Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50643 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Purwanto
"Komitmen merupakan sebuah keyakinan diri untuk bertanggung jawab melakukan suatu tindakan di masa mendatang karena dianggap saling menguntungkan. Pada wacana politik, seperti debat Pilpres, komitmen kerap digunakan sebagai salah satu cara untuk meyakinkan mitra tutur. Komitmen yang digunakan dalam wacana politik tersebut diistilahkan sebagai komitmen argumentatif. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan berbagai karakteristik komitmen argumentatif. Sumber data pada penelitian ini adalah tuturan calon presiden dan wakil presiden yang berpartisipasi dalam debat Pilpres 2019 putaran pertama sampai dengan ketiga. Data berupa komitmen argumentatif didapat dengan menggunakan indikator yang diadaptasi dari 9 kriteria komitmen tak-cacat Searle. Analisis dilakukan dengan cara menguraikan komitmen argumentatif menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Kemudian dilakukan pengamatan terhadap relasi antara bagian satu dan lainnya. Analisis juga dilakukan dengan cara menguraikan fungsi berbagai pengungkap modalitas yang ada pada komitmen argumentatif. Hasil penelitian ini menunjukkan setidaknya 12 pola yang menggambarkan 2 karakteristik komitmen argumentatif.

Commitment is a self-belief to be responsible for taking action in the future because it is considered mutually beneficial. In political discourse, such as the presidential election debates, commitment is often used as a way to convince speech partners. Commitment used in political discourse is termed as argumentative commitment. This study aims to explain the various characteristics of argumentative commitments. Data was taken from speeches of the presidential and vice presidential candidates who participated in the first to third rounds of the 2019 presidential election debates. The Data, which are in the form of argumentative commitment, were obtained using indicators adapted from Searle's 9 criteria of non-defective promise. The analysis was carried out by breaking down argumentative commitments into smaller parts. Then, an observation was made to identify relationships between parts of each argumentative commitment. Analysis was also carried out by describing the functions of various modalities in argumentative commitments. The results of this study indicate at least 12 patterns that describe 2 characteristics of argumentative commitments"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shakira Raziq Setiawan
"Artikel ini menjelaskan perbandingan kampanye kepresidenan Prabowo Subianto antara Pilpres 2019 dan 2024. Pemilu 2024 merupakan pemilu keempat kalinya bagi Prabowo untuk maju dalam pemilu (BBC News Indonesia, 2019). Selain itu, setengah dari total pemilih adalah anak muda, yaitu Gen Z (Wejak, 2024). Penggunaan media sosial telah mengubah lingkungan kampanye dalam beberapa kampanye terakhir, terutama dalam membangun citra politik bagi para pemimpin. Dengan menggunakan tujuh dimensi framing dari Hallahan (1999) dan mengambil studi kasus dari kampanye Prabowo Subianto pada Pemilu 2019 dan Pemilu 2024, penelitian ini menguji dimensi framing dengan membandingkan konten kampanye melalui aplikasi media sosial Instagram dari dua akun: Prabowo-Sandiaga dan Prabowo-Gibran. Penelitian ini berargumen bahwa penggunaan strategi pembingkaian Prabowo di media sosial telah berevolusi dari pemilihan presiden 2019 hingga 2024, dan perubahan dalam citra politik dan teknik komunikasinya berperan penting dalam membentuk wacana politik dan memengaruhi sikap pemilih.
This article describes the comparison of Prabowo Subianto presidential campaign between the 2019 and 2024 presidential election. The 2024 elections are the fourth time for Prabowo running in the elections (BBC News Indonesia, 2019). Moreover, more than a half of the total electorate are young voters, which are Gen Z (Wejak, 2024). The use of social media has changed the campaign environment in recent campaigns, especially for building political image for leaders. Using the seven dimension of framing by Hallahan (1999) and taking the case of Prabowo Subianto campaign in 2019 and 2024 election, this study examines the framing dimensions by comparing the campaign contents from social media application Instagram of two accounts: Prabowo-Sandiaga and Prabowo-Gibran. This paper argues that Prabowo's use of framing strategies on social media has evolved from the 2019 to the 2024 presidential election, and these changes in his political image and communication techniques are instrumental in shaping political discourse and influencing voter attitudes."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Riffal Ruchiandrean
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji politik identitas dengan 3 pendekatan, yaitu Primordialisme (karakteristik personal, dan latar belakang politik), Konstruktivisme (citra diri, dan kredibilitas), dan Instrumentalisme (manajemen kampanye) terhadap peluang kemenangan pada pilpres 2019. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan kuesioner sebagai instrument untuk penghimpunan data dan pengolahan data menggunakan anaisis regresi logistik. Data terdiri dari 300 responden millennials yang memiliki media sosial dan juga menggunakan hak pilihnya pada pilpres 2019. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif yang signifikan secara parsial citra diri, kredibilitas, dan manajemen kampanye terhadap peluang kemenangan. Sedangkan terdapat pengaruh negative yang signifikan secara parsial latar belakang politik terhadap peluang kemenangan. Tidak ada pengaruh yang signifikan karakteristik personal dengan peluang kemenangan. Terdapat 7 skenario dan 4 strategi yang paling unggul untuk digunakan sebagai rekomendasi strategi pemenangan untuk target pemilih millennials dan memiliki sosial media. Strategi terkuat adalah menggunakan gabungan strategi politik identitas konstruktivisme dan instrumentalisme dengan nilai peluang kemenengan sebesar 0.92.

This study aims to examine identity politics with 3 approaches, namely Primordialism (personal characteristics, and political background), Constructivism (self-image, and credibility), and Instrumentalism (campaign management) on the chances of victory in the 2019 presidential election. This research method uses the method of Quantitative questionnaire as an instrument for data collection and data processing using logistic regression analysis. The data consisted of 300 millennials respondents who owned social media and also used their right to vote in the 2019 presidential election. The results show that there was a significant positive effect partially on self-image, credibility, and campaign management chances of victory. While there is a significant negative influence partially on political background chances of victory. There is no significant influence of personal characteristics with the chance of victory. There are 7 scenarios and 4 of the most superior strategies to be used as a winning strategy recommendation for millennials and social media voters. by combining constructivism and instrumentalism strategies will be the best strategy with a winning opportunity value of 0.92."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustiana Lestari
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan proses framing terhadap dua
kandidat presiden Indonesia pada Pemilu 2014, yaitu Joko Widodo (Jokowi) dan
Prabowo Subianto. Proses framing ditinjau dari wacana berita Koran Tempo,
khususnya pada berita debat calon presiden. Analisis framing ini memanfaatkan
teori framing Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki (1993). Teori framing
diperkuat dengan analisis makrosintaksis dari van Dijk (1988). Pada praktiknya,
analisis framing ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan dan
keseimbangan berita terhadap pihak-pihak tertentu. Dalam penelitian ini, teori
Entman (2007) mengenai kecenderungan berita diadopsi sekaligus menjadi
jembatan yang menghubungkan antara framing dan kecenderungan atau
keseimbangan antara dua pihak yang terdapat di dalam berita. Hasil sintesis
beragam teori ini memperlihatkan sikap Koran Tempo cenderung positif kepada
Jokowi (capres nomor urut dua) daripada Prabowo (capres nomor urut satu).
Kecenderungan tersebut dibuktikan oleh analisis framing Pan dan Kosicki yang
meliputi analisis struktural, leksikal, headline, dan pendukung berupa insert yang
semuanya dimuat di dalam teks berita.

ABSTRACT,br>
The objective of this study is to reveal the framing process on two Indonesian
presidential candidates in general election 2014, they are Joko Widodo (Jokowi)
and Prabowo Subianto. The framing process is reviewed from news discourse of
Koran Tempo, particularly on the news of presidential candidate debates. This
framing analysis applies the framing theory approach of Zhongdang Pan and
Gerald M Kosicki (1993). The theory is strengthened by macro syntactic analysis
proposed by van Dijk (1988). Practically, this analysis is conducted to find out the
news tendency and balance on certain sides. In this study, Entman theory (2007)
of news tendency is adopted and connects the framing with the tendency or
balance between two sides in news. The synthesis result of the theories indicates
that Koran Tempo shows its more positive posture to Jokowi (presidential
candidate number two) compared to Prabowo (presidential candidate number
one). That tendency is proved by the framing analysis of Pan and Kosicki which is
including structural, lexical, headline, and inserts analysis that are all covered in
news text.;The objective of this study is to reveal the framing process on two Indonesian
presidential candidates in general election 2014, they are Joko Widodo (Jokowi)
and Prabowo Subianto. The framing process is reviewed from news discourse of
Koran Tempo, particularly on the news of presidential candidate debates. This
framing analysis applies the framing theory approach of Zhongdang Pan and
Gerald M Kosicki (1993). The theory is strengthened by macro syntactic analysis
proposed by van Dijk (1988). Practically, this analysis is conducted to find out the
news tendency and balance on certain sides. In this study, Entman theory (2007)
of news tendency is adopted and connects the framing with the tendency or
balance between two sides in news. The synthesis result of the theories indicates
that Koran Tempo shows its more positive posture to Jokowi (presidential
candidate number two) compared to Prabowo (presidential candidate number
one). That tendency is proved by the framing analysis of Pan and Kosicki which is
including structural, lexical, headline, and inserts analysis that are all covered in
news text., The objective of this study is to reveal the framing process on two Indonesian
presidential candidates in general election 2014, they are Joko Widodo (Jokowi)
and Prabowo Subianto. The framing process is reviewed from news discourse of
Koran Tempo, particularly on the news of presidential candidate debates. This
framing analysis applies the framing theory approach of Zhongdang Pan and
Gerald M Kosicki (1993). The theory is strengthened by macro syntactic analysis
proposed by van Dijk (1988). Practically, this analysis is conducted to find out the
news tendency and balance on certain sides. In this study, Entman theory (2007)
of news tendency is adopted and connects the framing with the tendency or
balance between two sides in news. The synthesis result of the theories indicates
that Koran Tempo shows its more positive posture to Jokowi (presidential
candidate number two) compared to Prabowo (presidential candidate number
one). That tendency is proved by the framing analysis of Pan and Kosicki which is
including structural, lexical, headline, and inserts analysis that are all covered in
news text.]"
2015
T43310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Balthasar Elu
"Pemilu serentak 2019 merupakan catatan emas dalam sejarah demokrasi indonesia. Hal ini karena dilakukan pada hari yang sama, waktu yang sama, dan petugas pemilu yangsama serta berjalan sukses. Namun, 5 tahunterakhir ini kita menyaksikan drma-drama politik yang dipertontonkan para elit plitik tertentu dengan membangun narasi-narasi dan diksi-diksi yang ingin menabrak aturan dan hukum serta nilai-nilai universal disatu sisi, tetapi disisi lain menuntutr pemerintah agar penegakan hukum dilakukan secara adil dan tiak tebang pilih."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2019
330 ASCSM 47 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Tiara Maretha
"Tesis ini membahas kontruksi identitas aktor politik melalui iklan kampanye politik dalam kontestasi pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia tahun 2019. Objek penelitian adalah video iklan kampanye politik pasangan calon 01, Joko Widodo dan Maruf Amin yang diunggah oleh akun kanal Youtube Komisi Pemilihan Umum (KPU). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan multimodalitas buah pemikiran Kress dan van Leuween (2001) sebagai teknik analisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa Joko Widodo selaku kandidat Presiden di Pilpres 2019 menampilkan identitas keagamaan dan sosial yang kuat pada video iklan kampanye politiknya. Selain itu iklan kampanye politik berkontribusi pada upaya aktor politik mempersuasi khalayak menggunakan emotional appeal daripada rational appeal.

This thesis discusses the construction of political actors identity through political campaign advertisements in the 2019 presidential and vice presidential election of Republic of Indonesia . This research analyzing the political campaign video for candidate 01, Joko Widodo and Maruf Amin, uploaded by General Election Commission (KPU) Youtube channel. It is a qualitative study using multimodality by Kress and van Leuween (2001) as a tool analysist. The results of research shows that Joko Widodo in his political campaign advertisements expresses the moral-ethic identity including his beliefs as well as social-self identity. Besides, the identity of political actor also contributes more to public persuasion using the emotional appeal rather than rational appeal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T55320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Rosita
"Tantangan pada penulisan teks argumentatif yang dihadapi pelajar kelas XI salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta di Cibubur terletak pada kemampuan menyusun dan mengembangkan gagasan. Maka, kendala tersebut diatasi melalui studi eksperimental menggunakan metode campuran dengan menerapkan prewriting berbentuk mind map. Hasil penelitian berupa perbandingan nilai pre-test dan post-test yang dianalisis menggunakan Nonparametric-Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan hasil yang signifikan pada experimental group dengan Asymp.Sig.(2-tailed) 0.003<0.05. Partisipan kemudian mengungkapkan persepsinya terhadap penggunaan mind map melalui kuesioner dan wawancara yang dianalisis menggunakan software Nvivo 12 dengan teknik In Vivo coding. Dari hasil analisis, diketahui bahwa kata kunci, warna, dan cabang merupakan komponen mind map yang paling berdampak pada eksplorasi konten, struktur teks, kemudahan dan minat menulis, efisiensi waktu, serta keterampilan berpikir. Meskipun demikian, terdapat 3 orang partisipan yang mengungkapkan bahwa mereka tidak merasakan perkembangan karena penyebab tertentu. Signifikansi hasil penelitian dan persepsi yang mayoritas positif menyiratkan bahwa mind map merupakan strategi yang cocok untuk mengembangkan gagasan pada penulisan teks argumentatif. Maka, pada penelitian selanjutnya, menarik untuk melihat fungsi mind map pada komunitas belajar yang lebih besar dan menggabungkannya dengan strategi lain untuk mengoptimalkan hasil belajar.

The ability to compose and develop ideas in argumentative writing was a challenge for grade XI students at one of Cibubur’s private high schools. Therefore, a mixed method experimental study was implemented to determine the effectiveness of mind map as a prewriting strategy to improve the student’s ability. The result of the study was presented by the comparison of pre-test and post-test scores which were analyzed using Nonparametric-Wilcoxon Signed Rank Test. A significant value was found in the experimental group with Asymp (two-tailed) Sig. = 0.003<0.05. The participants also expressed their perception of the mind map’s feature through a questionnaire and interview. According to the data which were analyzed using Nvivo 12 with In Vivo coding, the mind map elements with the greatest influence on content exploration, text structure, ease and interest in writing, time efficiency, and thinking skills were keywords, colors, and branches. Nevertheless, 3 participants said they didn’t make any progress for several reasons. The significant findings and the vast majority of positive opinions indicated that the mind map was an effective strategy for developing ideas in argumentative writing. In further research, it would be interesting to explore how it fits into the larger learning community by combining it with other methods to improve learning outcomes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khairuddin
"Kebebasan pengguna internet di dunia maya menjadi cikal bakal munculya Ujaran Kebencian, hoax dan sejenisnya. Diperlukan adanya mekanisme kontrol yang baku. Kehadiran UU ITE yang dikeluarkan oleh pemerintah diharapkan dapat mengurangi jumlah kasus Ujaran Kebencian di dunia maya. Disamping itu UU ITE diharapkan dapat membatasi penyebar Ujaran Kebencian, hoax dan sejenisnya. Tujuan dari Tesis ini adalah untuk memperoleh gambaran atau deskripsi tentang kasus Ujaran Kebencian di dunia maya sebagai salah satu kasus tindak pidana di dunia maya yang dibuat oleh pengguna internet dalam rangka membina keamanan dan ketertiban Masyarakat. Undang-undang ITE yang semestinya dapat mengurangi tingginya angka tindak pidana di dunia maya, khususnya Ujaran Kebencian dalam memberikan efek jera, ternyata tidak berpengaruh sama sekali. Hal ini diindikasikan oleh data yang diperoleh dari Subdit IV Tipid Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya. Ada tiga masalah yang diungkap dalam penelitian ini; pertama, adanya modus operandi Ujaran Kebencian yang dilakukan pada Pilpres tahun 2019; kedua, model penanganan Ujaran Kebencian pada Pilpres 2019 di Subdit IV Tipid Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya; ketiga faktor pendukung penanganan Ujaran Kebencian yang dilakukan oleh Subdit IV Tipid Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif-deskriptif dimana data dan fakta dikumpulkan berdasarkan temuan di lapangan yang kemudian dideskripsikan. Pada penelitian ini, sumber data ditentukan secara purposive dengan metode pengumpulan data melalui cara observasi wawancara dengan informan penelitian, dan telaah dokumentasi. Sedangkan analisa data dilakukan dengan cara reduksi data (data reduction), sajian data (data display) dan penarikan kesimpulan dan verifikasinya (conclusion and verification). Adapun temuan dari penelitian ini adalah bahwa pertama adanya modus operandi Ujaran Kebencian pada Pilpres 2019, adanya model khusus penanganan Ujaran Kebencian pada Pilpres 2019 di Subdit IV Tipid Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, dan, ketiga adanya faktor pendukung penanganan Ujaran Kebencian yang dilakukan oleh Subdit IV Tipid Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya

The freedom of the internet users in cyber has become a root cause of the emergence of hate speech, hoax, and the like. It is compulsory to have standard controlling mechanism. The launching of Information and Electronic Transaction Law is expected to be able to reduce the number of cases of Hate Speech in cyber. Besides, the Information, Electronic Transaction regulation is expected to limit hate speech creators of Hate Speech, hoax and the like. The purpose of this thesis is to gain a decription about Hate Speech cases created by the internet users as one of criminal action cases in the internet in order to maintain law and order in the society. Information and Electronic Transaction Law (ITE) which is expected to be reducing the high rate of criminal actions in the internet, particularly Hate Speech in order to give sanctions, does not affect at all. This is indicted by the factual data gained from Subdit IV Tipid Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, for certain years period, experience an increase. Three problems are exposed in this research; first, there is modus operandi of Hate Speech, particularly during the Presidential Election 2019; second, handling model of Hate Speech cases during the Presidential Election 2019 in Subdit Tipid IV Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya; and supporting factors of Hate Speech handling in Subdit Tipid IV Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya. This research is conducted by qualitative-descriptive where data and facts are gathered based on the findings in the field that are described later. In this research, data sources are determined in a purposive way with data gathering methodology in observation and interview with the research informan, coupled with document analysis. Meanwhile, data analysis are are conducted by data reduction, data display and conclusion and verification. The research finding is the fact that there is a modus operandi of Hate Speech during the Presidential Election 2019, special model of handling Hate Speech during the Presidential Election 2019 in Subdit IV Tipid Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, and supporting factors of handling Hate Speech, in Subdit IV Tipid Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Librek Saukoly
"ABSTRAK
Di awal tahapan Pilpres 2019, muncullah satu gerakan yang bertagar #2019gantipresiden. Gerakan ini merupakan respon dari dukungan kepada Jokowi untuk Dua Periode. Kedua gerakan ini dimainkan hingga sampai ke dunia maya dengan adanya sosial media. Gerakan ini menghasilkan hate spin (pelintiran kebencian) yang marak menjelang Pilpres 2019. Hate speech yang dimainkan sehingga menimbulkan hate spin pada masa kampanye bertujuan menciptakan gerakan untuk menolak kandidat paslon tertentu dan meruntuhkan demokrasi yang sudah ada. Selama ini Polri sudah melakukan penanggulangan hate speech (ujaran kebencian), namun dengan berkembangnya geopolitik Indonesia, hate spin menjadi tantangan baru yang dihadapi oleh Polri.
Penelitian ini menggunakan metode analisis konten untuk menganalisa hate speech dan hate spin yang terjadi di Twitter menjelang Pilpres 2019. Metode deskriptif analisis digunakan untuk menganalisa pola penanggulangan Polri terhadap hate spin dengan menggunakan pendekatan Sun Tzu. Konten hate spin di Twitter memiliki ciri antara lain yaitu berupa hashtag yang bermakna negatif (menghina, menyinggung, menghasut). Jika melihat dari data penyebaran hate spin selama masa kampanye hingga mendekati Pilpres 2019 yaitu dari tanggal 15 Februari hingga 15 April 2019, hate spin yang tersebar di media sosial Twitter terbagi menjadi dua, yaitu yang menyerang kandidat paslon 01 dan juga kandidat paslon 02. Terdapat 36 (tiga puluh enam) hate spin yang menyerang kandidat paslon 01 dan 12 (dua belas) hate spin yang menyerang kandidat paslon 02. Pola hate spin yang menjadi trending topic di Twitter selama masa kampanye muncul karena adanya kejadian di dunia nyata yang menjadi trigger kemunculan hate spin. Strategi Polri dalam upaya menanggulangi hate spin dengan menggunakan 5 (lima) dari 36 (tiga puluh enam) pedekatan strategi Sun Tzu. Hambatan yang ditemui Polri dalam penanggulangan hate spin menjelang Pilpres 2019 antara lain jumlah penyebaran hate spin semakin meningkat, jumlah personil Polri yang masih sedikit serta adanya diskresi kepolisian menyebabkan penyebar hate speech yang menjadi awal penyebaran hate spin tidak dapat langsung di tangkap.

ABSTRACT
At the beginning of the stages of the 2019 Presidential Election, a movement that was #2019gantipresiden emerged. This movement was a response from support for Jokowi for the Two Periods. Both of these movements were played to reach the virtual world with social media. This movement produces hate spin which is rife ahead of the 2019 Presidential Election. Hate speech which is played to cause hate spin during the campaign period aims to create a movement to reject certain candidate candidates and undermine existing democracies. So far, the National Police has tackled hate speech, but with the development of Indonesian geopolitics, hate spin has become a new challenge faced by the National Police.
This study uses content analysis methods to analyze hate speech and hate spin that occur on Twitter ahead of the 2019 Presidential Election. Descriptive analysis method is used to analyze the pattern of police response to hate spin using the Sun Tzu approach. Hate spin content on Twitter has the characteristics, among others, in the form of hashtags that are negative (insulting, offensive, inciting). If you look at hate spin dissemination data during the campaign period to approach the 2019 Presidential Election, which is from February 15 to April 15 2019, hate spin spread on Twitter social media is divided into two, namely those attacking candidate candidate 01 and candidate candidate candidate 02. There are 36 ( thirty six) hate spins that attack candidate candidate 01 and 12 (twelve) hate spins attack candidate candidate pair 02. The pattern of hate spin which is a trending topic on Twitter during the campaign period arises due to real-world events that trigger the emergence of hate spin . The strategy of the National Police in an effort to combat hate spin by using 5 (five) of 36 (thirty six) approaches to Sun Tzu's strategy. The obstacles encountered by the National Police in overcoming hate spin ahead of the 2019 Presidential Election include the increasing number of spreads of hate spin, the relatively small number of Indonesian National Police personnel and the existence of police discretion that can cause the spread of hate spin to be captured immediately."
2019
T52978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Siti Savira Ivonne Ralie
"

Hak politik perempuan masih diperjuangkan melalui berbagai bentuk kebijakan dan gerakan resmi dikarenakan rendahnya tingkat kepentingan perempuan dalam lingkup politik dari tahun ke tahun, berhasil mencitrakan politik Indonesia sebagai bidang publik yang didominasi oleh pria. Penelitian ini bertujuan menelaah secara komprehensif dan memberikan penekanan pada rasional dibalik fenomena kelemahan tingkat partisipasi politik perempuan berdasarkan wawancara mendalam dengan remaja pemilih pemula PILPRES 2019 dan followers akun Instagram @psi_id yang merupakan generasi millennial, serta temuan, literatur, dan dokumentasi dari Internet. Progresivitas millennial diharapkan mampu mengidentifikasi isu kepemimpinan perempuan dan keterkaitannya dengan konsep gender serta implikasi sistem sosial melalui perspektif yang cenderung lebih liberal dan ekstensif. Akun resmi media sosial partai politik Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dijadikan sebagai sarana penelitian karena selain generasi millennial adalah pemakai media sosial fanatik, PSI identik dengan keterwakilan politik perempuan sehingga dianggap mampu menjadi acuan kompeten pada strategi studi kasus penelitian. Studi ini kemudian menunjukkan bahwa terdapat narasi patriarkis yang berpengaruh signifikan terhadap inferioritas perempuan dalam konteks kepemimpinan politik dan masih mengakar di Indonesia bahkan dalam lingkungan dengan penerapan pola pikir yang tergolong modern.


Womens political rights are still being advocated through various forms of official policies and movements due to the low level of womens interest in the political sphere from year to year, successfully portrayed Indonesian politics as a male-dominated world. This study aims to examine and emphasize comprehensively the rationale behind the phenomenon of womens low political participation based on in-depth interviews with PILPRES 2019 beginner voters and also @psi_ids active followers on Instagram, as well as findings, literature, and documentation from the Internet. Millennials progressive behavior and mindset are expected to better identify the issue of womens leadership and its relation to gender as a concept and possible implication of social system through a more liberal and extensive perspective. The official Instagram account of Indonesian political party Partai Solidaritas Indonesia (PSI) is utilized as part of the research tools due to its correlation with womens political representation therefore considered as a competent reference in supporting the case study research strategy within this study. Instagram usage is also being stressed upon since millennial is a generation dubbed as fanatic social media users. This study then continues to display patriarchal narratives and its significant influence towards womens political leadership inferiority, which is still being deeply rooted in Indonesia even amongst the relatively modern environment.

"
Depok: Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>