Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37275 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gladys Benedicta
"Pariwisata budaya merupakan salah satu bentuk pariwisata yang selalu menampilkan keunikan dan keeksotisan suatu kebudayaan melalui warisan budaya yang disajikan dengan narasi indah yang melengkapinya. Sedangkan pariwisata kelam menawarkan sisi lain dari warisan budaya dengan mengekspos narasi yang kelam. Meskipun nampak berlawanan, pariwisata budaya dan pariwisata kelam memiliki hubungan yang tumpang tindih. Ada anggapan bahwa tidak semua pariwisata budaya memiliki sisi kelam, akan tetapi tetapi semua wisata kelam merupakan bagian dari pariwisata budaya. Di sisi lain juga muncul anggapan bahwa warisan budaya memiliki signifikansi yang berbeda bagi kelompok yang berbeda sehingga setiap warisan budaya pasti memiliki sisi kelamnya masing-masing. Pada tulisan ini saya akan menyajikan bibliografi beranotasi dari artikel-artikel yang terkait dengan pariwisata budaya dan pariwisata kelam dan mencoba melihat hubungan keduanya antara satu dengan yang lain dan keterkaitannya dengan kebudayaan yang mendasari pembentukan nilai narasi mengenai warisan tersebut.

Cultural tourism is a form of tourism that always displays the uniqueness and exoticism of a culture through cultural heritage presented with a beautiful narrative that complements it. Meanwhile, dark tourism offers another side of cultural heritage by exposing dark narratives. Despite their apparent contradictions, they have an overlapping relationship. There is an assumption that not all cultural tourism has a dark side, but all dark tourism is part of cultural tourism. On the other hand, there is also an assumption that cultural heritage has different significance for different groups so that each cultural heritage must have its own dark side. In this paper I will present an annotated bibliography of articles related to dark tourism and tourism and examine the relationships between one another and their relationship with culture that underlies the formation of value and narrative of this heritage."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardhana Ksatrya
"Gempa Bumi Besar Jepang Timur (bencana 3/11) menyebabkan kerusakan, namun juga memunculkan potensi untuk memanfaatkan lokasi yang terpengaruh bencana untuk pariwisata melalui dark tourism. Pro dan kontra muncul terutama pada keberadaan kapal Kyotokumaru 18 yang terbawa ke daratan kota Kesennuma pasca bencana.
Penelitian ini membahas bagaimana pengunjung dan juga masyarakat setempat kota Kesennuma memaknai dark tourism di kota tersebut. Penelitian ini menemukan bahwa meskipun keberadaan kapal sebagai objek dark tourism di Kesennuma dapat menjadi mediator kematian bagi pengunjung dan masyarakat, namun hal tersebut tidak terjadi setelah penolakan dari masyarakat membuatnya harus dihancurkan.

Great East Japan Earthquake (3/11 disaster) brings destruction, but also bring a potential to harness the location affected by disaster for tourism through dark tourism. There are pro and contra especially in the existence of Kyotokumaru 18, a ship stranded in the city of Kesennuma because of the disaster.
This research discusses how visitor and the local interpret dark tourism in Kesennuma city. This research finds that although Kyotokumaru 18 existence can be a mediator of mortality for both the visitor and locals, the rejection from locals that resulted in the scrapping of the ship shows that it didn't happen.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The book examines the extent to which Coser's (1956) 16 propositions can apply to tourism impact studies and, where possible, to enhance, deepen and challenge the original theory, using evidence from communities in China that differ from the context used by Coser. The combination of ethnographic description and sociologically-oriented analysis, drawing upon both Chinese and western paradigms that are, at times very different in their underlying value system, challenges several of Coser's suppositions. The book will also draw upon subsequent publications by the authors, both severally and separately. These publications have utilised different concepts and paradigms, including for example the use of Valene Smith's concept of the "culture broker" and Turner's concepts of marginalised peoples, and the paradigms of constructionism and interpretive research work used in other studies by the authors. The sum of the work, it is suggested,adds to our canon of knowledge about social conflict in tourismdevelopment as well as impacts of tourism on disadvantaged ethniccommunities in China. "
United Kingdom: Emerald, 2016
e20469405
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Reggina Diah Ayuningtyas
"Dark tourism merupakan wisata dengan berkunjung ke tempat terjadinya kekejaman dan pembunuhan yang berhasil menarik minat wisatawan. Hal ini dikarenakan oleh keunikannya yang tidak didapatkan oleh wisatawan jika berkunjung ke jenis wisata lain. Oleh karena itu, wisata ini berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, terlebih lagi Indonesia memiliki banyak daya tarik wisata dark tourism, salah satunya yaitu Kawasan Kota Tua Jakarta, seperti Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Sejarah Jakarta, dan Toko Merah. Adapun tujuan penelitian ini yaitu mengetahui tingkat kekelaman dark tourism sebagai daya tarik utama, potensi wisata, serta upaya pengembangan wisata di Kawasan Kota Tua Jakarta. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode skoring pada penilaian tingkat kekelaman dan potensi wisata. Sementara itu, pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi lapangan, dan studi pustaka. Selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis deskriptif keruangan dan analisis spasial komparatif. Berdasarkan hasil penilaian spektrum dark tourism, diketahui bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa tergolong ke dalam tingkatan light-dark, sedangkan Museum Sejarah Jakarta dan Toko Merah tergolong ke dalam tingkatan dark. Sementara itu, berdasarkan penilaian potensi wisata, Toko Merah tergolong ke dalam potensi sedang, sedangkan Museum Sejarah Jakarta dan Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki potensi yang tinggi.

Dark Tourism is a tour by visiting places of atrocities to murders that have succeeded in attracting tourism, because of its uniqueness that tourists will not get when visiting other types of tourism. Therefore, dark tourism has the potential to be developed further, especially Indonesia has a lot of dark tourism attractions, in the Kota Tua Jakarta, such as Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Sejarah Jakarta, and Toko Merah. The purpose of this study is to determine the dark level of dark tourism as the main attraction, tourism potential, and tourism development efforts. The approach used in this study is a qualitative using the scoring method in assessing the dark level of dark tourism and assessing tourism potential. Meanwhile, data collection was obtained through interviews, field observations, and literature studies. Furthermore, the data analysis in this study is descriptive analysis with a spatial approach, and comparative spatial analysis. Based on the results of the dark tourism spectrum assessment, it is known that Pelabuhan Sunda Kelapa belongs to the light-dark level, while the Museum Sejarah Jakarta and Toko Merah belong to the dark level. Meanwhile, based on the assessment of tourism potential, Toko Merah dan is classified as a medium potential to be developed, while the Museum Sejarah Jakarta and Pelabuhan Sunda Kelapa have high potential value."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jemima Alma Sabila
"Hashima (Gunkanjima) berhasil tercatat sebagai situs warisan dunia UNESCO pada tahun 2015. Pencatatan pulau ini sempat mendapat penolakan keras dari Korea Selatan karena Jepang tidak mencantumkan sejarah lengkap yang menyangkut kerja paksa warga Korea Selatan dan Tiongkok. Berdasarkan data pemerintah Nagasaki, Hashima mengalami lonjakan pengunjung lebih dari seratus ribu wisatawan setelah namanya tercatat dalam situs warisan dunia UNESCO. Sebelumnya, Hashima hanya dikenal akan dark tourism-nya sebagai pulau hantu, tetapi kini semakin dilirik wisatawan dengan imej yang berbeda setelah pencatatan UNESCO dan pembangunan lokasi wisata penunjang seperti Gunkanjima Digital Museum. Penelitian ini membahas mengenai dark tourism Hashima dan lokasi terkaitnya serta perubahan apa saja yang terjadi setelah pencatatan di UNESCO. Hasil dari penelitian ini menemukan adanya dampak positif seperti lonjakan dan kestabilan kunjungan wisata ke Hashima, dan dampak negatif seperti upaya sanitasi dengan menutupi sejarah kelam Hashima yang dilakukan pemerintah Jepang. Selain itu, penelitian ini juga menemukan adanya pergeseran spektrum dark tourism di balik kesuksesan peningkatan kunjungan pariwisata di Hashima dan lokasi terkaitnya.

Hashima (Gunkanjima) was successfully listed as a UNESCO world heritage site in 2015. The listing process of this island had received strong rejection from South Korea because Japan did not include its full history of forced labor for South Korean and Chinese citizens. Based on data from the Nagasaki government, Hashima experienced a surge in visitors of more than one hundred thousand tourists after its name was listed as UNESCO’s World Heritage Site. Previously, Hashima was only known for its dark tourism as a ghost island, but now it is increasingly attracting tourists with a different image after the UNESCO listing and the construction of new supporting tourist sites such as the Gunkanjima Digital Museum. This research discusses the dark tourism of Hashima and its related locations as well as any changes that occurred after being registered at UNESCO. The results of this study found positive impacts such as the surge and stability of tourist visits to Hashima, and negative impacts such as sanitation efforts by covering up the dark history of Hashima by the Japanese government. In addition, this study also found a shift in the dark tourism spectrum behind the success of increasing tourism visits in Hashima and its related locations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Chodijah
"Dark tourism merupakan perjalanan wisata ke suatu tempat atau atraksi yang berhubungan dengan kekerasan, pembantaian dan kematian. Jakarta sebagai salah satu destinasi pariwisata utama di Indonesia, memiliki citra sejarah sebagai Ratu dari Timur juga kuburan orang-orang Belanda. Sehingga dapat digali peristiwa-peristiwa yang dapat menjadi sumber daya tarik (potensi) pengembangan dark tourism. Rangkaian sejarah gelap Jakarta dalam penelitian ini diperoleh dari penjelasan informan dan studi literatur. Data diolah dengan metode skoring untuk penempatan spektrum dan penilaian potensi. Selanjutnya dianalisis secara deskriptif keruangan. Potensi dark tourism ini terletak di sekitar pusat pemerintahan atau kawasan yang berhubungan dengan lambang kekuasaan dari setiap dark history sesuai masa pemerintahannya.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh potensi tinggi dan sedang dengan tiga kecenderungan. Yakni potensi tinggi dengan kecenderungan ekonomi dan edukasi (Monumen Pancasila Sakti, Sasmita Loka A. Yani, Museum Jend. A.H. Nasution dan Museum Sejarah Jakarta), potensi sedang dengan kecenderungan orientasi pendidikan (Monumen Tragedi 12 Mei, Taman Makam Pahlawan dan Vihara saksi pembantaian Etnis Tionghoa) dan potensi sedang orientasi ekonomi (Museum Taman Prasasti). Selain delapan atraksi atau destinasi potensial dark tourism tersebut, terdapat dua potensial destinasi dark tourism yang saat ini belum diperuntukan untuk dikunjungi masyarakat umum, yakni lokasi (rumah) penembakan D.I. Panjaitan dan M.T. Haryono.

Dark tourism defined as a travel experience to a place or certain attraction associated with violence, carnage and death. Jakarta as one of the major tourism destinations in Indonesia has a historical image of the Queen of the East as well as the Dutch cemetery. Therefore, historical events can be explored as a source of attraction (potential) development of dark tourism in Jakarta. Series of dark history of Jakarta in this study were obtained from informants and literature studies. Data processed by the method of scoring for the placement and assessment of the potential spectrum. Further spatial analyzed descriptively. Dark tourism potential is located in the centre of administration or related area with a symbol of power of any appropriate dark history of its reign.
Based on the analysis, high and medium potential was found and each obtained by three trends. The high potential was found for economic and education trends (Monumen Pancasila Sakti, Sasmita Loka A. Yani, Museum Jend. A.H. Nasution and Museum Sejarah Jakarta), the medium potential found for educational orientation (Monumen Tragedi 12 Mei, Taman Makam Pahlawan and Temple massacre witness Ethnicity Chinese) and the medium potential for the economic orientation (Museum Prasasti). In addition to the eight potential attraction or dark tourism destinations, there are two potential dark tourism destinations that are currently not intended for public visit, they are the location (home) shooting of D.I. Panjaitan and M.T. Haryono.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43014
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hamid Syaputra
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas tentang bagaimana dampak sosial dan budaya dari perkembangan pariwisata di kota Dubai, Uni Emirat Arab. Metode yang digunakan berupa kualitatif seperti studi pustaka dari buku-buku, jurnal, dan observasi melalui internet. Dubai sedang menggiatkan pariwisatanya dengan mencanangkan diri menjadi kota pusat destinasi wisata dunia sebagai target utamanya. Sejarah dari Emirat Dubai yang berdiri sejak awal abad ke 19 ini tidak dapat banyak dibahas. Dubai di masa awal berdirinya bergantung pada penjualan mutiara. Meskipun begitu, Dubai menjadi daerah penting bagi perdagangan di Arab Teluk. Perubahan nasib terjadi setelah Dubai pada tahun 1950 bersama Abu Dhabi menandatangani perjanjian eksplorasi minyak untuk daerah Ra rsquo;s al-Khaimah, Umm al-Qawain, dan Ajman. Walaupun eksplorasi baru dimulai awal tahun 1950-an, efek dari eksplorasi minyak baru terasa saat ekspor minyak pertama dari Dubai tahun 1969. Hasil eksplorasi membuat taraf hidup masyarakat Dubai meningkat. Hasilnya Dubai menjadi salah satu kota modern di dunia, dan kini Dubai ingin menggapai ambisinya yang ditopang dengan penghasilan dari minyaknya yang berlimpah untuk menjadikan Dubai sebagai kota nomor satu tujuan destinasi pariwisata masyarakat dunia. Akan tetapi, disaat bersamaan Dubai sedang menghadapi permasalahan sosial budaya terkait kebudayaan barat yang diimpor ke Dubai.

ABSTRACT
This paper discusses about how the social and cultural aspects influence tourism development in the city of Dubai, United Arab Emirates. The method used is qualitative and literature study from books, journals, and observations over the internet. Dubai tourism is being intensified since it launched itself as the center of the world 39 s tourist destination. History of the Emirates of Dubai which established since the early 19th century can not be much discussed. In the early years, Dubai relied on sales of pearls. Nevertheless, Dubai is an important area for trade in the Arabian Gulf. Change of fortune occurred after Dubai in 1950 with Abu Dhabi signed an oil exploration agreement for Ra 39 s al Khaimah, Umm al Qawain, and Ajman regions. Although the new exploration began in the early 1950s, the effects of new oil exploration felt when the first oil exported from Dubai in 1969. Exploration results make living standard of the Dubai increased. The result was Dubai became into one of the modern cities in the world, and now Dubai wants his ambition which is supported by income from oil galore to make Dubai as the number one city destination tourism in the world . However, at the same time Dubai is facing a social and cultural issues related to Western culture which is being imported to Dubai."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rifai Sapta
"Sebagai daerah rawan bencana, pengembangan pariwisata di Indonesia menghadapi berbagai tantangan dengan adanya bencana yang terjadi karena faktor alam maupun faktor manusia. Dengan menggunakan data panel, penelitian ini mencoba menelusuri bagaimana berbagai bencana seperti epidemi, bencana alam, dan terorisme berkorelasi dengan kunjungan wisman. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data tahunan kunjungan wisman dari 19 (sembilan belas) negara dan 9 (sembilan) pintu masuk selama periode tahun 2008 hingga 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai jenis bencana berkorelasi negatif dengan kunjungan wisman secara berbeda dalam hal tingkatan maupun signifikansi. Selain itu, terdapat dampak yang lebih panjang pada beberapa bencana, yang terlihat dari korelasi negatif yang signifikan pada tahun setelah terjadinya bencana. Penelitian ini juga menemukan adanya keragaman korelasi bencana dengan kunjungan wisman berdasarkan negara asal wisman yang menggambarkan wisman dari negara mana yang sensitif atau tidak sensitif terhadap bencana.

Indonesia's tourism development faces various disaster challenges as a disaster-prone area due to natural factors or human factors. Using a panel data approach, this research built a model on understanding the correlation between disasters such as epidemic, natural disasters, and terrorism with foreign tourist arrivals. The research used data set of annual foreign tourist arrivals from 19 (nineteen) countries and 10 (ten) ports of entry from 2008 to 2020. The results showed that different types of disasters have negatively correlated with inbound tourists differently in terms of magnitude and significancies. In addition, there was a more prolonged impact on some disasters, which can be seen from the significant negative correlation in the year following the disaster. Our estimates also found a heterogeneous correlation based on tourist origin countries describing which one was sensitive or insensitive to disaster."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oka A. Yoeti
Bandung: Angkasa, 1985
338.4 OKA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Reinhard George
"Terjadinya penurunan aktivitas pariwisata dalam skala nasional berpengaruh juga kepada aktivitas pariwisata skala provinsi. Salah satu provinsi yang berpengaruh terhadap turunnya aktivitas pariwisata adalah Provinsi DKI Jakarta. Rendahnya minat wisatawan, khusunya terhadap destinasi wisata museum dan budaya perlu menjadi perhatian agar dapat meningkatkan kunjungan. Daya tarik wisata yang perlu dikembangkan lebih lanjut adalah yang budaya utama dan menjadi ciri khas DKI Jakarta yaitu budaya Betawi. Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan merupakan contoh dari budaya Betawi yang terlestarikan dalam sebuah konsep perkampungan. PBB Setu Babakan memiliki pontensi wisata yang tinggi karena memadukan wisata alam, budaya dan masyarakat. Karenanya peneliti ingin melihat keberadaan dan hubungan dari Pariwisata Berbasis Komunitas (Community Based Tourism) dilihat dari Partisipasi Masyarakat (Community Participation), Rasa Memiliki (Sense of Belongings) dan Kolaborasi Pemangku Kepentingan (Stakeholder Collaboration) terhadap Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism). Menggunakan metode sequential explanatory mixed method, Sebanyak 402 responden dan 37 indikator pertanyaan digunakan penelitian kuantitatif dan untuk penelitian kualitatif menggunakan 15 indikator pertanyaan untuk 6 respoden masyarakat dan 6 indikator pertanyaan untuk 2 pemangku kepentingan. Didapati bahwa Rasa Memiliki dan Kolaborasi Pemangku Kepentingan berpengaruh positif terhadap Pariwisata Berkelanjutan sedangkan Partisipasi Masyarakat berpengaruh negatif terhadap Pariwisata Berkelanjutan namun dengan menggunakan uji sobel, Partisipasi Masyarakat sebagai mediasi dari Rasa Memiliki terhadap Pariwisata Berkelanjutan menjadi signifikan. Hasil kuantitatif diperkuat dengan wawancara mendalam terhadap 2 responden pemangku kepentingan dan 6 responden masyarakat.

The decline in tourism activity on a national scale also affects the tourism activities of the provincial scale. One of the provinces that affect the decline in tourism activity is the province of DKI Jakarta. The low interest of tourists, especially to museum and cultural tourist destinations needs to be a concern in order to increase visits. The tourist attraction that needs to be developed further is the main culture and is the hallmark of DKI Jakarta, namely Betawi culture. Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan is an example of Betawi culture that is preserved in a village concept. PBB Setu Babakan has high tourism potential because it combines natural, cultural and community tourism Therefore, researchers want to see the existence and relationship of Community Based Tourism seen from Community Participation, Sense of Belongings towards Sustainable Tourism. Using Sequential Explanatory Mixed Method, as many as 402 respondents and 37 question indicators used for quantitative research and qualitative research using 15 question indicators for 6 community respondents and 6 question indicators for 2 stakeholders. It was found that a Sense of Belongings and Stakeholder Collaboration have a positive effect on Sustainable Tourism while Community Participation has a negative effect on Sustainable Tourism but by using the Sobel Test, Community Participation as a mediation of a Sense of Belongings to Sustainable Tourism becomes significant. The quantitative results were reinforced by in-depth interviews with 2 stakeholder respondents and 6 Community respondents."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>