu dalam analisis well-being, skor terendah terdapat pada mental well-being. Uji regresi menunjukkan terdapat tiga model yang memiliki pengaruh signifikan terhadap well-being mahasiswa yaitu dukungan emosional, dukungan jaringan, dan dukungan informasi. Sementara itu, peneliti menduga terdapat varibel lain yang turut mempengaruhi well-being mahasiswa yaitu jaringan kelompok keagamaan mahasiswa berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dan religiositas mahasiswa berdasarkan studi litelatur.

ABSTRACT
This study explains the effect of social support level to migrants students well being receiving Papua Education Affirmative ADIK program and 3T Outside, Outermost and Left behind regions at the University of Indonesia. Previous studies discussed that students have problems related to mental, social, and economic unpreparedness. This study explains the migrant students problems as a form of low levels of well being caused by low levels of social support. This study uses quantitative approaches with data collection techniques obtained through surveys to 34 students, in depth interviews to 6 students, document studies, and observations. In the analysis of social support, the parties who are most likely to provide support are friends and parents, while the local governments give less supports. Meanwhile, in a well being analysis, the lowest score is in the well being mentality. Regression test showed that there are three models that have significant influence on student well being that is emotional support, network support, and information support. Meanwhile, the researcher suspect that there are other variables that influence the well being of students, namely the network of religious groups of students based on in depth interviews and observation and students religiosity based on review study."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emapatria Chandrayani
"LNG memiliki potensi untuk menjadi pemasok energi untuk menjangkau kepulauan di Indonesia dan telah direncanakan untuk memasok pembangkit listrik di pulau-pulau terpencil. Analisis tekno-ekonomi pembangkit listrik turbin gas terintegrasi dengan unit regasifikasi LNG skala kecil telah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pembangkit listrik dan mengurangi biaya pembangkitan listrik. Analisis dimulai dengan membuat simulasi proses dari sistem yang divalidasi untuk menggambarkan kinerja turbin gas aktual menggunakan simulator proses Aspen Hysys. Kemudian, dilakukan beberapa integrasi seperti penerapan pembangkit uap dalam combined cycle sebagai pembangkit listrik sekunder, pemanfaatan energi dingin dari regasifikasi LNG untuk pendinginan udara masukan kompresor turbin gas, dan pemanasan kembali bahan bakar gas oleh sebagian uap yang dihasilkan. Hasil simulasi memberikan akurasi yang baik dan memungkinkan untuk diintegrasikan dengan proses-proses tersebut. Integrasi gabungan memberikan keuntungan yang lebih tinggi, memberikan kenaikan daya listrik hingga 49,4% serta meningkatkan efisiensi sebesar 44,6% dan menurunkan emisi spesifik CO2 sebanyak 30,9% dibandingkan dengan simple cycle turbin gas. Berdasarkan analisis LCOE, integrasi gabungan memberikan biaya produksi listrik 20,89% lebih rendah daripada simple cycle turbin gas sekitar 14,56 sen/kWh pada faktor kapasitas 80%. Terlebih lagi, integrasi gabungan pembangkit listrik turbin gas selalu memberikan LCOE lebih rendah dibandingkan simple cycle turbin gas dalam berbagai faktor kapasitas, yaitu 21,64% lebih rendah untuk faktor kapasitas tinggi dan setidaknya 7,96% lebih rendah untuk faktor kapasitas kecil. Nilai ini dianggap lebih ekonomis dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar diesel. Optimalisasi upaya integrasi untuk peningkatan efisiensi sistem pembangkit listrik turbin gas dapat meningkatkan kinerja dan menurunkan total biaya pokok pembangkitan listrik.

LNG has a potential to become energy supply across Indonesian archipelago and has been planned to supply power plant in remote islands. A techno-economic analysis of integrated small scale gas turbine power plant and LNG regasification unit has been conducted to increase power plant efficiency and reduce electricity generation cost. The analysis begins with creating process simulation of the system that is validated to represent actual gas turbine performance using Aspen Hysys process simulator. Then several integrations are introduced: combined cycle steam generation as secondary power generation, cold energy utilization from LNG regasification to chill intake air compressor of gas turbine, and fuel gas reheating by a small portion of generated steam. The simulation result provides a good accuracy and enable integration to such processes. The combined integration provides higher advantages, providing extra power output up to 49.4% as well as increasing efficiency up to 44.6% and lowering as much as 30.9% specific CO2 emission than simple cycle gas turbine. Based on LCOE analysis, combined integration provides 20.89% lower cost of electricity production than gas turbine simple cycle around 14.56 cent/kWh at 80% capacity factor. The combined integration of gas turbine power plant always delivers LCOE lower than gas turbine simple cycle in any capacity factors which are 21.64% lower for high-capacity factors and at least 7.96% lower for low-capacity factors. This is considered more economically viable than diesel-fueled power plant. The higher efficiency of integrated power plant-LNG regasification system could better improve performance and further reduce generation cost."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boangmanalu, Lolo Ardy
"Komunikasi satelit merupakan salah satu platform bisnis PT Telkom dalam memberikan layanan komunikasi bagi seluruh wilayah di Indonesia. Mengingat Indonesia adalah negara Maritim yang terdiri dari pulau-pulau sehingga membutuhkan suatu sistem komunikasi yang dapat menghubungkan seluruh wilayah di Indonesia hingga ke daerah-daerah terpencil. Namun dengan perkembangan beragam alternatif teknologi komunikasi lainnya dan persaingan antar operator satelit baik dalam maupun luar negri membuat pangsa pasar bisnis satelit menjadi berkurang. Untuk mengembangkan bisnis di bidang satelit PT Telkom memutuskan untuk membeli satelit baru. Namun dengan kondisi industri satelit tersebut perlu dilakukan analisis untuk melihat kelayakan ekonomi feasibility investasi dari implementasi satelit tersebut. Penelitian ini menggunakan metode tekno ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai NPV yang diperoleh sebesar 38,666.000, IRR sebesar 14.75 dan payback period selama 6.17 tahun. Berdasarkan parameter tersebut dapat dilihat bahwa investasi tersebut masih tergolong layak untuk dilanjutkan.

Satellite communication is one of the business platform of PT Telkom in providing communications services to all regions in Indonesia. As Indonesia is a maritime country that comprising many islands thus requiring a communication system that connects all regions in Indonesia, even to the remote areas. However, with the development of various alternative communication technologies makes the market share of the satellite business will be reduced. To develop the satellite bussiness, PT Telkom decided to procure a new satellite. But with the satellite industry condition, an economic analysis need to be done to see whether the investment is feasible. This research is using techno economic method. The research result shows that NPV value is 38,666.000, IRR is 14.75 , and payback period duration is 6.17 years. Based on those parameters can be seen that the investment is relatively feasible to proceed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T47441
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Hidayat
"ABSTRAK
Perbedaan identitas dan gaya komunikasi selalu ditemui seorang guru ketika dia ditugaskan untuk mengajar di daerah dengan budaya yang berbeda. Penelitian ini berusaha untuk menelaah peran identitas dan gaya komunikasi dalam pembentukan konsep diri guru. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap guru peserta SM3T Universitas Negeri Jakarta yang telah bertugas selama satu tahun di berbagai daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri guru yang mengajar di daerah 3T tidak terbentuk begitu saja, namun berkembang dari proses negosiasi identitas sebagai kelompok minoritas dan akomodasi perbedaan gaya komunikasi. Peran identitas dan gaya komunikasi dalam pembentukan konsep diri selain memperkuat konsep diri yang telah ada juga membentuk serta mengembangkan konsep diri yang belum disadari oleh guru di daerah 3T. Selain itu hasil penelitian menunjukkan identitas dan gaya komunikasi terjalin antara satu dan yang lainnya dalam pembentukan konsep diri guru di daerah 3T.

ABSTRACT
The difference of identity and communication style will be always experienced by teachers if they are assigned to teach in areas with different cultures. The aim of the study is to examine how identity and communication styles differences play role in the formation of their self concept. This is a qualitative research with phenomenology method. Data collection was gathered by depth interviews with participating SM3T teachers from Jakarta State University who have served in various 3T (frontier, outermost and disadvantaged) regions in Indonesia for one year.
The results shows that the self concept of teachers who taught in 3T regions is not formed in instant, but it evolves from the negotiation identity process as a minority and accommodation differences in communication styles. The role of identity and style of communication in the formation of self-concept in addition to strengthening existing self-concept, it is also formed and developed the concept of self that has not been recognized by the teachers. In addition, the results also show that the identity and communication style cooperate together in the formation of self-concept of the teachers.
"
2016
T45775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Myesha
"Di zaman modern ini, manusia telah mengembangkan kebutuhan mendasar akan listrik. Dalam Skenario Kebijakan yang Dinyatakan, permintaan listrik dunia meningkat dengan kecepatan 2,1% per tahun hingga tahun 2040, yang merupakan dua kali lipat tingkat permintaan energi primer. Hal ini meningkatkan persentase listrik dalam total konsumsi energi final dari 19% pada tahun 2018 menjadi 24% pada tahun 2040. Di negara-negara yang kuat secara ekonomi, konsumsi listrik diperkirakan akan meningkat dengan sangat cepat. Sayangnya, tantangan di Indonesia adalah permintaan listrik tumbuh lebih cepat daripada pasokannya. Kebijakan Energi Nasional (KEN) atau Kebijakan Energi Nasional memperkirakan tingkat elektrifikasi energi terbarukan sekitar 23% pada tahun 2025. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi surya sebagai sumber tenaga listrik utama, karena letak geografisnya yang berada di garis khatulistiwa. . Namun, jumlah ruang yang dibutuhkan untuk pembangkit listrik tenaga surya ini harus dipertimbangkan. Di lingkungan perkotaan, dimungkinkan untuk memasang pembangkit listrik tenaga surya di atap bangunan untuk meningkatkan kuantitas energi yang dapat diakses. Kajian ini dilakukan untuk mensimulasikan kemungkinan sistem PLTS terkoneksi jaringan rooftop pada gedung perkantoran Graha PDSI.

In these modern times, humans have developed a fundamental need for electricity. In the Stated Policies Scenario, the worldwide demand for electricity rises at a pace of 2.1% per year until 2040, which is double the rate of the demand for primary energy. This increases the percentage of electricity in total final energy consumption from 19% in 2018 to 24% in 2040. In economically powerful countries, electricity consumption is expected to increase at an especially rapid rate. The challenge in Indonesia, unfortunately, is that the demand for electricity has grown faster than the supply. The Kebijakan Energi Nasional (KEN) or National Energy Policy forecasts a renewable energy electrification rate of about 23% by 2025. Indonesia has a high potential to develop solar energy as its primary source of electrical power, due to its geographical location seated on the equator. However, the amount of space required for these solar power plants must be taken into consideration. In urban settings, it is possible to install solar power plants on the roof of a structure in order to increase the quantity of accessible energy. This study was conducted to simulate the possibility of a rooftop grid-connected solar power system on the Graha PDSI office building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>