Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112233 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iin Suryatmana
"Pertumbuhan dan perkembangan balita dapat menyebabkan resiko cedera, karena balita mempunyai keinginan yang besar dalam mengenal lingkungannya tetapi belum dapat mengkoordinasikan antara keinganan dengan efek dari aktifitas yang dilakukan sehingga lingkungan dapat mengancam kehidupannya. Dampak yang ditimbulkan dari cedera pada balita adalah cedera ringan, cedera berat berupa kecacatan hingga kematian., tetapi cedera dapat dicegah kejadiannya Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik orang tua dan faktor – faktor predisposisi, penguat serta pemungkin yang berhubungan dengan perilaku pencegahan cedera pada balita. Metode penelitian ini adalah cross sectional, dengan sampel 445 orang tua. Pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling dengan cara consecutive sampling yang dilakukan secara online yang bersifat terbuka melalui media sosial whatsApp dan facebook. Sampel penelitian adalah orang tua yang mempunyai anak balita. Analisis penelitian menggunakan uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik dan faktor - faktor predisposisi, faktor penguat, serta faktor pemungkin dengan perilaku pencegahan cedera pada balita dengan nilai p value < 0,05. Analisis lebih lanjut menggunakan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa faktor sarana dan prasarana dan pengetahuan merupakan variabel yang dominan berhubungan dengan perilaku pencegahan cedera pada balita setelah dikontrol variabel perancu yaitu penghasilan. Perilaku pencegahan cedera pada balita dapat berupa pengajaran keselamatan, pengawasan dan modifikasi lingkungan yang aman bagi balita.

The growth and development of toddlers can cause the risk of injury, because toddlers have a great desire to know their environment but have not been able to coordinate between desires and the effects of the activities carried out so that the environment can threaten their lives. The impact of injuries to children under five is minor injuries, serious injuries in the form of disability to death, but injuries can be prevented. This research method is cross sectional, with a sample of 445 parents. Sampling using nonprobability sampling by means of consecutive sampling conducted online which is open through social media WhatsApp and Facebook. The research sample is parents who have children under five. Research analysis using the Chi Square test showed a relationship between characteristics and predisposing factors, reinforcing factors, and enabling factors with injury prevention behavior in toddlers with p value <0.05. Further analysis using multiple logistic regression shows that the facilities and infrastructure factors and knowledge are the dominant variables related to injury prevention behavior in children under five after controlling for confounding variables, namely income. Injury prevention behavior in toddlers can be in the form of safety teaching, supervision and modification of a safe environment for toddlers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Widiati
"ABSTRAK
Alat kesehatan yang terpasang pada anak akan membuat kulit atau membran mukosa tertekan sehingga dapat menimbulkan cedera tekan. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas panduan pencegahan cedera tekan terhadap anak yang terpasang alat medis. Metode penelitian randomized controlled trial, desain cross over dengan jumlah responden 50, usia 1 hari sampai dengan 18 tahun. Kelompok kontrol mendapatkan perlakuan sesuai dengan rutinitas rumah sakit, sedangkan kelompok intervensi diberikan tindakan sesuai dengan panduan Kiss dan Heiler 2014 .Penilaian kulit dinilai selama tiga hari.Kejadian cedera tekan dengan klasifikasi grade 1dan cedera membran mukosa pada responden dengan rata-rata skor NSRAS 15. Alat kesehatan yang menyebabkan cedera tekan pada responden adalah ETT 6,67 , OGT 12 ,NGT 11 , dan probe SpO2 6 . Tidak ada perbedaan yang bermakna kejadian cedera tekan pada kelompok kontrol dan intervensi.Trauma kulit dan cedera tekan akibat alat kesehatan terjadi pada kategori risiko ringan, untuk itu perawat tidak boleh terlena dengan nilai skor NSRAS dan Braden Q dalam melakukan pencegahan cedera tekan.Penelitian selanjutnya diperlukan untuk meningkatkan power penelitian dan pengembangan pengkajian risiko cedera tekan akibat alat kesehatan pada anak. Kata Kunci: alat kesehatan, Braden Q, cedera tekan, Neonatal Skin Risk Asesment Scale.

ABSTRACT
Medical devices attached to the child will make the skin or mucous membrane depressed so that it can cause injury pressure. The objective of the study was to determine the effectiveness of prevention pressure injury guidance for children with medical devices. Research method of randomized controlled trial, cross over design with number of respondent 50, age 1 day up to 18 years. The control group received treatment in accordance with the hospital routine, while the intervention group was administered in accordance with Kiss and Heiler guidelines 2014 . Skin assessment was assessed for three days. Incidence of pressure injury with grade 1 and mucous membrane injury on respondents with mean NSRAS score 15. Medical devices causing pressure injury on respondents were ETT 6, 67 , OGT 12 , NGT 11 , and SpO2 probe 6 . There was no significant difference in the incidence of pressure injuries in the control and intervention groups. Skin trauma and pressure injury related medical devices occurred in the low risk category, therefore nurses should not be complacent with the NSRAS and Braden Q scores in preventing pressureinjury. Further research is needed to improve power the research and development of risk assessment of pressure injuryrelated medical devices in children. "
2017
T48115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah
"Kecamatan Pesanggrahan merupakan kecamatan kedua dengan jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi di Jakarta Selatan yaitu mencapai 143 kasus tahun 2021. Peningkatan penularan dapat disebabkan oleh kurangnya penerapan perilaku pencegahan DBD pada individu. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan DBD masyarakat di Kecamatan Pesanggrahan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Responden penelitian berjumlah 116 orang dengan kriteria usia 20–65 tahun dan berdomisili di Kecamatan Pesanggrahan. Kuesioner penelitian menggunakan Google Form dan disebar secara daring melalui media sosial. Penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki perilaku pencegahan DBD yang cukup baik dengan rata-rata skor perilaku sebesar 64,31 dari 100. Berdasarkan hasil uji statistik, jenis kelamin menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap perilaku pencegahan DBD (p value= 0,002). Usia memiliki korelasi hubungan yang sedang (r1= 0,482) dan signifikan (p value= 0,001) terhadap perilaku pencegahan DBD. Pengetahuan (r2= 0,998), persepsi kerentanan (r3= 0,999), persepsi keparahan (r4= 0,998), persepsi manfaat (r5= 0,994), persepsi hambatan (r6= 0,998), dan isyarat untuk bertindak (r7= 0,987) memiliki korelasi hubungan yang sangat kuat dan signifikan (p value= 0,001) terhadap perilaku pencegahan DBD. Pemberian edukasi dan promosi kesehatan melalui berbagai metode yang sesuai sangat diperlukan untuk meningkatkan perilaku pencegahan DBD.

Pesanggrahan District is the second sub-district with the highest number of Dengue Hemorrhagic Fever cases in South Jakarta, reached 143 cases in 2021. The increase of transmission can be caused by the lack of implementation of dengue prevention behavior in individuals. This study aims to determine the factors that are related to dengue prevention behavior in the community of Pesanggrahan District. This study used a cross-sectional design with a quantitative approach. Respondents amounted to 116 people with the criterias aged 20–65 years old and domiciled in Pesanggrahan District. The questionnaire used Google Form and distributed online through social media. This study shows that respondents have good dengue prevention behavior with average behavioral score is 64,31 out of 100. Based on the result of statistical test, gender shows a significant relationship to the dengue prevention behavior (p value= 0,002). Age has a moderate correlation (r1= 0,482) and significant on dengue prevention behavior (p value= 0,001). Knowledge (r2= 0,998), perceived susceptibility (r3= 0,999), perceived severity (r4= 0,998), perceived benefit (r5= 0,994), perceived barrier (r6= 0,998), and cues to action (r7= 0,987) have very strong and significant relationship (p value= 0,001) to dengue prevention behavior. Providing education and health promotion through various appropriate methods are very necessary to improve dengue prevention behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Puspitasari
"Upaya pencegahan cedera masih terbatas pada cedera akibat kecelakaan lalu lintas, sementara cedera yang diderita oleh anak-anak usia sekolah mungkin termasuk tenggelam, terbakar, jatuh, keracunan dan kecelakaan lalu lintas. Pendidikan interaktif dengan puzzle 3 dimensi sesuai dengan tahap perkembangan anak usia sekolah yang konkret operasionalnya dengan menunjukkan puzzle menyerupai benda nyata pada pencegahan jatuh, tenggelam, terbakar, kecelakaan lalu lintas dan cedera keracunan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pendidikan interaktif dengan teka-teki 3-dimensi pada perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) pencegahan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain quasy experiment dan menggunakan pendekatan desain pre-post group dengan kelompok kontrol. Sampel dalam penelitian ini adalah 120 siswa sekolah dasar dengan 60 siswa sebagai kelompok intervensi dan 60 siswa sebagai kelompok kontrol. Hasilnya adalah bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pendidikan interaktif dengan teka-teki 3 dimensi pada perilaku pencegahan cedera pada kelompok usia sekolah dengan nilai p 0,001 (p<0,05). Teka-teki 3 dimensi adalah media yang baik sebagai alat dalam meningkatkan perilaku pencegahan cedera pada kelompok usia sekolah dasar. Penggunaan teka-teki 3-dimensi efektif untuk meningkatkan perilaku pencegahan cedera. Kerja sama antara pekerja kesehatan, sekolah dan keluarga diperlukan untuk menyediakan alat pendidikan yang inovatif dan menyediakan sarana pencegahan cedera untuk anak-anak usia sekolah.

Injury prevention efforts are still limited to injuries due to traffic accidents, while injuries suffered by school-aged children may include drowning, burning, falling, poisoning and traffic accidents. Interactive education with 3 dimensional puzzle according to the stage of development of school age children that is concrete operational by showing the puzzle resembles real objects on the prevention of falling, drowning, burning, traffic accident and poisoning injury.
The purpose of this study was to identify the effect of interactive education with 3-dimensional puzzles on behavior (knowledge, attitudes and skills) prevention. The research method used is quantitative with quasy experiment design and using pre-post group design approach with control group. The sample in this study were 120 elementary school students with 60 students as intervention group and 60 students as control group. The result is that there is a significant effect of interactive education with 3 dimensional puzzle on injury prevention behavior in school age group group with p value 0,001 (p <0,05). 3-dimensional puzzle is a good medium as a tool in improving injury prevention behavior in the elementary school age group. Use of 3-dimensional puzzles is effective for improving injury prevention behavior. Cooperation between health workers, schools and families is required to provide innovative educational tools and provide means of injury prevention for school-aged children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Ikob
"Data kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia hingga akhir 2001 sebanyak 2.575 kasus. Jumlah ini merupakan kasus yang dicatat dan dilaporkan oleh Ditjen PPM&PL. Sementara itu, masih banyak lagi kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi atau tidak terlaporkan oleh petugas kesehatan sehingga kasus HIV/AIDS ini merupakan fenomena gunung es di Indonesia.
Kasus tersebut diatas diperparah oleh terjangkitnya remaja oleh HIV/AIDS akibat pergaulan bebas, seperti narkoba, minuman keras dan seks pra nikah. Dari 2.575 kasus, sebanyak 861 kasus diantaranya dialami oleh remaja berusia 15-29 tahun yang sebagian diantaranya masih merupakan pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa siswa SLTA sangat rentan terkena penyakit HIV/AIDS. Dalam kaitan inilah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh deksripsi sejumlah faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS siswa SMUN 13 Palembang 2002.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Sampelnya adalah siswa-siswi kelas satu dan dua sebanyak 110 orang. Penelitian ini menggunakan data primer melalui kuesioner, yang dilaksanakan pada bulan Mei 2002.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa siswa yang berperilaku baik dalam usaha pencegahan HIV/AIDS sebesar 64,5%. Sedangkan dari hasil analisis bivariat didapat bahwa ada dua variabel yang berhubungan secara bermakna dengan perilaku pencegahan terhadap HIV/AIDS siswa SMUN 13 Palembang 2002 yaitu ekstra kurikuler dan peran guru. Dari hasil analisis multivariat regresi logistik ternyata variabel ekstra kurikuler merupakan variabel yang paling dominan secara statistik terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS siswa SMUN 13 Palembang 2002.
Dari hasil penelitian ini ada berbagai saran yang perlu ditindak lanjuti. Pertama, hendaknya pihak penyelenggara program kesehatan memanfatkan kelompok potensial di sekolah seperti OSIS, guru bimbingan konseling, maupun guru olahraga dan agama untuk mempromosikan program pencegahan HIV/AIDS serta dilakukan penyuluhan secara berkala dan berkesinambungan. Kedua, tim perencanaan kurikulum sekolah hendaknya memasukkan materi HIV/AIDS sebagai muatan lokal sesegera mungkin. Ketiga, pihak sekolah hendaknya lebih menggalakkan pendidikan kesehatan reproduksi remaja. Keempat, pihak sekolah hendaknya lebih banyak memberikan kesempatan dan dukungan kepada OSIS dalam mengadakan seminar, diskusi maupun lomba karya ilmiah tentang HIV/AIDS. Aktivitas ekstra kurikuler seperti drama, bermain peran, kunjungan ke Rumah Sakit serta Palang Merah Remaja dapat meningkatkan perilaku pencegahan terhadap HIV/AIDS dapat lebih baik.

Factors Related to HIV/AIDS Prevention Behavior by Students of Senior High School 13 in Palembang 2002The cumulative data of HIV/AIDS cases in Indonesia up to the end of 2001 are 2,575. This fiture shows only recorded and reported cases by Ditjen PPM&PL. On the other hand, there still remain a lot of cases which are not detected and reported which form an iceberg phenomenon.
The situation is also affected worsened by youth who are infected by HIV/AIDS through the use of drug (narkoba), alcohol and premarital sexual intercourse. From 2,575 cases, there are 861 cases suffered by youth aged 15-29 years old in which some of them are senior high school students.
The above mentioned fact shows that senior high school students are proned to HIV/AIDS. In this respect, there should be research conducted to describe factors related to the behavior of preventing HIV/AIDS by students of Senior High School 13 Palembang in 2002.
This study used cross sectional design. The samples are 110 senior high school students from first and second year. Data was collected using questioner in May 2002. Three types of analiysis were used in this research. Univariat analysis result shows that students with good behavior on preventing H1V/AIDS are 64,5%. Bivariate analysis results found two variables related to the Behavior of Preventing HIV/AIDS by Students of Senior High School 13 in Palembang in 2002, i.e. extra curricular activities and teachers role. Multivariat analysis using logostic regression shows that extra curricular is the dominant variable related to the behavior of preventing HIVIAIDS by students of Senior High School 13 in Palembang in 2002.
From the above result, some recommendations are suggested. First, health program provider should make use potential groups at school such as OSIS, counseling, sport and religion teacher in order to promote the prevention of HIV/AIDS and to provide routine and continuous counseling. Second, school curriculum planner should include HIV/AIDS topic as local material reproductive as soon as possible. Third, school should promote the educated of youth. School should give more chance and support OS1S to hold seminar, discussion and competition and popular scientific writing on HIV/AIDS. Extra curricular activities such as drama, role play, youth red cross club and visiting to hospital can improve the behavior of preventing HIV/AIDS."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effita Piscesiana
"Pandemi COVID-19 berdampak pada penurunan jumlah pasien ST-Elevation Miocard Infarct (STEMI) tetapi terdapat peningkatan presentasi pasien dengan tindakan reperfusi yang mengalami penundaan. Penundaan ini berakibat pada pemanjangan waktu reperfusi yang memengaruhi Health Related Quality of Life (HRQOL). Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi HRQoL pada pasien STEMI yang menjalani terapi reperfusi selama masa pandemi. Sampel penelitian berjumlah 110 responden dengan teknik consecutive sampling. Analisa bivariat menunjukkan jenis kelamin, status hubungan pernikahan, ketepatan waktu reperfusi, tingkat depresi, dan persepsi sakit berhubungan signifikan dengan HRQoL. Analisis multivariat menunjukkan persepsi sakit, ketepatan waktu reperfusi dan status pernikahan merupakan faktor dominan yang memengaruhi HRQoL. Ketiga faktor tersebut menjelaskan variabel HRQoL sebesar 32,6% dan selebihnya 67,4% dijelaskan oleh faktor lain. Peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih representatif untuk mendapatkan hasil prediktor R2 yang lebih baik dalam mengidentifikasi faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap HRQoL, evaluasi paska tindakan reperfusi menggunakan HRQoL yang multidimensional, edukasi kepada pasien maupun pasangannya, serta evaluasi secara berkala terhadap efektivitas screening COVID-19 untuk pasien STEMI yang datang ke IGD dalam mempertahankan target terapi reperfusi.

The COVID-19 pandemic has resulted decreasing in the number of ST-Elevation Myocardial Infarct (STEMI) patients but there has been an increase in the presentation of patients with delayed reperfusion. This delay results in a prolonged reperfusion time which affects Health-Related Quality of Life (HRQOL). This cross-sectional study aims to identify the factors that influence HRQoL in STEMI patients undergoing reperfusion therapy during the pandemic. The research sample was 110 respondents with consecutive sampling techniques. Bivariate analysis showed that gender, marital relationship status, the timeliness of reperfusion, level of depression, and illness perception were significantly related to HRQoL. Multivariate analysis showed illness perception, timeliness of reperfusion and marital status were the dominant factors influencing HRQoL. These three factors explained the HRQoL by 32.6% and the remaining 67.4% was explained by other factors. Researcher suggests further research to be conducted using a more representative sample size to obtain better R2 predictor results in identifying other factors that more contribute to HRQoL, post-reperfusion evaluation using multidimensional HRQoL, educating patients and their partners, as well as comprehensive evaluation on the effectiveness of COVID-19 screening for STEMI patients who come to the ED to maintain the target of reperfusion therapy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenni Haristia
"Pencegahan obesitas perlu dilakukan sejak remaja karena berpotensi menjadi obesitas saat dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor predisposisi yaitu umur; jenis kelarnin; status gizi siswa; pengetahuan; sikap; status gizi ibu, faktor pemungkin yaitu status pekerjaan ibu; tingkat pendidikan ibu; dan pola makan, dan faktor penguat yaitu pengaruh teman sebaya dengan perilaku pencegahan obesitas. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain crosssectional. Pengambilan data dilakukan di SMP Negeri 1 Depok dengan instrumen kuesioner.
Penelitian menemukan bahwa 69,1% siswa melakukan pencegahan obesitas. Analisis lebih lanjut menemukan bahwa status gizi siswa, asupan lemak harian, kebiasaan sarapan, konsumsi sayur, serta konsumsi susu dan hasil olahannya berhubungan dengan perilaku pencegahan obesitas pada siswa SMP di Kota Depok tahun 2012.
Prevention of obesity needs to be done as adolescent because of the potential of becoming obese as adults. This study aims to determine the relationship between predisposing factors are age; sex; nutritional status of students; knowledge, attitude; maternal nutritional status, enabling factors, namely maternal employment status; level of maternal education, and diet, and reinforcing factors namely the influence of peer groups with obesity prevention behaviors. This study is quantitative with crosssectional design. Data is collected in state junior high school 1 Depok (SMP Negeri 1 Depok) with a questionnaire instrument.
The study found that 69.1% of students do prevention of obesity. Further analysis found that the nutritional status of students, the daily fat intake, breakfast habits, consumption of vegetables, as Well as the consumption of milk and processed products, was related to obesity prevention behaviors in students of state junior high school in Depok.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Afriadi Hamdan
"Latar belakang: IKPP merupakan salah satu pilihan terapi reperfusi. Kesintasan pasien pasca IKPP dipengaruhi berbagai faktor. Namun, dari hasil penelitian lain pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kesintasan memiliki hasil yang kontradiktif.
Tujuan: Mengetahui kesintasan satu tahun pasien yang menjalani IKPP di RSCM
dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Metode: Studi kohort retrospektif dilakukan dengan menelusuri RM pasien yang menjalani IKPP di RSCM periode Januari 2014 hingga Desember 2019. Pasien diamati selama satu tahun dengan luaran berupa mortalitas kardiovaskular. Analisis kesintasan dilakukan dengan metode Kaplan-Meier dan uji log rank untuk melihat kemaknaannya. Setelah itu, dilakukan analisis multivariat. Hasil: Didapatkan sebanyak 220 pasien untuk diteliti. Kesintasan satu tahun pasien pasca IKPP di RSCM sebesar 88,2% (SE 0,254) dengan rerata usia sebesar 54,96 ± 9,51 tahun di mana usia < 60 tahun (72,3%), laki-laki (85%), hiperglikemia (65%), Killip I-II (74,1%), dan lesi anterior (89,5%) memiliki proporsi lebih banyak.
Sedangkan, obesitas (39,5%), kadar kreatinin serum tinggi (34,1%), dan PJK 3PD (45,5%) memiliki proporsi yang lebih sedikit. Rasio monosit-HDL memiliki nilai median 14,53 (0 – 61,4). Dari analisis multivariat didapatkan usia > 60 tahun dengan HR 4,25 (IK95% 1,93 – 9,37), kreatinin serum tinggi dengan HR 2,41 (IK 95% 1,08 – 5,33), dan nilai Killip III-IV dengan HR 4,06 (IK 95% 1,83 – 9,00) memengaruhi kesintasan satu tahun pasien pasca IKPP. Kesimpulan: Kesintasan satu tahun pasca IKPP di RSCM sebesar 88,2% (SE 0,254), dipengaruhi oleh usia, rasio monosit-HDL, dan nilai Killip.

Background: Primary PCI plays important roles as reperfusion therapy in STEMI.
The survival rate of post-Primary PCI patients is affected by some of risk factors.
However, the effect of these factors on survival has contradictory results from
others studies.
Objective: To assess the one-year survival of patients undergoing Primary PCI in
Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia (RSCM) and factors
affecting.
Method: A retrospective cohort study was conducted by tracing the medical
records of patients undergoing Primary PCI at RSCM for the period January 2014
to December 2019. Patients were observed for one year after Primary PCI for
cardiovascular mortality outcomes. Survival analysis was performed using the
Kaplan-Meier method, then log rank test to see its significance. Then, multivariate
analysis was performed.
Results: There were 220 patients to be studied. One-year survival rate of patients
undergoing Primary PCI in RSCM is 88.2% (SE 0.254). The mean age of this study
is 54.96 ± 9.51 years with groups of age < 60 years, males, hyperglycemia on
admission, Killip I-II, and anterior lesions had higher proportions (respectively:
72.3%, 85%, 65%, 74.1%, and 89.5%). Meanwhile, the groups of obesity, high
serum creatinine level, and CAD 3VD had lower proportions (39.5%, 34.1%, and
45.5%, respectively). The monocyte-HDL ratio has a median value of 14.53 (0 –
61.4). The variables of age > 60 years, high serum creatinin, and Killip III-IV values
affect one-year survival with HR 4.25 (CI95% 1.93 – 9.37), 2.41 (CI95% 1.08 –
5.33), and 4.06 (CI95% 1.83 – 9,00), respectively.
Conclusion: One year survival after Primary PCI in RSCM is 88.2% (SE 0.254),
affected by age, high serum creatinine, and Killip scores.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Anisah
"ABSTRAK
Belum diketahuinya determinan pencegahan cedera tekan merupakan masalah yang berdampak pada mutu asuhan keperawatan khususnya indikator mutu klinis kejadian cedera tekan dan keselamatan pasien. Kejadian cedera tekan pada pasien selama di rawat inap meningkat, sehingga harus diupayakan strategi pencegahannya. Berbagai faktor memungkinkan berpengaruh terhadap terjadinya cedera tekan. Teridentifikasinya faktor penentu pada cedera tekan memastikan manajer keperawatan melakukan semua usaha pencegahan agar kejadian dapat dihindarkan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor penentu determinan yang berpengaruh dalam upaya pencegahan cedera tekan di rumah sakit. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional pada 108 perawat melalui simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Determinan pencegahan cedera tekan yang teridentifikasi yaitu umur dan iklim keselamatan pasien ? = 0,001 mdash;0,013; . Hasil dapat dijadikan dasar bagi manajer keperawatan dan rumah sakit untuk meningkatkan upaya pencegahan cedera tekan.

ABSTRACT
Unkown to determinants of the prevention of injury pressure PIP by nurse is a problem that affects the quality of nurse care, especially the nursing sensitive indicator and patient safety. The incidence of PIP to the patient during admitted was increased, so quality and safety of the patient should be strived for prevention. Various factors allow influence of the occurrence of the pressure injury during admission. The identification ensures the nurse manager done all prevention efforts to prevent the occurrence. The aim of this research to identification the determinants that have an effect on the PIP. The research design used descriptive correlation with cross sectional design on 108 nurses through simple random sampling. Data were collected using questionnaires with univariate, bivariate and multivariate analyzes. Determinants of PIP were identified were nurses age, policies and patient safety climate 0,001 ndash 0,013 . Results can be used as a basis for nurse manager and hospital to improve PIP efforts in optimize the quality of nursing and patient safety. "
2017
T48383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Amalia Utami Putri
"Tesis ini disusun untuk mengetahui pengaruh antara berbagai metode berkemih yang umum dilakukan di Indonesia dengan kualitas hidup penderita Cedera Medula Spinalis (CMS) yang memiliki gangguan berkemih neurogenik. Penelitian menggunakan desain uji potong lintang (cross-sectional). Subjek penelitian merupakan penderita gangguan berkemih neurogenik pada penderita CMS yang menggunakan metode berkemih secara spontan (dengan post voiding residu < 20%), kateterisasi bersih secara berkala (Clean Intermittent Catheterization/CIC) secara mandiri, CIC dibantu oleh pelaku rawat, dan kateter menetap. Semua subjek (n=85) dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, kemudian mengisi kuesioner Qualiveen 30 versi Bahasa Indonesia yang sebelumnya telah diuji keshahihan dan keandalannya dalam versi Bahasa Indonesia. Hasil keluaran penelitian ini berupa penilaian Kualitas Hidup Berkemih pada Penderita Cedera Medula Spinalis dengan menggunakan instrumen spesifik yaitu Kuesioner Qualiveen-30 dalam bahasa Indonesia. Ditemukan bahwa skor total kuesioner Qualiveen-30 adalah 1,75  0,78 dengan skor terbesar terdapat pada domain Limitation (1,92  1,00) yang menunjukkan bahwa Limitation merupakan domain yang memiliki nilai kualitas hidup paling rendah diantara ke empat domain. Analisa bivariat menunjukkan bahwa domain Constraint memiliki hasil yang berbeda bermakna secara statistik (p = 0,007) diantara 4 metode berkemih yang dilakukan, dimana metode berkemih CIC oleh pelaku rawat memiliki kualitas hidup berkemih yang paling buruk dengan skor domain 2,500  0,727. Faktor – faktor lain yang berpengaruh kualitas hidup berkemih terhadap domain Constraint pada penderita CMS antara lain jenis kelamin (p=0,047), level cedera (p = 0,024), dan metode berkemih (p = 0,007). Pada analisis post hoc didapatkan subjek dengan metode berkemih CIC oleh pelaku rawat memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan subjek dengan metode berkemih spontan (p = 0,042) dan subjek dengan metode berkemih CIC mandiri (p = 0,009).

This thesis was aimed to determine the effect of various methods of urination that are commonly carried out in Indonesia and the quality of life of patients with Spinal Cord Injury (SCI) who have neurogenic bladder disorders. The design was cross-sectional. Subjects were SCI patients with neurogenic bladder disorders who used spontaneous voiding methods (with post voiding residue <20%), Clean Intermittent Catheterization / CIC independently, CIC assisted by caregivers, and indwelling catheters. All subjects (n = 85) were interviewed, physically examined by physician, and filled out the Indonesian version of the Qualiveen 30 questionnaire. The results of this study is to assess the Quality of Life for neurogenic bladder and its related factors.
It was found that the total score of the Qualiveen-30 questionnaire was 1.75 ± 0.78 with the highest score found in the Limitation domain (1.92 ± 1.00) which showed that it is the lowest quality of life value among the four domains (Limitation, Constraint, Fear, Feelings).
Bivariate analysis showed that the Constraint domain had statistically significant different results (p = 0.007) among the 4 ovoiding methods performed. Clean Intermittent Catheter by caregiver had the worst quality of voiding with a domain score of 2,500 ± 0.727. Other factors influencing the Quality of Life on the Constraint domain include gender (p = 0.047), injury level (p = 0.024), and voiding method (p = 0.007).
In the post hoc analysis it was found that subjects with CIC voiding methods by caregiver had lower quality of life compared to subjects with spontaneous voiding methods (p = 0.042) and subjects with independent CIC voiding methods (p = 0.009).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>