Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178187 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jonathan Hartanto
"Pendahuluan: Saat ini, dunia secara global termasuk Indonesia tengah mengalami tren pesat peningkatan populasi lansia. Hal ini dapat menjadi tantangan kesehatan besar karena penuaan meningkatkan kerentanan terjadinya penyakit degeneratif. Sayangnya, agen antipenuaan seperti suplemen vitamin masih sulit terjangkau secara biaya atau diperoleh secara luas. Centella asiatica L. (CA) adalah tanaman herbal tradisional yang dilaporkan memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan poten dalam banyak studi. Namun, studi yang meneliti efek CA dalam konteks penuaan masih sangat terbatas. Tujuan: Studi ini meneliti efek pemberian ekstrak etanol CA terhadap kadar TNF-α pada jantung dan ginjal tikus Sprague-Dawley tua Metode: Tikus Sprague Dawley jantan usia 8-12 minggu dan 20-24 bulan dibagi menjadi empat kelompok uji: kontrol positif (vitamin E 6 IU), kontrol negatif (air ad libitum), CA 300 (CA 300 mg/kgBB), dan kontrol muda (tikus usia 8-12 minggu dengan air ad libitum). Setelah 28 hari perlakuan, tikus diterminasi. Organ jantung dan ginjal setiap tikus diambil dan melewati pengukuran kadar TNF-α dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil: Pada kelompok CA 300, terdapat penurunan kadar TNF-α jantung secara signifikan (p = 0,023) disertai penurunan kadar TNF-α ginjal secara tidak signifikan (p = 0,574). Namun, kadar TNF-α ginjal pada kelompok yang diberikan CA tetap paling rendah dibandingkan kelompok lainnya. Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol CA menurunkan kadar TNF- α jantung secara signifikan pada tikus Sprague-Dawley tua namun tidak berpengaruh terhadap kadar TNF-α ginjal. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki efek CA sebagai agen antipenuaan.

Introduction: Currently, the world including Indonesia are experiencing a trend of rapid growth in aging population. This poses a major challenge to healthcare due to increasing incidence of degenerative diseases. In spite of this, preventive antiaging agents such as vitamin supplements are not widely available nor affordable. Centella asiatica L. (CA), a traditional herbal plant native to Southeast Asia, has been widely studied and demonstrated potent anti-inflammatory and antioxidant effects in clinical studies. However, studies examining effects of CA in aging population are very limited. Objective: This study investigates effects of CA treatment on aged Sprague-Dawley rats. Methods: Male Sprague-Dawley rats aged 8-12 weeks and 20-24 months were split into four experimental groups: positive control (vitamin E 6 IU), negative control (water ad libitum), CA 300 (CA 300 mg/kgBW), and young control (young rats given water ad libitum). After 28 days of treatment, the rats underwent termination with kidneys and hearts harvested. TNF-α concentration were determined using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method. Results: In the CA 300 group, there was a significant decrease in heart TNF-α levels (p = 0,023) accompanied by an insignificant decrease in kidney TNF-α levels (p = 0,574). However, renal TNF-α levels in the group given with CA is still the lowest among all groups. Conclusion: The administration of CA ethanolic extract on aged Sprague-Dawley rats significantly reduced heart TNF-α level and had no effect on the kidney TNF-α level. Further research and exploration needs to be made to investigate the effects of CA as an antiaging agent"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reynardi Larope Sutanto
"Jumlah penduduk lanjut usia di dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini diikuti dengan semakin naiknya insidensi penyakit tidak menular yang kerap menyerang di usia tua. Penggunaan antioksidan dapat mencegah insidensi penyakit-penyakit tersebut melalui kapasitasnya menangkal peningkatan radikal bebas, inflammaging, dan markamarka inflamasi, seperti TNF-α. Salah satu sumber antioksidan yang paling baik dan banyak tersedia adalah dari tanaman-tanaman herbal, seperti Acalypha indica L. (AI). Tidak hanya banyak tersedia, tanaman ini juga telah dipakai secara empiris oleh berbagai peradaban dunia dan ditemukan memiliki sifat antioksidan. Metode: Penelitian dilaksanakan pada tikus Sprague-Dawley yang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (plasebo), kontrol positif (6 IU vitamin E), perlakuan (250 mg/kg berat badan (mg/kgBB) ekstrak AI), dan kontrol pembanding (tikus muda). Setelah 28 hari, tikus diterminasi dan diambil organ ginjal dan jantungnya untuk dilakukan pengecekan kadar TNF-α menggunakan metode ELISA. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan tes Saphiro-Wilk dan one-way ANOVA. Hasil: Pemberian AI menghasilkan penurunan kadar TNF-α in pada ginjal (0,95 ± 0,76 pg/mg pada kelompok perlakuan vs 1,37 ± 0,41 pg/mg pada kelompok kontrol negatif) dan jantung (15,43 pg/mg ± 2,33 pada kelompok perlakuan vs 16,50 ± 1,33 pg/mg pada kelompok kontrol negatif) tikus tua meski tidak signifikan (p = 0,645 pada ginjal dan p = 0,973 pada jantung). Kesimpulan: Penemuan penurunan TNF-α dalam studi ini menunjukkan potensi penggunaan AI sebagai agen antiinflamasi dan anti penuaan. Penelitian dan investigasi lebih lanjut perlu dilakukan pada AI dengan menggunakan durasi perlakuan, dosis, dan parameter inflammaging yang berbeda.

The world’s elderly are currently rising in numbers every year. This is followed by an increase of noncommunicable diseases which are often found in the elderly. Antioxidants could prevent occurrences of such diseases because of their capacity to counter rising free radicals, inflammaging, and inflammatory markers, such as TNF-α. One of the main abundant sources of antioxidants are herbal plants, such as Acalypha indica L. (AI). AI has been used empirically by different cultures and is found to have antioxidant properties. Method: Research was conducted on Sprague-Dawley rats which were divided into four groups, the negative control (placebo), positive control (6 IU vitamin E), treatment group (250 mg/kg of body weight (mg/kgBW) AI extract), and comparison control (young rats). The rats were terminated after 28 days with their organs, kidneys and hearts examined using ELISA to look for TNF-α concentration. Data were analysed using the Saphiro-Wilk test and one-way ANOVA. Results: AI administration yielded decrease of TNF-α in both the kidneys (0.95 ± 0.76 pg/mg in treatment group vs 1.37 ± 0.41 pg/mg in negative control) and hearts (15.43 pg/mg ± 2.33 in treatment group vs 16.50 ± 1.33 pg/mg in negative control) of aged SD rats, albeit insignificantly (p value for the kidney = 0.645 and p value for the heart = 0.973). Conclusion: This finding of decreased TNF-α suggests a potential anti-inflammatory and anti-aging effect of AI. Further research and investigation need to be made on AI, such as by using different dosages, time, and inflammaging parameters."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathaniel Aditya
"Pendahuluan: Pada tahun 2050, jumlah populasi lansia yang berusia lebih dari 65 tahun diperkirakan akan mencapai 1,5 milyar. Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan pergeseran paradigma dari proses penuaan kronologis menjadi proses penuaan biologis. Proses penuaan (aging) merupakan sebuah proses multifaktorial yang memiliki kaitan erat dengan stres oksidatif, sebuah fenomena yang lajunya dapat diketahui melalui kadar senyawa metabolit sekundernya, malondialdehid (MDA).
Tujuan: Studi ini meneliti efek dari tanaman obat yang sering digunakan sebagai agen antiinflamasi, Centella asiatica (CA), terhadap kadar MDA pada otak tikus Sprague-Dawley tua dan kemampuan kognitifnya.
Metode: Tikus jantan tua dibagi ke dalam 3 kelompok: Kontrol Negatif, Kontrol Positif (vitamin E 6 IU), dan CA 300 (ekstrak etanol daun CA 300 mg/kg), ditambah 1 kelompok Kontrol Pembanding tikus jantan muda yang diberi perlakuan selama 28 hari. Setiap minggunya, dilakukan uji memori jangka panjang menggunakan metode Y-maze untuk menilai fungsi kognitif tikus. Pada hari terakhir, organ otak dari setiap tikus diambil dan kadar MDA-nya diteliti.
Hasil: Pada kelompok CA 300, ditemukan kadar MDA otak yang relatif lebih rendah dibandingkan Kontrol Negatif, meskipun tidak signifikan (P = 0,5683). Pada uji memori jangka panjang Y-maze, meskipun secara statistik tidak bermakna, penurunan kemampuan kognitif pada kelompok CA 300 tidak sebesar penurunan pada Kontrol Negatif (nilai P kedua kelompok sama; P = 0,5).
Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol CA tidak memiliki pengaruh terhadap kadar MDA otak dan kemampuan kognitif pada tikus Sprague-Dawley jantan yang sedang mengalami proses penuaan.

Introduction: It is estimated that in 2050, the number of elderly aged >65 years will reach 1.5 billion. To overcome this issue, a shift of paradigm, from chronological aging to biological aging, is urgently needed. Aging is a multifactorial process related to oxidative stress, a process in which its rate can be identified from its secondary metabolite level, malondialdehyde (MDA).
Objective: This research studied the effect of a medicinal plant known for its anti-inflammatory properties, Centella asiatica (CA), on the level of brain MDA and cognitive abilities in aged Sprague-Dawley rats.
Methods: The aged male rats were divided into three groups: Negative Control, Positive Control (vitamin E 6 IU), and CA 300 (CA leaves ethanolic extract 300 mg/kg), with one additional Comparison Group consisted of untreated young rats which were given corresponding treatments throughout 28 days. Each week, a Y-maze test assessing the long-term memory of each rats was conducted. In the last day, all rats brains were collected, and their MDA levels were measured.
Results: Compared to the Negative Control, a lower MDA level was found on the brains of the CA 300 group, although statistically not significant (P = 0.5683). In the Y-maze test, a relatively lower decline in cognitive abilities was seen in CA 300 group when compared to Negative Control, even if it was insignificant (same P value on both groups; P = 0.5).
Conclusions: CA ethanolic extract has no influence on both the brain MDA concentration and the cognitive abilities of aging Sprague-Dawley rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuf
"Latar belakang: Penuaan adalah penurunan fungsi tubuh secara progresif yang melibatkan akumulasi kerusakan oleh stres oksidatif. Secara alami, antioksidan endogen diproduksi tubuh untuk mengatasi kondisi ini. Glutathion (GSH) adalah salah satu antioksidan endogen yang mencegah kerusakan pada komponen sel penting. Ketika tua, GSH akan meningkat untuk melawan kadar radikal bebas yang meningkat. Dalam kondisi ini, asupan antioksidan eksogen dapat membantu kerja dari GSH. Tanaman herbal memiliki peran penting dalam pencegahan dan pengendalian suatu penyakit dengan sifat antioksidan dari konstituen fitokimia yang dikandungnya. Salah satu herbal Indonesia yang kaya akan sumber antioksidan eksogen adalah Centella asiatica (CA).
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol CA terhadap kadar GSH hepar tikus Sprague-Dawley (SD) tua.
Metode: Dua puluh satu ekor tikus tua (20-24 bulan) dibagi menjadi tiga kelompok: kontrol negatif, CA 300 mg/kgBB, kontrol positif (vitamin E 6 IU), serta enam ekor tikus muda (8-12 minggu) sebagai kontrol pembanding. Hewan coba diberi perlakuan selama 28 hari. Kadar GSH diukur menggunakan metode spektrofotometri dan data dianalisis dengan one-way ANOVA.
Hasil: Pemberian ekstrak CA mengakibatkan penurunan kadar GSH hepar tikus tua yang tidak signifikan (29.025 ± 6.410 μM/mg pada kelompok CA, sedangkan 35.495 ± 12.809 μM/mg pada kelompok kontrol negatif, p > 0.05). Hasil tersebut mendukung efek antipenuaan ekstrak CA dengan membantu GSH melawan radikal bebas, walau tidak signifikan.
Simpulan: CA tidak menurunkan kadar GSH di hepar tikus SD tua.

Background: Aging is a progressive decline in body functions that involves damage accumulation by oxidative stress. Naturally, endogenous antioxidants are produced to overcome this condition. Glutathione (GSH) is one of endogenous antioxidants that prevents damage in important cellular components. In old age, GSH will increase according to increasing free radical levels. In this condition, intake of exogenous antioxidants could help GSH. Herbal plants play an essential role in disease hindrance and control with their phytochemical constituents' antioxidant properties. Centella asiatica (CA) is one of these herbal plants.
Objective: This study aims to find CA ethanol extract's effect on the liver GSH level of aged Sprague-Dawley (SD) rats.
Method: Twenty one aged (20-24 months) rats are divided into three groups: negative control, CA 300 mg/kgBW, positive control (vitamin E 6 IU), and six young rats (8-12 weeks) as comparison control group. They were treated for 28 days. GSH concentration was measured by spectrophotometry and the data was analyzed by one-way ANOVA.
Result: Administration of CA resulted in an insignificant decrease in liver GSH level of aged rats (29.025 ± 6.410 μM/mg in CA treated while 35.495 ± 12.809 μM/mg in negative control). The result supports the anti-aging effect of CA extract by helping GSH in fighting free radicals, even though insignificantly.
Conclusion: CA doesn’t decrease GSH levels in the liver of aged SD rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Rizqhilmi
"Latar belakang: Perkembangan global yang cepat di seluruh dunia meningkatkan rerata angka harapan hidup manusia, hal ini mendorong peningkatan jumlah populasi lanjut usia. Penuaan dapat meningkatkan resiko penyakit terkait usia. IL-10 adalah sitokin antiinflamasi yang memainkan peran penting dalam menginhibisi proses inflamasi kronik yang disebabkan oleh proses penuaan. Masalah kesehatan yang muncul karena penuaan, salah satunya penyakit kardiovaskular dapat bersifat debilitatif dan fatal. Oleh karena itu, upaya preventif menjadi prioritas utama agar kualitas hidup dapat terjaga. Centella asiatica secara umum diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi terutama di negara-negara dengan jumlah tanaman obat yang berlimpah seperti Indonesia
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efek dari Centella asiatica sebagai tanaman obat yang sudah dikenal luas, terhadap kadar IL-10 di jantung.
Metode: Subjek yang diteliti adalah tikus Sprague-Dawley (SD) yang dibagi kedalam kelompok kontrol pembanding yang berisi tikus muda (8-12 minggu) dan tiga kelompok lainnya yang berisi tikus SD tua (20-24 bulan) terdiri dari kontrol negatif yang diberi placebo, kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol CA 300 mg/kgBB, dan kelompok kontrol positif yang diberikan vitamin E 6 IU. Setelah 28 hari, tikus-tikus tersebut diterminasi dan diukur kadar IL-10 di jantung menggunakan ELISA. Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan uji parametrik one-way ANOVA.
Hasil: Administrasi CA memberikan hasil berupa peningkatan kadar IL-10 di jantung (16.33 ± 2.71 pg/mg pada kelompok perlakuan CA vs 10.81 ± 0.75 pg/mg di pada kontrol negatif) meskipun tidak signifikan secara statistik (p = 0,106)
Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa Centella asiatica tidak mempengaruhi kadar IL-10 di jantung tikus SD tua secara bermakna.

Background: Rapid global improvement across the world have increased the average life expectancy of people, thus drives the increasing number of elderly population. Aging could increase the risk of age-related disease. IL-10 is an anti-inflammatory cytokine that plays an important role in inhibiting the chronic inflammatory process that occurs due to aging. The resulting health problems caused by aging, including cardiovascular diseases could be debilitative and fatal. Therefore, preventive measures are a primary priority so that quality of life can be maintained. Centella asiatica (CA) are known to have anti-inflammatory activity, especially in countries with abundant medicinal plants such as Indonesia.
Objective: Present study aimed to investigate the effect of Centella asiatica as a widely-known medicinal plant to IL-10 level in the heart.
Methods: Subjects were old Sprague-Dawley rats divided into comparison control using young rats (8-12 weeks age) and three other groups of aged SD rats (20-24 months age) consisting of negative control (placebo), treatment group was given 300 mg/kgBW CA ethanolic extract, and positive control group was given 6 IU vitamin E. After 28 days, the rats were terminated then measured the concentration of IL-10 in the heart by ELISA. The data obtained were then analyzed using the one-way ANOVA test.
Results: CA administration resulted an increase in heart IL-10 concentration (16.33 ± 2.71 pg/mg in treatment group vs 10.81 ± 0.75 pg/mg in negative control) although insignificant statistically (p = 0,106).
Conclusion: Present study showed that Centella asiatica did not affect IL-10 level in the heart of aged Sprague-Dawley rats
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valdi Ven Japranata
"ABSTRACT
Pendahuluan: Penuaan adalah penurunan integritas struktur dan fungsi organisme yang bersifat progresif dan tidak dapat kembali. Pada manusia, hal ini berdampak pada penurunan kognisi dan kekuatan otot, serta peningkatan kerentanan terhadap penyakit degeneratif. Kecepatan penuaan individu berkaitan dengan derajat stres oksidatif yang ditentukan oleh keseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan. Ekstrak etanol Centella asiatica (CA) diketahui berefek antioksidan dan antiinflamasi sehingga berpotensi sebagai agen antipenuaan untuk individu tua. Metode: Tikus Sprague-Dawley (SD) tua dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kontrol negatif (n = 6), kontrol positif (vitamin E 6 IU, n = 7), dan perlakuan (ekstrak etanol CA 300 mg/kg berat badan, n = 8). Sebagai pembanding, terdapat satu kelompok tambahan yang terdiri atas tikus SD muda (n = 6). Kognisi tikus SD sebelum perlakuan ditentukan menggunakan labirin Y. Perlakuan kemudian diberikan selama 28 hari dan kognisi tikus dinilai setiap minggunya. Pada hari ke-29, kekuatan otot tikus diukur dengan uji genggaman dan tikus diterminasi untuk diukur kadar interleukin-6 (IL-6) darah dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil: Peningkatan kekuatan otot (p = 0,014) dan penurunan kadar IL-6 darah (p = 0,001) yang signifikan ditemukan pada kelompok perlakuan dengan CA dibandingkan kontrol negatif, namun tidak ditemukan perbedaan signifikan secara statistik pada kognisi baik antarkelompok setiap minggu maupun antarminggu setiap kelompok (p > 0,05). Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol CA menurunkan kadar IL-6 darah dan meningkatkan kekuatan otot pada tikus SD tua, namun tidak berefek terhadap kognisi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mempelajari efek CA sebagai agen antipenuaan.

ABSTRACT
Introduction: Aging is progressive and irreversible declines in structural integrity and function of organisms. In human, it leads to cognition and muscle strength impairment, also increased vulnerability to degenerative disorders. Individual aging rate is influenced by degree of oxidative stress, determined by equilibrium between free radicals and antioxidants. Centella asiatica (CA) ethanolic extract has antioxidant and anti-inflammatory effects so it potentially acts as antiaging agent for aged individuals. Methods: Aged Sprague-Dawley (SD) rats were divided into three groups: negative control (n = 6), positive control (vitamin E 6 IU, n = 7), and treatment (CA ethanolic extract 300 mg/kg body weight, n = 8). There is an additional group of young SD rats for comparison (n = 6). Their cognition was measured with Y-maze prior treatment. The treatment was given for 28 days and the cognition level was measured each week. At day 29, their muscle strength was measured with grip test and the rats were terminated to determine their blood interleukin-6 (IL-6) level with enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Results: Significant muscle strength improvement (p = 0,014) and blood IL-6 level reduction (p = 0,001) were found in group receiving CA treatment compared with negative control, but differences in cognition were not significant, both among groups each week and among weeks each group (p > 0,05). Conclusions: CA ethanolic extract treatment reduces blood IL-6 level and improves muscle strength in aged SD rats, but exerts no effect to cognition. Further studies are required to investigate CA effect as antiaging agent."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikrar Hermanadi
"Latar belakang: WHO memperkirakan populasi berumur tua mencapai 1.5 miliar pada tahun 2050. Seiring dengan pertambahan usia, produksi radikal bebas meningkat dan antioksidan endogen menurun. Salah satu antioksidan endogen yang mengalami penurunan adalah SOD yang berperan penting dalam mencegah pembentukan radikal bebas. Oleh karenanya, asupan antioksidan eksogen yang meningkatkan kadar SOD penting untuk mencegah kerusakan sel. Antioksidan sintesis seperti resveratrol, Tempol, dan DPI telah terbukti menyebabkan penuaan sel secara prematur. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penggunaan antioksidan alami dari tanaman lebih utama. Salah satu tanaman Indonesia yang mengandung banyak antioksidan adalah Centella asiatica (CA).
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pemberian CA terhadap kadar SOD di hepar tikus SD tua.
Metode: Tikus dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kontrol negatif (plasebo), kontrol positif (6IU vitamin E), perlakuan (ekstrak etanol CA 300 mg/kgBB), dan kontrol pembanding (tikus SD muda). Setelah perlakuan selama 28 hari, tikus diterminasi dan heparnya diesktraksi untuk pemeriksaan kadar SOD dengan metode spektrofotometri. Data kemudian dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk dan one-way ANOVA.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan peningkatan insignifikan kadar SOD hepar (9.72 ± 3.4 U/mg pada kelompok perlakuan CA vs 8.36 ± 2.59 U/mg pada kelompok kontrol negatif) pada tikus SD tua.
Simpulan: Hasil penelitian membuktikan bahwa CA tidak dapat meningkatkan SOD, sebagai mekanisme protektif terhadap stres oksidatif, pada hepar tikus SD tua.

Introduction: WHO estimated elderly population to grow up to 1.5 billion in 2050. As people grew older, the production of free radical increases and endogenous antioxidant decreases. One of such endogenous antioxidant is superoxide dismutase (SOD) which role is to prevent free radical formation. Therefore, intake of exogenous antioxidant to increase SOD levels is important to prevent cellular damage. Synthetic antioxidant, such as resveratrol, Tempol, and DPI, has been shown to cause premature cell senescence, thus resorting to natural and traditional medicine. One of Indonesian natural medicine that contains a lot of antioxidants is Centella asiatica (CA).
Objective: The present study aimed to examine the effect of CA on SOD levels in liver of aged Sprague-Dawley (SD) rats.
Methods: Rats were divided into four groups, i.e. negative control (placebo), positive control (6IU vitamin E), treatment group (CA ethanolic extract 300 mg/kg of body weight), and comparison control (young SD rats). After treatment for 28 days, they were terminated and their liver was extracted for SOD examination using spectrophotometry. Data was then analysed using Saphiro-Wilk and one-way ANOVA.
Results: Results showed an insignificant increase in liver SOD (9.72 ± 3.4 U/mg in CA treatment group vs 8.36 ± 2.59 U/mg in negative control group) of aged SD rats.
Conclusions: These findings proved that CA is not able to increase SOD levels, as protective mechanism against oxidative stress, in liver of aged SD rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Permata Bunda Surya Utami
"ABSTRAK
Latar Belakang : PBB menyatakan bahwa Indonesia memiliki kecenderungan peningkatan harapan hidup sebesar 71,7 di kisaran tahun 2010-2015 yang diperkirakan akan meningkat menjadi 77,6 pada 2045-2050. Hal ini dapat meningkatkan beban penanganan penyakit tidak menular. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan tujuan mencari ekstrak tanaman herbal yang dapat memperlambat proses penuaan pada tikus tua dengan meninjau parameter histopatologis. Ekstrak Centella asiatica (CA) diketahui berpotensi dalam mengurangi tingkat penuaan di cerebrum. Metode : Penelitian dilakukan menggunakan 4 kelompok : kontrol negatif, perlakuan (CA 300 mg/kgBB), kontrol positif (Vitamin E 6 IU) dan tikus muda yang diberi perlakuan selama 28 hari. Setiap kelompok memiliki jumlah sampel minimal 4. Setelah 28 hari, tikus diterminasi dan diambil sediaan otaknya untuk dibuat preparat histopatologis pada bagian hipokampus. Sediaan kemudian diidentifikasi 4 variabel yaitu densitas sel normal, densitas sel abnormal, densitas sel piramidal, densitas sel piknotik dan densitas sel total pada 2 bagian hipokampus yaitu girus dentatus dan CA3. Analisis dilakukan secara komparatif pada 2 jenis sampel tersebut. Hasil : Pada akhir perlakuan, kelompok kontrol positif tidak dianalisis karena tidak memenuhi jumlah sampel minimal. Pada sampel girus dentatus, hasil analisis one-way anova menunjukkan hasil bermakna pada variabel densitas sel normal dan densitas sel abnormal, tetapi analisis post-hoc Bonferroni menunjukkan hasil yang tidak bermakna pada kelompok CA dibandingkan dengan kontrol negatif dan tikus muda. Sedangkan sediaan sampel CA3 tidak memiliki hasil yang bermakna pada analisis komparatif kategorik. Diskusi : CA diketahui memiliki efek antioksidan yang baik namun memerlukan durasi perlakuan yang lebih panjang untuk mendapat efek anti-penuaan.

ABSTRACT
Background: United Nations states that Indonesia has tendency to increase life expectancy in 2010-2015 by 71.7, and expected to increase to 77.6 in 2045-2050. This can increase the burden of handling non-communicable diseases. Therefore, research was conducted aiming to find herbal extracts that can slow down aging process in old mice by reviewing histopathological parameters. Centella asiatica (CA) is known to be potential in reducing the rate of aging in cerebrum. Method: The study was conducted using 4 groups: negative control, treatment (CA 300 mg/kgBW), positive control (Vitamine E 6 IU) and young mice days with each minimum sample size of 4. After 28 days of treatment, rats were terminated and brain preparations were taken to make histopathological preparations in 2 parts of hippocampus section : dentate gyrus and CA3. The preparations then identified 4 variables : normal cell density, abnormal cell density, pyramidal cell density, picnotic cell density and total cell density. The analysis was carried out comparatively. Results: At the end of the treatment, the positive control group was not analyzed due to low number of samples. In dentate gyrus, the results of One-way Anova analysis showed significant results on normal cell density and abnormal cell density variables, but Bonferroni's post-hoc analysis showed no significant results in the CA group compared to negative controls and young mice. CA3 preparations did not have significant results in categorical comparative analysis. Discussion: CA is known to have good antioxidant effects but requires a longer duration of treatment to show anti-aging effect."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Nurfitriyanti
"Latar Belakang
Sindrom metabolik secara signifikan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Inflamasi kronis merupakan salah satu mekanisme yang diusulkan memiliki peran penting dalam perkembangan sindrom metabolik menjadi penyakit kardiovaskular. Suatu penelitian eksperimental menunjukkan bahwa penargetan spesifik dari proses inflamasi terbukti dapat mengurangi perkembangan penyakit ini. Sitokin proinflamasi Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) telah diidentifikasi sebagai regulator utama respon inflamasi dan dianggap sebagai sitokin alarm yang bertanggung jawab dalam menginisiasi dan mempertahankan kondisi inflamasi sehingga TNF-α dipilih sebagai target pertama dalam cytokine-targeted approach. 6-Gingerol terbukti memiliki beberapa aktivitas farmakologis, termasuk anti-inflamasi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek proteksi 6-Gingerol terhadap proses inflamasi jantung yang disebabkan oleh sindrom metabolik melalui penurunan protein penanda inflamasi TNF-α.
Metode
Tikus jantan Sprague-Dawley dikategorikan menjadi lima kelompok, yaitu normal sehat, sindrom metabolik (MetS), MetS + 6-Gingerol 50 mg/kgBB, MetS + 6-Gingerol 100 mg/kgBB, serta MetS + 6-Gingerol 200 mg/kgBB. Dilakukan pemberian diet tinggi lemak-tinggi fruktosa selama 16 minggu serta injeksi streptozotocin intraperitoneal (22 mg/kg) pada minggu ke-8 untuk menginduksi model sindrom metabolik. Di akhir penelitian, hewan diterminasi dan dilakukan pengambilan sampel jantung. Tingkat ekspresi TNF-α pada jaringan jantung diukur menggunakan BioEnzy© ELISA kit (Rat TNF-α ELISA Kit).
Hasil
Penelitian menunjukkan penurunan ekspresi TNF-α secara signifikan pada kelompok tikus MetS dengan pemberian 6-Gingerol dosis 200 mg/kgBB (p<0.001) dibandingkan dengan kelompok tikus MetS.
Kesimpulan
6-Gingerol berpotensi untuk memperbaiki proses inflamasi jantung pada sindrom metabolik pada jantung tikus dengan sindrom metabolik melalui penurunan ekspresi protein TNF-α.

Introduction
Metabolic syndrome (MetS) is significantly associated with an increased risk of developing cardiovascular diseases (CVDs). Chronic inflammation seems to be essential players in the progression of MetS and its subsequent transition to CVDs. Specific targeting of these processes in experimental models has been shown to reduce disease progression. Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) has been identified as a major regulator of inflammatory responses and considered as alarm cytokines which initiate and maintain inflammation, therefore, it was selected as the first target in the cytokine-targeted approach. 6-Gingerol has been reported to have a myriad of promising pharmacological activities including notable anti-inflammatory potential. Hence, research was conducted to determine the protective effect of 6-Gingerol in cardiac inflammatory process induced by metabolic syndrome through reducing the inflammatory marker TNF-α.
Metode
Male Sprague-Dawley rats were categorized into five groups: standard commercial diet, metabolic syndrome (MetS), MetS + 6-Gingerol 50 mg/kgBW, MetS + 6-Gingerol 100 mg/kgBW, and MetS + 6-Gingerol 200 mg/kgBW. Rats were fed with a high-fat high-fructose diet for 16 weeks and at Week 8, single-dose low-dose streptozotocin (22 mg/kg) were intraperitoneally injected to induce MetS. After all animals were terminated, cardiac tissue was harvested to measure TNF-α levels. TNF-α levels was measured using BioEnzy© ELISA kit (Rat TNF-α ELISA Kit).
Hasil
This study shows significant decrease of TNF-α levels in cardiac tissue in the MetS group administered with a dose of 6-Gingerol at 200 mg/kgBW (p<0.001) as compared to the MetS group.
Kesimpulan
6-gingerol potentially attenuates inflammation process in cardiac tissue of syndrome metabolic by their ability to reduce TNF-α protein expression
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Fitriani
"Pendahuluan: Penuaan ditandai dengan banyak hal salah satunya penurunan fungsi kognisi akibat neurodegenerasi, proses yang berkaitan dengan penurunan kadar Brain-derived Neurotrophic Factor (BDNF) sebagai faktor pertumbuhan dalam regenerasi dan pemeliharaan sistem syaraf. Jumlah lansia yang akan meningkat di masa depan menuntut dunia kesehatan untuk mencari pencegahan proses neurodegenerasi ini.
Objektif: Meneliti efek Centella asiatica (CA) terhadap fungsi kognisi dan kadar BDNF pada jaringan otak tikus Sprague-Dawley tua.
Metode: Penelitian ini menggunakan Tikus Sprague-Dawley (SD) jantan berusia 20-24 bulan sebagai tikus tua dan 8-12 minggu sebagai kelompok tikus muda sebagai pembanding. Tikus-tikus tersebut dibagi menjadi 4 kelompok: kelompok kontrol negatif (diberikan akuades), kelompok kontrol positif (diberikan suplementasi Vitamin E 6 IU/pemberian), kelompok tikus muda berusia 8-12 minggu sebagai perbandingan (diberikan akuades), dan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol daun CA yang diadministrasikan secara oral (300 mg/kg BB/hari) selama 28 hari, 2 kali perlakuan per hari. Selama penelitian, dilakukan pengujian memori jangka pendek menggunakan Y-maze. Pada akhir penelitian dilakukan terminasi dan pengukuran kadar BDNF otak tikus.
Hasil: Hasil analisis statistik menunjukkan konsentrasi rata-rata BDNF 44.09±3.854 pada kontrol negatif, 43.09±11.99 pada kontrol positif, 30.2±12.33 pada tikus muda, dan 65.88±13.46 pada kelompok perlakuan CA (mg/pg protein). Kelompok CA memiliki perbedaan yang signifikan dibanding kontrol negatif (p=0,0189). Sedangkan pada uji memori jangka pendek menggunakan Y-maze, tidak ditemukan perbedaan signifikan.
Kesimpulan: Hasil menunjukkan pemberian CA efektif dalam meningkatkan kadar BDNF otak tikus SD, sehingga diketahui memiliki efek neuroprotektif. Namun CA tidak ditemukan memiliki efek yang signifikan pada fungsi kognisi tikus SD yang mengalami penuaan.

Background: Functional decrease in learning and memory is one of the characteristics of the aging process. Studies showed that lower concentration of Brain-derived Neurotrophic Factor (BDNF) found on the brain, play a role in the phenomenon. BDNF is a growth factor that have a rol eon neuron regeneration and maintenance.
Objective: To determine whether a herbal, Centella asiatica (CA) would increase the BDNF level on the aging brain tissue neurodegeneration.
Methods: Male Sprague-Dawley rats aged 20-24 months as the aged rats and 8-12 weeks as the young rats that used in the study were divided into: negative control (given aquadest), positive control (supplementation of Vitamin E of 6 IU), young rats as a comparison (8-12 weeks old), and treatment groups, which were given ethanol extract of CA leaf administered orally (300 mg/kg BW) for 28 days with each days the treatment were given twice. The short term memory were analyzed by using Y-maze. The rats were terminated and the brain BDNF levels were assessed at the end of the study.
Results: The results showed mean ± SD concentration for BDNF were 44.09±3.854 (negative control), 43.09±11.99 (positive control group), 30.2±12.33 (young rats) and 65.88±13.46 (CA groups) mg/pg protein. The treatment group showed significantly higher tissue BDNF level compared to all group (p=0,0189). The Y-maze results show insignificant different between groups
Conclusion: In conclusion, this result showed that supplementation of CA was effective in increasing brain level of BDNF. However, it doesnt show any effect on Y-maze score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>