Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136898 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arrifa Vassily Kusumo
"Listrik merupakan salah satu sektor vital dalam kehidupan manusia. Listrik dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketidaksetaraan, dan meningkatkan kesejahteraan dan dipercaya dapat mendorong produksi dan sistem irigasi. Diperkirakan tingkat permintaan listrik akan meningkat pesat pada 2040 dibandingkan periode ini dan menjadikan tata kelola listrik akan sangat mepengaruhi perekonomian di masa depan. Pemilihan 8 negara dalam APEC didasari oleh faktor besarnya pengaruh negara APEC secara keseluruhan pada perekonomian khususnya energi di dunia selain itu juga terdapat kedekatan secara geografis dan terbagi menjadi negara maju dan berkembang. Liberalisasi tata kelola listrik diharapkan dapat membantu sebuah negara agar dapat lebih efisien dalam memanfaatkan anggaran belanja (International Energy Agency, 1999). Penelitian ini memiliki variabel terikat Pertumbuhan Ekonomi dengan indikator GDP PPP dan variabel bebas yaitu Konsumsi Listrik, Capital Stock, Total Pekerja, Dummy Tata Kelola Single Buyer dan Dummy tata kelola Persaingan Bebas. Dalam penelitian ini ditemukan dampak dari pergantian tata kelola terhadap pertumbuhan ekonomi baik pada tata kelola single buyer maupun pada persaingan bebas dengan kontribusi 8,7% dan 9%. Dampak keduanya terlihat pada visualisasi data masingmasing negara dan kemungkinan efek positif dalam jangka panjang yang dapat ditimulkan dari perubahan tata kelola. Dampak dari konsumsi listrik terhadap pertumbuhan ekonomi mempengaruhi perrtumbuhan ekonomi 0,082% karena penelitian bersifat jangka panjang.

Electricity is one of the vital sector in human life. It can drive economic growth, reduce inequality, improve human welfare and boost production or irrigation systems. It is estimated that the level of electricity demand will increase rapidly in 2040 compared to this period and electricity governance will greatly affect the economy in the future. The selection of 8 APEC countries, was based on the influence factor of the APEC countries as a whole on the economy, especially as energy sector in the world. Besides that, there was also geographical proximity and these countries are divided into developed and developing countries. Liberalization of electricity governance is expected to help a country to be more efficient in utilizing the budget (International Energy Agency, 1999). This study has a dependent variable of Economic Growth with GDP PPP indicators and independent variables namely Electricity Consumption, Capital Stock, Total Workers, Single Buyer Governance and Free Competition Governance as Dummy Variables.In this study, it was found that there was an impact of the change in governance on economic growth both on single buyer governance and on free competition with a contribution of 8.7% and 9%. The impact of both are seen in the data visualization of individual countries and the possible long-term positive effects that changes the governance.The impact of electricity consumption on economic growth affects the economic growth by 0.082% due to the long-term research."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inez Novialita Primanti
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh pembangunan ekonomi yang
diukur dengan menggunakan indikator-indikator pembangunan terhadap
penurunan dampak bencana alam, yang diindikasikan dengan tingkat kematian
dan kerusakan ekonomi yang dialami oleh 18 negara APEC (Asia Pacific
Economic Cooperation) dari tahun 1999 sampai 2013.
Tingkat kematian dan kerusakan ekonomi keduanya dipengaruhi oleh indikator
pembangunan ekonomi umum, yakni tingkat PDB per kapita, tingkat keterbukaan
perdagangan, pengeluaran umum (total) pemerintah dan tingkat korupsi yang
memiliki hubungan negatif terhadap kedua variabel dependen, kemudian diikuti
oleh variabel kontrol berupa jumlah kejadian per bencana alam dan kepadatan
populasi.
Dengan berbagai metode dan tes terhadap data panel, ditemukan bahwa
meningkatnya pembangunan ekonomi memang mengurangi kedua dampak dari
bencana alam yakni tingkat kematian dan kerusakan ekonomi per PDB dengan
pendapatan per kapita, keterbukaan perdagangan, tingkat korupsi dan pengeluaran
pemerintah sebagai variabel yang signifikan. Walaupun di beberapa model tidak
sesuai dengan hipotesa.
ABSTRACT
This study aims to analyze the impact of economic development measured
through notable development indicators, upon natural disaster impacts reduction
indicated by total human loss and economic damages sustained by each 18
observed APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) member countries from
1999 until 2013.
Both human losses and economic damages are affected by the same economic
development indicators, namely GDP per capita, trade openness, general
government expenditure and corruption level with negative relationship as well as
some controlling variables, occurrence per disasters and population density with
positive relationship upon both natural disaster impacts being used.
Through several methods and tests on panel data, the results obtained had proved
that economic development indicators did reduced impacts from natural disasters
for both total deaths and economic damages with income per capita, size of
government, trade openness and corruption level being significantly able in
affecting disaster impacts reduction. Although in some models the hypothesis
does not hold."
2014
S60642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angestika Wilandari
"ABSTRAK
Sebelum konsep cultural distance dikembangkan, konsep distance dalam perdagangan terfokus kepada geographical distance. Perbedaan norms, values, serta beliefs merupakan cultural distance yang berpotensi memunculkan trade cost sehingga menurunkan perdagangan. Variabel dari World Values Survey seperti trust, respect, control, dan obedience digunakan sebagai indikator cultural distance untuk menganalisis hubungan cultural distance dan perdagangan di dalam kawasan ekonomi APEC. Sebanyak 6,728 observasi digunakan dengan periode penelitian tahun 1990-2013, pertama-tama penelitian ini menggunakan metode estimasi pooled-effect OLS.Namun hasil dari pooled-effect OLS berpotensi mengandung endogenitas, sehingga penelitian ini menggunakan 3SLS sebagai strategi empiris dalam mengatasi endogenitas. Hasil estimasi menunjukkan cultural distance tidak berpengaruh terhadap perdagangan di dalam kawasan APEC, tetapi perdagangan di dalam kawasan ekonomi APEC terbukti mampu menurunkan keengganan berdagang yang muncul akibat cultural distance.

ABSTRACT
Before the concept of cultural distance has been developed, the concept of distance in the trade has focused on geographical distance. The Differences of norms, values, and beliefs are forms of cultural distance that have potential to generate trade cost, thus lowering trade. Variables from World Values Surveys such as trust, respect, control, and obedience are used as indicators of cultural distance to analyze cultural distance and trade relations within APEC economies. A total of 6,728 observations were used for the period of 1990 2013, first of all this research used the pooled effect OLS estimation method.However, the result of pooled effect OLS potentially contains endogeneity, so this study uses 3SLS as an empirical strategy in overcoming endogenity. The estimation result shows that cultural distance has no impact within the APEC economic region, on the other hand trade within the APEC economic region decreases the reluctance of trading that occurs due to cultural distance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T49748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Muhammad
"Ekonomi APEC belum menerapkan penurunan tarif secara progresif dalam pola perdagangannya. Hal ini dapat menghambat potensi perdagangan yang ada diantara ekonomi APEC. Tujuan penelitian ini adalah melihat dampak penurunan tarif terhadap ekspor Indonesia ke ekonomi APEC menggunakan 2 metode yang berbeda. Metode Pertama menggunakan model gravitasi untuk melihat dampak penurunan tarif secara aggregat. Metode kedua menggunakan model SMART untuk melihat dampak penurunan tarif secara sektoral. Hasil dari penelitian ini adalah tarif secara signifikan menghambat ekspor Indonesia secara aggregat dan sektoral, sehingga mengurangi potensi perdagangan yang terjadi antara Indonesia dengan ekonomi APEC.

APEC economies have not had implemented progressive tariff reductions in trade patterns. This can hamper the existing trade potential among APEC economies. The purpose of this study is to analyze the impact of tariff reductions on Indonesian exports to the APEC economies using 2 different methods. The first method uses a gravity model to see the impact of tariff reductions in the aggregate level. The second method uses the SMART model to see the impact of sectoral tariff reduction in textile, electronic, and automotif sector. The results of this study showed tariff significantly inhibited Indonesian exports both on sectoral and aggregate level, thus reducing the potential for trade between Indonesia and APEC economies."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tokyo: APEC study Center, 1997
338.91 UNI e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fajrul Rahman
"Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari keterbukaan perdagangan terhadap korupsi pada 18 ekonomi anggota APEC. Pengukuran keterbukaan perdagangan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua pengukuran yaitu trade intensity dan composite trade intensity. Penelitian ini menggunakan data 18 ekonomi selama tahun 2002-2011. Hasil penelitian menemukan bahwa keterbukaan perdagangan mampu mengurangi korupsi, oleh karena itu pengurangan hambatan perdagangan perlu dilakukan sebagai usaha untuk mengurangi tingkat korupsi di ekonomi APEC.

The purpose of this study is to find out the effect of trade openness on corruption in 18 economies member of APEC. This study uses two measurements of trade openness, trade intensity and composite trade intensity. This study uses the data from 18 APEC economies during 2002-2011. The result of this research shows that trade openness both in trade intensity and composite trade intensity can reduce the corruption."
2015
S60587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latuconsina, Rio
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keanggotaan Indonesia dalam forum kerjasama ekonomi Asia Pacific Economics Cooperation (APEC) mempengaruhi pertumbuhan ekspor Indonesia ke negara mitra dagang sesama anggota forum kerjasama ekonomi APEC. Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh keanggotaan Indonesia di dalam forum kerjasama ekonomi APEC terhadap ekspor Indonesia ke-15 mitra dagangnya yang juga merupakan anggota dari forum kerjasama ekonomi APEC. Metode analisis pada penelitian ini menggunakan data panel yaitu 15 negara sebagai cross section dengan periode waktu pengamatan tahun 1981-2005. Kelima belas negara mitra dagang tersebut adalah Australia, Brunei Darussalam, Canada, Jepang, Korea, Malaysia, New Zealand, Peru, Philipina, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor Indonesia yaitu pendapatan per kapita riil, biaya transportasi dari Indonesia ke negara mitra dagang, nilai tukar riil dan keanggotaan Indonesia dalam forum kerjasama ekonomi APEC. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa keanggotaan Indonesia dalam forum kerjasama ekonomi APEC berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia ke-15 negara mitra dagangnya tersebut.

This research is aimed to find out whether Indonesia membership in the forum of Asia Pacific Economics Cooperation (APEC) economic cooperation has influenced on Indonesia export growth to other APEC member countries. The scope of this research is to analyze the effect of Indonesia membership in APEC economic cooperation forum on Indonesia export growth to 15 trade partner countries who is also member of APEC economic cooperation forum. This research uses panel data analysis methode of 15 countries as cross section with yearly time period 01 observation from 1981-2005. 15 trade partner countries observed are Australia, Brunei Darussalam, Canada, Japan, Korea, Malaysia, New Zealand, Peru, Philipine, Singapore, Thailand, dan United State of America. Factors that have influenced on Indonesia export growth are real Gross Domestic Product (GDP) per capita, transportation cost from Indonesia to trade partner country, real exchange rate, and Indonesia membership in the forum of APEC economic cooperation. The result shows that Indonesia membership in the forum of APEC economic cooperation has positive effect on Indonesia export growth to those 15 trade partner countries."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26441
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Singapore: Asia Pacific Economic Cooperation, 2001
337.1 APE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arianty Prasetiaty
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris atas suatu teori Pollution Haven Hypothesis (PHH) yang membahas dampak perdagangan internasional terhadap kualitas lingkungan. Pada penelitian ini, digunakan variabel ekspor-impor sebagai pendekatan variabel perdagangan internasional serta tingkat emisi CO2 sebagai pendekatan variabel tingkat kerusakan lingkungan. Penelitian ini menggunakan data panel dengan mengambil sampel negara-negara anggota APEC dengan rentang waktu penelitian pada tahun 1991-2010. Data dianalisis dengan menggunakan metode Fixed Effect, dan menggunakan variabel exspor dan impor dari sektor emisi tinggi sebagai variabel penguji teori PHH.
Meskipun berdasarkan hasil regresi, ditemukan bukti yang lemah adanya teori PHH yang berlaku di negara anggota APEC, namun berdasarkan hasil analisa data tidak ditemukan adanya teori PHH, sehingga dapat dikatakan bukti atas teori PHH pada negara-negara anggota APEC masih ambigu. Selain itu, pada penelitian juga dimasukkan faktor sistem politik, tingkat korupsi, dimana berdasarkan hasil regresi, sistem politik dan ketimpangan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat emisi CO2, sedangkan untuk tingkat korupsi tidak terbukti berpengaruh terhadap tingkat emisi CO2 di negara anggota APEC.

This study aims to demonstrate empirically on a theory of Pollution Haven Hypothesis (PHH), which discusses the impact of international trade on environmental quality. In this study, the export-import variable is used as a variable approach to international trade and the level of CO2 emissions as the variable approaches the level of environmental damage. This study uses panel data by taking a sample of APEC member countries with the study period in 1991-2010. Data were analyzed by using Fixed Effect, and uses a variable export and import of high-emissions sectors as variable theory PHH testers.
Although based on the regression results, found a weak evidence of the existence of PHH prevailing theory in APEC member countries, but based on the results of the data analysis did not reveal any PHH evidence, so it can be said the existence of PHH theory in APEC member countries are still ambiguous. In addition, the study also included the political system factors, the level of corruption, which is based on the results of the regression, the political system and inequality significantly influence the level of CO2 emissions, while the level of corruption has not been proven to affect the level of CO2 emissions in APEC countries.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T44628
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan
"Tiga emisi gas rumah kaca (GRK) utama, yaitu karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O) telah meningkat ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak era pra-industrialisasi. Perdagangan internasional telah menjadi katalis yang signifikan terhadap emisi GRK karena pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan intensitas kegiatan ekonomi, yang dapat disebut sebagai efek skala, efek komposisi, dan efek teknik. Sebagai daerah yang belum banyak dipelajari terkait topiknya, penelitian ini berupaya untuk memahami pengaruh keterbukaan perdagangan, diukur dengan nilai penjumlahan X+M/GDP, dan pertumbuhan ekonomi, terhadap emisi CO2, CH4, dan N2O di antara sepuluh Negara-negara ASEAN dengan analisis data panel menggunakan Fixed Effect Model (FEM). Hasil analisis menemukan bahwa peningkatan keterbukaan perdagangan mengurangi emisi CH4 dan N2O per kapita tetapi meningkatkan emisi CO2 per kapita di negara-negara ASEAN, sedangkan peningkatan PDB per kapita mengakibatkan peningkatan semua emisi GRK per kapita. Namun, efeknya berbeda di seluruh kelompok pendapatan. Untuk negara-negara berpenghasilan rendah, peningkatan keterbukaan perdagangan umumnya meningkatkan emisi GRK per kapita dengan efek sebaliknya untuk negara-negara berpenghasilan tinggi. Teori Kurva Kuznets Lingkungan (EKC) ditemukan ketika memahami hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan emisi gas rumah kaca. Informasi ini dapat membantu pembuat kebijakan dalam mengatasi masalah polusi yang berkaitan dengan perdagangan internasional dan saran studi lebih lanjut disajikan.

The three major greenhouse gas (GHG) emissions, namely carbon dioxide (CO2), methane (CH4), and nitrous oxide (N2O) have risen to an unprecedented level since pre-industrialization era. International trade has become a significant catalyst to GHG emissions for its effect on economic growth and the intensity of economic activity, which can be termed as either scale effect, composition effect, and technique effect. As an understudied region with regards tot his topic, this study looks to understand the effect of trade openness, measured by the sum value of X+M/GDP, and economic growth, to the emissions of CO2, CH4, and N2O among the ten ASEAN countries with a panel data analysis using Fixed Effect Model (FEM). The result of analysis found that increase in trade openness reduces CH4 and N2O emissions per capita but increases CO2 emission per capita in ASEAN countries, while increases in GDP per capita results in increases in all GHG emissions per capita. However, the effect differs across income groups. For lower-income countries, increase in trade openness generally increases GHG emissions per capita with the converse effect for higher-income countries. Environmental Kuznets Curve (EKC) theory is found when understanding the relation between economic growth and greenhouse gas emission. This information can help policymakers in addressing pollution concerns with regards to international trade and further study suggestions are presented"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>