Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56270 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lia Citania
"Setiap makna dalam leksem kai memiliki hubungan antarmakna yang masih berhubungan atau berkaitan, hal tersebut dimaknai sebagai polisemi. Ketika leksem kai berpadu dengan leksem lain, kemudian membentuk sebuah kata majemuk, maka makna leksikal kai dapat bertambah di konteks yang lebih luas. Fenomena tersebut disebut sebagai perluasan makna. Sering kali fenomena perluasan makna ini mengakibatkan makna leksikal yang asli dari leksem yang membentuk kata majemuk itu tidak transparan, karena konteks pemakaiannya sudah meluas. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan bahwa makna leksem kai dalam kata majemuk bahasa Madarin, maknanya akan tetap kekal walaupun telah mengalami perluasan makna. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan dijelaskan secara deskriptif, yaitu mendeskripsikan fenomena perluasan makna pada leksem kai. Data yang digunakan berupa makna dan kata majemuk leksem kai dalam kamus Xiandai Hanyu Cidian (2017). Data akan dianalisis menggunakan teori analisis komponen makna Nida (1975) dan tabel persamaan konsep makna untuk mencapai tujuan penelitian. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terjadi pengekalan makna pada setiap kata majemuk yang berpadu dengan leksem kai.

Each meaning of the lexeme kai shows the relationship of meaning between them. A word which has many related meanings is called polysemy. When the lexeme kai combines with another lexeme will form a compound words. The meaning of kai in those compound words will increase and can be used in a wider context. This phenomenon is interpreted as an extension of meaning. Often the original meaning is not transparent anymore because of the widespread usage context. The data are taken from the compound words containing the lexeme kai from Xiandai Hanyu Cidian (2017). This study uses a qualitative descriptive methods by describing the phenomenon of extensional meaning of lexeme kai. This study aims to prove that the meaning of the lexeme kai in compound words remain exist even though it has experienced an expansion of meaning. The data will be analyzed using Nida's (1975) theory of meaning components and the equation table of meaning concepts to achieve the aims of this research. The result shows that the meaning of each compound word of kai lexeme still exists."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Maulina Hidayat
"Wakamono kotoba atau bahasa anak muda merupakan bahasa yang digunakan oleh kaum muda. Salah satu karakteristik yang membedakan wakamono kotoba dengan bahasa Jepang standar adalah adanya perubahan makna. Perubahan ini dapat dilihat melalui salah satu wakamono kotoba, yaitu kata toutoi. Kata toutoi awalnya bermakna ‘suci’, ‘mulia’. Akan tetapi, makna kata toutoi mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pergeseran makna kata toutoi dalam wakamono kotoba. Data penelitian bersumber dari media sosial X. Kuisioner terhadap penutur jati bahasa Jepang juga dibuat untuk membantu analisis makna dari kata toutoi. Hasilnya ditemukan bahwa makna kata toutoi bermacam-macam tergantung konteks yang mengikutinya. Kata toutoi dapat bermakna ‘suka’, ‘terbaik’, ‘luar biasa’, ‘lucu’, ‘terharu’, ‘hebat’, ‘sempurna’, serta ‘senang’. Selain itu, ditemukan variasi kata toutoi yang telah mengalami perubahan secara morfologis dan fonologis, yaitu (i) toutoi, (ii) toutoiiii, (iii) teetee, (iv) toutoshi, (v) touto, serta toutoi yang berkolokasi dengan (i) nomina dan (ii) verba. Kata toutoi juga dapat digunakan sebagai adverbia.

Wakamono kotoba or youth language is a language used by young people. One of the characteristics that distinguishes wakamono kotoba from standard Japanese is the change in meaning. This change can be seen through one example of wakamono kotoba, the word toutoi. The word toutoi originally meant ‘holy’, ‘noble’. However, the meaning of the word toutoi has changed over time. This research aims to explain the shift in the meaning of the word toutoi in wakamono kotoba. The data in this research was sourced from social media X. A questionnaire for Japanese native speakers was also created to help analyse the meaning of the word toutoi. The result shows that the meaning of the word toutoi varies depending on the context that follows. The word toutoi can mean ‘like’, ‘best’, ‘marvellous’, ‘cute’, ‘moved’, ‘amazing’, ‘perfect’, and ‘happy’. In addition, there are variations of the word toutoi that have undergone morphological and phonological changes, namely (i) toutoi, (ii) toutoiiii, (iii) teetee, (iv) toutoshi, (v) touto, and toutoi that collocate with (i) nouns and (ii) verbs. The words toutoi can also be used as an adverb."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Febiola
"Polisemi merupakan keadaan di mana suatu kata/leksem memiliki lebih dari satu makna yang berkaitan. Bahasa Mandarin adalah bahasa yang berlimpah dengan kata berpolisemi (多义词), salah satunya leksem/kata 发 fā. Penelitian ini membahas makna dasar dan makna perluasan leksem 发 fā, dan sumbangsih makna pada kata majemuk/frase yang mengandung leksem 发 fā melalui analisis komponen makna oleh teori Nida (1975). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dari sumber data utama 现代汉语词典 Xiàndài Hànyǔ Cídiǎn (Kamus Bahasa Cina Modern). Data yang dihimpun adalah 16 makna leksem 发 fā dan 24 kata majemuk atau frase yang mengandung leksem 发 fā. Dari hasil analisis ditemukan komponen bersama (common component) yang mengaitkan keseluruh makna-makna yang dimiliki leksem 发 fā adalah komponen [+perbuatan] [+perubahan keadaan]. 24 data kata majemuk atau frase juga diklasifikasikan berdasarkan sumbangsih salah satu dari 16 makna leksem 发 fā. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa makna leksem 发 fā dikekalkan pada setiap kata majemuk/frase yang mengandung leksem 发 fā.

Polysemy is a condition in which a word/lexeme has more than one related meanings. Mandarin is a language that has abundant of polysemous words (多义词), one of which is lexeme 发 fā. This paper discuss the core meaning and the extension meanings of lexeme 发 fā, and the meaning contribution in compound words/phrases that contain lexeme 发 fā through the componential analysis of meaning by Nida’s theory (1975). The research method used is descriptive qualitative method from the main data source 现代汉语词典 Xiàndài Hànyǔ Cídiǎn (Contemporary Chinese Dictionary). The collected data are 16 meanings of lexeme 发 fā and 24 compound words or phrases that contain lexeme 发 fā. The result of the analysis found that the common component that links all the meanings of lexeme 发 fā are [+action] [+change of state]. 24 compound words or phrases are also classified based on the contribution of one of the lexeme 发 fā’s 16 meanings. This study also found that the meaning of lexeme 发 fā is retained in every compound word/phrase that contains lexeme 发 fā."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Indah Kartika
"Penelitian ini membahas tentang idiom-idiom dalam bahasa Rusia yang menggunakan kata ‘jiwa’. Kata ‘душа / duša / jiwa’ memiliki makna mendalam untuk mengungkapkan sikap, nilai, dan harapan bangsa Rusia. Data yang digunakan berasal dari buku elektronik berjudul A Book of Russian Idioms Illustrated yang ditulis oleh Dubrovin tahun 1980. Penelitian ini bertujuan menjelaskan makna idiom-idiom dalam bahasa Rusia yang menggunakan kata ‘jiwa’ melalui skema citra. Penelitian ini menggunakan teori metafora konseptual oleh Lakoff dan Johnson (2003) dan teori skema citra oleh Croft dan Cruse (2004). Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. Hasil dari penelitian ini, yaitu jenis metafora mendominasi adalah metafora orientasional, sedangkan jenis skema citra yang mendominasi adalah space dan container.
This study discusses the idioms in the Russian language using the word ‘soul’. The word ‘душа / duša / soul’ has a deep meaning to express the attitudes, values and hopes of the Russian nation. The data used is from an electronic book entitled A Book of Russian Idioms Illustrated written by Dubrovin in 1980. This study aims to explain the meaning of idioms in Russian using the word 'soul' through image schema. This study uses the conceptual metaphor theory by Lakoff and Johnson (2003) and image schema theory by Croft and Cruse (2004). The method used is descriptive analysis. The results of this study are the most common type of metaphor found is orientational metaphor, while the dominating types of image schemes are space and container."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanthi Fatwasuci
"Skripsi ini membahas komponen makna kata negara dan negeri dalam bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi 2008 digunakan sebagai korpus utama. Selain itu, peneliti menggunakan novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye sebagai korpus tambahan. Peneliti bertujuan untuk menentukan komponen makna yang dimiliki kata negara dan negeri dan menguraikan relasi makna antara kata negara dan negeri. Teori yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain teori analisis komponen makna, teori dekomposisi leksikal, teori relasi makna, dan teori ranah makna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa negara memiliki tujuh belas komponen makna dan negeri delapan komponen makna. Relasi makna kata negara dan negeri merupakan sinonimi dekat.

This thesis discusses the component of meaning from the words negara dan negeri in Indonesian language. The 2008 edition of Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) was used as main corpus. Besides, a novel called Negeri di Ujung Tanduk by Tere Liye used as additional corpus on this thesis. The purposes of this thesis are to determine the component of meaning that belongs to negara and negeri and to describe the meaning of relation between negara and negeri. The theories that was used o achieved that purpose are the theory of analyzed component of meaning, the theory of the decomposition of lexical, the theory of meaning relation, and the theory of domain of meaning. The result shows that negara has seventeen of the component of meaning, and negeri has eight of it. The meaning of relation from negara and negeri is a near synonymy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur suprasegmental bahasa apa saja yang dapat mempengaruhi perubahan ton di silabe terakhir dalam kalimat bahasa Mandarin dan menganalisis seberapa besar perubahan ton yang terjadi pada silabe terakhir tersebut. Data penelitian diperoleh dari buku ajar Hanyu Jiaocheng 1-3. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan eksperimental yang menggunakan aplikasi Praat sesuai dengan ancangan IPO yakni ancangan pada sinyal akustik sampai analisis parameter akustik ujaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan fonetik akustik untuk menganalisis fenomena perubahan ton dan unsur suprasegmental. Berdasarkan analisa yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa intonasi dari jenis kalimat membawa pengaruh signifikan terhadap terjadinya fenomena perubahan ton pada silabe akhir dalam kalimat bahasa Mandarin. Kehadiran intonasi kalimat mampu mempengaruhi ton silabe akhir kalimat bahasa Mandarin menjadi lebih menaik atau menurun dari kontur ton awal dan turut mempengaruhi fitur suprasegmental yang terkandung.

This analysis aims to find out which suprasegmental features of a language could affect the tonal changes at the final syllable in Chinese sentences and also to analyze how much of tonal changes occurred. The data samples in this research is obtain from Hanyu Jiaocheng 1-3. This analysis uses a qualitative method with an experimental approach which utilizes the Praat application following the IPO approach, namely the approach to the acoustic signal to the analysis of the acoustic parameters of speech. This analysis uses an acoustic-phonetic approach to analyze the phenomenon of tonal changes and their suprasegmental features. Based on the analysis, it can be concluded that the intonation of the type of sentence has a significant influence on the final syllable tonal changes phenomenon. The presence of sentence intonation could affect the Chinese sentence final syllable tones resulting in a higher or lower pitch than its initial pitch contour, and affect the other suprasegmental features it contains. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziyah Yasmin
"Leksem guò dalam bahasa Mandarin merupakan salah satu leksem yang memiliki beberapa makna yang masih saling berhubungan. Keterhubungan antarmakna tersebut disebabkan karena beberapa komponen makna yang dikandung dalam makna-makna leksem guò masih sama. Selanjutnya, leksem guò akan bergabung dengan leksem lain membentuk kata majemuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumbangan komponen makna leksem guò dalam kata majemuk yang diawali dengan leksem guò. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, 7 makna leksem guò dan 14 kata majemuk yang mengandung leksem guò dalam kamus Xiandai Hanyu Cidian (2016) edisi ke-7 dianalisis komponen maknanya dengan menggunakan teori Analisis Komponen Makna oleh Nida (1975) dan selanjutnya dipaparkan secara deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa sumbangan makna leksem guò kepada 14 kata majemuk yang mengandung leksem guò adalah [+perbuatan], [+pindah], dan [+perubahan keadaan].

Leksem guò dalam bahasa Mandarin merupakan salah satu leksem yang memiliki beberapa makna yang masih saling berhubungan. Keterhubungan antarmakna tersebut disebabkan karena beberapa komponen makna yang dikandung dalam makna-makna leksem guò masih sama. Selanjutnya, leksem guò akan bergabung dengan leksem lain membentuk kata majemuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumbangan komponen makna leksem guò dalam kata majemuk yang diawali dengan leksem guò. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, 7 makna leksem guò dan 14 kata majemuk yang mengandung leksem guò dalam kamus Xiandai Hanyu Cidian (2016) edisi ke-7 dianalisis komponen maknanya dengan menggunakan teori Analisis Komponen Makna oleh Nida (1975) dan selanjutnya dipaparkan secara deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa sumbangan makna leksem guò kepada 14 kata majemuk yang mengandung leksem guò adalah [+perbuatan], [+pindah], dan [+perubahan keadaan]."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gyva Dwi Cahyani
"Sebagian besar kata dalam bahasa Mandarin merupakan kata majemuk, bahkan beberapa ahli menyebut bahasa Mandarin sebagai language of compound words atau bahasanya kata majemuk. Salah satu jenis kata majemuk yang sangat unik adalah kata majemuk berantonimi, yaitu sekelompok kata majemuk yang terdiri dari dua morfem yang memiliki arti saling bertentangan atau berantonimi. Jenis kata majemuk ini memilik posisi khusus dalam sistem kosakata bahasa Mandarin dan sangat menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan definisi yang lebih luas mengenai kata majemuk berantonimi, kemudian mengklasifikasikan kata majemuk berantonimi berdasarkan tipe konstruksinya, hubungan antarmorfemnya, dan tipe maknanya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Pelaksanaan metode ini ditempuh melalui tahap pengumpulan data, penganalisisan data, dan penyajian hasil analisis data. Hasil yang diperoleh adalah kata majemuk berantonimi memiliki ciri-ciri : merupakan kata disilabis yang konstituennya merupakan kata dasar; jenis kelas katanya adalah nomina, verba, adjektiva, adverbia dan pronomina; morfem yang menjadi konstituennya memiliki hubungan antonim; tipe makna kata majemuk berantonimi adalah makna idiomatis dan non-idiomatis.

The majority of Mandarin words are compounds, moreover many linguists regard modern Mandarin as `a language of compound words`. Among compounds, there is a special kind of compounds called antonymous compound. It made up of two antonymous morphemes. This kind of compound occupy a special position in the Mandarin vocabulary system.  This study aims to provide a broad definition of antonymous compounds and describe the characteristics of this kind of compound based on its constituent elements, construction of compound words, the antonym relation between morphemes of its constituens, as well as the meaning type of compound. The research method used is descriptive qualitative research method. The implementation of this method is achieved through the stage of providing data, analyzing data, and presenting the results of data analysis. The results of this study can be summarized as follows:   antonymous compound words in Mandarin  has a number of characteristics that is: the word is disyllabic and made up by two content words; the compound word class are verb, noun, adjective, adverb and pronoun; the morphemes have an antonymous relation; and the meaning type of antonymous compound are idiomatic and non-idiomatic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Dwi Cahyani
"Kata wei dalam bahasa Mandarin merupakan kata yang berhomonimi, artinya kata
tersebut memiliki lebih dari satu fungsi dan makna yang tidak saling berhubungan. Perbedaan fungsi dan makna kata wei juga mempengaruhi perbedaan ton pada kata tersebut, satu dilafalkan dengan ton wei dan yang lainnya dengan ton wi. Perbedaan
ini seringkali menimbulkan kesulitan bagi pembelajar bahasa Mandarin. Pembelajar sulituntuk menentukan wei mana yang muncul dalam sebuah teks, apakah wei atau wi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mempermudah pembelajar membedakan antara wei atau wi berdasarkan ciri sintaktisnya. Untuk mengetahui karakteristik dari setiap kata wei dilakukan sebuah analisis sintaksis terhadapsekumpulan kalimat contoh yang mengandung kata 为, yakni dengan melihat unsur-unsurpendamping 为di depan maupun di belakangnya. Dengan cara demikian baru dapatditentukan 为mana yang diacu; apakah 为wéi atau 为wѐi. Sumber data diperoleh darikalimat-kalimat yang mengandung kata 为yang muncul pada buku ajar Hanyu Jiaocheng jilid 1-6 dan buku Hanyu Yuedu Jiaocheng jilid 1-3. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 为 wéi merupakan preposisi yang memberikan keterangan bagi kalimat, sedangkan 为wéi merupakan verba yang menyatu dengan predikat. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif kualitatif.
The word 为(wei) in Mandarin is a monumental word, meaning that the word has more than one unrelated function and meaning. The difference in function and meaning of the word 为 also affects the difference in tone of the word, one is pronounced with 阳平(wei) tone and the other with 去声(w i). This difference often creates difficulties for Chinese learners. Learners find it difficult to determine which 为appears in a text, whether 为wei or 为w i. Therefore, we need a study that aims to facilitate students to distinguish between 为wei or 为w i based on syntactic characteristics. To find out the characteristics of each 为a syntactic analysis of a set of example sentences containing the word 为is carried out, by looking at the accompanying elements 为in front of and behind it. In this way it can only be determined which 为is referred to; whether 为wei or 为w i. The data source is obtained from sentences containing the word 为which appears in textbooks Hanyu Jiaocheng volumes 1-6 and Hanyu Yuedu Jiaocheng volumes 1-3. From the results of the study note that 为wei is a preposition that provides information for sentences, while 为wei is a verb that blends with the predicate. The results of the study are presented in a descriptive qualitative manner."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Agustini
"Bahasa Mandarin merupakan nama yang dikenal luas di dunia internasional yang ditujukan kepada bahasa nasional Republik Rakyat Cina (RRC). Mandarin adalah istilah yang lazim di dunia Barat, berasal dari kata mandarim dalam Bahasa Portugis. Istilah ini berasal dari kata mantri dalam Bahasa Melayu yang berarti 'menteri'. Kata mantri berasal dari Bahasa Sanskerta mantrin yang berarti 'penasihat'. Kata Mandarin merupakan terjemahan dari Guanhua yang berarti 'bahasa pejabat'.
Pada mulanya istilah itu digunakan untuk menunjuk bahasa para pejabat pemerintah di ibu kota Beijing. Dalam perkembangan selanjutnya, Bahasa Mandarin memakai dialek dari Baifang Fangyan 'Bahasa Daerah Utara' atau 'Bahasa Utara' sebagai lafal bakunya, sehingga Bahasa Utara inilah yang disebut Bahasa Mandarin (Kamus Mandarin Indonesia 1997: xlv). Di RRC Bahasa Mandarin dikenal dengan istilah Putonghua'Bahasa Umum'.
Peresmian nama ini dilakukan pada Konferensi Teknis Tentang Pembakuan Bahasa Nasional bulan November 1955. Bahasa yang sudah dibakukan ini menggunakan lafal dialek Beijing Beijing hua ) sebagai lafal baku, tata bahasa dari bahasa daerah Cina Utara (Beijing fangyan) sebagai tata bahasa baku, dan kosa kata modern dari kesusaateraan Cina sebagai kosa kata baku.
Pada awal tahun 1950-an Taiwan juga mengadopsi kebijakan untuk menyeragamkan bahasa berdasarkan dialek Beijing. Bahasa yang telah diseragamkan ini dikenal dengan istilah Guoyu 'Bahasa Nasional'. Baik RRC maupun Taiwan menggunakan istilah yang berbeda untuk menyebut bahasa nasionalnya, tetapi pada dasarnya kedua istilah merujuk pada bahasa yang sama, yaitu Bahasa Mandarin (Li & Thompson 1981:1)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S12498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>