Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180908 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diva Dhamayantie
"Isu mengenai kesejahteraan perempuan dan kesetaraan gender kini sedang marak dibahas, termasuk di Indonesia. Sayangnya, kelompok perempuan yang kerap menyuarakan isu-isu perempuan, termasuk kelompok feminis, seringkali mendapatkan penolakan dan diberikan stigma. Contoh stigma dari feminis adalah pembenci laki-laki, dan juga anti-pernikahan. Penelitian korelasional ini bertujuan untuk menguji kebenaran tersebut dengan mencari hubungan antara sikap feminis dan ambivalensi terhadap laki-laki, sikap feminis dan sikap terhadap pernikahan, serta hubungan antara ambivalensi terhadap laki-laki dan sikap terhadap pernikahan. Sikap feminis diukur dengan Liberal Feminist Attitude and Ideology Scale-Short Form (LFAIS-short form) (Morgan, 1996), sikap terhadap pernikahan diukur dengan General Attitudes toward Marriage Scale (GAMS) (Park & Rosen, 2013) dan ambivalensi terhadap laki-laki diukur menggunakan Ambivalence toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999). Partisipan penelitian (n = 958) merupakan mahasiswi dengan rentang usia 18-25 tahun yang berdomisili atau berkuliah di Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan pada ketiga hipotesis tersebut.

There has been a rise of interest in women’s movement and gender equality, including in Indonesia. Unfortunately, women activists who express their support in the movement, particularly feminists, often received rejection and stigmatized. Being a man-hater and anti-marriage are the prominent stigmas. This correlational research aims to test the rightness of those two stigmas by finding the relationship between feminist attitude and ambivalence towards men, feminist attitude and attitude towards marriage, also ambivalence towards men and attitude towards marriage. The feminist attitude is measured by Liberal Feminist Attitudes and Ideology Scale-Short Form (LFAIS-Short Form) (Morgan, 1996), attitude towards marriage measured by General Attitudes toward Marriage Scale (GAMS) (Park & Rosen, 2013), and ambivalence towards men measured by Ambivalence toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999). Participants of this study (n = 958) are women college students aged 18-25 years old that lives or have their college located in Jabodetabek. The result shows that there are significant correlations on three of the hypotheses."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Dhamayantie
"Isu mengenai kesejahteraan perempuan dan kesetaraan gender kini sedang marak dibahas, termasuk di Indonesia. Sayangnya, kelompok perempuan yang kerap menyuarakan isu-isu perempuan, termasuk kelompok feminis, seringkali mendapatkan penolakan dan diberikan stigma. Contoh stigma dari feminis adalah pembenci laki-laki, dan juga anti-pernikahan. Penelitian korelasional ini bertujuan untuk menguji kebenaran tersebut dengan mencari hubungan antara sikap feminis dan ambivalensi terhadap laki-laki, sikap feminis dan sikap terhadap pernikahan, serta hubungan antara ambivalensi terhadap laki-laki dan sikap terhadap pernikahan. Sikap feminis diukur dengan Liberal Feminist Attitude and Ideology Scale-Short Form (LFAIS-short form) (Morgan, 1996), sikap terhadap pernikahan diukur dengan General Attitudes toward Marriage Scale (GAMS) (Park & Rosen, 2013) dan ambivalensi terhadap laki-laki diukur menggunakan Ambivalence toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999). Partisipan penelitian (n = 958) merupakan mahasiswi dengan rentang usia 18-25 tahun yang berdomisili atau berkuliah di Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan pada ketiga hipotesis tersebut.

There has been a rise of interest in women’s movement and gender equality, including in Indonesia. Unfortunately, women activists who express their support in the movement, particularly feminists, often received rejection and stigmatized. Being a man-hater and anti-marriage are the prominent stigmas. This correlational research aims to test the rightness of those two stigmas by finding the relationship between feminist attitude and ambivalence towards men, feminist attitude and attitude towards marriage, also ambivalence towards men and attitude towards marriage. The feminist attitude is measured by Liberal Feminist Attitudes and Ideology Scale-Short Form (LFAIS-Short Form) (Morgan, 1996), attitude towards marriage measured by General Attitudes toward Marriage Scale (GAMS) (Park & Rosen, 2013), and ambivalence towards men measured by Ambivalence toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999). Participants of this study (n = 958) are women college students aged 18-25 years old that lives or have their college located in Jabodetabek. The result shows that there are significant correlations on three of the hypotheses"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhia Annisa
"Ketidaksetaraan gender dan ambivalent sexism yang dihadapi perempuan Indonesia,
termasuk di kota besar seperti Jabodetabek, membuat mereka mengembangkan
ambivalensi sikap terhadap laki-laki, yaitu prasangka dan stereotip hostile dan benevolent
yang dimiliki perempuan terhadap laki-laki (Glick & Fiske, 1999). Dua konsep yang
seringkali dikaitkan dengan ambivalensi sikap terhadap laki-laki adalah religiusitas dan
sikap dan ideologi feminis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran religiusitas dan
sikap dan ideologi feminis dalam memprediksi ambivalensi sikap terhadap laki-laki yang
dimiliki mahasiswa Muslim perempuan di Jabodetabek. Penelitian dilakukan pada 718
mahasiswa Muslim perempuan yang tersebar di Jabodetabek menggunakan alat ukur
Ambivalence Toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999), Centrality of
Religiosity Scale (CRS) (Huber & Huber, 2012), dan Liberal Feminist Attitude and
Ideology Scale (LFAIS) Versi Pendek (Morgan, 1996). Hasil analisis menunjukkan
bahwa religiusitas dan sikap dan ideologi feminis merupakan prediktor ambivalensi sikap
terhadap laki-laki yang signifikan, dimana religiusitas yang tinggi memprediksi
ambivalensi sikap terhadap laki-laki yang lebih tinggi dan sikap dan ideologi feminis
yang lebih positif memprediksi ambivalensi sikap terhadap laki-laki yang lebih rendah.
Implikasi dan saran terkait penelitian ini dijabarkan dalam bagian diskusi

Gender inequality and ambivalent sexism faced by Indonesian women, including in big
cities like Jabodetabek, made them develop ambivalence toward men, which is hostile
and benevolent prejudice and stereotypes women have toward men (Glick & Fiske, 1999).
Religiosity and feminist attitude and ideology are two concepts often linked with
ambivalence toward men. This research purpose was to see the role of religiosity and
feminist attitude and ideology in predicting ambivalence toward men on female Muslim
students in Jabodetabek. The research was done on 718 female Muslim Students spread
in Jabodetabek using Ambivalence Toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999),
Centrality of Religiosity Scale (CRS) (Huber & Huber, 2012), dan Liberal Feminist
Attitude and Ideology Scale (LFAIS) Short Version (Morgan, 1996). Results of the
analysis show that religiosity and feminist attitude and ideology are significant predictors
of ambivalence toward men, where high religiosity predicts higher ambivalence toward
men and positive feminist attitude predicts lower ambivalence toward men. Implications
and suggestions regarding this research explained on discussion"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Izzatul Muthi`ah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sikap terhadap pemimpin perempuan dan aspirasi maupun persepsi aspirasi kepemimpinan perempuan pada mahasiswa perempuan dan laki-laki di Indonesia. Untuk melihat hubungan tersebut, peneliti menyebarkan kuesioner Gender-Authority Measure (GAM) dan Leadership Aspiration Subscale (LAS) dalam jaringan (online) kepada mahasiswa yang sedang menduduki tahun ketiga perkuliahan di perguruan tinggi di Indonesia. Hasil penelitian yang diikuti oleh 369 partisipan menunjukkan terdapat hubungan positif antara sikap mahasiswa laki-laki terhadap pemimpin perempuan dan persepsi tentang aspirasi kepemimpinan perempuan (r = -.218, n = 369, p < .05). Artinya, laki-laki dengan sikap yang lebih negatif terhadap pemimpin perempuan cenderung mempersepsikan perempuan memiliki aspirasi kepemimpinan yang lebih rendah. Di sisi lain, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap pemimpin perempuan dan aspirasi kepemimpinan pada mahasiswa perempuan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki skor rata-rata GAM lebih tinggi dari median yang berarti terdapat sikap negatif terhadap pemimpin perempuan pada kedua kelompok gender. Kemudian, terdapat perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata sikap terhadap pemimpin perempuan pada kedua kelompok gender (t = -3.679, n = 369, p < .05).

This study aimed to examine the relationship between attitude toward female leaders and women?s leadership aspirations and perception of women?s leadership aspiration among female and male college students in Indonesia. To examine the relationship, online questionnaire consists of Gender-Authority Measure (GAM) and Leadership Aspiration Subscale (LAS) was distributed to female and male college students in Indonesia. 369 male and female college students participated in this research. Result showed that there is negative relationship between attitude toward female leader and perception of women?s leadership aspiration on male student (r = -.218, n = 369, p < .05). Men whose GAM score were high tend to perceive that women should have lower leadership aspiration. On the other hand, there was no significant relationship showed on female students. This research also shows that both men and women scored higher than median score of GAM, which means there are negative attitude toward female leaders on both male and female participants. Thus, among female and male participants, difference in the average scores of attitude toward female leaders was found (T = -3.679, n = 369, p < .05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Ananda
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara paparan terhadap kekerasan dan sikap terhadap kekerasan pada remaja laki-laki. Partisipan penelitian ini berjumlah 301 orang yang terdiri dari remaja laki-laki di komunitas umum dan remaja laki-laki di lembaga pemasyarakatan. Pengukuran paparan terhadap kekerasan menggunakan alat ukur KID-Screen for Adolescent Violence Exposure (KID-SAVE) (Flowers et al., 2000) dan pengukuran sikap terhadap kekerasan menggunakan alat ukur Attitudes Towards Violence Scale (ATVS) (Funk et al., 1999).
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara paparan terhadap kekerasan dan sikap terhadap kekerasan pada remaja laki-laki (r = 0.442; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi paparan terhadap kekerasan yang dialami seseorang, maka semakin positif sikapnya terhadap kekerasan. Analisis tambahan menemukan perbedaan paparan terhadap kekerasan dan sikap terhadap kekerasan yang siginifikan antara partisipan yang berada di komunitas umum dan di lembaga pemasyarakatan.

This research was conducted to find the correlation between exposure to violence and attitude toward violence among adolescent boys. The participants of this research are 301 adolescent boys who lived in general community and correctional institution. Exposure to violence was measured using an adaptation of KID-Screen for Adolescent Violence Exposure (KID-SAVE) scale (Flowers et al., 2000) and attitudes toward violence was measured using an adaptation of Attitudes Towards Violence Scale (ATVS) (Funk et al., 1999).
The results showed that there is a significant correlation between exposure to violence and attitude toward violence (r = 0.448; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher the exposure to violence experienced, the more positive one’s attitude toward violence. Additional analysis also find significant differences in exposure to violence and attitude toward violence between participants who lived in general community and correctional institution.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalishah Hana Shabrina
"Kesiapan finansial merupakan keadaan di mana seseorang sudah dapat bertanggung jawab secara mandiri untuk memenuhi aspek finansial dalam kesehariannya dan didukung dengan kemampuan dalam mengelola keuangan guna mencapai tujuan dalam pernikahan. Sikap terhadap pernikahan merupakan penilaian positif atau negatif yang dimiliki oleh seseorang terhadap institusi pernikahan dan hubungan pernikahan seseorang di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kesiapan finansial dan sikap terhadap pernikahan pada dewasa muda generasi Z. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling, yaitu dengan teknik convenience sampling dan snowball sampling. Penelitian ini diikuti oleh 305 partisipan dewasa muda generasi Z yang berdomisili di Indonesia dan belum pernah menikah. Kesiapan finansial diukur menggunakan Skala Pengukuran Kesiapan Menikah dan sikap terhadap pernikahan diukur menggunakan Skala Pengukuran Sikap Umum terhadap Pernikahan. Hasil teknik korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kesiapan finansial dan sikap terhadap pernikahan (r(244) = 0.218, p < 0.01)). Penelitian ini juga membandingkan salah satu data demografis, yaitu gender dengan kedua variabel menggunakan independent sample t-test dengan hasil tidak terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam variabel kesiapan finansial dan variabel sikap terhadap pernikahan.

Financial readiness is a state in which an individual is capable of independently taking responsibility for fulfilling their financial aspects in their daily lives and is supported by the ability to manage finances to achieve goals in marriage. Attitude towards marriage is the positive or negative evaluation that an individual holds regarding the institution of marriage and their future marital relationship. This study aims to examine the relationship between financial readiness and attitudes towards marriage among young adults of generation Z. The sampling technique used in this study is non-probability sampling, specifically convenience sampling and snowball sampling techniques. The study involved 305 young adult participants of generation Z residing in Indonesia who have never been married. Financial readiness was measured using The Marital Readiness Scale and attitudes towards marriage were measured using The General Attitudes towards Marriage Scale. The results of the Pearson correlation technique show that there is a significant relationship between financial readiness and attitudes toward marriage (r(244) = 0.218, p <0.01). This study also compared one demographic variable, namely gender, with both variables using an independent sample t-test, and the results showed no significant differences between males and females in the financial readiness and attitudes towards marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petra Astrid Natalia
"Latar Belakang: Infeksi Human Papillomavirus (HPV) merupakan salah satu infeksi virus paling umum pada manusia. Virus ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Untuk itu, tindakan pencegahan seperti vaksinasi HPV diperlukan. Namun, pengetahuan masyarakat terkait HPV masih perlu ditingkatkan. Mahasiswa kedokteran sebagai calon pelayan kesehatan diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan kesadaran masyarakat terkait HPV. Sehingga, pada studi ini dieksplorasi hubungan antara pengetahuan dengan sikap mahasiswa preklinik laki-laki FKUI terhadai infeksi dan vaksinasi HPV. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Penelitian menggunakan instrumen kuesioner yang kemudian diolah menggunakan uji statistik chi-square untuk menilai hubungan antara pengetahuan dengan sikap mahasiswa laki-laki preklinik FKUI terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Hasil: Subjek penelitian memiliki pengetahuan yang baik tentang infeksi HPV (90%) dan vaksinasi HPV (77,5%). Mayoritas juga memiliki sikap positif terhadap infeksi HPV (89,2%) dan vaksinasi HPV (86,7%). Analisis bivariat antara pengetahuan dan sikap terhadap infeksi dan vaksinasi HPV menunjukkan tidak ada korelasi signifikan antara keduanya (p>0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan sikap mahasiswa preklinik laki-laki FKUI terhadap infeksi dan vaksinasi HPV. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memengaruhi pengetahuan dan sikap tersebut.

Introduction: Human Papillomavirus (HPV) infection is one of the most common viral infections in humans. This virus can lead to various health issues. Therefore, preventive actions like HPV vaccination are crucial. However, public knowledge regarding HPV still needs improvement. Medical students, as future healthcare providers, are expected to contribute to raising awareness about HPV. Hence, this study aims to explore the relationship between knowledge and attitudes of pre-clinical male medical students at FMUI towards HPV infection and vaccination. Method: This study employs a descriptive-analytical approach with a cross-sectional design. Data was collected using a questionnaire and analyzed using the chi-square test to assess the association between knowledge and attitudes of pre-clinical male FMUI students towards HPV infection and vaccination. Results: The research subjects demonstrated good knowledge about HPV infection (90%) and HPV vaccination (77.5%). The majority also exhibited positive attitudes towards HPV infection (89.2%) and HPV vaccination (86.7%). Bivariate analysis on knowledge and attitudes towards HPV infection and vaccination showed no significant correlation between the two (p>0.05). Conclusion: There is no significant relationship between knowledge and attitudes of pre-clinical male FMUI students towards HPV infection and vaccination. Further research is needed to understand the influencing factors on knowledge and attitudes."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umaira Fotineri
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap pernikahan dan kesiapan menikah pada dewasa muda dari keluarga bercerai. Pengukuran sikap terhadap pernikahan menggunakan alat ukur Marita Attitude Scale (MAS) (Braaten & Roosen, 1998), dan pengukuran kesiapan menikah dengan menggunakan alat ukur Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiraysti, 2004). Jumlah sampel penelitian ini berjumlah total 55 orang yang merupakan dewasa muda dari keluarga bercerai. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap pernikahan dan kesiapan menikah pada dewasa muda dari keluarga bercerai (r = 0.247, p < 0.05). Artinya semakin positif sikap terhadap pernikahan, maka semakin tinggi kesiapan menikahnya. Dalam penelitian ini, terdapat empat area dalam kesiapan menikah yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan sikap terhadap pernikahan, yaitu komunikasi, latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar, agama, serta minat dan pemanfaatan waktu luang. Berdasarkan hasil penelitian, usia, jender, tingkat pendidikan, usia ketika orang tua bercerai dan status pernikahan orang tua saat ini memberikan pengaruh kepada sikap anak terhadap pernikahan.

This research was conducted to determine the significant positive relationship between attitudes toward marriage and readiness for marriage in young adult whose parents divorced. The measurement of attitudes toward marriage use Marital Attitude Scale (MAS) (Braaten & Roosen, 1998), and the measurement of readiness for marriage use Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah (Wiryasti, 2004). The sample size for the research are 55 young adults whose parents divorced. The result of these research indicate that there is a significant positive relationship between attitudes toward marriage and readiness for marriage in young adults whose parents divorced (r = 0.247, p < 0.05). The result means that the more positive attitudes toward marriage, the higher the readiness for marriage. In this research, there are four areas of readiness for marriage which has a significant positive relationship with attitudes toward marriage. Those are communication, family background and relationships with family, religion, also the interest in and use of leisure time. Based on the result of the research, age, gender, educational level, age when parents divorced and marital status of parents today give impact to children?s attitudes toward marriage.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabira Hana Pribadi
"Berbagai tantangan dalam kehidupan mahasiswa membuatnya rentan mengalami masalah kesehatan mental sehingga mahasiswa perlu melakukan koping dengan mencari bantuan kepada profesional. Aspek penting yang mendasari perilaku mencari bantuan kepada profesional adalah sikap terhadap mencari bantuan psikologis profesional. Penelitian ini bertujuan melihat keterkaitan antara persepsi dukungan sosial dari keluarga, teman, dan figur signifikan dengan sikap terhadap mencari bantuan psikologis profesional. Penelitian ini bersifat korelasional dengan metode pengambilan data survei daring. Partisipan merupakan 268 mahasiswa dengan rentang usia 18-25 tahun di Universitas Indonesia. Alat ukur yang digunakan yaitu Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Mental Help-Seeking Attitudes Scale (MHSAS). Hasil menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi dukungan sosial secara keseluruhan (r = 0,255, p < 0,01), maupun dari masing-masing sumber yaitu keluarga (r = 0,149, p < 0,01), teman (r = 0,230, p < 0,01), dan figur signifikan (r = 0,179, p < 0,01) dengan sikap terhadap mencari bantuan psikologis profesional. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan pengembangan program intervensi bagi pihak universitas dan tenaga kesehatan mental profesional.

Various challenges in college students’ lives made them prone to mental health problems. Such problems lead to students’ need of coping, by which they seek professional help. An important aspect that underlying help-seeking behavior is attitude toward seeking professional psychological help. This study aims to investigate the relationship between perceived social support from family, friends, and significant others with attitude toward seeking professional psychological help. This study is correlational using the online survey data collection method. Participants were 268 college students aged 18–25 years old at the University of Indonesia. The measurements used in this study are Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and Mental Help-Seeking Attitudes Scale (MHSAS). The result shows that there is a positive and significant relationship between overall perceived social support (r = 0,255, p < 0,01) as well as perceived social support from family (r = 0,149, p < 0,01), friends (r = 0,230, p < 0,01), and significant others (r = 0,179, p < 0,01) with attitude toward seeking professional psychological help. This research can be used as a basis for the development of intervention programs for universities and mental health professionals."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilma Ramadina
"Perceraian orang tua dapat berdampak pada anak hingga dewasa. Salah satunya berdampak pada sikap terhadap pernikahan individu. Self-Compassion (SC) sebagai faktor internal yang positif diduga memiliki hubungan dengan sikap terhadap pernikahan pada usia dewasa awal yang orang tuanya bercerai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Self-Compassion (SC) dan Attitudes Toward Marrigae (ATM) pada masa dewasa awal (18-25 tahun) dengan orang tua bercerai. Total peserta yang diperoleh sebanyak 210 peserta. Pengukuran SC dilakukan dengan menggunakan alat ukur Self-Compassion Scale-Short Form (SCS-SF). sedangkan pengukuran ATM dilakukan dengan menggunakan alat ukur Marital Attitudes Scale (MAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif (r= 0,408; p= <0,01) antara SC dan ATM pada dewasa awal dengan orang tua bercerai. Artinya, semakin tinggi SC pada masa dewasa awal yang orang tuanya bercerai, semakin positif ATM tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa enam komponen SC (self-kindness, common kemanusiaan, mindfulness, self-judgment, isolasi, over-identification) memiliki hubungan yang signifikan dengan ATM. Terdapat perbedaan skor rata-rata SC jika dilihat dari data demografi masyarakat yang tinggal bersama peserta saat ini.
Divorce of parents can have an impact on children to adulthood. One of them has an impact on attitudes towards individual marriage. Self-Compassion (SC) as a positive internal factor is thought to have a relationship with attitudes towards marriage in early adulthood whose parents are divorced. This study was conducted to determine the relationship between Self-Compassion (SC) and Attitudes Toward Marrigae (ATM) in early adulthood (18-25 years) with divorced parents. The total participants obtained were 210 participants. SC measurements were performed using the Self-Compassion Scale-Short Form (SCS-SF) measuring instrument. while ATM measurements were performed using the Marital Attitudes Scale (MAS) measuring instrument. The results showed that there was a significant and positive relationship (r= 0.408; p= <0.01) between SC and ATM in early adulthood with divorced parents. That is, the higher the SC in early adulthood whose parents divorced, the more positive the ATM was. The results also showed that the six components of SC (self-kindness, common humanity, mindfulness, self-judgment, isolation, over-identification) had a significant relationship with ATM. There is a difference in the average SC score when viewed from the demographic data of the people living with the current participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>