Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135879 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sirait, Marthin Anggia
"Latar belakang: Penuaan merupakan proses biologis yang ditandai dengan proses
degenerasi pada sel yang menyebabkan perubahan struktur dan penurunan fungsi
jaringan dan organ. Prevalensi sejumlah penyakit degeneratif meningkat pada
kelompok lansia, salah satunya adalah penyakit organ ginjal. Biaya penanganan
penyakit ginjal saat ini masih sangat mahal, sehingga dapat membebani ekonomi
negara dan masih menjadi suatu masalah di dunia kedokteran. Salah satu
mekanisme proses penuaan adalah adanya stres oksidatif. Tanaman Centella
asiatica (CA) dan Acalypha indica (AI) diketahui memiliki kandungan antioksidan
tinggi. Sejumlah penelitian menunjukkan kemampuan CA dan AI dalam
memperbaiki kondisi stres oksidatif.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak CA dan AI terhadap gambaran
histologis glomerulus pada ginjal tikus Sprague-Dawley tua.
Metode: Penelitian ini menggunakan sampel bahan biologis tersimpan berupa blok
parafin jaringan ginjal dari penelitian sebelumnya. Terdapat 5 kelompok perlakuan:
tikus usia muda (8-12 minggu), tikus usia tua (20-24 bulan), tikus tua + AI, tikus
tua + CA, dan tikus tua + Vitamin E. Perlakuan diberikan selama 28 hari sebelum
terminasi tikus. Organ ginjal diproses menjadi preparat histologis dengan
pewarnaan hematoksilin-eosin, dan dilakukan pengukuran 3 variabel yaitu jumlah
glomerulus, diameter glomerulus, dan persentase luas ruang Bowman.
Hasil: Tikus usia tua mempunyai kecenderungan untuk mempunyai jumlah
glomerulus yang lebih sedikit dan persentase luas ruang Bowman yang lebih kecil
dibanding kelompok lainnya, namun secara statistik tidak bermakna (ANOVA
p=0,260 dan p=0,141). Pengukuran diameter glomerulus juga menunjukkan
kecenderungan tikus tua mempunyai diameter yang lebih besar (ANOVA p=0,000),
tetapi tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada pemberian AI (p
=0,697) maupun CA (p=0,158).
Simpulan: Ekstrak Acalypha indica dan Centella asiatica tidak menyebabkan
perubahan bermakna pada gambaran histologis glomerulus tikus tua. Diperlukan
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis yang lebih besar dan durasi
perlakuan lebih lama untuk mengetahui efek anti-aging pada ginjal dari AI dan CA.

Background: Aging is a biological process marked by cellular degeneration that
causes structural changes and declining organ function. The prevalence of
degenerative diseases has increased in the elderly population, one of which is
kidney disease. The current cost for kidney diseases management is very expensive,
therefore it could burden the country’s economy, and it is still a major health
problem. One of the main underlying mechanism in the aging process is oxidative
stress. Herbal plants such as Centella asiatica (CA) and Acalypha indica (AI) are
known to have high antioxidant levels. Previous studies have shown that CA and
AI have the capability to inhibit the oxidative stress.
Purpose: To investigate the effect of Acalypha indica and Centella asiatica extract
on glomerular histology of the old Sprague-Dawley rats.
Method: We used stored biological samples of the kidney paraffin blocks taken
from the previous study. There were 5 treatment groups: younger age rats (8-12
weeks), older age rats (20-24 months), old rats + AI, old rats + CA, and old rats +
Vitamin E. Treatments were given in 28 days and then the rats were terminated.
The kidneys were processed into histological slides with hematoxylin-eosin
staining. There were 3 variables measured from the samples, which were
glomerular number, glomerular diameter, and Bowman’s space area percentage.
Result: The old rats tend to have fewer glomerular number and narrowing
Bowman’s space area percentage compared to other groups, however they are not
statistically significant (ANOVA p=0,260 dan p=0,141). The old rats also have the
tendency of bigger glomerular diameter (ANOVA p=0,000), however it is not
significantly different in AI (p=0,697) and CA treatment (p=0,158).
Conclusion: Our study showed that the extract of Acalypha indica and Centella did
not cause any histological changes in the glomerulus of the older age rats. Further
studies are needed using higher dosage and longer duration of treatment to
investigate the antiaging effect of AI and CA in the aging kidney
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Astrid Mariam Khairani
"Pendahuluan: Setiap manusia pasti mengalami proses penuaan, dimana proses penuaan itu sendiri erat kaitannya dengan kerusakan akibat radikal bebas. Kerusakan ini dapat terjadi pada protein dan akan memicu proses karbonilasi yang menghasilkan komponen toksik yaitu karbonil. Berbagai kerusakan dan penurunan fungsi tubuh yang terkait dengan proses penuaan menyebabkan minat masyarakat terhadap suplemen anti penuaan, termasuk tanaman Acalypha indica dan Centella asiatica yang berpotensi untuk mengurangi radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan Acalypha indica dan Centella asiatica dalam menurunkan kadar karbonil akibat kerusakan protein pada proses penuaan. Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental di Laboratorium Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI dengan menggunakan homogenat otak tikus Sprague dawley yang dikelompokkan sesuai perlakuannya masing-masing. Hasil: Kadar karbonil otak tikus tua yang diberi Centella asiatica menunjukkan angka yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus tua tanpa perlakuan, sedangkan kelompok yang diberi Acalypha indica tidak berbeda nyata dengan kelompok tua. tikus. Kesimpulan: Pegagan mampu menurunkan kadar karbonil akibat kerusakan protein pada proses penuaan.
Introduction: Every human being must experience the aging process, where the aging process itself is closely related to damage caused by free radicals. This damage can occur in proteins and will trigger the carbonylation process which produces a toxic component, namely carbonyl. Various damages and declines in body functions associated with the aging process have led to public interest in anti-aging supplements, including Acalypha indica and Centella asiatica plants which have the potential to reduce free radicals. This study aims to examine the ability of Acalypha indica and Centella asiatica to reduce carbonyl levels due to protein damage in the aging process. Methods: The study was conducted experimentally at the Laboratory of the Department of Biochemistry and Molecular Biology, Faculty of Medicine, using a brain homogenate of Sprague dawley rats which were grouped according to their respective treatments. Results: The brain carbonyl levels of old rats that were given Centella asiatica showed a much lower number than the group of old rats without treatment, while the group that was given Acalypha indica was not significantly different from the old group. rat. Conclusion: Gotu kola is able to reduce carbonyl levels due to protein damage in the aging process."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Farah Faulin Al Fauz
"Stroke merupakan suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang akan menyebabkan kematian pada sel otak. Penyakit ini memiliki prevalensi yang tinggi pada orang tua. Salah satu obat yang digunakan untuk penatalaksanaan stroke adalah citicoline, namun obat ini memiliki efek samping dan harganya cukup mahal. Oleh karena itu diperlukan pengobatan alternatif yang lebih aman dan terjangkau, yaitu kombinasi Acalypha indica Linn (akar kucing) dan Centella asiatica (pegagan). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan melakukan perlakuan terhadap Sprague dawley yang dikondisikan hipoksia. Sprague dawley diberikan perlakuan berupa pemberian berbagai dosis kombinasi dari Ekstrak Akar Kucing yaitu dosis 150, 200, dan 250 mg serta Pegagan dosis 150 mg kemudian dilihat hasilnya melalui identifikasi jumlah sel normal, kondensasi, dan piknotik yang terdapat di girus dentatus internus Sprague dawley pascahipoksia. Data dianalisis dengan One-Way Anova dan didapatkan nilai sebesar p>0,05 yang memiliki arti tidak berbeda bermakna. Pada penelitian ini didapatkan pada perbandingan kombinasi dosis akar kucing dan pegagan didapatkan jumlah sel yang tidak terlalu berbeda di girus dentatus internus Sprague dawley pascahipoksia.

Stroke is a clinical manifestation of circulatory disorders of the brain that will cause death in brain cells (neuron). This disease has a high prevalence in the elderly. One of the drugs that is used for treatment in stroke is citicoline, but this drugs have side effects and quite expensive. Therefore we need a safer treatment alternative and affordable, which is combination of Acalypha indica Linn (akar kucing) and Centella asiatica (Pegagan). This research uses experimental methods to perform the treatment in Sprague dawley rats pascahypoxia. Sprague dawley rats are given treatment of various dose combinations of akar kucing (150, 200, 250 mg) and pegagan (150 mg). After that, see the results through the identification number of normal, condensation, and piknotik cells in the gyrus dentatus internus Sprague dawley pascahipoksia. Data were analyzed with One-Way ANOVA and obtained a value of p> 0.05 which means not significantly different the number of cells in gyrus dentatus Sprague dawley pascahypoxia internus after treatment with various dose in extract."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estiana Filzadiyanti
"Menurut The Free Radicals Theory of Aging akumulasi radikal bebas salah satu faktor penyebab penuaan yang dapat merusak sel-sel tubuh. Tubuh memiliki sistem antioksidan untuk menjaga homeostasis dan melindungi dari stres oksidatif. Namun, antioksidan endogen yang bekerja dianggap belum sepenuhnya dapat menangani masalah tersebut, sehingga diperlukan suplementasi antioksidan eksogen yang memanfaatkan sumber tanaman herbal di Indonesa. Tanaman Acalypha indica (AI) dan Centella asiatica (CA) diketahui memiliki berbagai kandungan senyawa, salah satunya adalah flavonoid. Pada berbagai penelitian, flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang diketahui dapat membantu melindungi tubuh dari stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak AI dan CA terhadap kadar antioksidan Glutation (GSH) otak tikus Sprague Dawley tua. Studi eksperimental in vivo menggunakan otak tikus dari lima kelompok percobaan, yaitu tikus kontrol tua, tikus yang diberi AI (250 mg/kgBB), tikus yang diberi CA (300mg/kgBB), tikus yang diberi vitamin E (15 UI/kgBB), dan tikus kontrol muda. Pengukuran kadar GSH menggunakan metode Ellman. Kadar GSH otak pada kelompok tikus yang diberi AI lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan tikus yang diberi CA (p= 0,001), Vitamin E (p=,006), dan tikus kontrol muda (p= 0,003). Kadar GSH pada kelompok tikus kontrol tua lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan tikus yang diberi CA, Vitamin E, dan tikus kontrol muda. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua tanaman memiliki kadar antioksidan dan berpotensi sebagai suplemen bagi tubuh.

According to The Free Radical Theory of Aging, accumulation of free radicals lead to aging which can damage body cells. Our body has antioxidant system to maintain homeostasis and protect from oxidative stress. However, the endogenous antioxidant cant fully solve the problem, thus our body needs exogenous antioxidant supplement that can utilize from herbal plants in Indonesia. Acalypha indica (AI) and Centella asiatica (CA) is a plant known having several chemical compounds which one of them is flavonoid. In many studies, flavonoid has antioxidant activity that can help protect body from oxidative stress. This study has objective to discover the effect of AI and CAs extract to antioxidant GSH (glutathione) level in old Sprague Dawley rats brains.This study was conducted as in vivo experimental research using rats brains from 5 experimental groups, which are old control rats, rats that were given AI (250 mg/kgBW), rats that were given CA (300 mg/kgBW), rats that were given vitamin E (15 UI/kgBW), and young control rats. Measurement of GSH lever was done by using Ellman method. GSH level in group of rats that were given AI was significantly higher compared to brain GSH level in group of rats that were given CA (p=0.001), vitamin E (p=0.006), and young control rats (p=0.003). GSH level in old control rats group was significantly higher compared to group of rats that were given CA, vitamin E, and young control rats. This result show that both plants have antioxidant activity and potentially used as supplementation for body."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfitri
"Latar Belakang: Hipoksia kronik merupakan salah satu penyebab penyakit ginjal antara lain akibat iskemia kronik, anemia serta peningkatan pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) di dalam sel. Penggunaan obat jangka panjang untuk mengurangi faktor risiko hipoksia pada ginjal yaitu Angiotensin-Converting Enzyme inhibitors dan Angiotensin Receptor Blockers akan menimbulkan efek samping yang berat. Pemberian kombinasi ekstrak air akar Acalypha indica 250 mg/KgBB (AI250) dan herba Centella asiatica 150 mg/kgBB (CA150) menunjukkan efek neuroterapi sel neuron pada tikus Spraque Dawley pascahipoksia. Atas dasar penelitian tersebut akan dibuktikan manfaat kombinasi ekstrak etanol (akar AI+ herba CA) dan/atau ekstrak tunggalnya dalam memperbaiki kerusakan ginjal tikus Spraque Dawley pascahipoksia melalui mekanisme antioksidan.
Metode: 28 ekor tikus Sprague Dawley jantan yang dibagi ke dalam 7 kelompok yaitu normal; hipoksia+air; hipoksia+kombinasi1; hipoksia+kombinasi2; hipoksia+tunggal1; hipoksia+tunggal2; hipoksia+vit C. Induksi hipoksia dilakukan selama 7 hari dalam hypoxic chamber diisi O2 10 % dan N2 90 % bertekanan 1 atm. Pada hari ke-8 pascareoksigenasi 1 jam masing-masing kelompok diberi perlakuan air; (AI200+CA150); (AI250+CA100); AI250; CA150 dan vitamin C peroral selama 7 hari. Pada akhir studi hewan coba diterminasi menggunakan eter. Darah dan organ ginjal diambil untuk pemeriksaan kadar MDA, ekspresi relatif mRNA HIF-1α, kadar kreatinin dan urea plasma serta pemeriksaan histopatologi.
Hasil: Pemberian ekstrak etanol kombinasi (AI250+CA100) dapat menurunkan kadar MDA ginjal dan plasma secara bermakna dibandingkan kontrol hipoksia (p=0,001dan p=0,021) dan ekstrak etanol AI 250 (p=0,003 dan 0,043). Pada kombinasi ekstrak AI250+CA100 terjadi penurunan ekspresi relatif mRNA HIF-1α (p=0,014). (AI250+CA100), penurunan kadar urea plasma (p=0,001) dan perbaikan lesi intra- glomerulus p=0,013.
Kesimpulan: Kombinasi ekstrak etanol (AI250+CA100) dan tunggal (AI250) memiliki aktivitas antioksidan terbaik sehingga dapat mencegah kerusakan ginjal pascahipoksia, secara biokimiawi dan gambaran histopatologinya.

Background: The Chronically hypoxia can be caused by chronic ischemia, anemia and increased formation of Reactive Oxygen Species (ROS) in the cell. Existing treatments for long term in order to reduce the risk factors in kidney hypoxia (Angiotensin Converting Enzyme inhibitor and Angiotensin Receptor Blockers) can cause severe side effects. Using combination of water extract of the root of Acalypha indica 250 mg/KgBB (AI250) and herbaceus Centella asiatica 150 mg/kgBB (CA150) showed the effect of neuronal cell neurotherapy in Spraque Dawley Rat post-hypoxic. On the basis of this studies wil be proven benefits of the ethanolic extract in combination and single of the Root of Acalypha indica and Herbaceus Centella asiatica Supplementation in repairing at Spraque Dawley rat kidney damage post-hypoxic through an antioxidant mechanism.
Methode: 28 Male Sprague-Dawley rats were divided into 7 groups: normal control; hypoxia + water control; hypoxia + combination 1; hypoxia + combination 2; hypoxia + single 1; hypoxia + single 2; hypoxia + vitamin C. Induction of hypoxic for 7 days in a hypoxic chamber filled with 10% O2 and 90% N2 pressure of 1 atm. On the 8 th day pasca reoxygenation for 1 hour, each group were treated by water; (AI200 + CA150); (AI250 + CA100); AI250; CA150 and vitamin C orally for 7 days. At the end of the test animal studies using ether terminated. Blood and kidneys were taken for examination MDA levels, the relative mRNA expression of HIF-1α, plasma urea and plasma creatinine levels and histopathology.
Result: Combination of ethanolic extract (AI200+CA150) decreased MDA levels kidney tissue and plasma were significantly compared with the control (p = 0,001dan p = 0.003) and ethanolic extract AI 250 (p = 0.016 and 0.043), AI250 + CA100 decreased relative mRNA expression HIF-1α (p = 0.014). The combination of extracts (AI250 + CA100) decreased plasma urea levels (p = 0.001) and the repair of intra-glomerular lesions p = 0.013.
Conclusion: the combination (AI250+CA100) and single (AI250) administration has the best antioxidant activity, thus preventing kidney damage post hypoxic by biochemical parameters and histopathology."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Reynaldo Sudirman
"ABSTRAK
Gaya hidup sedenter dan ketidakseimbangan pola konsumsi mengakibatkan masyarakat dunia menghadapi Global Time Bomb Phenomenon. Kecenderungan masyarakat dalam mengkonsumsi makanan tinggi fruktosa dan kolesterol menjadikan sindrom metabolik sebagai bom waktu yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Perlemakan pankreas merupakan komorbid yang dapat muncul apabila kondisi hiperlipidemi dan hiperglikemi pada sindrom metabolik tidak mendapatkan intervensi adekuat sedari dini. Gemfibrosil merupakan salah satu pilihan terapi namun efektifitas tunggal regimen ini masih dipertanyakan. Acalypha indica merupakan tanaman herbal yang disinyalir memiliki efek protektif pada kondisi hiperlipidemi dan hiperglikemi. Penelititan ini bertujuan untuk membandingkan efek terapeutik Gemfibrosil G dan Acalypha indica Linn. AI terhadap perlemakan pankreas tikus Sprague-Dawley pasca induksi diet tinggi fruktosa dan kolesterol selama 4 minggu. Tikus yang telah diinduksi dibagi menjadi empat kelompok perlakuan, yaitu kontrol, obat standar Gemfibrosil, ekstrak AI, dan kombinasi AI G. Setiap kelompok mendapatkan perlakuan selama 4 minggu. Hasil uji analisis statistik menggunakan metode One-Way ANOVA dan uji Post Hoc Tukey menunjukkan penurunan perlemakan pankreas yang bermakna antara kelompok kontrol terhadap kelompok yang diadministrasikan Acalypha indica p=0.004, 95 CI: 0.170-0.959 dan kelompok yang diadministrasikan kombinasi Gemfibrosil-Acalypha indica p=0.023, 95 CI: 0.537-0.813 . Efek pankreoprotektif dari Acalypha indica Linn. menunjukkan tumbuhan ini berpotensi sebagai pilihan terapi dalam mengatasi kondisi perlemakan pankreas.

ABSTRAK
Sedentary lifestyle and imbalance consumption pattern has made metabolic syndrome as the global time bomb phenomenon in the world. The increasing tendency of people in consuming high amount of fructose and cholesterol food has worsened this issue in the society. Pancreas steatosis become one of the most comorbid when early diagnosis and prompt treatment has not been applied on hyperglycemic and hyperlipidemic condition in metabolic syndrome patient. Gemfibrozil become the drug of choice to prevent this issue, yet the efficacy of this regiment was still questionable. Acalypha indica Linn. is the herb that has protective effect on hyperlipidemic and hyperglycemic condition. This study was aimed to compare therapeutic effect of gemfibrozil G and Acalypha indica Linn. AI on high fructose and cholesterol diet induced pancreas steatosis in Sprague Dawley mice. The post induction mice were divided into four groups control, gemfibrozil, AI extract, and G AI combination regiment. Each group received four weeks intervention. The result of statistical analysis using the One Way ANOVA test and Tukey Post Hoc test showed significant decrease in pancreatic steatosis between the control group and administered Acalypha indica group p 0.004, 95 CI 0.170 0.959 and the group administered with a combination of Gemfibrozil Acalypha indica p 0.023, 95 CI 0.537 0.813 . The protective effect of Acalypha indica Linn. shows that this plant has the potential as therapeutic option in overcoming the condition of pancreas steatosis in metabolic syndrome. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyo Budi Premiaji Widodo
"Perkembangan penyakit menunjukkan adanya tren peningkatan penyakit tidak menular yang didominasi oleh penyakit kardiovaskular. Salah satu manifestasinya adalah pada kelainan neurovaskular. Penelitian untuk terapi penyakit ini terus dikembangkan, termasuk salah satunya terapi menggunakan obat herbal. Dua jenis tanaman yang dipercaya memiliki efek terapi adalah akar kucing dan pegagan.
Metode: Penelitian dilakukan dalam bentuk eksperimen dengan tujuan mendapatkan data terkontrol dari efek pemberian kombinasi akar kucing dan pegagan, obat citicoline, dan aquades pada 5 kelompok tikus yang sebelumnya dikondisikan hipoksia. Data diambil dengan melakukan hitung sel piknotik, terkondensasi dan sel normal pada girus dentatus otak tikus.
Hasil: Dari 5 ke tikus yang diamati selnya, jumlah rata-rata sel terbanyak muncul pada kelompok terapi dengan citicoline. Jumlah rata-rata terendah muncul pada kelompok terapi dengan akuades. Pemberian kombinasi akar kucing dan pegagan tidak menunjukkan adanya urutan sesuai dosis. Pada analisis dengan uji One-Way Annova, didapatkan bahwa hasil tidak menunjukkan perbedaan bermakna.
Diskusi dan Kesimpulan: Walaupun secara statistik tidak ditemukan perbedaan bermakna dari masing-masing kategori, pada pengamatan langsung sel dapat diamati adanya peningkatan jumlah sel normal pada pemberian terapi dengan kombinasi ekstrak akar kucing dan pegagan. Pengobatan dengan terapi herbal di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan, peneliti berharap dapat dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara pemberian ekstrak dengan efek neuroterapinya.

Recent updates in diseases shows increasing number incommunicable disease, espescially in cardiovascular diseases. One of the disease caused by cardiovascular disease is neurovascular. Research for treatment of this disease still on progress, including research in herbal medicine. Two of herbal medicine that has being used for years are akar kucing and pegagan.
Method: Experimental, in purpose obtaining controlled data from treatment with combination of akar kucing with pegagan, citicoline, and aquades in 5 group of mouse that has been hypoxiated. Data taken after treatment are the normal cells of mouse (Sprague dawley.) brain in gyri of dentata.
Result: From 32 mouse that observed, mean number of highest normal cells are found in mouse with citicoline treatment. And the lowest mean of normal cell are found in mouse with aquades treatment. Treatment with combination of akar kucing and pegagan did not correlated with order of dose. And statistic analysis with one-way annova shows the differences are not significant (p>0,878).
Discussion and Conclusion: Although statistically insignifficant, in direct observation the difference can be seen. In mouse with akar kucing and pegagan treatment, number of normal cells was increased. This may be resulted from anatomycal factor, duration of treatment, and method of observation. Further research still needed for understanding the effect of treatment with neurotheraphy effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leslie Melisa
"ABSTRAK
Pendahuluan : Ginjal sensitif terhadap hipoksia karena memerlukan sekitar 20-25% dari total cardiac output harian. Hipoksia berperan penting dalam patogenesis penyakit ginjal kronis karena dapat memicu peningkatan stres oksidatif. Glutation (GSH) sebagai salah satu antioksidan intraseluler terbanyak dapat mencerminkan tingkat stres oksidatif di tingkat seluler (parameter stres oksidatif). Efek antioksidan dari akar kucing dan pegagan diduga dapat mengurangi pengunaan GSH oleh sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durasi pemberian teroptimal dari kombinasi kedua herbal tersebut dalam menanggulangi stres oksidatif.
Metode : Tikus diinduksi hipoksia selama 7 hari kemudian dibagi dalam 5 kelompok (kontrol positif yang diberikan pirasetam, kontrol negatif yang diberikan akuades, eksperimen 1, 2, dan 3 yang masing-masing diberikan kombinasi akar kucing 200 mg/kgBB dan pegagan 150 mg/kgBB selama 3, 7, dan 14 hari). Kadar GSH diukur setelah perlakuan.
Hasil & Diskusi: Data hasil penelitian ini tidak bermakna secara statistik (p<0,05). Namun berdasarkan rerata kadar GSH tiap kelompok, kelompok eksperimen 2 dan 3 menunjukkan kadar GSH yang lebih tinggi berturut-turut 12,8% dan 10,1% daripada kontrol positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kombinasi kedua herbal selama 7 dan 14 hari efektif dalam mengatasi stres oksidatif yang terjadi pada sel ginjal pascahipoksia. Durasi optimal pemberian kombinasi herbal adalah 7 hari.

ABSTRACT
Introduction : Hypoxia has an important role in the pathogenesis of chronic kidney disease because it can trigger oxidative stress. The antioxidant effect of akar kucing and pegagan is hypothetized to help reduce the utilisation of GSH (an intracellular antioxidant) in cells. This research aims to find the optimal duration of the combined extract of akar kucing and pegagan for overcoming the oxidative stress in kidney cells.
Method : After hypoxia, rats were divided into 5 groups (positive control - piracetam, negative control - aquades, experimental 1, 2, and 3 - a combination of 200 mg/kgBW akar kucing and 150 mg/kgBW pegagan each for 3, 7, and 14 days respectively). GSH level as the parameter of oxidative stress was then measured.
Discussion : The results from this research are not statistically significant. However, if compared by means of each study group, the 2nd and 3rd experimental group show higher GSH levels (12,8% and 10,1% respectively) than that of the positive control group. Thus, the combined extract of akar kucing and pegagan for 7 and 14 days prove to be effective in handling the oxidative stress in post-hypoxic kidney cells. The optimal duration is 7 days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Putra Djohan
"ABSTRAK
Penuaan menjadi masalah karena penyakit yang timbul akibat proses tersebut. Salah satu agen penyebab penuaan adalah radikal bebas yang bisa merusak komponen sel. Dibutuhkan substansi yang bisa mengurangi efek dari penuaan akibat radikal bebas, seperti antioksidan yang ada pada Acalpyha indica Linn. Penelitian eksperimental dilakukan di Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Balitbangkes Kemenkes RI), Departemen Histologi, dan Departemen Farmasi pada bulan Desember 2017 hingga September 2018 kepada tikus Sprague-Dawley. Terdapat 4 kelompok perlakuan, yaitu tikus muda dengan placebo, tikus tua dengan plasebo, tikus tua yang diberi Acalypha Indica Linn 250 mg/kgBB, dan tikus tua yang diberi vitamin E 6 IU dengan masing-masing 6 tikus per kelompok. Tikus diberi perlakuan selama 28 hari dan diambil hipokampus tikus pada hari ke 29 yang kemudian diwarnai dengan hematoksilin-eosin untuk melihat densitas sel neuron pada hipokampus. Acalypha indica Linn dapat meningkatkan secara bermakna jumlah sel neuron granular normal pada daerah CA3 (p = 0.000) dan girus dentatus (p = 0.018). Selain itu, Acalypha indica Linn dapat meningkatkan secara bermakna jumlah sel neuron granular abnormal pada daerah CA3 (p = 0.021), tetapi menurunkan secara bermakna jumlah sel piramid pada daerah CA3 (p = 0.000)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabiila Maryam
"ABSTRAK
Pendahuluan: Penuaan merupakan fenomena biologis dan universal yang tidak dapat dihindari. Stres oksidatif merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penuaan. Salah satu penanda stres oksidatif dalam tubuh adalah peningkatan kadar malondialdehid (MDA). Acalypha indica dan Centella asiatica mengandung antioksidan yang berpotensi mengurangi stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian Acalypha indica dan Centella asiatica dalam menurunkan kadar MDA pada otak tikus tua. Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan sampel homogenat jaringan otak Sprague Dawley yang disimpan di Laboratorium Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran. Homogenat otak berasal dari 5 kelompok tikus yaitu tikus kontrol tua, tikus tua diberi ekstrak Acalypha indica 250mg/kgBB, tikus tua diberi ekstrak pegagan 300mg/kgBB, tikus tua diberi Vitamin E 15U dan tikus kontrol muda. Kadar MDA dalam homogenat jaringan otak tikus diukur menggunakan metode Will. Hasil: Median kadar MDA otak kelompok tikus tua yang diberi Acalypha indica adalah 4,76 nmol/ml, tidak lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol tikus tua dan lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok tikus tua yang diberi vitamin E dan kelompok kontrol tikus muda. . Median kadar MDA otak tikus kelompok tua yang diberi pegagan adalah 2,67 nmol/ml, jauh lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol tikus tua dan tidak jauh lebih rendah dibandingkan kelompok tikus tua yang diberi vitamin E dan kelompok kontrol muda. tikus. Kesimpulan: Pemberian ekstrak pegagan mampu menurunkan kadar MDA pada otak mencit tua, sebaliknya pemberian ekstrak Acalypha indica tidak mampu menurunkan kadar MDA pada otak mencit tua.
ABSTRACT
Introduction: Aging is a biological and universal phenomenon that cannot be avoided. Oxidative stress is one of the factors that play a role in aging. One of the markers of oxidative stress in the body is increased levels of malondialdehyde (MDA). Acalypha indica and Centella asiatica contain antioxidants that have the potential to reduce oxidative stress. This study aimed to examine the effect of giving Acalypha indica and Centella asiatica in reducing MDA levels in the brains of old rats. Methods: This experimental study used a homogenate sample of Sprague Dawley brain tissue stored in the Laboratory of the Department of Biochemistry and Molecular Biology, Faculty of Medicine. Brain homogenates were derived from 5 groups of rats, namely old control rats, old rats given Acalypha indica extract 250mg/kgBW, old rats given gotu kola extract 300mg/kgBW, old rats given Vitamin E 15U and young control rats. MDA levels in the rat brain tissue homogenate were measured using the Will method. Results: Median brain MDA levels in the old group of rats given Acalypha indica was 4.76 nmol/ml, not significantly higher than the control group of old rats and significantly higher than the group of old rats given vitamin E and the control group of young rats. . Median brain MDA levels of the old group of rats given gotu kola was 2.67 nmol/ml, much lower than the control group of old rats and not much lower than that of the old group of rats given vitamin E and the young control group. rat. Conclusion: Giving gotu kola extract was able to reduce MDA levels in the brains of old mice, on the contrary giving Acalypha indica extract was not able to reduce MDA levels in the brains of old mice."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>