Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10126 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Munadi Patmadiwiria
Jakarta: 1974
499.27 MUN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985
499.25 STR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Munadi Patmadiwiria
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
R 499.221 MUN k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Hoesein Djajadiningrat
Jakarta : Djambatan , 1983
959.82 HOE ct
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
H.S. Suhaedi
"Runtuhnya struktur politik kesultanan Banten telah membawa dampak sosioligis berupa pergeseran dimensi stratifikasi sosial masyarakat Banten. Jawara, yang menempati posisi terendah dalarn sejarah stratifikasi sosial masyarakat, telah mengalami mobilitas sosial menjadi strata atas dalam hirarki sosial masyarakat Banten saat ini.
Permasalahan penelitian ini, yaitu bagaimana mobilitas sosial jawara dapat terjadi dan apakah yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan mobilitas sosialnya. Mobilitas sosial mengacu kepada perubahan status baik yang berkaitan dengan individu maupun kelompok. Aspek-aspek historis untuk itu menjadi permasalahan panting untuk dapat menjelaskan bagaimana sebuah perubahan terjadi. Untuk mengelaborasinya, dan dalam upaya mendapatkan sebuah pemahaman dan gambaran yang bersifat holistik terhadap obyek kajian, lebih tepat apabila dilakukan dengan pendekatan historis yang meliputi situasi sosial, politik, kebudayaan, ekonomi, dan aspek-aspek lainnya yang dipandang menjadi indikator yang turut mempengaruhi mobilitas sosial jawara.
Metode penelitian adalah studi kasus dengan paradigma kualitatif. Sumber data primer dari individu yang merepresientasikan sebagai tokoh jawara atau individu yang merepresentasikan dirinya dalam kelompok, organisasi, atau masyarakat. Adapun pola mobilitas sosial yang dikaji meliputi mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal serta aspek-aspek yang mempengaruhinya.
Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa; pertama, aneksasi kesultanan oleh pemerintahan kolonial Belanda selain telah meruntuhkan struktur politik tradisional juga memberikan pengaruh terhadap melemahnya status sosial bangsawan dalam struktur sosial masyarakat. Perubahan tersebut mempengaruhi Penguasaan terhadap sumber-sumber kekuasaan tidak lagi didasarkan kepada status sosial kebangsawanan seseorang.
Kedua, pada awal abad ke 19, sebagian terbesar masyarakat pedesaan di Banten telah mengalami dampak sistem komersialisasi, kapitalisasi sistem agraria, proses birokratisasi, edukasi, dan inovasi-inovasi Iain yang diterapkan oleh pemerintahan kolonial. Rakyat beserta para pemimpinnya terancam kepentingan dan kedudukannya sehingga mempengaruhi keresahan sosial dan munculnya sikap anti kolonial. Kebijakan-kebijakan pemerintahan kolonial mengakibatkan masyarakat kehilangan hak-hak atas tanah dan pekenjaannya. Kondisi tersebut diperparah dengan kebijakan pajak yang sangat tinggi dan sangat memeberatkan masyarakat kecil secara umum. Dalam kondisi tersebut jawara dipandang sebagai tokoh yang dapat memberikan perlindungan dan perimbangan kekuatan (balance of power) terhadap praktek kolonialisasi.
Ketiga, untuk memperluas kekuasaannya, pasca berakhirnya kolonialisasi jawara melakukan metamorfosa tubuh dengan melakukan peran-peran sosial politik. Jawara menjadi centeng atau keamanan tradisional pada sentra-sentra ekonomi atau masyarakat. Padajabatan pemerintahan menjadi jaro atau kepala desa.
Keempat, kekerasan menjadi salah satu strategi untuk rneningkatkan mobilitas sosial jawara. Kehormatan yang diterima jawara dari masyarakat adaiah kehormaian yang bercampur dengan rasa ketakutan. Karena begitu dominannya rasa takut yang luar biasa sehingga kekuasaannya cenderung diikuti.
Kelima, motif dari tindakan sosial-politik jawara memiliki orientasi kuat terhadap penguasaan sumber-sumber ekonomi.
Keenam, dalam mengembangkan mobilitas sosialnya, jawara melakukan pola mobilitas vertikal dan horizontal. Secara vertikal, jawara melakukan mobilitas intragenerasi yang berkaitan dengan pengalaman hidupnya sebagai seorang jawara. dan secara horizontal, jawara mengembangkan mobilitas dengan meningkatkan peran-peran sosial-politiknya.
Ketujuh, mobilitas sosial jawara selain didukung oleh faktor-faktor budaya, juga didukung oleh struktur politik orde baru. Struktur politik orde baru memberikan peluang akses politik dan ekonomi jawara. Partai politik menjadi instumen untuk memperluas otoritas kekuasaan jawara.
Kesimpulan teoritik, mobilitas jawara mengalami proses yang cukup komplek dan tidak cukup menggunakan satu pendekatan teori. Oleh karena itu teori kekuasaan Lenski yang menempatkan power (kekuasaan) sebagai dimensi utama dalam mempengaruhi stratifikasi sosial perlu dimodifikasi dengan teori Weber tentang posisi ekonomi, status sosial dan partai yang turut menentukan stratifikasi sosial. Persebaran kekuasaan melalui partai politik sangat strategis dan efektif memperluas pengakuan terhadap kepemimpinan jawara dan secara langsung mempengaruhi dimensi privilise dan prestise jawara. Penguasaan terhadap sumber-sumber ekonomi akibat kekuasaan yang dimilikinya, bagi jawara menumbuhkan sifaf-sifat altruisme yang tidak hanya memiliki hubungan yang bersifat parsial dengan dimensi privilise. Adanya sikap jawara untuk bekerjasama atau adanya perhatian terhadap kepentingan yang bersifat kemasyarakatan, bagi jawara memiliki hubungan langsung dengan kepentingan prestise dan memiliki dimensi politis yang cukup kental untuk memperkuat otoritas kekuasaannya. Sikap altruisme jawara tidak hanya muncul satu arah yang berhubungan dengan dimensi privilise sebagaimana dijelaskan Lenski.
Kekerasan jawara telah melahirkan generasi penakut terhadap masyarakat Banten secara keseluruhan. Untuk itu dipandang perlu bagi semua pihak, terutama pemerintah daerah memberikan perhatian kepada kualitas pendidikan yang berorientasi kepada pemahaman sivil society bagi jawara. Mengingat para jawara banyak yang bergerak di bidang usaha jasa, pemerintah daerah perlu mengadakan pembinaan secara intensif manejemen usaha profesional dan modern. Pemerintah daerah dipandang perlu membuat peraturan daerah Komisi Tranparansi dan Partisipasi (KTP). Perlu juga membuat peraturan daerah tentang visi yang berkaitan dengan capaian target pembangunan Banten ke depan."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Suharsih
"The existence of JawaBanten language and other languages in Banten contributes in making Banten as a multilingual community. As the result, the speakers of JawaBanten language have to choose the appropriate language to be spoken based on the participants , topic and the objective of their speaking. If the speakers of JawaBanten language frequently use dominant language, such as Bahasa Indonesia, Sundanese, and English in their community, the process of shifting language is happened. Therefore, schools have important role in promoting JawaBanten language by teaching it as local content, and it become oneof local government effort to protect the local language. In line with that, this paper aims to describe JawaBanten language that is used in the classrooms as local content. To explain the teaching application of JawaBanten language in classrooms, researcher conducted the research in some state schools in Serang which have implemented JawaBanten language as local content. Data was presented qualitatively after distributing questionaire to students and interviewing the teacher. This research was expected showing the fact of how the implementation of teaching JawaBanten language in the classroom.The result of the questionaire and interview hopefully will give recommendation for policy maker (local government) to make new resolution for protecting Jawa Banten language as local language."
Banten: Kantor Bahasa Provinsi Banten, 2016
BEBASAN 3:1 (2016 )
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prachmatika
"ABSTRAK
Pada pertengahan abad ke XVI sampai awal abad ke XIX, Banten merupakan pusat kerajaan yang bercorak Islam dan juga merupakan pusat perdagangan yang penting di kawasan Asia Tenggara. Sekarang Banten termasuk dalam wilayah administratif kecamatan Kasemen, kabupaten Serang, propinsi Jawa Barat. Letaknya kira-kira sepuluh kilometer di sebelah utara kota Serang, empat kilometer di sebelah selatan pantai Teluk Banten (Ambary,1980a:117).
Sebagai bekas kota, Banten seringkali diteliti oleh para ahli, baik para ahli dari Indonesia maupun para ahli berkebangsaan asing. Namun tulisan-tulisan yang mengemukakan perihal air bersih di Banten Lama sangat sedikit dan bersifat fragmentaris. Sebagaimana telah diketahui bahwa air merupakan salah satu unsur alam yang mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup. Tanpa air tidak akan ada kehidupan. Manusia mampu mempertahankan hidupnya selama kira-kira dua bulan tanpa makan..

"
1984
S11603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raka Prima Santosa
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai kelanjutan perlawanan penduduk Banten terhadap pemerintah kolonial Belanda setelah pemberontakan komunis 1926. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pemberontakan Komunis 1926 telah membuat pemerintah kolonial Belanda melakukan pengetatan keamanan di Banten. Selama periode penelitian ini tidak terjadi pemberontakan atau kerusuhan seperti yang terjadi selama abad ke-18 dan 19. Perlawanan penduduk Banten terhadap pemerintah kolonial yang pada masa sebelumnya disimbolkan dengan kerusuhan dan pemberontakan, berganti dengan aksi-aksi jawara yang meresahkan keamanan dan ketertiban bagi pemerintah Belanda. Penyebaran sentimen negatif dari kyai kepada santri dan penduduk Banten menyebabkan hambatan interaksi antara pemerintah kolonial dan penduduk Banten. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa bentuk perlawanan penduduk Banten yang sebelumnya dilakukan dengan kerusuhan dan pemberontakan, selama masa ini tergantikan oleh penyebaran sentimen ideologis kyai dan aksi-aksi jawara yang didukung oleh penduduk Banten.

ABSTRACT
This thesis discusses about the continuation of the resistance of the Banten people to Dutch colonial government after the communist uprising 1926. The methodology used in this study is the historical method, consists of heuristic, criticism, interpretation, and historiography. Communist uprising in 1926 has made the Dutch colonial government to tighten security in Banten. During the period of this study there is no uprising or riot as happened during the 18th and 19th century. The resistance of the Banten people against colonial government which in the past symbolized by unrest and uprising, changed to the spread of negative sentiment by kyai to their santris and Banten people and cause barriers interaction between the colonial government and Banten people. And also by the actions of jawara by disturbing Dutch governments security and order. From this research, it can be concluded that the shape of Banten resistance previously done by riots and rebellion, during this time is replaced by the deployment of ideological sentiment by kyai and jawara actions supported by Banten people."
2017
S68144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Dwi Jaya Karya, 1995
959.8 BAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pojoh, Ingrid Harriet Eileen
"Salah satu artefak yang hampir selalu ditemukan dalam penggalian arkeologis adalah artefak tanah liat. Salah satu jenis artefak tersebut adalah gerabah. Penelitian yang disertai analisis gerabah sudah banyak dilakukan, baik gerabah dari situs arkeologi prasejarah, Klasik, maupun Islam.
Hasil penelitian gerabah itu pun umumnya berupa uraian serta penjelasan tentang bentuk, bahan, fungsi, ragam hias, teknik pembuatan, dan semacamnya, seperti yang pernah dilakukan oleh I Made Sutayasa (1970; 1972), Gunadi Nitihaminoto (1970), Teguh Asmar (1973; 1975), Mundardjito (1978a), dan Wiwin Djuwita S (1978; 1979).
Salah satu situs arkeologi yang mengandung artefak gerabah di dalam tanahnya adalah Banten Lama, yang pernah menjadi salah satu kota pusat kerajaan Islam abad ke-16-8 di pantai utara Jawa Barat (peta 1). Kerajaan ini mencapai jaman keemasan dalam masa pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa (1651---72), dan mulai mengalami kemunduran ketika Kompeni Belanda berhasil mempengaruhi serta menguasai putranya, yaitu Sultan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11802
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>