Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182776 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andina Widiastuti
"Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pemakaian Brain Booster Sabuk Cerdas pada saat kehamilan terhadap perkembangan bayi usia 1-12 bulan di Kota Salatiga tahun 2019. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kohort retrospeksi. Sampel penelitian sebanyak 146 bayi usia 1-12 bulan yang lahir dari ibu yang memakai dan tidak Brain Booster Sabuk Cerdas saat kehamilan yang berada di 5 wilayah kerja puskesmas di Kota Salatiga. Hasil analisis multivariat menunjukkan besar hubungan antara pemakaian Brain Booster Sabuk Cerdas pada saat kehamilan terhadap perkembangan bayi usia 1-12 bulan dengan OR sebesar 6,053 (95% CI : 1,654-22,145). Hasil penelitian menyarankan agar program pemakaian Brain Booster Sabuk Cerdas pada saat kehamilan dimulai sejak awal kehamilan dan diberikan pada saat K1 pemeriksaan kehamilan. Brain Booster Sabuk Cerdas digunakan setiap hari minimal selama 60 menit pada malam hari.

This thesis have purposes to know correlation between the smart belt brain booster in pregnancy stage on 1-12 months infant development in Salatiga City in 2019. This research used cohort restrospection studies. The sampel are 146 1-12 month infant who were born from mother used and not used smart belt brain booster in pregnancy stage in five primary health care in Kota Salatiga. Multivariat analysis shows that colleration between using the smart belt brain booster in pregnancy stage on 1-12 months infant development with OR 6,053 (95% CI : 1,654-22,145). The researcher suggests that the smart belt brain booster in pregnancy stage program should be started on the begining of pregancy stage and should be given on K1 monitoring. Smart belt brain booster should be used 60 minutes every day."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridho Nugroho
"Berdasarkan berat badan rujukan menurut Departemen Kesehatan, bayi yang lahir dengan gizi baik akan mempunyai berat badan antara 2,5 kg sampai 3,4 kg. Pertambahan berat badan bayi sangatlah pesat, tetapi laju pertambahan berat badan makin lama makin berkurang. Pada umur 5 bulan, berat badan bayi menjadi dua kali berat lahir, sedangkan pada umur 1 tahun beratnya tiga kali berat lahir, dan pada umur 2 tahun berat badannya menjadi empat kali berat lahir. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara berat badan lahir terhadap pertambahan berat badan usia 12 bulan pada bayi yang di lahirkan di klinik bidan praktek mandiri (BPM) di Kota Lubuklinggu Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2019, sampel sebanyak 108. Desain penelitian cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan 81,5% bayi lahir dengan berat badan ≥3000gram, sebanyak 47,2% bayi yang mengalami kenaikan berat badan 3 kali berat lahir, 47,2 % bayi diberi ASI eksklusif, 63% bayi mendapat MP ASI pada usia ≥ 6 bulan, 59,3% bayi menderita penyakit infeksi, 88% ibu yang memiliki usia kehamilan ≥ 38 minggu, 70,4 % ibu yang memiliki pendidikan ≥ SLTA, 63% bayi rutin melakukan penimbangan berat badan serta 80,6% bayi mendapatan imunisasi lengkap. Terdapat hubungan antara berat badan lahir (p value = 0,001) dan status imunisasi (p value = 0,017) terhadap pertambahan berat badan bayi pada usia 12 bulan. Perlu adanya peningkatan program antenatal care (ANC) dan peningkatan program cakupan imunisasi/universal child immunization (UCI) serta peningkatan kunjungan posyandu agar bayi dapat mencapai berat badan yang ideal pada usia 12 bulan.

Based on the reference weight according to the Ministry of Health, babies born with good
nutrition will have a weight between 2.5 kg to 3.4 kg. Baby's weight gain is very rapid, but the rate of weight gain decreases over time. At the age of 5 months, the babys weight is twice the birth weight, while at the age of 1 year it weighs three times the birth weight, and at the age of 2 years the weight becomes four times the birth weight. The purpose of the study was to determine the relationship between birth weight to weight gain of 12 months in infants born at independent practice midwife clinics (BPM) in Lubuklinggu City, South Sumatra Province in 2019, a sample of 108. The study design was cross sectional. The results showed 81.5% of babies born with a weight of 0003000gram, as many as 47.2% of infants who gained weight 3 times birth weight, 47.2% of infants were given exclusive breastfeeding, 63% of infants received MP ASI at the age of ≥ 6 month, 59.3% of babies suffer from infectious diseases, 88% of mothers who have gestational age ≥ 38 weeks, 70.4% of mothers who have education ≥ SLTA, 63% of babies routinely weigh weight and 80.6% of babies get complete immunization . There is a relationship between birth weight (p value = 0.001) and immunization status (p value = 0.017) on infant weight gain at 12 months of age. There needs to be an antenatal care (ANC) improvement program and an increase in the universal child immunization (UCI) program and an increase in posyandu visits so that babies can achieve the ideal body weight at 12 months of age.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florencia Grifit Joiner Da Costa Hornay
"Stunting merupakan salah satu masalah kekurangan gizi kronis yang terjadi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Anemia kekurangan zat besi pada ibu saat hamil dapat berisiko terhadap pertumbuhan janin dan dapat berdampak pada berat badan dan panjang badan anak saat lahir. Anak dengan kekurangan gizi kronis lebih rentan menderita infeksi, berisiko mengalami penyakit degeneratif di masa dewasa serta penurunan kapasitas belajar dan prestasi kerja.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan riwayat anemia ibu saat kehamilan trimester III dan bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 12-23 bulan di kota Dili.
Metode penelitian dengan desain case control yang dilakukan di lima puskesmas yang berada di kota Dili. Sampel pada penelitian ini berjumlah 180 anak berusia 12-23 bulan dengan 90 balita kasus dan 90 balita kontrol yang dipilih secara acak. Data yang diambil yaitu data anak dan data ibu.
Data anak berupa usia, jenis kelamin, berat badan saat lahir, panjang badan saat lahir, riwayat ASI, asupan energi dan asupan protein, status infeksi berupa diare dan infeksi saluran pernafasan akut. Data ibu berupa usia ibu saat hamil, jarak kehamilan, jumlah kelahiran anak, tinggi badan ibu, status gizi ibu saat hamil, asupan tablet tambah darah saat hamil dan status anemia saat hamil trimester III yang didapatkan dari buku kesehatan ibu dan anak (KIA). Terdapat hubungan yang signifikan antara anemia pada trimester ketiga kehamilan (p<0,001, OR 7,18) dan riwayat BBLR (p<0,001, OR 5,39) terhadap kejadian stunting. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan mengontrol variabel karakteristik yang berpotensi menjadi perancu, yaitu panjang badan lahir anak, LILA ibu saat hamil, asupan protein anak, riwayat infeksi anak, dan pendidikan ibu, jenis kelamin anak kedua hubungan tersebut menjadi tidak signifikan (p=0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa anak dari ibu dengan riwayat anemia pada trimester ketiga kehamilan memiliki risiko 7,18 kali lebih tinggi untuk menjadi stunting dan anak dengan riwayat BBLR memiliki risiko 5,39 lebih tinggi untuk menjadi stunting, namun terdapat faktor lain yang lebih berpengaruh dalam populasi ini. Meningkatkan promosi kesehatan dan intervensi yang menargetkan wanita dan anak-anak dari prakonsepsi hingga kelahiran sangat dianjurkan untuk mengurangi kasus stunting di Dili.

Background: Stunting is a chronic malnutrition problem that primarily occurs during the first 1000 days of life. Iron deficiency anemia during pregnancy can pose risks to fetal growth and may impact the weight and length of the child at birth. Children with chronic malnutrition are more susceptible to infections and are at risk of developing degenerative diseases in adulthood, as well as experiencing reduced learning capacity and work performance.
Objectives: to determine the relationship between a history of anemia during the third trimester of pregnancy and low birth weight with the incidence of stunting in children aged 12-23 months in Dili city.
Methods: this study is a case-control design conducted in five health centers in Dili city. The sample consists of 180 children aged 12-23 months, with 90 stunted cases and 90 controls selected randomly. Data collected includes child-related and maternal data. Data analysis includes univariate, bivariate, and multivariate analysis.
Results : Anemia during the third trimester (P<0.001, OR 7.18) and LBW (P<0.001,OR 5.39) were significantly associated with an increased risk of stunting. After controlling for confounding factors through multivariate analysis, those relationship became non- significant (p>0.05).
Conclusion: Children of mothers who experience anemia in the third trimester of pregnancy are 7.18 times more likely to be stunted at the age of 12-23 months. Children with a history of LBW are 5.39 times more likely to be stunted at the age of 12-23 months. Other factors likely play a more influential role in the incidence of stunting within this population. Improving the quality of women and children health promotion from pre- conception to childbirth is highly recommended to reduce stunting cases in Dili.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys Apriluana
"Latar belakang: Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang banyak diderita balita di Indonesia. Kecamatan Pagedangan memiliki jumlah balita kurang gizi masih tinggi. Faktor penting pada pertumbuhan anak adalah asupan gizi. MPASI yang diberikan setelah balita berusia 6 bulan harus beraneka ragam dan adekuat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai pertumbuhan yang optimal. Sayangnya, di Indonesia sulit untuk mencapai asupan gizi cukup dari MPASI yang umumnya berbasis tradisional dan tidak difortifikasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
Metode: Penelitian dilakukan dengan disain kasus kontrol dan rasio sampel 1:1,5. Penelitian dilakukan dari Maret-Mei 2019. Populasi adalah balita usia 24 bulan. Total sampel sebanyak 100 anak.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pemberian MPASI (p=0,033) dan pekerjaan ibu (p=0,040) dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling berpengaruh adalah pekerjaan ibu (OR=7,6), pendapatan keluarga (OR=4,8), dan pemberian MPASI (OR=4,0).
Kesimpulan: Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita adalah pekerjaan ibu, setelah dikontrol pendapatan keluarga, pemberian MPASI, frekuensi minum susu, konsumsi susu, dan usia mulai minum susu. Saran: Meningkatkan program “Isi Piringku” dengan membuat menu makanan yang bergizi untuk balita disesuaikan ketersediaan pangan dan status sosial ekonomi warga.

Background: Stunting is a chronic malnutrition problem that affects many children in Indonesia. Pagedangan district has a high number of malnourished children. An important factor in children's growth is nutritional intake. Complementary foods that given after a 6-month-old toddler must be diverse and adequate, so that it meets growth needs. Unfortunately, in Indonesia it is difficult to achieve sufficient nutritional intake from complementary foods which is generally traditional and not fortified. The purpose of study was to determine correlation between complementary feeding and the incidence of stunting in children aged 24 months.
Methods: The study was conducted with case control design and sample ratio of 1: 1.5. The study was conducted from March to May 2019. The population was children aged 24 months. A total sample of 100 children.
Results: The results of bivariate analysis showed that there was a significant correlation between complementary feeding (p=0.033) and maternal occupation (p=0.040) with the incidence of stunting. The results of multivariate analysis showed the most influential variables were maternal occupation (OR = 7.6), family income (OR = 4.8), and complementary feeding (OR = 4.0).
Conclusion: The dominant factor associated with the incidence of stunting in children aged 24 months is maternal occupation, after controlled family income, complementary feeding, frequency of drinking milk, milk consumption, and age start drinking milk. Suggestion: Improving the program "Fill my plate" by making nutritious food menus for toddlers adjusted for food availability and socio-economic status of the residents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninis Indriani
"Bayi dengan asfiksia perinatal sangat rentan mengalami komplikasi baik jangka pendek seperti disfungsi multi organ maupun komplikasi jangka panjang dengan terjadinya gangguan perkembangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan riwayat asfiksia perinatal dengan perkembangan bayi usia 6 sampai 12 bulan. Desain penelitian ini menggunakan ?cross sectional?, yang melibatkan 56 bayi dengan riwayat asfiksia berat, sedang dan ringan di Kabupaten Banyuwangi.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara riwayat asfiksia perinatal dengan perkembangan bayi (p value=0,026, α=0,05). Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukan deteksi dini penyimpangan perkembangan khususnya bayi dengan risiko tinggi serta mengoptimalkan peran serta orang tua dalam proses perkembangan anak sehingga perkembangan anak tercapai dengan optimal.

Infant with perinatal asphyxia history is very susceptible to have both short-term complications such as multiple organ dysfunctions and long-term complications with development disorder. The purpose of this research is to know the relation of perinatal asphyxia history with infant?s development age 6 to 12 months old. The design of this study uses ?cross-sectional?, which involves 56 infants with severe, moderate and mild asphyxia histories in Banyuwangi Regency.
The result of this research shows that there is significant relation between perinatal asphyxia history with infant?s development (p value=0.026, α=0.05). The recommendations of this research is that it is so necessary to be detected early about the development disorder especially for high-risk infants and to optimize the participation of parents in a child's development process that child?s development is achieved optimally.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari
"

ABSTRAK

Nama : Sri Lestari
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul : Determinan Severe Wasting pada Balita 6-59 Bulan di Kota Tangerang
Tahun 2019
Pembimbing : Dr. Ir. Diah Mulyawati Utari, M.Kes
Severe wasting merupakan salah satu permasalahan gizi pada tingkat global, Asia
maupun di Indonesia termasuk di Kota Tangerang. Berdasarkan Data Riskesdas Tahun
2018 balita severe wasting di Indonesia sebesar 3,5%, Provinsi Banten 4,58%,
sedangkan Kota Tangerang lebih tinggi dibanding Indonesia dan Provinsi Banten yaitu
sebesar 4,84%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan severe wasting
pada balita 6-59 bulan di Kota Tangerang Tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain kasus kontrol. Total sampel sebanyak 108 balita (kasus 36
balita, kontrol 72 balita). Analisis statistik yang digunakan adalah analisis univariat,
bivariat dengan chi square dan multivariat dengan analisis regresi logistik. Penelitian
dilakukan pada bulan April-Mei 2019 di 13 Kecamatan di Kota Tangerang. Hasil
analisis bivariat adalah secara statistik tidak ada hubungan antara asupan energi, asupan
karbohidrat, asupan lemak, asupan protein, ASI eksklusif, keberagaman makanan, status
imunisasi, perilaku mencuci tangan, kunjungan posyandu, tingkat pendidikan dan
penghasilan orang tua dengan severe wasting, tapi terdapat hubungan antara penyakit
infeksi dengan severe wasting. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa penyakit
infeksi berhubungan signifikan dengan severe wasting. Hasil analisis didapatkan bahwa
OR dari variabel penyakit infeksi adalah 4,828 (95% CI: 1,034 – 22,544) artinya balita
yang terkena penyakit infeksi memiliki risiko terjadi severe wasting 4,828 kali lebih
tinggi dibanding balita yang tidak terkena penyakit infeksi setelah dikontrol variabel
status imunisasi. Kesimpulan penelitian ini adalah penyakit infeksi merupakan
determinan severe wasting pada balita 6-59 bulan di Kota Tangerang Tahun 2019.
Kata kunci:
Severe wasting, determinan, balita


ABSTRACT

Name : Sri Lestari
Study Program : Public Health Science
Title : Determinant of Severe Wasting Among 6-59 Months Children
in Tangerang City 2019
Counsellor : Dr. Ir. Diah Mulyawati Utari, M.Kes
Severe wasting is one of Global Nutritional Problems and Tangerang City is no
exception. Based on Riskesdas data in 2018, 3.5% of children in Indonesia were in the
group with severe wasting problems. While in Banten Province and Tangerang City
were found in order 4.58% and 4.84% children are in severe wasting problems. This
study aims to determine the determinants of severe wasting problems of 6-59 months
children in Tangerang City on 2019. This research was a quantitative study with case
control design. The total sample were 108 children within the age of 6-59 months (case
36 children, controls 72 children). The results of bivariate analysis were statistically no
relation between energy intake, carbohydrate intake, fat intake, protein intake, exclusive
breastfeeding, food diversity, immunization status, hand washing behavior, posyandu
visits, education level, and parent income with severe wasting, but there was a relation
between infectious diseases with severe wasting. The results of multivariate analysis
showed that infectious disease was significantly associated with severe wasting. The
most dominant variable was infectious disease, while immunization status as controlling
variable. Analysis result to be found that OR of the infectious disease variable was
4.828 (95% CI: 1.034 - 22.544), meaning that group of children at the age of 6-59
months with infectious diseases had a risk of severe wasting 4.828 times higher. In a
conclusion, Infectious Disease was a determinant variable of severe wasting problems
among children of the age 6-59 months in Tangerang City 2019.
Keywords:
Severe wasting, determinant, children

"
2018
T52782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakina Makatita
"Tesis ini membahas hubungan pola asuh dan pendidikan ibu dengan stunting pada batita usia 12 – 36 bulan di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Indonesia, Tahun 2019. Stunting merupakan suatu keadaan dimana anak dibawah lima tahun mengalami gagal tumbuh yang di akibatkan karena kekurangan asupan gizi kronis yang disebabkan oleh malnutrisi jangka panjang sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan umur anak tersebut atau bisa dikatakan anak terlalu pendek jika dibandingkan dengan usianya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi stunting turun  menjadi 30,8% dari yang sebelumnya adalah 37,2% (2013). Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional dari menganalisis 500 batita berusia 12 – 36 bulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi stunting pada batita dengan pola asuh ibu buruk dan pendidikan ibu rendah sebesar 2,65 lebih tinggi dibandingkan proporsi stunting pada batita dengan pola asuh ibu baik dan pendidikan ibu tinggi yaitu 1(referensi). Analisis multivariat dengan uji cox regression menunjukkan hubungan yang signifikan antara pola asuh dan pendidikan ibu dengan stunting memiliki PR= 2,36 (95% CI : 1,46-4,81) p-value 0,005 , artinya peluang kejadian stunting pada batita dengan pola asuh ibu buruk dan pendidikan rendah sebesar 2,36 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan batita yang memiliki pola asuh ibu baik dan pendidikan ibu tinggi setelah dikontrol pendapatan keluarga dan usia ibu saat hamil.

This thesis discusses the relationship between parenting and maternal education with stunting in toddlers aged 12 - 36 months in Tamansari District, Bogor Regency in 2019. Stunting is a condition in which children under five years of age experience failure to thrive due to chronic nutritional deficiency caused by long-term malnutrition so that the child's height does not match the child's age or it can be said that the child is too short when compared to his age. The results of the 2018 Basic Health Research (Riskesdas) showed the prevalence of stunting fell to 30.8% from 37.2% (2013). This research method is quantitative with a cross-sectional design of analyzing 500 toddlers aged 12 - 36 months.
The results of this study showed that the proportion of stunting among toddlers with poor parenting and low maternal education was 2.65, higher than the proportion of stunting among toddlers with good parenting and high maternal education, namely 1 (Reference). Multivariate analysis with the cox regression test showed that a significant relationship between parenting and maternal education with stunting had a PR = 2.36 (95% CI: 1.46-4.81) p-value 0.005, meaning that the chance of stunting in toddlers with a pattern poor parenting and low education were 2.36 times higher than toddlers who had good parenting and high maternal education after controlling for family income and maternal age at pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Halim
"Prevalensi stunting pada balita di Indonesia, khususnya Kabupaten Bogor masih tergolong tinggi. Keragaman konsumsi pangan, salah satu penilaian pada praktik pemberian makan bayi dan anak, merupakan salah satu determinan utama dalam kejadian stunting. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan keragaman konsumsi pangan dan faktor lainnya dengan kejadian stunting pada balita. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah sampel 149 anak usia 6-35 bulan di Kecamatan Babakan Madang selama bulan April-Juni 2019. Skor keragaman konsumsi pangan diambil dari 1x24hr food recall berdasarkan 7 kelompok pangan dan dikategorikan berdasarkan beragam (<4 kelompok pangan) dan tidak beragam (≥4 kelompok). Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting pada anak sebesar 32.2%. 31.5% anak mengonsumsi pangan tidak beragam. Hasil uji chi-square menunjukkan adanya hubungan bermakna antara keragaman konsumsi pangan (p=0.033), minimum acceptable diet (p=0.013), dan konsumsi sayur dan buah sumber vitamin A (p=0.015). Maka dari itu, upaya intervensi perlu dilakukan dengan meningkatkan keragaman pangan dan kualitas makan bayi dan anak dalam menurunkan risiko kejadian stunting di tingkat keluarga dan masyarakat.

Prevalence of stunting among under children in Indonesia, particularly in Bogor, East Java, is still considered high. Dietary diversity, one of the important assessments in infant and child feeding practice, is one of important determinants of stunting. This study is aimed to examine associations between dietary diversity with other factors with prevalence of stunting among children. A cross-sectional design study involving 149 children aged 6-35 months in Babakan Madang District from April-June 2019 was performed in this study. Dietary diversity scores were collected from 1x24hr food recall based on 7 food groups and categorized as low (<4 food groups) and high (≥4 food groups). Results showed the prevalence of stunting in this study is 32.2%. 31.5% of the children had low dietary diversity. Using chi-square analysis, there was significant associations in prevalence of stunting in children in dietary diversity (p=0.033), minimum acceptable diet (p=0.013), and consumption of vitamin A-rich fruits and vegetables (p=0.015). Interventions should be taken by improving dietary diversity to reduce the burden and prevalence of stunting in both household and community level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurani Rahma Arafah
"ABSTRAK
Zat besi dapat mempengaruhi berat badan dan perkembangan bayi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar zat besi dengan berat badan pada bayi usia 8-10 bulan di Jakarta Pusat. Metode: Studi cross-sectional digunakan pada 75 bayi yang memenuhi kriteria penelitian. Kadar zat besi diukur menggunakan metode LC-MS/MS Liquid Chromatography ndash; Tandem Mass Spectometry , sedangkan berat badan menggunakan penilaian klinis oleh tenaga terlatih dengan timbangan badan elektronik dengan akurasi 10g. Data dianalisis normalitasnya dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan korelasinya dengan uji Spearman. Hasil: Hasil menunjukan tidak terdapat korelasi bermakna antara kadar zat besi dan berat badan bayi 8-10 bulan di Jakarta Pusat p=0,483 . Diskusi: Disimpulkan bahwa hubungan antara kadar zat besi dengan berat badan pada bayi usia 8-10 bulan di Jakarta Pusat bernilai positif, namun secara statistik tidak bermakna.

ABSTRACT
Iron can affect the body weight of infants and their development. Objective This research is intended to analyze the correlation between level of iron and body weight in infant aged 8 10 months in Central Jakarta. Method A cross sectional study was conducted in 75 infants that fulfills the criteria for this research. The level of iron was measured by using LC MS MS Liquid Chromatography ndash Tandem Mass Spectrometry method, while the body weight was measured by a trained clinician with an electronic scale. The scale has an accuracy of 10 g. Afterwards the data was analyzed for normality by using Kolmogorov Smirnov test and tested for correlation through Spearman test. Result There is no significant correlation between level of iron and body weight of infants aged 8 10 months in Central Jakarta p 0.483 . Discussion In conclusion, there is a positive relationship between the level of iron and body weight in infant aged 8 10 months in Central Jakarta, however there is no significant relationship. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Muryanto
"Nama : Irwan MuryantoProgram Studi : Doktor EpidemiologiJudul Disertasi : Faktor ndash; Faktor Yang Memengaruhi Perkembangan Bayi :Studi longitudinal Pada Bayi Usia 0 hingga 6 Bulan DiKabupaten Kuantan Singingi Provinsi RiauPembimbing : Prof. Dr. dr. Sudarto Ronoatmodjo SKM, M.ScPrevalensi keterlambatan perkembangan bayi di Indonesia berkisar antara 12,8 -28,5 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang memengaruhiperkembangan bayi dengan merekrut bayi baru lahir yang dikunjungi dalam waktu24 jam setelah kelahiran sebanyak 474 bayi. Penilaian perkembangan pada usia 2,4 dan 6 bulan menggunakan kuesioner Ages Stages Questionnaires, ThirdEdition ASQ - 3 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ndash; faktor yangmemengaruhi perkembangan bayi pada usia 2 bulan meliputi : inisiasi menyusu dini komunikasi, motor kasar dan motor halus , panjang lahir komunikasi dan motorkasar , status gizi komunikasi , stimulasi semua ranah , kepadatan isi rumah komunikasi , sosial ekonomi pemecahan masalah . Pada usia 4 bulan meliputi :ASI eksklusif komunikasi, motor kasar, motor halus dan personal sosial , statusgizi personal sosial , diare motor kasar, motor halus dan personal sosial , stimulasi komunikasi, pemecahan masalah dan personal sosial , kepadatan isi rumah motorhalus dan pemecahan masalah , jumlah saudara personal sosial . Sedangkan padausia 6 bulan meliputi : inisiasi menyusu dini motor kasar dan pemecahan masalah ,ASI eksklusif komunikasi dan motor halus , panjang lahir personal sosial , ISPA komunikasi, motor kasar dan personal sosial , stimulasi komunikasi, motor halusdan personal sosial , pendidikan ibu personal sosial dan sosial ekonomi komunikasi dan motor halus .Dapat disimpulkan bahwa faktor stimulasi merupakan faktor yang dominanmemengaruhi perkembangan bayi, diikuti oleh faktor inisiasi menyusu dini dan ASIeksklusif.

Name : Irwan MuryantoStudy Program : Doctoral Program in EpidemiologyTitle : Factors Affecting Infant Development : Longitudinal Studyof Infants at 0 ndash; 6 Months in Kuantan Singingi District RiauProvinceCouncellor : Prof. Dr. dr. Sudarto Ronoatmodjo SKM, M.ScThe prevalence of delayed infant development in Indonesia 12.8 - 28.5 . Thisstudy aims to determine the factors that affect the development of infants byrecruiting newborns who visited within 24 hours after the birth of 474 babies.Assessment of development at ages 2, 4 and 6 months using the Ages StagesQuestionnaires, Third Edition ASQ - 3 questionnaire.The results showed thatfactors affecting infant development at 2 months of age included: earlybreastfeeding initiation communication, gross motor and fine motor , birth length communication and gross motor , nutritional status communication , stimulation all domains , density of home content communication , socioeconomic problemsolving . At 4 months of age include: exclusive breastfeeding communication,gross motor, fine motor and personal social , nutritional status personal social ,diarrhea gross motor, fine motor and personal social , stimulation communication,problem solving and personal social , density of home contents fine motors andproblem solving , number of siblings personal social . While at the age of 6 monthsinclude: early breastfeeding initiation gross motor and problem solving , exclusivebreastfeeding communication and fine motor , length of birth personal social ,ISPA communication, crude motor and personal social , stimulation communication, fine motor and personal social , maternal education personalsocial and socioeconomic communication and fine motor .It can be concluded that stimulation factor is the dominant factor influencing infantdevelopment, followed by early breastfeeding initiation and exclusivebreastfeeding factor.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
D2451
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>