Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77436 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saad abdurrahman Fakhry
"Teknologi Radio Frequency Identification (RFID) adalah teknologi telekomunikasi nirkabel yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik frekuensi radio untuk mendeteksi sebuah tag khusus untuk mengirim dan menerima data tanpa bersentuhan. RFID dapat digunakan dalam aplikasi sistem monitoring pasien secara jarak jauh dan real time. Untuk itu dirancang sebuah antena tag RFID yang dapat berkomunikasi pada frekuensi yang dialokasikan untuk RFID di Indonesia yaitu 924 MHz. Antena ini akan diimplan kedalam lengan pasien diantara lapisan kulit dan lemak. Antena yang dirancang berbentuk dipole dengan kombinasi bentuk helical dan folded. Antena kemudian diinsulasi menggunakan silicone untuk mengurangi Specific Absorption Rasio (SAR) dan diimplan ketubuh pasien. Untuk mengetahui karakteristik dan parameter-parameter maka antena disimulasi dengan menggunakan model lengan manusia dengan tipe phantom homogen di frekuensi 924 MHz dan dilakukan fabrikasi antena dan pengukuran menggunakan model phantom liquid di frekuensi 924 MHz. Simulasi dilakukan menggunakan software CST. Setelah disimulasikan didapat bahwa Antena memiliki gain sebesar -15.92 dB dan dengan bandwidth 852.44 MHz – 1006,8 MHz sebesar 154.36 MHz. Dan setelah antena difabrikasi dan diukur didapat bandwidth 844 – 964 MHz. sebesar 120 MHz.

Radio Frequency Identification (RFID) is a wireless telecommunication technology that utilizes electromagnetic waves (EM) at a radio frequency to detect a special tag to transmit and receive data without touching. RFID can be applied in long-distance and real-time patient monitoring system. For this reason, an RFID tag antenna is designed that can communicate at the allocated frequency for RFID in Indonesia at 924 MHz. This antenna will be implanted into the patient’s arm between the skin layer and the fat layer. The designed antenna is a dipole antenna with combination of helical and folded antenna. The Antenna then insulated using silicone to reduce Specific Absorption Ratio (SAR) and implanted in patient’s body. To find out characteristics and parameters of the designed antenna, the antenna is simulated using a human arm model with homogenous phantom at a frequency of 924 MHz and the antenna is fabricated and measured using a tissue equivalent liquid phantom at a frequency of 924 MHz. The simulation is done using CST software. After simulation, it is found that the antenna has a gain of -15.92 dB and a bandwidth of 154.36 MHz from 852.44 MHz to 1006.8 MHz. After fabrication and measurement, it is found that the antenna has a bandwidth of 120 MHz from 844 – 964 MHz."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwyan Zakaria
"Terdapat banyak antena RFID yang sudah dikembangkan saat ini dengan berbagai macam frekuensi kerja dan kegunaannya karena manfaatnya yang besar bagi manusia di masa mendatang. Antena RFID dapat menyediakan sistem pemantauan secara real-time untuk aplikasi di bidang biomedis dan juga pemantauan posisi manusia di dalam lingkungan indoor. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun antena RFID implan tipe dipole yang berbentuk helix yang memiliki frekuensi kerja di 923-925 MHz, sesuai dengan regulasi alokasi frekuensi RFID di Indonesia. Setelah menghitung link budget untuk menilai kemungkinan transmisi sinyal, antena dirancang dengan simulator berbasis analisa gelombang elektromagnetik (EM) dalam sebuah model sederhana perumpamaan lengan manusia (phantom) yang telah ditambahkan sebuah pembungkus berbahan silika. Agar kinerja antena hasil simulasi dapat diverifikasi validitasnya, maka uji parameter antena dilakukan dengan mengeluarkan antenna dari phantom dan pembungkus silika untuk menguji parameter antena tersebut di medium udara bebas. Pada medium udara bebas, didapatkan frekuensi resonansi antena di 2,259 GHz sesuai dengan hasil simulasi, dengan nilai return loss sebesar -20.276 dB dan input impedance sebesar 40.407 ohm.

Several existing RFID antennas with various operating frequency and its applications have been developed due to their future benefits for human beings. RFID antennas can provide real-time monitoring for biomedical applications andmonitoring the position of human in a hospital or home/indoor environment. The purpose of this study is to build an implanted RFID antenna dipole helix with operating at frequency 924 ? 925 MHz in accordance with the regulation of RFID frequency in Indonesia. Having calculated the link budget for possibility of communication, the antenna is designed with electromagnetic (EM) field simulator in a simple model of human environment. In order to verify the antennas, then the parameters of the antenna must be test by removing the phantom and silica from the implanted helical dipole antenna. As the result of the simulation and measurement, the antenna is working well at resonant frequency at 2.259 GHz in free space medium, as it is provided by the simulation result, with return loss and input impedance antenna -20.276 dB and 40.407 ohm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43030
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarto
"Penelitian ini mengajukan rancang bangun antena slot microstrip multiband pada frekuensi 924 MHz, 1800 MHz, 2450 MHz dan 5800 MHz untuk Aplikasi RFID dan komunikasi pita lebar. Antena dirancang menggunakan perangkat lunak berbasis Finite Integration Technique (FIT), dengan teknik pencatuan saluran mikrostrip 50 Ω. Antena dibuat pada substrate FR4 dengan ukuran 95 x 85 x 1.6 mm3. Pada perancangan ini antena dibentuk dari slot persegi panjang dikombinasikan dengan strip bentuk U dan L pada sebuah patch persegi panjang agar dapat menghasilkan empat pita frekuensi. Prototipe antena ini telah difabrikasi untuk dilakukan validasi melalui pengukuran.
Hasil pengukuran menunjukkan karakteristik multiband pada pita frekuensi 924 MHz, 1800 MHz, 2450 MHz dan 5800 MHz. Pada standar bandwidth di S11 = -10 dB, antena menghasilkan bandwidth antara 923 s.d. 925 MHz pada frekuensi resonansi 924 MHz, antara 1700 s.d. 1900 MHz pada frekuensi resonansi 1800 MHz, antara 2400 s.d 2485 MHz pada frekuensi resonansi 2450 Mhz dan antara 5725 s.d 5875 MHz pada frekuensi resonansi 5800 Mhz. Hasil pengukuran antena menunjukkan karakteristik pola radiasi menyerupai hasil simulasi pada empat pita frekuensi yang diajukan pada perancangan antena ini.

This research proposes design of multiband microstrip slot antenna at the frequency of 924 MHz, 1800 MHz, 2450 MHz and 5800 MHz aiming at RFID applications and broadband communications. The antenna is designed by using a commercial software based on the Finite Integration Tecnique (FIT), with 50 Ω microstrip line feeding technique. The antenna is designed on FR4 substrate with the size of 95 x 85 x 1.6 mm3. In this design, the slot antenna is formed by rectangular slots combined with U and L shape strip combination on a rectangular patch in order to obtain four frequency bands. The prototype antenna has been fabricated for basic validation by conducting measurement.
The measurement results show that the multiband characteristics occur at the frequency bands 924 MHz, 1800 MHz, 2450 MHz and 5800 MHz. As for the standard -10 dB impedance bandwidth, the antenna provides bandwidth between 923 to 925 MHz at 924 MHz resonant frequency, between 1700 to 1900 MHz at 1800 MHz resonant frequency, between 2400 to 2485 MHz at 2450 MHz resonant frequency and between 5725 up to 5875 MHz at 5800 MHz resonant frequency. The measurement results show that the antenna radiation patterns agree with the simulation results at each frequency band as it has been proposed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhi Mahendra
"Salah satu tantangan utama dalam dunia telekomunikasi adalah menyediakan jasa Iayanan data berkecepatan tinggi. Kondisi keadaan pada saat ini, dengan teknologi broadband wireless yang ada dapat memberikan suatu cakupan area yang luas serta mampu dalam layanan data berkecepatan tinggi yang mengaplikaslkan multimedia.
Salah salu upaya untuk menyediakan jasa layanan data berkecepatan tinggi adalah dengan melakukan teknik diversitas Dimana dalam hal ini adalah teknik diversitas yang dilakukan adalah teknik divertisitas ruang (Space diversity technique).
Dalam tesis ini dilakukan simulasl teknik Space Time Block Coding (STBC) dan Space Frequency Block Coding (SFBC). Simulasi yang dilakukan adalah dengan memakai teknik pemancar tunggal clan pemancar ganda serta teknik penerima tunggal dan ganda.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa teknik space time coding dan space frequency block coding dengan memakai teknik pemancar dan penerima ganda memiliki perfomansi yang balk dibandinkan memakai teknik pemancar tunggal penerima ganda atau sebaliknya.

One of the main challenge in telecommunication is to provide high speed data services. ln this recent condition, the broadband wireless technology could provide high scope coverage area and able to provide high speed data services using multimedia applications.
One of the efforts to proved high speed data services is to diversity technique, which means that we use space diversity technique.
ln this theses, we would use technique simulation space time block coding (STBC) and space frequency block coding (SFBC). ln this simulation we use single transmitter technique and multiple transmitter technique; we also use single receiver and multiple receiver technique.
This test result showed that using double transmitter and receiver technique in space time block coding technique and space frequency block coding will have a better performance compare to using single transmitter technique multiple receiver or on the contrary."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Neforawati
"Dalam beberapa tahun ini, minat dalam pencapaian pengkodean suara toll-quality pada data laju kurang atau sama dengan 4 kbps makin meningkat. Penerapan speech coding yang semakin meluas, seperti pada jaringan nirkabel ketiga dalam sistem LEO (Low Earth Orbit), mendorong dilakukannya penelitian-penelitian. Kualitas pengkodean suara berbasis CELP (Code Excited Linier Prediction) menurun dengan cepat pada laju data 6 kbps, sehingga kurang sesuai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. ITU (International Telecommunication Union) juga belum menetapkan standar pengkode suara untuk data 4 kbps dengan kualitas toll, sehingga penelitian di bidang ini masih terbuka. Salah satu kandidat pengkode suara untuk memenuhi kebutuhan di atas ialah Wave Interpolation Coder (WIC/Pengkode Interpolasi Gelombang). Pengkode ini pertama kali dikembangkan di AT&T pada tahun 80-an.
Tujuan utama tesis ini ialah untuk meningkatkan kinerja pengkode WI dengan meningkatkan kineija pitch estimator. Pada tesis ini akan diujikan pitch estimator usulan yang dikembangkan dari pitch estimator rekornendasi ITU-T G.729 dan EVRC. Kinerja pengkode WI disimulasikan dengan menggunakan bahasapemprograman Matlab. Simulasi yang dilakukan meliputi pengukuran level SQNR, level segSNR dan rekonstruksi sinyal suara. Pada level SQNR didapatkan harga rata-rata negatip dan level segSNR menpunyai harga kurang dari 5 db , hal ini menunjukkan kinelja WIC lebih ditentukan oleh periodesitas sinyal. Rekonstruksi sinyal menunjukkan hasil yang lebih baik dengan menggunakan filter pitch. Hasil simulasi dengan menggunakan estimator pitch rata-rata menunjukkan peningkatan meskipun tidak signifikan.

Recently the interest of speech code achievement of near-toll-quality at rates of 4 kbps or below increases. The application of speech coding, such as third generation wireless network and Low Earth Orbit (LEO) as well has encouraged the motivation research in this field. In fact, the Quality based on Code Excited Linear Prediction (CELP) ,decreasing at rates 6 kbps and not appropriate with this need. Speech coding standard for the rates of4 kbps and below hasn't obtained recommend ITU-T, and the research in this field is still open. One of the candidates to fulfill that Waveform Interpolation (WI) coder, the code was developed at the first time by AT & T in l980.
The primary objective of this research is to increase of WI code by developing pitch estimator performance. In this research will test the proposed of pitch estimator which developed by from pitch estimator recommended by ITU-T G.729 and EVRC. Simulation performance WIC used MATLAB program, and will be measure SQNR level , segSNR level, and speech reconstruction is analyze. The result of SQNR level giving average negative value and segSNR level have less than 5 dB, this is proved that WIC performance more depend of signal periods not power level.Signal reconstruction used pitch estimator which proposed and pitch filter look more better than another both pitch estimator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almer Rashad
"Saat ini, pemanfaatan wireless power transfer untuk menyediakan daya bagi implan medis menjadi krusial dalam meminimalisasi tindakan operasi berulang yang diperlukan untuk penggantian baterai. Akan tetapi sistem Wireless Power dan Data Transfer (WPDT) konvensional memiliki dua koil induktif, sehingga diperlukan rangkaian yang kompleks dan area besar. Pada penelitian ini, diusulkan rangkaian pemancar WPDT koil tunggal dengan modulasi amplitudo shift keying (ASK) yang yang compact dan mampu menghasilkan efisiensi tinggi. Dua buah kapasitor parallel yang dirangkai seri dengan koil pemancar memungkinkan operasi transfer daya dan data berada pada kondisi optimal. Uji coba rangkaian pada level PCB memperoleh efisiensi sebesar 40,47% dan dapat ditingkatkan hingga 96,44% dengan rentang frekuensi 8,5 MHz hingga 11,5 MHz.

Currently, the utilization of wireless power transfer to provide power for medical implants is crucial in minimizing the need for repeated surgical procedures for battery replacement. However, conventional Wireless Power and Data Transfer (WPDT) systems have two inductive coils, requiring complex circuitry and a large area. In this study, a single-coil WPDT transmitter circuit with amplitude shift keying (ASK) modulation is proposed, which is compact and capable of achieving high efficiency. Two parallel capacitors connected in series with the transmitter coil enable power and data transfer operations to be in optimal condition. Circuit testing at the PCB level achieved an efficiency of 40.47% and can be improved up to 96.44% within the frequency range of 8.5 MHz to 11"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raja Lumayang
"Perangkat implan medis memainkan peran penting sebagai perangkat medis karena manfaatnya dalam memantau dan mendeteksi gejalan penyakit. Pada perangkat implant medis yang bekerja secara nirkabel, dibutuhkan Wireless power dan data transfer (WPDT) sebagai alat komunikasi berdaya rendah antara implan dengan penerima di luar tubuh pasien. Namun, topologi rangkaian WPDT yang sederhana masih menjadi tantangan karena rangkaian WPDT yang sudah dikembangkan sebelumnya masih menggunakan rangkaian yang kompleks dengan dua tautan daya induktif untuk pengiriman daya dan data secara terpisah. Pada penelitian ini diusulkan rangkaian WPDT yang dapat mengirim daya dan data pada satu tautan daya induktif yang sama dengan menggunakan teknik modulasi amplitude-shift keying (ASK) sebagai metode pengiriman data. Pada rangkaian yang diajukan, tingkat efisiensi yang didapat sebesar 40,2% dengan daya terkirim ke beban sebesar 51,5 mW. Pada frekuensi pengiriman data 1 MHz; 1,5 MHz; dan 2 MHz bit error rate (BER) yang terukur kurang dari 10-8.

Medical implant devices play an important role as medical devices due to their benefits in monitoring and detecting disease conditions. In wireless medical implant devices, Wireless power and data Transfer (WPDT) is required as a low-power communication tool between the implant and an external receiver outside the patient's body. However, the simplicity of WPDT circuit topology remains a challenge as previously developed WPDT circuits still use complex circuits with two separate inductive power links for power and data transmission. This research proposes a WPT circuit that can transmit power and data over the same inductive power link using the Amplitude-Shift Keying (ASK) modulation technique as the data transmission method. In the proposed circuit, the achieved efficiency level is 40.2% with a power delivered to the load of 51.5 mW. At data transmission frequencies of 1 MHz, 1.5 MHz, and 2 MHz, the measured Bit Error Rate (BER) is less than 10-8"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Santoso
"Implementasi Jaringan Tetap Akses Nirkabel (FWA) sejak tahun 2002 telah meningkatkan penetrasi telepon tetap dari 3 % pada tahun 2002 menjadi 9 % pada tahun 2007. Layanan FWA telah berkembang menjadi layanan yang mirip dengan Layanan Telepon Bergerak Seluler (Layanan Seluler) baik dari segi fitur maupun cakupan geografisnya. Sehingga Layanan FWA dianggap menjadi pesaing langsung Layanan Seluler. Pengenaan BHP Frekuensi kepada Penyelenggara FWA yang jauh lebih rendah dari Penyelenggara Layanan Seluler telah menciptakan kompetisi yang tidak seimbang.
Berdasarkan hasil perhitungan tarif pungut Bakrie Telecom dan Telkom FWA terlihat bahwa tarif yang diberlakukan jauh dibawah tarif Layanan Seluler. Namun tarif FWA masih menghasilkan margin keuntungan yang mencukupi dibandingkan dengan penyelenggara telekomunikasi lainnya di Indonesia dan negara lain. Dengan melakukan simulasi kenaikan BHP Frekuensi FWA sampai pada tingkat yang sama dengan Layanan Seluler, ternyata masih menghasilkan margin keuntungan yang baik yang ditunjukkan oleh Margin Laba Operasi sebesar 20 % hingga 34 % dan EBITDA Margin sebesar 38 % hingga 45 % . Sedangkan jika margin keuntungan saat ini tetap dipertahankan, maka akan terjadi kenaikan tarif pungut 6 % sampai 9 %.
Berdasarkan hasil simulasi dapat dilihat bahwa kenaikan BHP Frekuensi FWA tidak membawa dampak bisnis yang buruk bagi kondisi penyelenggaraan FWA. Apalagi jika mempertimbangkan pertumbuhan trafik layanan FWA sebesar lebih dari 66 %, pertumbuhan basis pelanggan lebih dari 52 % dan pertumbuhan pendapatan lebih dari 23 %, maka tingkat keuntungan akan terus bertambah. Namun demikian yang lebih penting adalah besaran BHP Frekuensi yang tepat akan menciptakan kompetisi yang seimbang dan mendorong penggunaan frekuensi lebih efisien, sehingga memberikan manfaat yang sebesar ? besarnya bagi masyarakat sebagai stakeholder yang terpenting.

The implementation of Fixed Wireless Access Network (FWA) since 2002 has increased the fixed telephone penetration from 3% in 2002 to 9 % in 2007. The FWA services have been extending to become similar with Cellular Mobile Telephone Services (cellular services) in term of features and geographical coverage. Therefore the FWA services are considered as direct competitor to the cellular services. The much lower frequency usage right fee for FWA providers compared to cellular service providers has created unequal competition.
Based on the retail tariff calculation result for Bakrie Telecom and Telkom FWA, the applied rates are much lower than the cellular services rates. However, the FWA services rates are still providing adequate profit margins compared with other telecommunications service providers in Indonesia and other countries. By performing a simulation of raising FWA frequency usage right fee to the same level with cellular services, it still results an adequate profit margins as indicated by operating income margin of 20 % - 34 % and EBITDA Margin of 38 % - 45 %. Whereas if the current profit margin is still maintained, they have to raise retail tariff to 6 % - 9 %.
According to the simulation results it can be observed that raising the FWA frequency usage right fee does not cause unacceptable business impact to their service provision. Moreover considering the FWA services traffic growth more than 66 %, the subscriber base growth more than 52 % and the revenue growth more than 23 %, the profit margin will grow continuously. However more importantly, an equitable frequency usage right fee will create a fair competition and promote more efficient frequency usage, so that it will provide maximum benefit to the people being the most important stakeholder."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24266
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Chusri Haryanti
"Meningkatnya keberadaan, ketersediaan, kemampuan dan konektifitas perangkat bergerak telah menghasilkan paradigma baru dalam komunikasi bergerak. Salah satunya adalah implementasi fungsionalitas grid computing pada jaringan mobile ad hoc, yang dewasa ini dikenal dengan mobile ad hoc grid. Mobile ad hoc grid memungkinkan node dalam jaringan mobile ad hoc berbagi sumber daya komputasi untuk menyelesaikan suatu masalah. Dibandingkan dengan sistem grid computing tradisional, pengaturan sumber daya komputasi mobile ad hoc grid lebih kompleks mengingat lingkungan jaringan mobile ad hoc lebih dinamis dan sangat rentan terhadap kegagalan (fault).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pendekatan alokasi sumber daya pada mobile ad hoc grid yang memberikan keandalan (reliability) dan unjuk kerja yang tinggi dengan menerapkan metode fault prevention dan fault tolerance. Pemilihan node berdasarkan mobilitas relatif antara node sumber daya dengan node yang meminta bantuan diusulkan sebagai metode fault prevention. Replikasi tugas diusulkan sebagai metode fault tolerance. Penelitian ini merumuskan model analitikal keandalan untuk layanan sumber daya pada mobile ad hoc grid, yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan hirarki. Model tersebut mempertimbangkan tugas dependen pada arsitektur mobile ad hoc grid terpusat.
Dalam penelitian ini juga diusulkan pengoptimalan keandalan pelaksanaan tugas dengan mencari kombinasi replikasi tugas menggunakan metode branch and bound. Pengoptimalan dilakukan mengingat jumlah sumber daya pada mobile ad hoc grid relatif terbatas. Metode branch and bound digunakan karena sederhana, efisien dan dapat menemukan solusi kombinasi tugas dalam waktu yang singkat.
Simulasi dengan NS2 menunjukkan bahwa pemilihan node sumber daya berdasarkan prediksi mobilitas dan replikasi tugas dapat mempercepat waktu penyelesaian tugas, memperkecil rata-rata end-to-end delay dan memperkecil presentase kegagalan tugas. Simulasi juga memperlihatkan bahwa replikasi tugas hanya tepat diterapkan pada lingkungan dengan mobilitas node yang relatif rendah (v ≤ 3 m/dt). Simulasi model analitikal keandalan alokasi sumber daya menggunakan Matlab menunjukkan bahwa replikasi tugas dapat meningkatkan keandalan dan kombinasi replikasi tugas yang berbeda akan menghasilkan tingkat keandalan yang berbeda. Simulasi pengoptimalan keandalan menggunakan metode branch and bound dengan Matlab menunjukkan bahwa perlu ada trade-off antara tingkat keandalan dengan waktu yang diperlukan dalam mendapatkan hasil kombinasi replikasi tugas.

The increasing availability, capability, and connectivity of mobile devices has resulted in new paradigms in mobile communication. One of such new paradigms is the implementation of Grid computing functionality in a mobile ad hoc network, what is nowadays known as mobile ad hoc Grid. In a mobile ad hoc Grid, mobile nodes can share computational resources for accomplishing a specific task. Compared to the traditional Grid computing system, the management of computing resources in mobile ad hoc Grid is more complex as the environment of mobile ad hoc network is more dynamic and very susceptible to fault.
The objective of this research is to find resource allocation approach that gives high reliability and performance by implementing fault prevention and fault tolerance methods. For fault prevention method, it is proposed to select certain nodes from all available nodes that are willing to share resources based on relative mobility between resources nodes and requesting node. In addition, it proposes to implement task replication as fault tolerance method.
This research also introduces analytical model of resource allocation service in mobile ad hoc Grid by applying hierarchical model, in which it considers dependent tasks in centralized mobile ad hoc Grid architecture. Furthermore, this research also proposes the optimization of task execution reliability by discovering task replication combination using branch and bound method. The optimization needs to be done considering that the number of resources in mobile ad hoc Grid is limited. The branch and bound method is proposed as it is simple and efficient as well as being able to find the solution of task combination within the limited time.
The NS2 simulation shows that the selection of resource nodes based on mobility prediction and task replication is able to accelerate task completion time, reduce the average of end-to-end delay, and reduce the percentage of unfinish tasks. The simulation also demonstrates that task replication is only suitable to be implemented in the environment with relatively low node mobility (v ≤ 3 m/dt). The simulation of analytical model for resource allocation reliability using Matlab exhibits that task replication is able to enhance resource allocation reliability, and different combination of task replication number will generate different reliability level. Moreover, the optimization simulation of reliability with branch and bound model using Matlab denotes that we need to make a trade-off between reliability level and the time required to obtain the result of task replication combination.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
D1948
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Nurmayni
"Sistem komunikasi merupakan salah satu bagian penting pada Wireless Sensor Network (WSN), karena sistem komunikasi tersebut dapat mendukung proses pengiriman data traffic dari beberapa grup sensor traffic surveillance ke Base Station. Umumnya, Zigbee adalah standar yang digunakan untuk protokol komunikasi wireless dengan menggunakan radio digital berukuran kecil dan berdaya rendah yang memiliki standar IEEE 802.15.4.
Pada penelitian ini telah dirancang pemodelan scheduling protocol sensor AMR dan video kamera dengan menggunakan metode queueing CBQ (Class Based Queueing) dan algoritma scheduling WRR (Weighted Round Robin) untuk memperoleh performansi QoS (Quality of Service) sistem dari segi throughput, packet delivery ratio, dan packet loss rate yang lebih baik. Simulasi pemodelan scheduling protocol dilakukan menggunakan software Netwok Simulator (NS-2) dengan dua skenario simulasi yaitu skenario perubahan interval transmisi dan skenario perubahan ukuran payload paket data. Analisis yang dilakukan adalah saat sistem menggunakan pemodelan scheduling protocol yang dirancang dan tanpa scheduling protocol.
Hasil penelitian ini, diperoleh pada skenario perubahan interval transmisi mempunyai throughput paling bagus dari grup sensor video sebesar 36,008 Kbps pada interval transmisi 0,02 detik, packet delivery ratio sebesar 99,915 %, dan packet loss rate sebesar 0,0845 %. Sedangkan, pada skenario perubahan ukuran payload paket data diperoleh throughput grup sensor video sebesar 91,368 Kbps pada ukuran paket 100 byte, packet delivery ratio sebesar 99,94 % pada ukuran 50 byte, dan packet loss rate 0,06 % pada ukuran 50 byte. Pemodelan scheduling protocol pada penelitian ini dapat meningkatkan throughput rata-rata sekitar 96,80 % - 388,25 %, meningkatkan packet delivery ratio rata-rata sekitar 25,5 % - 51,6 %, serta mengurangi packet loss rate rata-rata sekitar 58,51 % - 73,16 %.

Communication system is an essential part in Wireless Sensor Network (WSN), because it supports sending traffic data between groups of traffic surveillance sensor and the base station. Generally, ZigBee is a standard that is used in wireless communication protocols using small-sized and low power digital radio which has the IEEE 802.15.4 standard.
In this research, the scheduling protocol modeling of AMR and camera video is proposed using CBQ (Class Based Queueing) queueing method and WRR (Weighted Round Robin) scheduling algorithm. The proposed modelling aim to obtain QoS (Quality of Service) system performance that is better throughput, packet delivery ratio and packet loss rate. This modelling schedulling protocol is simulated by using the Network Simulator (NS-2) software. The simulation scenarios are varying the transmission intervals and changing packet data payload size. The simulation analysis are comparing when use scheduling protocol modeling and without scheduling protocol modeling.
The result of this research are in transmission interval scenario achieved by video sensor group which have the best throughput is 36.008 kbps in transmission interval 0.02 second. The packet delivery ratio is 99.915%. The packet loss rate is 0.0845%. In payload size of packet data scenario, the best throughput achieved by video sensor group is 91.368 kpbs in the packet size of 100 byte. The packet delivery ratio is 99.94% in size of 50 byte. The packet loss rate is 0.06% in the packet size of 50 byte. Modeling of scheduling protocol in this research can improve QoS (Quality of Service) system. Increase average throughput is about 96.80 % - 388,25 %. Increase average packet delivery ratio is about 25,5 % - 51,6 %. Decrease average packet loss rate is about 58,51 % - 73,16 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T42893
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>