Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59483 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Januanto Nugroho
"Industri kelapa sawit memproduksi lebih dari 20% limbah tandan buah kosong (tankos) untuk setiap produksi minyak sawit. Tankos akan menjadi beban lingkungan, jika pengelolaannya tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengolahan limbah tandan buah kosong secara berkelanjutan. Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil analisis, tankos yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit dapat dijadikan bahan baku pupuk organik dengan cara pemulsaan, pengomposan, dan digestasi anaerob. Pemulsaan adalah teknik yang tidak berkelanjutan karena tidak layak secara ekonomi dan lingkungan. Namun, pemulsaan secara sosial mudah diterima masyarakat. Pengomposan adalah alternatif pengolahan limbah yang secara lingkungan, ekonomi, dan sosial layak untuk diimplementasikan. Secara ekonomi dan lingkungan, digestasi anaerob layak untuk diimplementasikan dan pilihan terbaik dibandingkan dengan proses pemulsaan dan pengomposan. Namun, implementasi digestasi anaerob akan terdapat kendala dalam penerimaan masyarakat dan ketersediaan sumber daya manusia yang akan dipekerjakan.

The palm oil industry produces more than 20% of the empty fruit bunches (EFB) waste for each palm oil production. These EFB will become an environmental burden if the management is not appropriate. Therefore, this study aims to explore the potential of empty fruit bunches waste treatments to be sustainable. This research is using qualitative and quantitative methods. Based on analysis results, EFB produced from palm oil mills can be used as raw materials for organic amendments through composting, mulching, and anaerobic digestion. Mulching is not sustainable as it is not economically and environmentally feasible. However, mulching is feasible to be implemented in terms of social aspects. Composting is an alternative waste treatment that environmentally, economically, and socially feasible to be implemented. Anaerobic digestion is the best option based on economic and environmental aspects and feasible to be implemented. However, the anaerobic digestion implementation will have constraints in the community acceptance and the availability of human resources to be employed."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Nadiratuzzahrah
"

Scrub terdiri atas butiran-butiran kasar sebagai exfoliate berupa partikel microbeads. Namun, keberadaan microbeads ini menjadi permasalahan baru dilingkungan karena sifatnya yang non biodegradable dan hidrofobik. Untuk mengatasi masalah tersebut, telah ditemukan microbeads biodegradable dari selulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai limbah industri yang belum dimanfaatan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh selulosa asetat dari limbah tandan kosong kelapa sawit yang memiliki karakteristik seperti microbeads polyetilen agar dapat digunakan pada pembuatan scrub. Selulosa dari tandan kosong kelapa sawit diekstraksi melalui proses delignifikasi dan bleaching. Selulosa yang diperoleh selanjutnya diaktifasi dengan asam asetat glasial, diasetilasi dengan katalis (asam sulfat) serta asam asetat anhidrat. Selanjutnya ditambahkan aquades sebagai proses hidrolisa. Selulosa asetat yang diperoleh kemudian dicuci, dikeringkan dalam oven, dihaluskan dan disaring dengan saringan 40 dan 60 mesh. Diperoleh yield selulosa asetat sebesar 85,16%. Analisis awal merupakan analisis penyerapan air dari selulosa dan selulosa asetat dengan hasil yang diperoleh masing-masing sebesar 82,43% dan 24,83%, serta penyerapan minyak masing-masing sebesar 10,34% dan 8,27%. Nilai penyerapan air dan minyak dapat menentukan apakah selulosa asetat dalam scrub dapat digunakan untuk kulit manusia secara umum yang lembab dan berminyak. Dilanjutkan dengan analisis FTIR yang menunjukkan selulosa asetat memiliki gugus fungsi C=O pada panjang gelombang 1737,97 cm-1. Analisis SEM-EDS menunjukkan permukaan pori selulosa asetat lebih seragam dan distribusi pori lebih merata daripada selulosa serta memiliki komposisi dominan dari karbon (c) dan oksigen (O) sebagai senyawa organik dan ramah lingkungan. Proses selanjutnya, selulosa asetat dengan variabel konsentrasi 1, 3 dan 5 % dicampur pada formula krim scrub. Formula scrub dianalisis secara berkala dengan analisis pH, organoleptis, dan stabilitas. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa selulosa asetat dari limbah tandan kosong kelapa sawit dapat digunakan sebagai pengganti microbeads biodegradabel untuk pembuatan scrub dengan konsentrasi terbaik yaitu 5% karena memiliki pH yang lebih rendah agar dapat menjaga ketahanan kulit terhadap pertumbuhan bakteri dan rangsangan iritasi. Hasil uji stabilitas scrub meliputi angka lempeng total dan kapang khamir yaitu sebesar <10 CFU/gr (angka maksimum yang disyaratkan oleh BPOM sebesar ≤103 CFU/gr). Produk scrub berupa cairan kental dengan konsentrasi selulosa asetat 5% bermanfaat untuk mempercepat proses scrubing,  mempermudah mengangkat kotoran pada kulit dan sel kulit mati.

 


The scrub are consist of  coarse particles as exfoliate in the form of microbeads particles. However, the existence of microbeads is a new problem in the environment. Its non-biodegradable and hydrophobic. To overcome this problem, microbeads biodegradable have been found from cellulose Oil Palm Empty Bunches as industrial waste that has not been optimally utilized. This study aims to obtain cellulose acetate from oil palm empty fruit bunch waste which has characteristics such as polyethylene microbeads so that it can be used in scrub formulas. Cellulose from oil palm empty bunches was extracted through a process of delignification and bleaching. Then the product of cellulose was activated with glacial acetic acid, acetylation process were added catalyst (sulfuric acid) and anhydrous acetic acid. After the acetylation process stops, add aquades as hydrolysis process. Then washed the cellulose acetat, dried in an oven, mashed it and filtered with 40 and 60 mesh sieves. The yield of oil palm empty fruit bunches cellulose acetate was 85,16 %. The initial analysis of cellulose and cellulose acetate is the analysis of water and oil absorption with the results of water absorption from cellulose and cellulose acetate is 82,43% and 24,83%, while the absorption of oil from cellulose and cellulose acetate is 10,34% and 8,27 %. The absorption value of water and oil can determine whether cellulose acetate in scrubs can be used for human skin in general that is moist and oily. Followed by the FTIR analysis result shows cellulose acetate has C=O functional group at wavelength 1737,97 cm-1. Analysis SEM-EDS shows the morphology of cellulose acetate ware more homogeneous and distribution of holes evenly than cellulose and has a dominant composition of carbon (c) and oxygen (O) as organic and biodegradable compounds. The next process, cellulose acetate with variable concentrations of 1, 3 and 5% was mixed in a scrub cream formula. The scrub formula was analyzed periodically by analysis of pH, organoleptic, and stability. From this research, concluded that cellulose acetate from oil palm empty fruit bunch waste can be used as a substitute biodegradable microbeads for making scrub with the best concentration of 5% because it has a lower pH in order to maintain skin resistance to bacterial growth and irritant stimulation. The scrub stability test results includes the total plate count and yeast molds are <10 CFU / gr (the maximum number required by BPOM is ≤103 CFU / gr).  The scrub products in the form of viscous liquids and have higher cellulose acetate concentrations are useful for accelerating the scrubing process, easier for exfoliate of dirt on skin and dead skin cells.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Ferry Indra Sakti H.
"ABSTRAK
Pengolahan tandan buah segar kelapa sawit menjadi minyak sawit menghasilkan produk sampingan limbah yang belum dikelola dengan baik di pabrik kelapa sawit, salah satunya adalah tandan kosong kelapa sawit TKKS . TKKS mengandung jumlah lignoselulosa yang tinggi dan menyerupai kandungan yang terdapat dalam kategori kayu lunak Trembling aspen , sehingga mempunyai potensi untuk digunakan sebagai bahan baku papan partikel pengganti kayu. Umumnya papan partikel dibuat menggunakan material sintesis sebagai perekatnya yang menyebabkan terjadinya polusi lingkungan karena perekat tersebut mengandung material yang berbahaya. Akhir-akhir ini, para Peneliti menemukan bahwa asam sitrat sebagai perekat papan partikel yang ramah lingkungan yang digunakan sebagai pengganti perekat perekat sintesis. Namun, belum ada pembuktilan bahwa kualitas papan partikel yang terbuat dari TKKS mampu memenuhi standar industri SNI 03-2105-2006 dan apakah mungkin untuk diproduks secara massal.Dalam penelitian ini, papan partikel dibuat menggunakan serat TKKS dan asam sitrat sebagai perekat. Komposisi papan partikel adalah sebagai berikut: 20, 25, 30 wt. dan suhu kempa pada 180, 200 C. Beberapa pengujian dilakukan pada masing-masing komposisi papan partikel termasuk sifat fisis dan sifat mekanis papan partikel. Suhu tekanan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembuatan papan partikel. Seluruh papan partikel dengna suhu kempa 180 C dan papan partikel 20wt. gagal memenuhi standar SNI. Papan partikel dengan komposisi perekat 20 wt. dengan suhu kempa 200 C mampu memenuhi standar SNI.Berdasarkan paradigma Konservasi Nilai Material, TKKS dapat digunakan sebagai bahan baku papan partikel dan memenuhi standar industri dan diestimasikan dapat diproduksi secara massal. Kata Kunci : asam sitrat, Konservasi Nilai Material, papan partikel, tandan kosong kelapa sawit

ABSTRACT
Processing the oil palm fresh fruits into palm oil produced by products waste that had not been well handled in palm oil mills, one of this by products was empty fruit bunches EFB . EFB contains high quantity of lignocellulosic almost similar to soft wood Trembling aspen , thus it was possible to be used as wood subtitute on particleboard. Mostly particleboad production using synthetic materials as adhesive that contribute on environment pollution because it contains hazardous materials. Recently, researchers invented citric acid as natural adhesive as subtitute for the synthetic adhesive that eco friendly. However, there is still no evidence that the quality of the EFB particleboad using citric acid as adhesive fulfill industry standard SNI 03 2105 2006 and it was possible to be mass production.In this research, particleboard produced using EFB fiber and citric acid as adhesive. Composition of the adhesive that used as follows 20, 25, 30 wt. , and pressing temperature on 180, 200 C. Several tests performed on each particleboard rsquo s composition including physical and mechanical properties. Pressin temperature had a significant effect on particleboard production. All the particleboard with pressing temperature 180 C and particleboard 20 wt. with pressing temperature 200 C were failed to fulfill the SNI standard. Particleboard 25, 30 wt. with pressing temperature 200 C fulfill the SNI requirement.Based on Material Value Conservation paradigm, EFB waste was usable to be the main material on particleboad filling and fulfill industry standard requirement and also estimated can be mass produced."
2018
T51156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafly Pratama
"Kelapa sawit yang merupakan salah satu komoditas perkebunan terbesar dari Indonesia menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang menjadi penyumbang limbah organik terbanyak. TKKS memiliki kompleksitas struktur yang tinggi yang membuatnya sulit untuk diproses menjadi bahan kimia bernilai tambah. Oleh karena itu, dibutuhkan modifikasi atau perlakuan untuk memanfaatkan TKKS. Salah satu cara untuk memodifikasi TKKS ini adalah dengan melakukan penghilangan lignin atau delignifikasi dengan metode perlakuan plasma atmosfer. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penyemprotan air sebelum perlakuan plasma atmosfer dan variasi waktu plasma atmosfer terhadap morfologi permukaan, kemampubasahan, dan kekasaran permukaan dari TKKS. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan TKKS dengan variabel penyemprotan air dan waktu selama 15, 30, 45, dan 60 detik. TKKS yang sudah melewati perlakuan plasma atmosfer dengan variabel tersebut akan melewati proses purifikasi dengan metode sonikasi di dalam larutan alkali. Karakterisasi dilakukan dengan pengujian Scanning Electron Microscope (SEM), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), sudut kontak, dan kekasaran permukaan. Hasil pengujian menunjukan bahwa penyemprotan air sebelum perlakuan plasma atmosfer akan meningkatkan kekasaran dari 2,333 μm menjadi 2,525 μm, meningkatkan hidrofilitas dari sudut kontak sebesar 73,94° menjadi 33,96°, dan penurunan puncak pada bilangan gelombang 1030 cm-1 , 1240 cm-1 , dan 1510 cm-1 yang menunjukan adanya gugus C-H pada cincin aromatik dalam syringyl, gugus C-O untuk cincin syringyl dan guaiacyl pada lignin, dan adanya gugus C=C pada cincin aromatik dari lignin. Variasi waktu plasma atmosfer akan meningkatkan kekasaran dari 2,333 μm menjadi 5,097 μm, meningkatkan hidrofilitas dari sudut kontak sebesar 73,94o menjadi 24,87o , dan penurunan puncak pada bilangan gelombang 1030 cm-1 , 1240 cm-1 , dan 1510 cm-1 yang menunjukan adanya gugus C-H pada cincin aromatik dalam syringyl, gugus C-O untuk cincin syringyl dan guaiacyl pada lignin, dan adanya gugus C=C pada cincin aromatik dari lignin. Penelitian ini menunjukan bahwa penyemprotan air sebelum perlakuan plasma atmosfer dan variasi waktu perlakuan plasma atmosfer berpengaruh pada morfologi permukaan, kemampubasahan, dan kekasaran permukaan dari TKKS.

Oil palm is one of the largest plantation commodities from Indonesia that produces waste in the form of oil palm empty fruit bunches (OPEFB) and is the largest contributor to organic waste. OPEFB has high structural complexity that makes it difficult to be processed into value-added chemicals. Therefore, modification or treatment is needed to utilize OPEFB. One way to modify this OPEFB is by performing lignin removal or delignification with the atmospheric plasma treatment method. This research aims to study the effect of water spraying before atmospheric plasma treatment and variations in atmospheric plasma time on surface morphology, wettability, and surface roughness of OPEFB. This research used OPEFB with variable water spraying and time for 15, 30, 45, and 60 seconds. OPEFB that has passed through atmospheric plasma treatment with these variables will pass through a purification process by sonication method in an alkaline solution. Characterization uses Scanning Electron Microscope (SEM), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), contact angle, and surface roughness. The test results show that spraying water before atmospheric plasma treatment will increase the roughness from 2.333 μm to 2.525 μm, increase the hydrophilicity of the contact angle from 73.94° to 33.96°, and decrease the peaks at wave numbers 1030 cm-1 , 1240 cm-1 , and 1510 cm-1 which indicate the presence of C-H groups on the aromatic ring in syringyl, C-O groups for syringyl and guaiacyl rings in lignin, and the presence of C=C groups on the aromatic ring of lignin. Time variation of atmospheric plasma will increase the roughness from 2.333 μm to 5.097 μm, increase the hydrophilicity from a contact angle of 73.94° to 24.87°, and decrease the peaks at wave numbers 1030 cm1 , 1240 cm-1 , and 1510 cm-1 which indicate the presence of C-H groups on aromatic rings in syringyl, C-O groups for syringyl and guaiacyl rings in lignin, and the presence of C=C groups on aromatic rings of lignin. This study shows that water spraying before atmospheric plasma treatment and variations in atmospheric plasma treatment time affect the surface morphology, wettability, and surface roughness of TKKS."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osman Mohammad Saftari
"Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit (TKS) belum dimanfaatkan secara optimal. Tandan kosong memiliki kandungan air hingga 60%. Dalam kondisi kering dengan kadar air kurang dari 40% nilai kalorinya sekitar 2700 kkal/kg. Dalam upaya memberikan nilai tambah terhadap tandan kosong, perlu adanya perancangan bentuk dan dimensi dryer sehingga penyebaran nilai kecepatan dan temperature aliran udara di dalam dryer dapat dicapai sesuai perhitungan agar dapat menurunkan kandungan air tandan kosong yang memiliki aliran massa sebesar 6 ton/jam dari 40% mejadi 30%. Untuk mencapai tingkat kekeringan yang diinginkan, tekanan pada outlet dibuat menjadi 101262.73 Pa dan kepadatan tandan kosong menjadi 2 mm per partikel.

Utilization of Oil Palm Empty Fruit Bunch (EFB) has not been used optimally. Empty fruit bunch has water content up to 60%. In dry conditions with moisture content less than 40%, its calorific value around 2700 kcal/kg. In an effort to provide added value to the empty fruit bunch, it is necessary to design the shape and dimensions of the dryer so that the spread of values of air flow velocity and temperature inside the dryer can be achieved according to the calculation in order to reduce the water content of empty fruit bunches which have a mass flow rate of 6 tons/hour from 40% to 30%. To achieve the desired level of dryness, the pressure at the outlet was made into 101262.73 Pa and the density of empty fruit bunches to 2 mm per particle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuaddilabib Muhammad
"Pencemaran lingkungan merupakan salah satu masalah yang di Indonesia, salah satunya ialah pencemaran lingkungan air oleh zat warna dari industri tekstil dan pakaian. Zat warna merupakan salah satu polutan organik yang keberadaannya sangat berbahaya bagi lingkungan dan ekosistem air karena dapat menyebabkan keracunan, perubahan mutagenik pada makhluk hidup bahkan kematian. Metode adsorpsi dinilai paling efektif untuk mengurangi pencemaran air dan memiliki berbagai macam adsorben dengan penggunaan dan bahan yang mudah serta memiliki nilai efesiensi tinggi. Pada penelitian ini disintesis karbon aktif berasal dari bahan alam, yaitu limbah tandan kosong kelapa sawit yang dimodifikasi ukuran porinya menggunakan silika gel bekas sebagai template dan menggunakan gugus sulfonat di permukaannya. Pada penelitian ini sintesis karbon aktif dengan metode hard template dan untuk pori diisi oleh ekstrak silika dari kaolin. Hasil sintesis diaplikasikan sebagai adsorben dengan methylene blue dan rhodamine B dalam air. Hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, BET, dan SEM-EDX untuk mengetahui ikatan kimia, morfologi, dan luas permukaan. Aplikasi adsorpsi zat warna methylene blue dan rhodamine B mencapai kapasitas adsorpsi maksimum pada pH 9 dan waktu kontak 60 menit pada adsorpsi karbon aktif dan karbon aktif tersulfonasi pada methylene blue dan pada pH 5 dan waktu kontak 60 menit pada adsorpsi karbon aktif dan karbon aktif tersulfonasi.

Environmental pollution is one of the problems in Indonesia, one of which is the pollution of the water environment by dyes from the textile and clothing industry. Dyes are one of the organic pollutants whose existence is very dangerous for the environment and aquatic ecosystems because they can cause poisoning, mutagenic changes in living things and even death. The adsorption method is considered the most effective for reducing water pollution and has various kinds of adsorbents with easy use and materials and has a high efficiency value. In this study, activated carbon was synthesized from natural materials, namely empty palm fruit bunches waste which modified its pore size using used silica gel as a template and using sulfonate groups on its surface. In this study, the synthesis of activated carbon was carried out using the hard template method and the pores were filled with silica extract from kaolin. The result of the synthesis was applied as an adsorbent with methylene blue and rhodamine B in water. Synthesis results were characterized using FTIR, XRD, BET, and SEM-EDX to determine chemical bonding, morphology, and surface area. The adsorption application of methylene blue and rhodamine B dyes achieved maximum adsorption capacity at pH 9 and a contact time of 60 minutes for the adsorption of activated carbon and sulfonated activated carbon on methylene blue and at pH 5 and a contact time of 60 minutes for the adsorption of activated carbon and sulfonated activated carbon.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Sabilillah
"Plastik jenis polietilena menjadi salah satu penyumbang limbah plastik terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Plastik daur ulang dapat dikombinasikan dengan limbah serat kayu untuk membuat komposit termoplastik yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis, seperti Wood Polymer Composite (WPC). Daya rekat antarmuka yang buruk antara pengisi yang bersifat hidrofilik dan matriks yang bersifat hidrofobik menjadi masalah utama terkait dengan campuran komposit termoplastik-kayu. Modifikasi permukaan dengan metode iradiasi gamma dapat menjawab permasalahan tersebut dengan cara menghasilkan radikal bebas yang dapat menginduksi pemotongan rantai atau rekombinasi, percabangan, atau ikatan silang (crosslink). WPC yang digunakan pada penelitian ini terbuat dari matriks recycled-polyethylene (rPE) dan pengisi tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dengan tambahan compatibilizer PE-g-MA melalui iradiasi sinar gamma. rPE yang digunakan berbentuk pellet dan flakes dengan rasio komposisi TKKS sebesar 10%, 20%, dan 30%. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji potensi iradiasi sinar gamma dengan berbagai dosis radiasi dalam meningkatkan sifat mekanik dan termal WPC. Iradiasi sinar gamma dilakukan pada dosis 0, 25, 50, 75, dan 100 kGy dengan laju dosis 3.5 kGy/h menggunakan sumber 60Co. Sifat mekanik dan termal WPC diukur dengan menggunakan universal testing machine (UTM), differential scanning calorimetry (DSC), dan fourier transform infrared (FTIR). Hasil menunjukkan bahwa perilaku mekanis seperti kekuatan tarik dan elongasi saat putus meningkat seiring meningkatnya dosis radiasi, mencapai nilai optimum pada dosis 50 kGy akibat terjadi pembentukan ikatan silang (crosslinking) yang akan mengikat molekul lebih erat satu sama lain sehingga interaksi matriks dan pengisi lebih tinggi dan menjadikan komposit bersifat lebih kompatibel. Terjadi degradasi oksidatif dari proses iradiasi gamma pada dosis 100 kGy yang menimbulkan pemotongan rantai (chain scission) sehingga rantai polimer meleleh pada suhu yang lebih rendah. Efek iradiasi gamma pada rPE merupakan proses oksidatif yang meningkatkan konsentrasi gugus karbonil serta getaran peregangan –OH dari TKKS atau gugus hidroksil yang dapat diperkenalkan pada molekul rPE

Polyethylene plastic is one of the largest contributors to plastic waste in Indonesia, even in the world. Recycled plastics can be combined with waste wood fibers to make useful and economical thermoplastic composites, such as Wood Polymer Composite (WPC). Poor interfacial adhesion between the hydrophilic filler and the hydrophobic matrix is ​​a major problem associated with wood-thermoplastic composites. Surface modification by gamma irradiation method can answer these problems by generating free radicals that can induce chain scission or recombination, branching, or crosslinking. The WPC used in this study is made of recycled-polyethylene (rPE) matrix and empty fruit bunch of oil palm (EFB) filler with the addition of a PE-g-MA compatibilizer through gamma ray irradiation. The rPE used was in the form of pellets and flakes with an EFB composition ratio of 10%, 20%, and 30%. The main objective of this study was to examine the potential of gamma ray irradiation with various radiation doses in improving the mechanical and thermal properties of WPC. Gamma ray irradiation was carried out at doses of 0, 25, 50, 75, and 100 kGy at a dose rate of 3.5 kGy/h using a 60Co source. The mechanical and thermal properties of WPC were measured using a universal testing machine (UTM), differential scanning calorimetry (DSC), and fourier transform infrared (FTIR). The results show that mechanical behavior such as tensile strength and elongation at break increases with increasing radiation dose, reaching the optimum value at a dose of 50 kGy due to the formation of crosslinking which will bind the molecules more tightly so that the matrix and filler interactions are higher and make composites more compatible. Oxidative degradation occurs from the gamma irradiation process at a dose of 100 kGy which causes chain scission so that the polymer chain melts at a lower temperature. The effect of gamma irradiation on rPE is an oxidative process that increases the concentration of carbonyl groups as well as stretching vibrations of –OH from EFB or hydroxyl groups that can be introduced to the rPE molecule."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saeful Pranata
"Bio-oil production from biomass has a disadvantage because it cannot be used as fuel since it contains a lot of oxygenates, so that the heating value is low and cannot be used as fuel. This study aims to generate oil palm empty fruit bunch-based bio-oil with better quality by adding plastic waste so that can produce Bio-oil with qualified specification as a fuel. The method used in this study is slow co-pyrolysis, where a mixture of biomass and plastic materials is pyrolyzed with the heating rate is low (5°C/min). With the addition of plastic, slow pyrolysis will behave like fast pyrolysis in which a high yield of Bio-oil as a result of increased heat transfer from the heater to the reactor for biomass materials. The independent variables in this study are type of plastic (PP and HDPE) and plastic-biomass composition in the mix, while the dependent variables in this study are Bio-oil’s viscosity, color, pH, and yield. In the pyrolysis reactor, plastic materials and biomass are mixed into cracking boat. Biomass, plastics, and Bio-oil produced were analyzed using GC-MS. The result obtained is addition of plastic waste can improve the quality of bio-oil in pH, viscosity, color stability, and oxygenate compounds.

Produksi bio-oil berbasis biomassa memiliki kendala dalam kualitas karena tidak dapat digunakan sebagai bahan bakar karena bio-oil yang dihasilkan masih mengandung banyak oxygenates (senyawa yang mengandung oksigen), sehingga heating value-nya rendah dan belum dapat digunakan sebagai bahan bakar. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bio-oil berbasis tandan kosong kelapa sawit dengan kualitas yang lebih baik melalui penambahan limbah plastik sehingga dapat menghasilkan Bio-oil yang dengan spesifikasi yang sesuai untuk digunakan sebagai bahan bakar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah slow co-pyrolysis, di mana campuran biomassa dan bahan plastik dipirolisis dengan heating rate yang rendah (5oC/menit). Dengan penambahan plastik, slow pyrolysis akan berkelakuan seperti fast pyrolysis di mana yield Bio-oil tinggi sebagai akibat dari peningkatan perpindahan panas dari pemanas pada reaktor ke bahan biomassa. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis plastik (PP dan HDPE) dan komposisi plastik-biomassa dalam campuran (0:100, 10:90, 25:75, 50:50, 75:25, 100:0), sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah viskositas, pH, warna, dan yield Bio-oil. Dalam reaktor pirolisis, bahan plastik dan biomassa dicampur ke dalam cracking boat. Biomassa, plastik, dan Bio-oil yang dihasilkan dianalisis menggunakan GC-MS. Hasil yang didapatkan adalah penambahan limbah plastik dapat meningkatkan kualitas bio-oil dari segi pH, viskositas, kestabilan warna, dan kandungan oksigenat.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S59434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effendy Sutanto
"Kebutuhan furfural di dalam negeri terus meningkat jumlahnya. Furfural banyak digunakan sebagai pelarut dalam industri minyak bumi, pembuatan pelumas, nilon, furfuril alkohol, tetrahidrofuran, industri farmasi herbisida, dan aplikasi pada pewangi. Sampai saat ini kebutuhan furfural di dalam negeri diperoleh melalui impor terutama dari China yang merupakan produsen furfural terbesar di dunia yaitu sekitar 72% produksi furfural dunia. Hal inilah yang mendasari pertimbangan didirikannya pabrik furfural di Indonesia. Dalam perancangan pabrik furfural ini, digunakan bahan baku berupa tandan kosong kelapa sawit karena kandungan hemiselulosa yang cukup tinggi yaitu ± 30%, dan juga ketersediaannya yang melimpah di Indonesia yang mencapai 36,85 juta ton pada tahun 2014. Dengan batasan masalah payback period dibawah 5 tahun, dan nilai IRR di atas nilai MARR yaitu 14%, dilakukan simulasi menggunakan software Superpro Designer Academic License. Hasil simulasi menunjukkan kelayakan pabrik dicapai pada kapasitas produksi furfural 790,31 ton/tahun, dengan nilai ROI 21,64% dan NPV US$ 3.978.000.

The domestic necessity of furfural increases day by day. Furfural is mostly used for solvent in petroleum industry, the manufacture of lubricants, nylon, furfuryl alcohol, tetrahydrofuran, herbicide pharmacy industry, and application on fragrance. So far, the domestic necessity of furfural is acquired by import, especially from China, which is the largest furfural manufacturer that is to say approximately 72% furfural production of the world. This fact underlies a consideration establishing furfural plant in Indonesia. In this scheme of furfural plant, it uses raw material that is called oil palm empty fruit bunches. Oil palm empty fruit bunches is chosen because of containing high level of hemicellulose, which is about 30%, and its abundant availability in Indonesia, which reaches 36,85 million ton in 2014 as well. Simulation is conducted by using Superpro Designer Academic License Software with scope of research payback period under 5 years and IRR value above MARR (14%). This simulation has shown that the eligibility of plant reaches with 790,31 tons/year furfural capacity production, and ROI value 21,64% and NPV US$ 3.978.000.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58689
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mutia Mawaddah
"Sampah plastik merupakan suatu masalah kompleks yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan hidup karena membutuhkan waktu ratusan tahun untuk dapat terurai. Konsep  ekonomi sirkular dianjurkan untuk diterapkan bagi industri kemasan plastik, salah satunya adalah industri AMDK yang mengalami pertumbuhan yang stabil dalam beberapa dekade ini. Namun seiring berjalannya produksi, terdapat limbah sisa lid film yang tidak terlalu diperhatikan. Lid film yang memiliki bahan multilayer (PET/LDPE/LLDPE) dicampur dengan material serat alam untuk memperkuat produk yang berkelanjutan. Serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang merupakan hasil ekstraksi dari kelapa sawit diharapkan mampu menjadi alternatif campurannya karena jumlahnya yang memadai di Indonesia. Untuk menghasilkan karakteristik campuran yang baik tentu tidak terlepas dari sifat pencampurannya. Pada penelitian ini dilakukan proses ekstrusi antara limbah lid film dan serat TKKS untuk mengetahui pengaruh suhu proses (150 oC; 200 oC; 250 oC) dan  komposisi campuran material wt% (30/70; 50/50; 70/30; 100/0). Setelah itu pellet dilakukan karakterisasi meliputi Uji Densitas, FTIR, DSC, TGA, SEM, XRD dan Tensile test. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa suhu ekstrusi sangat berpengaruh terhadap distribusi campuran. Sifat mekanik terbaik didapatkan pada suhu 150 oC karena memiliki kuat tarik yang hampir mirip dengan suhu 250 oC namun energi yang dibutuhkan dalam proses ekstrusi lebih rendah. Komposisi TKKS juga berperan penting dalam formulasi material, pada penelitian ini formulasi TKKS optimal yaitu 30%. Komposisi TKKS yang terlalu tinggi dapat mengurangi kekuatan mekanik karena filler tidak tertanam pada lid film secara menyeluruh.

Plastic waste is a complex problem that can cause damage to the environment because it takes hundreds of years to decompose. The concept of circular economy is recommended to be applied to the plastic packaging industry, one of which is the AMDK industry which has experienced steady growth in recent decades. But as production progresses, there is waste left over from the lid film that is not too much attention. Lid film that has multilayer material (PET/LDPE/LLDPE) is mixed with natural fiber material to strengthen sustainable products. Oil palm empty fruit bunch fiber (OPEFB) which is extracted from oil palm is expected to be an alternative mixture because of the adequate amount in Indonesia. To produce good mix characteristics, it is certainly inseparable from the mixing properties. In this study, an extrusion process was carried out between lid film waste and TKKS fiber to determine the effect of process temperature (150 oC; 200 oC; 250 oC) and the composition of the wt% material mixture (30/70; 50/50;7 0/30; 100/0). After that, pellets are characterized including Density Test, FTIR, DSC, TGA, SEM, XRD and Tensile test. The results of this study show that the extrusion temperature is very influential on the distribution of the mixture. The best mechanical properties are obtained at a temperature of 150 oC because it has a tensile strength that is almost similar to a temperature of 250 oC but the energy required in the extrusion process is lower. The composition of OPEFB also plays an important role in material formulation, in this study the optimal OPEFB formulation is 30%. The composition of EFB that is too high can reduce mechanical strength because the filler is not embedded in the lid film thoroughly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>