Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152706 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panjaitan, Indriani Wisnu Susanto
"Latar Belakang: pH ekstraseluler (pHe) perlu dipertahankan dalam sel normal untuk menjalankan fungsi sel dengan baik. Adanya perubahan di lingkungan seluler meliputi asidifikasi akan berdampak pada fisiologi sel dan menginduksi kematian sel. Namun, studi terntang pengaruh asidifikasi pHe terhadap stres oksidatif dan regulasinya masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh asidifikasi pHe PBMCs terhadap stres oksidatif dan viabilitas serta kaitannya dengan ekspresi mRNA CA9 dan HIF-1alfa.
Metode: PBMC dikultur dengan berbagai pH medium selama 24, 48, dan 72 jam. pH medium kultur diatur menjadi pH 7,4, 7,2, 7,0, dan 6,6 menggunakan 0,01 HCl. Viabilitas sel dihitung menggunakan Trypan blue. Kadar ROS diukur menggunakan DHE dan DCFH-DA probes. Ekspresi mRNA HIF-1alfa, CA9, dan MnSOD dianalisis menggunakan qRT-PCR. Aktivitas spesifik MnSOD dianalisis menggunakan RanSOD Kit dan aktivitas CAT juga dianalisis. Konsentrasi MDA diukur menggunaan metode Wills.
Hasil: pHe meningkat secara bertahap pada waktu inkubasi 24, 48, dan 72 jam. Kadar ROS dan ekspresi mRNA HIF-1alfa, CA9, dan MnSOD meningkat, sementara aktivitas MnSOD menurun dan CAT meningkat. Konsentrasi MDA meningkat dan berdampak pada penurunan viabilitas sel.
Kesimpulan: Asidifikasi pHe PBMCs berdampak pada peningkatan stres oksidatif dan penurunan viabilitas sel. Selain itu, respons pada mRNA CA9 dan HIF-1alfa masih cukup baik.

Background: The extracellular pH (pHe) needs to be maintained in normal cells to carry out cell functions properly. Changes in the cellular environment including acidification affect to cell physiology and induce cell death. However, studies about effect of pHe acidification on oxidative stress and its regulation are still limited. This study aimed to analyze the effect of pHe acidification of PBMCs on oxidative stress and cell viability with expressions of CA9 and HIF-1alpha mRNA.
Methods: PBMCs were cultured with various pH medium for 24-, 48-, and 72-h. The pH of culture medium was adjusted to pH 7.4, 7.2, 7.0, and 6.6 by using 0.01 M HCl. Cell viability was calculated using trypan blue. ROS levels was measured using DHE and DCFH-DA probes. HIF-1alpha, CA9, dan MnSOD mRNA expressions were analyzed using qRT-PCR. MnSOD spesific activity was analyzed using RanSOD Kit and CAT acitivity was analyzed. MDA concentration was measured by Wilss method.
Results: pHe increased gradually at 24-, 48-, and 72-h incubation. ROS levels and HIF-1alpha, CA9, MnSOD mRNA expressions were increased, while the MnSOD spesific activity decreased and CAT activity increased. MDA concentration incease and had an impact on decreasing cell viability.
Conclusions: pHe acidification increased oxidative stress levels and decreased cell viability. In additon, PBMCs had a response to of CA9 and HIF-1alpha mRNA.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernard Prima
"Latar Belakang
Penyakit degeneratif merupakan salah satu masalah kesehatan yang krusial dan memerlukan perhatian serius. Salah satu faktor risiko yang turut berkontribusi terhadap perkembangan penyakit degeneratif adalah obesitas. Pada kondisi obesitas, terjadi perubahan fisiologis yang dapat memengaruhi respons adaptasi seluler, termasuk terhadap asidifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asidifikasi ekstraseluler terhadap ekspresi mRNA HIF-1α sebagai respons adaptasi pada sel mononuklear darah tepi (SMDT) orang dewasa muda dengan IMT>23.
Metode
Sel mononuklear darah tepi (SMDT) diisolasi lalu dikultur pada berbagai pH medium. Pengaturan pH medium dilakukan dengan penambahan larutan asam klorida (HCl) 0,01M. Sel-sel tersebut diinkubasi selama 72 jam, dengan penggantian medium kultur dilakukan setiap 24 jam. Perubahan pH ekstraseluler diukur menggunakan pH meter. Viabilitas sel juga dihitung menggunakan metode trypan blue. Selanjutnya, dilakukan isolasi RNA dari sel yang telah di-harvest. Ekspresi relatif mRNA HIF-1α dianalisis menggunakan metode Livak berdasarkan nilai CT pada qRT-PCR.
Hasil
Tidak ditemukan perbedaan ekspresi mRNA HIF-1α yang signifikan pada SMDT antarkelompok perlakuan pH. Terjadi peningkatan ∆pHe setelah kultur asidifikasi ekstraseluler pada setiap kelompok pH setelah 72 jam inkubasi. Viabilitas sel tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antarkelompok pH.
Kesimpulan
Isolasi SMDT serta kultur dan asidifikasi ekstraseluler pada SMDT subjek dewasa muda dengan IMT>23 berhasil dilakukan. Respons adaptasi seluler pada SMDT orang dewasa muda dengan IMT>23 sudah mulai mengalami gangguan ditandai dengan ekspresi mRNA HIF-1α yang tidak menunjukkan perbedaan nilai yang signfikan antarkelompok pH. Pada SMDT, perbedaan viabilitas sel tidak signifikan antarkelompok pH.

Degenerative diseases are a critical health issue that require serious attention. One of the risk factors contributing to the progression of degenerative diseases is obesity. In obesity, physiological changes occur that can affect cellular adaptation responses, including adaptation to acidification. This study aims to investigate the effect of extracellular acidification on the expression of HIF-1α mRNA as an adaptation response in young adults peripheral blood mononuclear cells (PBMCs) with a BMI >23.
Method
PBMCs were isolated and cultured in medium with varying pH levels. The pH adjustment of the medium was done by adding 0.01 M HCl. The cells were incubated for 72 hours. The culture medium being replaced every 24 hours. Changes in extracellular pH were measured using pH meter. Cell viability was assessed using the trypan blue method. RNA was isolated from the harvested cells. The relative expression of HIF-1α mRNA was analyzed using the Livak method based on CT values in qRT-PCR.
Results
No significant differences were found in HIF-1α mRNA expression in SDMT between pH treatment groups. An increase in ∆pHe was observed after extracellular acidification culture in each pH group after 72 hours of incubation. Cell viability did not show significant differences between pH groups.
Conclusion
Isolation of SMDT as well as culture and extracellular acidification in SMDT of young adult subjects with BMI>23 were successfully performed. The cellular adaptation response in. The cellular adaptation response in PBMCs of young adults with a BMI >23 appears to be impaired, as indicated by the lack of significant differences in HIF-1α mRNA expression between the pH groups. In PBMCs, the difference in cell viability across the pH groups is not significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Markus Yovian Widjaja Lomanto
"Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) merupakan kanker dengan tingkat kematian tertinggi dan merokok merupakan faktor risiko utama dari kanker ini. Diketahui bahwa selain memicu terjadinya karsinogenesis, merokok juga berpotensi meningkatkan keganasan dari KPKBSK. Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa terdapat dua jenis mikro-RNA (miRNA) yang berasosiasi dengan keganasan KPKBSK yaitu miR-10b-5p dan miR-320b. Penelitian ini bertujuan untuk mengeanalisis ekspresi miR-10b-5p dan miR-320b pada vesikel ekstraseluler (VE) dari pasien KPKBSK terkait dengan kebiasaan riwayat merokok dari pasien. Sampel yang dianalisis adalah sampel jaringan dan darah dari pasien KPKBSK (n=21) dengan riwayat merokok dan tidak merokok. VE diisolasi dari plasma dan berikutnya dilakukan isolasi miRNA dari VE yang diperoleh. Ekspresi relatif miRNA dianalisis dan kemudian dibandingkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa miR-10b-5p dan miR-320b pada VE dapat membedakan pasien KPKBSK dengan riwayat merokok dan tidak merokok. Ditemukan bahwa miR-10b-5p pada VE memiliki tingkat ekspresi lebih tinggi pada perokok, sementara tingkat ekspresi miR-320b ditemukan lebih rendah pada pasien KPKBSK perokok. Di samping itu, analisis ROC juga menunjukkan bahwa VE (AUC 0,878; 0,739) merupakan sumber miR-10b-5p dan miR-320b yang lebih baik untuk digunakan dalam analisis dibanding plasma (AUC 0,629; 0,559). Hasil yang diperoleh juga menunjukkan bahwa miR-10b-5p dan miR-320b pada VE adalah memiliki potensi untuk digunakan sebagai biomarker prognosis untuk pasien KPKBSK dengan riwayat merokok.

Non-small cell lung cancer (NSCLC) is the cancer with highest mortality and smoking is a well-known risk factor of this cancer. This study aimed to evaluate the potential of extracellular vesicles (EVs) miRNAs to be utilized in liquid biopsy for diagnosing NSCLC in smokers. It has been reported that other than inducing carcinogenesis, smoking could also contribute to induce the malignancy of NSCLC. Previous study has found 2 micro-RNAs (miRNAs), the miR-10b-5p and miR-320b which contribute to NSCLC malignancy. Therefore, this study aimed to analyze the expression of miR-10b-5p and miR-320b in EVs from NSCLC patients in relation to their smoking behavior.  Tissue and blood samples were collected from NSCLC patients (n=21) with smoking and non-smoking history. EV was isolated from plasma and miRNAs were extracted from the isolated EV. The miRNAs relative expression was analyzed and then compared. The results showed that plasma EV’s miR-10b-5p and miR-320b could differentiate the NSCLC patients with smoking and non-smoking history. EV’s miR-10b-5p was found overexpressed in smoker NSCLC patients, while miR-320b expression was lower in smoker NSCLC patients. Additionally, ROC analysis also showed that plasma EV (AUC 0,878; 0,739) was more suitable source of miR-10b-5p and miR-320b to be analyzed than plasma (AUC 0,629; 0,559). These results also suggest that EV’s miR-10b-5p and miR-320b are potential prognosis biomarker to be utilized for smoker NSCLC patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Humonobe, Andrew Ivan
"Latar Belakang : Kanker payudara merupakan salah satu kanker tersering pada wanita. Saat ini keberhasilan pengobatan terhadap kanker payudara masih rendah selain karena progesifitas tumor, tumor juga kadang bersifat resisten terhadap pengobatan, adanya metastasis dan meningkatnya agresivitas. Penelitian menunjukkan adanya peranan dari subset populasi sel punca kanker payudara (breast cancer stem cells, BCSC) yang menyokong pada sifat keganasan kanker ini. Selain Oct4 sebagai penanda kepuncaan sel, salah satu penanda yang dipakai dalam menyortir BCSC adalah aldehyde dehydrogenase (ALDH), dan dari 19 subfamili ALDH diteliti isoform ALDH1A1 dan ALDH1A3 yang dominan berperan pada BCSC. Selain itu adanya kondisi hipoksia turut mendukung menyebabkan kegasanan kanker payudara meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hipoksia pada ekspresi mRNA ALDH1A1 dan ALDH1A3 dan hubungannya dengan kepuncaan dan ketahanan hidup sel punca kanker payudara ALDH+.
Metode: Sampel menggunakan kultur sel BCSC ALDH dan sel MCF-7. Dilakukan inkubasi hipoksia (O2 1) dan normoksia (O2 20) selama 6, 24 dan 48 jam kemudian dilakukan analisis ekspresi HIF1, ALDH1A1, ALDH1A3 dan Oct4. Selanjutnya dilakukan analisis viabilitas dan pengukuran mammosphere forming unit (MFU).
Hasil : Studi menunjukkan kondisi hipoksia menyebabkan peningkatan ekspresi ALDH1A3 pada sel BCSC ALDH sedangkan ALDH1A1 mengalami penurunan ekspresi dibandingkan dengan sel normoksia, sementara pada sel MCF-7 terjadi hal sebaliknya. Ekspresi Oct4 mengalami peningkatan pada awal hipoksia (6 jam) kemudian menurun. Terjadi penurunan MFU, sedangkan ketahanan hidup sel tetap stabil.
Kesimpulan : Kondisi hipoksia bisa menyebabkan penurunan sifat kepuncaan pada sel BCSC ALDH ditinjau dari penanda self-renewal, pluripotensi dan tumorigenitas, tetapi ketahanan hidup sel tetap stabil.

Background: Breast cancer is one of frequent cancer-related disease among women. Complete successful therapy to breast cancer was still a big challenge considering the tumour progression, therapy resistancy, metastatic ability and increasing aggressivity. Studies shown that breast cancer stem cells (BCSC) subset were involved to maintain the malignancy. Besides the well-known cell stemness marker Oct4, researchers also suggested aldehyde dehydrogenase (ALDH) as a marker of BCSC, in which ALDH1A1 and ALDH1A3 believed to play dominant role. In addition, tumour hypoxia might also support increasing malignancy. This study aimed to analyze the expressions of ALDH1A1 and ALDH1A3 mRNA and their correlation with stemness properties and cell survival of hypoxic BCSC ALDH+.
Method(s): Samples were obtained using BCSC ALDH and MCF-7 cells. The cells then being treated with hypoxia (O2 1) and normoxia (O2 20) conditions for 6, 24 and 48 hours respectively. We also measured the cells survival and mammosphere forming unit (MFU) capability to analyze cell proliferation.
Result(s): Our study showed that ALDH1A3 in BCSC ALDH hypoxia cells was expressed at significantly higher level but ALDH1A1 was at lower level compared to their respective normoxia cells, while we found the opposite results in MCF-7 cells. Oct4 expression was increased at early hypoxia (6 hours) then declined shortly. MFU was reduced but cells survival remained stable.
Conclusion(s): Hypoxic condition decreased the stemness properties of BCSC ALDH considering the self renewal, pluripotency, and tumorigenicity markers. However, cells survival remained stable.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Oktarina
"ABSTRAK
Latar Belakang: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stres oksidatif pada ketahanan hidup spermatozoa manusia melalui peningkatan ekspresi caspase 3 dan aktivasi Akt. Informasi ini berhubungan dengan infertilitas laki-laki yang menurunkan viabilitas dan parameter kinetik spermatozoa.
Metode: Spermatozoa manusia diperoleh dari donor normozoospermia. Spermatozoa dimurnikan menggunakan larutan percoll. Spermatozoa dari seminal plasma dilarutkan dalam media Bigger, Whitter, dan Whittingham (BWW). Kemudian, spermatozoa diinkubasi dengan hidrogen peroksida (H2O2) 50 M, 100 M, 150 M, 200 M dan 250 M selama 2 jam. Stres oksidatif diuji dengan uji malondialdehid (MDA). Viabilitas diperiksa dengan larutan eosin Y. Parameter motilitas diukur dengan Computer Assisted Sperm Analyzer (CASA). Deteksi protein western blot akan dilakukan dengan antibodi anti-caspase-3 untuk mengenali caspase-3 dan antibodi phosphodetect yang mengenali fosforilasi Akt.
Hasil: Setelah inkubasi H2O2 selama 2 jam, terdapat efek H2O2 terhadap penurunan viabilitas dan motilitas (VAP, VSL, VCL) secara signifikan. Selain itu, viabilitas dan motilitas memiliki hubungan positif dengan proses apoptosis dan ketahanan hidup spermatozoa dengan menggunakan caspase 3 (meningkat) dan fosforilasi Akt (menurun) secara signifikan.
Kesimpulan: Stres oksidatif dapat menurunkan viabilitas dan kinetik spermatozoa melalui peningkatan ekspresi caspase-3 dan penurunan aktivitas Akt

ABSTRACT
Background: The purposes of this study was to evaluate the effect of oxidative stress on survival of human spermatozoa through releasing apoptotic process, This information has correlated with idiopathic infertility that decrease viability and motility parameters spermatozoa.
Methods: Human spermatozoa were obtained from normozoospermic volunteer donors. Spermatozoa was purified using discontinuous Percoll. Spermatozoa from the plasma seminal dissolved in Bigger, Written, and Whittingham (BWW) medium. Then, spermatozoa were incubated with 50 M, 100 M, 150 M, 200 M dan 250 M hydrogen peroxide (H2O2) for 2-h. Oxidative stress were assed by malondialdehyde (MDA) assay. Viability was examined by eosin Y solution. Kinectic parameters were assessed by Computer Assisted Sperm Analyzer (CASA). Detection of perotein in the western blot was examined with anti-caspase-3 antibodies to recognize caspase-3 activity and phsophodetect antibody that recognizes the phosphorylation of Akt.
Results: After 2-h incubation H2O2, there was dose dependent effect of H2O2 on viability and motility parameters significantly decrease. Therefore, viability and kinetic were positive relationship on apoptotic and survival effect by using caspase-3 activation (increase) and akt (decrease) significantly.
Conclusions: Oxidative stress can decreases viability and kinetic spermatozoa through increase caspse 3 and decrease Akt activation"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnayani
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai ekspresi sitoglobin (Cygb) dan kaitannya dengan stres oksidatif dalam darah dan jaringan otak penderita strok hemoragik. Penelitian bersifat observasional laboratorik dan pengambilan sampel berdasarkan metode consecutive sampling. Sampel berasal dari darah dan jaringan otak penderita strok hemoragik yang menjalani operasi kraniotomi di rumah sakit Cipto Mangunkusumo dan rumah sakit di sekitarnya. Terhadap darah dan jaringan otak ini dilakukan analisis ekspresi mRNA Cygb, protein Cygb, aktivitas spesifik katalase (CAT) dan kadar MDA. Dalam penelitian ini digunakan darah subyek normal sebagai kontrol. Pengukuran ekspresi mRNA Cygb dilakukan dengan menggunakan real time RT-PCR Mini Opticon (BioRad), pengukuran kadar protein Cygb dilakukan dengan metode ELISA, aktivitas CAT diukur menggunakan metode Aebi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan ekspresi mRNA Cygb jaringan otak 1.24 kali dibandingkan darah penderita strok hemoragik dan peningkatan ekspresi mRNA Cygb darah penderita strok hemoragik 6.15 kali terhadap darah kontrol. Selain itu juga terjadi peningkatan kadar protein Cygb plasma penderita strok hemoragik dibandingkan plasma kontrol dan peningkatan secara signifikan kadar protein Cygb jaringan otak penderita strok hemoragik dibandingkan plasmanya. Pada jaringan otak penderita strok hemoragik juga terjadi peningkatan signifikan aktivitas spesifik katalase dibandingkan plasmanya. Peningkatan Cygb dan aktivitas spesifik CAT pada jaringan otak kemungkinan disebabkan oleh karena perannya sebagai radical scavenger dalam mengatasi stres oksidatif yang terjadi akibat strok hemoragik.

ABSTRACT
The study on expression of cytoglobin (Cygb) and its relation to oxidative stress in brain and blood of hemorrhagic stroke patients has been done. This is a laboratory observational study with consecutive sampling method. Blood and brain tissue from hemorrhagic stroke patients who underwent craniotomy surgery at Cipto Mangunkusumo hospitals and nearby hospitals are used as samples. The expression of Cygb mRNA and protein, specific activity of catalase and MDA level were measured in blood and brain tissue as parameters. The blood from normal subjects are used as a control. Cygb mRNA expression was analyzed using real time RT-PCR Mini Opticon (BioRad), Cygb protein are determined using ELISA method and specific activity of catalase are measured using Aebi method. The results showed that expression of Cygb mRNA in brain tissue was increased 1.24 folds compared to blood in hemorrhagic stroke patients and expression of Cygb mRNA in patient’s blood was increased 6.15 folds compared to control blood. There was also an increase of plasma Cygb proteins of hemorrhagic stroke patients compared to control plasma and significantly increased level of Cygb proteins in hemorrhagic stroke patients compared to its plasma. The specific activity of catalase in brain of hemorrhagic stroke patient was also significantly increased compared to its plasma. It is suggested that increasing expression of Cygb and specific activity of catalase in brain tissue is caused by its activity as a radical scavenger to overcome oxidative stress present in hemorrhagic stroke.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyono Winarto
"Pendahuluan: Endometriosis merupakan suatu kelainan jinak ginekologi yang dapat mengalami transformasi menjadi kanker. Stres oksidatif diduga berperan dalam perkembangan penyakit endometriosis. Gen supresor tumor ARID1A banyak ditemukan termutasi dan inaktif pada kanker ovarium yang berhubungan dengan endometriosis. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis peran stres oksidatif terhadap ekspresi gen supresor tumor ARID1A dalam transformasi endometriosis menjadi ganas.
Metoda: Penelitian dimulai dengan 10 sampel jaringan kanker ovarium, 10 sampel endometriosis dan3 jaringan endometrium eutopik sebagai kontrol yang diisolasi mRNA dan proteinnya. Analisis ekspresi gen ARID1A pada tingkat mRNA dilakukan dengan pemeriksaan RT-qPCR dan pada tingkat protein dengan ELISA. Pada sel endometriosis dan kanker ovarium dilakukan analisis stres oksidatif dengan pemeriksaan aktivitas antioksidan MnSOD dan pemeriksaan kadar MDA sebagai salah bukti kerusakan salah satu komponen sel. Setelah itu dilakukan uji eksperimental pada kultur sel endometriosis dan endometrium eutopik sebagai kontrol. Kedua sel kultur diinduksi dengan H2O2 konsentrasi 0 nM, 100 nM, dan 1000 nM. Analisis dilakukan terhadap ketahanan hidup sel, kadar ROS dan ekspresi gen ARID1A pada tingkat mRNA dan protein.
Hasil: Efek induksi H2O2 dalam menekan ekspresi gen ARID1A sel endometriosis dan sel endometrium eutopik pada tingkat mRNA dan protein, bermakna, meskipun pada kanker ovarium tidak bermakna pada penelitian ini.
Kesimpulan: Stres oksidatif berperan dalam menekan ekspresi gen supresor tumor ARID1A ditingkat mRNA dan protein pada endometriosis.

Introduction: Endometriosis as a gynecologic benign lesion, can transform itself into cancer. Oxidative stress is considered as an important factor in endometriosis development. Studies found that ARID1A as tumor suppressor gene, was frequently mutated and inactivated in endometriosis associated ovarian cancer. The aim of the study is to analyze the role of oxidative stress on ARID1A expresion in endometriosis malignant transformation.
Methods: This study started with ten samples of ovarian cancer, ten samples of endometriosis, and 3 samples of eutopic endometrioid tissues as control. They were analyzed for the expression of ARID1A by RT-qPCR and ELISA, then analyzed for the activity of MnSOD as antioxidant enzyme and level of malondialdehyde as one of the oxidative stress damage effect evidence on cell's components. The second part of the study was experimental study on cultured eutopic endometrial and endometriosis cells. They were induced by H2O2 of 0, 100, and 1000 nM concentration. Analysis of the expression of ARID1A by RTqPCR and ELISA, and the DCFH-DA for the level of Reactive oxygen species were done.
Result: The impact of the H2O2 induction in repressing ARID1A gene expression on the endometriosis as well on the eutopic endometrium cells are significant, but not on the ovarian cancer in this study.
Conclusion: Oxidative stress has a role in repressing the expression of ARID1A gene at the mRNA and protein levels on the endometriosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Widhani
"Latar Belakang: Pada ODHA didapatkan peningkatan inflamasi dan stres oksidatif. Puasa Ramadan dapat memperbaiki inflamasi dan stres oksidatif, namun penelitian pada ODHA yang mendapat antiretroviral belum pernah dilakukan.
Tujuan: Mengetahui pengaruh puasa Ramadan terhadap high sensitivity Creactive protein (hs-CRP) dan status antioksidan total (SAT) pada ODHA yang mengonsumsi antiretroviral.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian prospektif pada 29 orang ODHA dengan ARV yang berpuasa dan 29 yang tidak berpuasa. Kriteria inklusi yaitu pria, 20-40 tahun, mendapat ARV lini 1 minimal 6 bulan, serta tidak dalam fase inisiasi pengobatan untuk infeksi oportunistik. Pasien yang mendapat steroid atau imunosupresan lain atau pasien dengan adherens minum ARV kurang dari 95% dieksklusi. Pemeriksaan kadar hs-CRP dan SAT dilakukan sebelum dan saat puasa Ramadan (setelah 14 hari puasa).
Hasil: Karakteristik baseline usia, hitung CD4, HIV-RNA, kombinasi ARV, status hepatitis B dan C, serta kadar hs-CRP tidak berbeda antara kelompok berpuasa dengan kontrol. Setelah dua minggu, terdapat penurunan signifikan hs-CRP pada kelompok yang berpuasa dibandingkan kontrol (p=0,004). Median perubahan hs-CRP pada kelompok puasa adalah -0,41 (IQR -1; 0,1) mg/L, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 0,2 (IQR -0,3; 1,5) mg/L. Konsumsi polyunsaturated fatty acid, berat badan, jumlah rokok, dan jumlah jam tidur per hari menurun selama puasa Ramadan (berturut-turut p=0,029; p<0,001; p<0,001; dan p<0,001). Tidak ditemukan perbedaan bermakna perubahan SAT antara kelompok yang berpuasa dengan kontrol (p=0,405). Median perubahan SAT pada kelompok puasa adalah 0,05 (IQR -0,03; 0,12) mmol/L, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 0,04 (IQR -0,13; 0,36) mmol/L.
Simpulan: Puasa Ramadan menurunkan kadar hs-CRP pada ODHA yang mengosumsi antiretroviral. Puasa Ramadan belum meningkatkan kadar SAT pada ODHA yang mengonsumsi antiretroviral.

Background: Inflamation and oxidative stress were increased among HIV patients. Studies had showed Ramadan fasting could improve inflammation and oxidative stress, but not one of them had been conducted in HIV patients receiving antiretroviral therapy.
Aim: to know the effect of Ramadan fasting on hs-CRP level and total antioxidant status among HIV patients on highly active antiretroviral therapy.
Methods: A prospective cohort study comparing 29 HIV-infected patients on stable ART doing Ramadan fasting versus 29 non-fasting patients. Inclusion criteria were male, 20-40 years old, receiving first line ART for at least six months, and not on initial phase of opportunistic infection?s treatment. Patients who consumed steroid or other immunosuppressant or patients with poor ART adherence were excluded. Level of hs-CRP was obtained before and during Ramadan after at least 14 days fasting.
Results: Baseline age, CD4 cell count, HIV-RNA, ART combination, hepatitis B and hepatitis C status, and hs-CRP level were similar for both fasting and control groups. After 2 weeks, a significant hs-CRP decrease was found in fasting group compared to non-fasting one (p=0.004). Median difference of hs-CRP in fasting group was -0.41 (IQR -1 and 0.1) mg/L, while in control group the median difference was 0.2 (IQR -0.3 and 1.5) mg/L. Polyunsaturated fatty acid consumption, body weight, amount of cigarette smoking, and total sleep hours per day were decreased significantly during Ramadan fasting (p=0.029; p<0.001, p<0.001, p<0.001 respectively). There was no statistically significant changes in total antioxidant status between the two groups (p=0.405). Median total antioxidant status changes in fasting group was 0.05 (IQR -0.03;0.12) mmol/L. Median total antioxidant status changes in control group was 0.04 (IQR -0.13; 0.36) mmol/L.
Conclusion: Ramadan fasting decreased hs-CRP level among HIV patients on antiretroviral therapy. Ramadan fasting had not increased total antioxidant status among HIV patients on antiretroviral therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deasyka Yastani
"Karsinoma hepatoseluler (HCC) merupakan masalah kesehatan global dengan tatalaksana yang belum optimal. Gambir adalah tanaman spesifik Indonesia, yang mengandung flavonoid, dan digunakan sebagai antikanker. Pada patogenesis HCC terjadi disregulasi CYGB, Nrf2, dan PDGFA. Jusman dkk mendapatkan bahwa senyawa dalam gambir dapat berikatan dengan PDGFA. Penelitian ini digunakan ekstrak etanol gambir (EG), dan bertujuan untuk menilai pengaruh EG terhadap viabilitas galur sel HepG2, dan ekspresi dari protein CYGB, Nrf2, dan PDGFA. Optimasi konsentrasi DMSO sebagai pelarut EG, dan konsentrasi EG pada HepG2 (IC50) dianalisis dengan uji MTT. Sel HepG2 diisolasi proteinnya dan ekspresi CYGB, Nrf2, dan PDGFA menggunakan ELISA. Analisis proliferasi sel HepG2 dengan uji BrdU. Hasil dari analisis viabilitas, proliferasi, dan ELISA dari kelompok kontrol dan perlakuan dibandingkan secara statistik. Hasil menunjukan pemberian EG konsentrasi 500; 1000; dan 2000 μg/mL menyebabkan penurunan viabilitas sel, proliferasi sel, serta penurunan ekspresi protein CYGB, Nrf2, dan PDGFA. Disimpulkan pemberian EG menurunkan viabilitas, dan proliferasi sel HepG2 serta terbukti menurunkan ekspresi CYGB, Nrf2, dan PDGFA.

epatocellular carcinoma (HCC) is a global health problem with treatment has not provided optimal results. Gambir is an Indonesian specific plant, which contains flavonoids, and is used as an anticancer. In the pathogenesis of HCC dysregulation of Nrf2, CYGB, and PDGFA occurs. Jusman et al found that compounds in gambir can bind to PDGFA. This study used gambir ethanol extract (EG), and aimed to assess the effect of EG on HepG2 cell proliferation, as well as the expression of CYGB, Nrf2, and PDGFA. Optimization of DMSO concentration as EG solvent, and EG concentration in HepG2 (IC50) were analyzed by MTT test. Protein of HepG2 were isolated and expression of CYGB, Nrf2 and PDGFA used ELISA. Analysis of HepG2 cell proliferation with BrdU assay. Results from viability, proliferation, and ELISA analyses of the control and treatment groups were compared statistically. The results showed the administration of EG concentration 500; 1000; and 2000 μg/mL led to decreased cell viability, cell proliferation, and decreased expression of CYGB, Nrf2, and PDGFA proteins. It was concluded that EG administration decreased the viability, and proliferation of HepG2 cells and was shown to decrease the expression of CYGB, Nrf2, and PDGFA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nora Sovira
"Akumulasi rantai globin-α berlebihan pada membran SDM thalassemia-β mayor menyebabkan hemolisis, eritropoiesis tidak efektif dan anemia kronik sehingga memerlukan transfusi sel darah merah (SDM) terus menerus. Transfusi rutin dan hemolisis mengakibatkan besi bebas sebagai radikal bebas dan membentuk radikal peroksil lipid di membran SDM sehingga memperberat hemolisis. Antioksidan α-tokoferol menghambat pembentukan radikal peroksil lipid tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai peran α-tokoferol terhadap hemolisis dan stres oksidatif. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda pada thalassemia-β mayor usia 5–18 tahun yang mendapat transfusi dan kelasi besi rutin di Pusat Thalassemia RSUP dr.Ciptomangunkusumo Kiara. Intervensi plasebo dan α-tokoferol diberikan selama empat minggu. Suplementasi α-tokoferol berdasarkan rekomendasi Institute of Medicine (IOM), 4–8 tahun 200 mg/hari; 9–13 tahun 400 mg/hari; 14–18 tahun 600 mg/hari. Penilaian penanda hemolisis menggunakan haptogobin (Hp), hemopeksin (Hx) dan fragilitas osmotik SDM. Penanda stres oksidatif yaitu MDA, GSH, GSSG, rasio GSH/GSSG dan α-tokoferol. Pemeriksaan laboratorium dilakukan sebelum dan setelah diberikan plasebo/α-tokoferol, sesaat sebelum transfusi SDM. Analisis uji t-tidak berpasangan untuk melihat perbedaan antara kelompok studi dan uji korelasi untuk melihat hubungan antara variabel.
Pada bulan Desember 2016 hingga Juli 2017, 40 subjek mampu menyelesaikan penelitian, 20 subjek kelompok plasebo dan 20 subjek kelompok α-tokoferol. Nilai rerata Hp lebih besar pada kelompok α-tokoferol (3,01 mg/dL) dibandingkan kelompok plasebo (1,08 mg/dL), secara statistik berbeda bermakna (p = 0,021). Nilai rerata kadar Hx dan persentase hemolisis SDM tidak berbeda bermakna pada kedua kelompok studi (p > 0,05). Tidak ada perbedaan bermakna pada kelompok α-tokoferol dan plasebo untuk kadar MDA (1,003 nmol/L dan 1,07 nmol/L), GSH (5,81 µM dan 6,15 µM), GSSG (1,77 µM dan 1,86 µM) dan rasio GSH/GSSG (1,29 dan 1,31), (P > 0,05).
Antioksidan α-tokoferol dapat mengurangi hemolisis dan secara tidak langsung memperbaiki kadar Hp pada thalassemia-β mayor, akan tetapi tidak mampu memengaruhi stres oksidatif.

The accumulation of excess unmatchedα-globin chains in the red blood cell membrane of β-thalassemia major leads to hemolysis, ineffective erythropoiesis and chronic anemia which needs multiple red blood cell transfusion. Routine transfusions may lead to iron overload as free radical in the red blood cell membrane, resulting clinically as severe hemolysis. Alpha-tocopherol as an antioxidant has been known as a potent scavenger of hydroxyl lipid radical.
The aim of this study was to evaluate the effects of α-tocopherol in hemolysis and oxidative stress on the red cell membrane in β-thalassemia major. This randomized double-blind, placebo-controlled study was done in β-thalassemia major patients range aged 5–18 years old who regularly had transfusion and receiving iron chelating agents at Thalassemia centre, Kiara Ciptomangunkusumo Hospital. All subjects were randomized to receive either α-tocopherol or placebo orally for 4 weeks. Subjects in the experimental group received α-tocopherol, the doses based on the recommendation from Institute of Medicine (IOM) as follows: 200 mg/day for 4–8 years old; 400 mg/day for 9–13 years old; 600 mg/day for 14–18 years old. Laboratory analysis for hemolysis variables were haptoglobin, hemopexin, osmotic fragility test. Oxidative stress and antioxidant variables were MDA, GSH, GSSG, GSH/GSSG ratio, and α-tocopherol. All variable were evaluated before 4 weeks and after consuming α-tocopherol or placebo, just before they received a blood transfusion. The statistical analysis results using independent t-test and correlation test.
During December 2016–July 2017, 40 subjects completed the study, they were 20 subjects in the placebo group and 20 subjects in the α-tocopherol group. There was significant enhancement of haptoglobin mean level in the α-tocopherol group (3.01 mg/dL) compared to placebo (1.08 mg/dL), (p = 0.021). The mean level of hemopexin and the percentage of RBC hemolysis did not significantly different in both groups, (p > 0.05). We also did not find any significantly different in mean level of MDA (1.003 nmol/L and 1.07 nmol/L), GSH (5.81 µM and 6.15 µM), GSSG (1.77 µM and 1.86 µM) and GSH/GSSG ratio (1.29 and 1.31), (p > 0.05) for the α-tocopherol and placebo groups.
The effects of α-tocopherol may improve hemolysis and haptoglobin level indirectly in β-thalassemia major, but there was no significant role in oxidative stress."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>