Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137098 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Alfan Rizka Al Hamami
"Skriptorium Paheman Radyapustaka memiliki enam naskah beriluminasi yang dibuat pada abad XVIII-XX. Enam naskah beriluminasi ini adalah Serat Babad Prambanan RP 9 (1902), Serat Tuturing Para Raja ing Tanah Jawi RP 10 A (1869), Kekawin Ramayana RP 272 (1783), Serat Yusup RP 349 (1729), Serat Iskandar RP 350 (1729), Serat Rengganis RP 355 (1891). Hiasan pada iluminasi enam naskah abad XVIII-XX koleksi Skriptorium Paheman Radyapustaka terdiri dari iluminasi wadana (bingkai), pepadan (kanto), dan pupuh (pembatas tembang). Penelitian ini membahas nama dan makna motif iluminasi enam naskah abad XVIII-XX tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kodikologi dan semiotika Umberto Eco. Pendekatan kodikologi digunakan untuk mengetahui sejarah koleksi enam naskah beriluminasi abad XVIII-XX dalam Skriptorium Paheman Radyapustaka. Adapun Pendekatan semiotika Umberto Eco digunakan untuk memahami nama dan makna iluminasi naskah melalui unit-unit kultural asal iluminasi itu tercipta. Metode penelitian yang dipakai adalah metode kualitatif-deskriptif. Hasil penelitian ini adalah nama motif yang digunakan dalam enam naskah beriluminasi koleksi Skriptorium Paheman Radyapustaka diambil dari tradisi rupa lain yang berupa seni batik, seni tatah-sungging wayang kulit, dan seni ukir kayu di Keraton Surakarta. Adapun makna motif iluminasi melambangkan pengetahuan lokal yang terdapat dalam dimensi pemikiran masyarakat Jawa, khususnya Keraton Surakarta.

The Paheman Radyapustaka script has six illuminated texts made in the XVIII-XX century. The six illuminated manuscripts are Serat Babad Prambanan RP 9 (1902), Serat Tuturing Raja ing Tanah Jawi RP 10 A (1869), Kekawin Ramayana RP 272 (1783), Serat Yusup RP 349 (1729), Serat Iskandar RP 350 (1729), Serat Rengganis RP 355 (1891). The illumination of six manuscripts in the Paheman Radyapustaka Scripttorium collection consists of wadana illumination (frame), pepadan (kanto), pupuh (tembang‟s barrier). This study discusses the name and meaning of illumination motifs of the six manuscripts of the XVIII-XX century. The approach used in this study is the codikological and semiotic approach of Umberto Eco. A codicological approach is used to determine the history of the collection of six XVIII-XX century illuminated manuscripts in the Paheman Radyapustaka Scriptorium. The semiotic approach of Umberto Eco is used to understand the name and meaning of the illumination of the manuscript through the cultural units from which the illumination was created. The research method used is qualitative-descriptive method. The result of this research is the name of the motif used in six illuminated manuscripts of the collection of Paheman Radyapustaka Scripttorium taken from other fine traditions in the form of batik art, tatah-sungging leather puppet art, and wood carving art in Keraton Surakarta. The meaning of illumination motifs symbolizes has a local knowledge contained in the dimension of Javanese people's thinking, especially Keraton Surakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Argi Arafat
"Studi ini menjelaskan tentang Benteng Vredeburg dan Keraton sebagai representasi dan relasi kuasa yang berada di daerah Yogyakarta pada abad ke XVIII – XX Masehi dengan menerapkan teori Michel Foucault tentang kuasa (power). Dalam konsep kuasa terdapat representasi kuasa, relasi kuasa dan panoptikon. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui representasi dan relasi kuasa dapat ditimbulkan dari suatu kebudayaan, lalu mengetahui bagaimana cara kerja benteng Vredeburg sebagai panoptikon dalam kaitannya dengan representasi dan relasi kuasa kolonial Belanda dan Kesultanan di Yogyakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini berasal dari oleh K.R Dark, bahwa dalam penelitian arkeologi setiap benda harus dilihat sebagai data yang memuat informasi arkeologis. Hasil dari penelitian ini adalah Kebudayaan yang terjadi akibat adanya relasi kuasa antara Kolonial Belanda dan Kesultanan direpresentasikan dengan adanya bangunan pihak Keraton Yogyakarta yang mengadaptasi arsitektur yang berasal dari orang-orang Eropa. Akibat dari relasi kuasa tersebut tidak hanya mempengaruhi pihak Keraton Yogyakarta, tapi mempengaruhi pihak Belanda juga. Berdirinya Benteng Vredeburg dan Keraton merupakan tanda dari kedua belah pihak memiliki kekuasaannya masing-masing.

This study explains the Fort Vredeburg and the Keraton as representations and power relations in the Yogyakarta area in the XVIII - XX century AD by applying Michel Foucault's theory of power. In the concept of power, there is a representation of power, power relations and panopticon. The purpose of this study is to determine the representation and power relations that can be generated from a culture, then to find out how the Vredeburg fort as a panopticon works in relation to the representation and relations of Dutch colonial power and the Sultanate in Yogyakarta. The method used in this study comes from K.R Dark, that in archaeological research every object must be seen as data that contains archaeological information. The result of this research is that the culture that occurs due to the power relation between the Dutch colonial and the Sultanate is represented by the building of the Yogyakarta Palace which adapts the architecture that comes from the European people. The result of this power relationship did not only affect the Yogyakarta Palace, but also influenced the Dutch. The establishment of Vredeburg Fort and the Keraton is a sign that both parties have their respective powers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Firdausa
"Iluminasi dalam naskah Betawi koleksi Cohen Stuart (CS) memiliki karakteristik dan fungsi tertentu. Karakteristik dan fungsi tersebut dapat mengungkap akulturasi dan sudut pandang masyarakat terhadap seni. Berkaitan dengan hal tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana karakteristik dan fungsi iluminasi dalam naskah-naskah Betawi koleksi CS menggambarkan kontak budaya serta pandangan masyarakat Betawi terhadap seni pada abad ke-19. Penelitian ini bertujuan mengungkap aspek sosial budaya yang terdapat dalam iluminasi naskah-naskah Betawi koleksi CS melalui analisis karakteristik dan fungsi. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kodikologi dan fungsionalisme seni Feldman (1967) dan Young (2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik utama dari iluminasi naskah Betawi koleksi CS adalah kesederhanaan. Selain itu, iluminasi-iluminasi tersebut juga dibentuk dari perpaduan motif floral dan geometris, serta dibuat dengan warna-warna tertentu, yakni merah, biru, kuning, dan hitam. Karakteristik-karakteristik tersebut mengungkap adanya beberapa khazanah budaya di dalam iluminasi naskah-naskah Betawi koleksi CS, yaitu budaya Betawi, Cina, Arab, dan India. Di samping itu, diketahui bahwa iluminasi dalam naskah-naskah tersebut memiliki fungsi personal dan fungsi sosial. Penelitian ini dapat menambah cara pandang baru terhadap iluminasi dan berkontribusi melengkapi referensi mengenai Betawi yang belum banyak ditemukan.

Betawi manuscripts illumination in Cohen Stuart collection have certain characteristics and functions. These characteristics and functions can reveal acculturation and peoples perspective on art. Related to this, this study discusses how Betawi manuscripts illuminations’ characteristics and functions in CS collection describe cultural contact and Betawinese perspective on art in 19th century. Based on these, the aim of this study is to explain socio-cultural aspects in those illumination through characteristics and functions analysis. This research uses codicology and art functionalism approach by Feldman (1967) and Young (2003). The results shows that the main characteristic of the illuminations in simplicity. Beside that, those illumination are formed from a combination of floral and geometric patterns, and made with certain colors, namely red, blue, yellow, and black. Those characteristics reveal the existence of several cultures in it, that are Betawi, Chinese, Arabic, and Indian. In addition, this study also shows that the illuminations have personal function and social function. This research can add a new perspective on illumination and contribute to complete Betawi references."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ratna Saktimulya
Jakarta: Kepustakaan populer gramedia, 2016
959.802 2 SRI n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Dafa Nurbaskara
"Keterikatan tempat mengacu pada ikatan emosional dan ikatan fungsional  positif yang dimiliki oleh individu terhadap suatu tempat. Dalam perkembangannya, ikatan sosial juga berpengaruh terhadap keterikatan tempat yang dimiliki oleh seseorang. Ketiga faktor tersebut secara bersamaan akan menghasilkan sense of place yang didefinisikan sebagai ikatan antara manusia dengan tempat yang tercipta berdasarkan pengalaman bermakna terhadap tempat. Sense of place dapat mempengaruhi perilaku individu pada suatu tempat dan salah satunya adalah penciptaan budaya. Batik merupakan seni budaya khas Indonesia yang penciptaannya dipengaruhi oleh interaksi antara manusia dengan tempat melalui adat istiadat dan karakteristik fisik lokasi. Kota Surakarta merupakan kota pedalaman yang perkembangan batiknya memiliki keterkaitan erat dengan keraton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan motif batik di Kota Surakarta berdasarkan keterikatan tempat yang dimiliki oleh pengusaha terhadap kampung batik yang ada di Kota Surakarta. Metode sampling yang digunakan adalah penetapan kuota 50 % dari total pengusaha batik yang memproduksi dari hulu hingga hilir. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan studi literatur, sedangkan pada tahapan analisis data menggunakan teknik analisis konten, metode triangulasi sumber data, dan teknik interpretasi. Hasil dari penelitian ini adalah keterikatan tempat pengusaha batik terhadap kampung batik tergolong kuat yaitu pada skala intensionalitas sense of place 5 hingga 7. Terkait penentuan motif batik sebagian besar pertimbangannya didasarkan atas dasar tren di masyarakat dan permintaan khusus konsumen. Perihal hubungan keterikatan tempat dengan penciptaan motif batik adalah semakin kuat keterikatan tempat pengusaha batik, maka mereka cenderung tetap memproduksi batik klasik tradisional sebagai bentuk pelestarian budaya dan identitas khas Kota Surakarta.

Place attachment refers to the emotional attachment and positive functional attachment that individuals have to a place. In its development, social ties also affect the attachment to a person's place. These three factors will simultaneously produce a sense of place which is defined as a bond between humans and places created based on meaningful experiences of places. Sense of place can influence individual behavior in a place and one of them is the creation of culture. Batik is a typical Indonesian cultural art whose creation is influenced by the interaction between humans and places through customs and the physical characteristics of the location. The city of Surakarta is an inland city whose batik development is closely related to the palace. This study aims to determine the determination of batik motifs in the city of Surakarta based on the attachment of the place owned by the entrepreneur to the batik village in the city of Surakarta. The sampling method used is the determination of a quota of 50% of the total batik entrepreneurs who produce from upstream to downstream. Data was collected using interviews, observation, and literature studies, while at the data analysis stage, content analysis techniques, data source triangulation methods, and interpretation techniques were used. The result of this study is that the attachment of the batik entrepreneur to the batik village is quite strong, namely on a sense of place intentionality scale from 5 to 7. Regarding the determination of batik motifs, most of the considerations are based on trends in society and special consumer demands. Regarding the relationship between place and the creation of batik motifs, the stronger the attachment to the place of batik entrepreneurs, they tend to continue to produce traditional classical batik as a form of preserving the culture and identity of Surakarta City.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Sedyawati, 1938-
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1993
899.222 EDI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Alif Marintan
"Skripsi ini membahas Preservasi Koleksi Foto di Rekso Pustoko Mangkunegaran Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan komponen kegiatan preservasi foto dan mengidentifikasi penyebab kerusakan. Pengambilan data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus meliputi observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian ini adalah terpenuhinya komponen piramida preservasi Teygeler yaitu preventive conservation, passive conservation dan active conservation.
Komponen yang belum terpenuhi yaitu restoration. Faktor penyebab kerusakan koleksi foto diantaranya adalah faktor usia, pemudaran warna, dimakan serangga atau rayap, pengaruh suhu dan lingkungan yang tidak sesuai, vandalisme, dan bencana alam. Kendala yang dihadapi Rekso Pustoko dalam upaya preservasi foto yaitu kurangnya sumber daya manusia, anggaran, dan fasilitas pendukung.

This mini-thesis describes preservation of photo collection conducted in Rekso Pustoko Mangkunegaran Surakarta. The purpose of this study is to describe the components of photo preservation activities and to identify the causes of damage. Data collecting used qualitative and case study methods. The data was collected through observations, interviews, and literatures. The result of this research was the fulfillment of a pyramid component of Teygeler preservation those are preventive, passive and active conservations.
Components that have not been fulfilled are restoration. Damage factors contributed to the collection of photographs including the factor of age, color fading, eaten by insects or termites, the effect of temperature, and the incompatible environment, vandalism, and natural disasters. Problem faced by Rekso Pustoko in photo preservation efforts are the lack of human resources, budget, and support facilities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florida, Nancy K.
New York: Southeast Asia Program Cornell University, 1993
091 FLO j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Florida, Nancy K.
New York: Southeast Asia Program Cornell University, 1993
091 FLO j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>