Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191287 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutia Sani Fadillah
"Hubungan seksual pranikah merupakah kegiatan seksual yang dilakukan tanpa adanya ikatan pernikahan. Dari tahun 2013 ke tahun 2015, persentase proporsi tertinggi remaja laki-laki mengalami peningkatan dari 11% menjadi 11.75% sedangkan untuk remaja perempuan dari 4% menjadi 4.9%. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor sosiodemografi, sumber informasi pengetahuan HIV/AIDS, dan perilaku berisiko terhadap kejadian seksual pranikah pada remaja di Indonesia berdasarkan STBP pada tahun 2015. Desain penelitian ini adalah studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunder STBP tahun 2015. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode multistage cluster random sampling dengan kriteria inklusi murid Sekolah Menengah Atas (SMA) baik yang dikelola pemerintah (SMA Negeri) maupun SMA yang dikelola oleh swasta yang saat ini duduk di kelas 11 (kelas 2), dan berada dalam tujuh kota penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian seks pranikah pada remaja sebesar 201 orang (3.9%). Berdasarkan analisis regresi logistik, faktor yang berhubungan signifikan adalah tingkat pendidikan ibu, perilaku merokok, perilaku mabuk karena alkohol, dan rangsangan seksual. Faktor yang paling dominan adalah perilaku rangsangan seksual (OR =13.366 95% CI 8.909-20.054). Terdapat variabel kofounding yaitu mempunyai pacar.

Premarital sexual relations are sexual activities that are carried out without a marriage bond. From 2013 to 2015, the highest proportion of male adolescents has increased from 11% to 11.75% while for girls from 4% to 4.9%. The purpose of this study was to determine the relationship between sociodemographic factors, information sources of HIV / AIDS knowledge, and risk behaviors on premarital sexual incidence among adolescents in Indonesia based on the 2015 IBBS. The design of this study was a cross-sectional study using secondary data from the 2015 IBBS. The sample in this study used the multistage cluster random sampling method with the inclusion criteria of both government-run high school (SMA) and private-managed high schools (SMA) students who currently sit in grade 11 (grade 2), and are in seven research city. The results showed that the incidence of premarital sex among adolescents was 201 people (3.9%). Based on the logistic regression analysis, the factors that have a significant relationship are the level of mother's education, smoking behavior, drinking behavior due to alcohol and sexual stimulation. The most dominant factor was sexual stimulation behavior (OR = 13,366 95% CI 8,909-20,054). There is a cofounding variable, namely having a boyfriend."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivi Maharani Amri
"Prevalensi kejadian HIV pada kelompok lelaki seks lelaki LSL secara global termasuk di Indonesia terjadi peningkatan. Faktor yang menyebabkan kenaikan prevalensi HIV pada LSL antara lain adalah perilaku seks berisiko yang dilakukan. Namun di sisi lain juga terdapat beberapa perilaku pencegahan yang juga telah dilakukan oleh LSL tersebut maupun oleh petugas kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan HIV. Skripsi ini bertujuan untuk mengatahui hubungan antara perilaku berisiko dan perilaku pencegahan HIV/AIDS dengan status HIV pada lelaki seks lelaki LSL di 6 kota di Indonesia tahun 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang Cross Sectional dari data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku STBP tahun 2015 pada kelompok LSL di 6 kota di Indonesia. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat untuk melihat distribusi serta analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel independen dan dependen. Variabel independen meliputi perilaku berisiko usia seks pertama, jenis pasangan seks pertama, jenis dan status pasangan seks, usia seks komersial pertama, durasi seks komersial, serta mobilisasi hubungan seks dan perilaku pencegahan konsistensi penggunaan kondom, kehadiran program intervensi HIV, penerimaan kondom gratis, serta keikutsertaan tes HIV. Sedangkan variabel dependen adalah status HIV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi LSL yang memiliki status HIV positif sebesar 34,7. LSL dengan status HIV positif yang melakukan perilaku berisiko HIV tertinggi pada LSL dengan usia seks pertama lebih atau sama dengan 20 tahun, jenis pasangan seks pertama laki-laki, jenis dan status pasangan seks adalah pasangan seks tetap laki-laki, usia seks komersial pertama lebih atau sama dengan 20 tahun, durasi seks komersial lebih dari 2 tahun, serta pernah melakukan mobilisasi hubungan seks. Sedangkan yang melakukan perilaku pencegahan HIV tertinggi pada LSL yang konsisten menggunakan kondom, hadir dalam program intervensi HIV, pernah menerima kondom gratis, serta pernah mengikuti tes HIV. Perilaku berisiko yang berhubungan dengan status HIV pada LSL adalah jenis pasangan seks pertama PR= 1,23; 95 CI 1,02 ndash; 1,47, jenis dan status pasangan seks PR= 1,42; 95 CI 1,12-2,49 dan PR= 1,35; 95 CI 1,01-1,07, usia seks komersial pertama PR= 0,69; 95 CI 0,51-0,96, serta durasi seks komersial PR= 1,49; 95 CI 1,11-2,03. Sedangkan perilaku pencegahan yaitu penerimaan kondom gratis PR= 0,84; 95 CI 0,71-0,99 dan keikutsertaan tes HIV PR= 0,69; 95 CI 0,57-0,86.

The prevalence of HIV among population of Men Who Have Sex with Man MSM has increased globally including in Indonesia. Factor leading to an increase in HIV prevalence among MSM is, among other things, risky sex behaviors. In addition, there are also some preventive behaviors that have been done by the MSM group and the health workforce to prevent HIV transmission. This study aims to determine the Association between Risk Behavior and Preventive Behaviors of HIV AIDS and the Status of HIV among Men Who Have Sex with Man MSM in Six Cities of Indonesia in 2015. This study used cross sectional design from Integrated Biological and Behavioural Surveillance IBBS 2015 on MSM groups in 6 cities in Indonesia. Data analysis were done by univariate analysis to see the distribution and bivariate analysis using Chi Square test to see the significance of the relationship between independent and dependent variables. Independent variables includes risk behaviors age of first sexual intercourse, gender of first sexual partner, gender and status of sexual partner, age of first commercial sex, commercial sex duration mobilization of sexual activity and preventive behaviors consistency of condom use, participation in HIV intervention program, received a free condom, participation in HIV testing. While the dependent variable is the HIV status. The result of this study showed that 34.7 of MSM have a positive HIV status. MSM with HIV positive status who perform the highest HIV risky behaviors are the MSM group with the age of first sexual intercourse are more than or equal to 20 years, the gender of first sexual partner is men, status of the sex partners are male fixed sex partners, first commercial sex age are more than or equal to 20 years, commercial sex duration are more than 2 years, and have ever conducted in sexual mobilization. While those who did the highest HIV preventive behavior in MSM are the ones who consistently used condoms, participated in HIV intervention program, had received free condoms, and had done HIV test. In conclusion, significance risk behaviors associated with HIV status in MSM are the gender of first sexual partner PR 1,23 95 CI 1,02-1,47 , gender and status of sexual partner PR 1,42 95 CI 1,12-2,49 dan PR 1,35 95 CI 1,01-1,07, age of first commercial sex PR 0,69 95 CI 0,51-0,96, and commercial sex duration PR 1,49 95 CI 1,11-2,03. While the preventive behaviors that are statistically significant is free condom acceptance PR 0,84 95 CI 0,71-0,99 and HIV test participation PR 0,69 95 CI 0,57-0,86."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Widya Waty Iqbal
"Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi dalam perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada lelaki seks lelaki LSL . Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang melibatkan 111 responden yang dipilih menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner HIV-KQ-18 dan Safer Sex Behaviour Questionnaire SSBQ . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS r = 0.202, p-value = 0.034 pada kelompok LSL di Kota Depok. Hasil penelitian ini menyarankan agar tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan kontribusi berupa edukasi tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS pada LSL dengan berkolaborasi bersama pihak lembaga swadaya masyarakat LSM dan sekolah menegah sebagai pendukung dalam pemberian pendidikan seks.

Knowledge is one of the important factors that influence the preventive behavior of HIV AIDS transmission. This study aimed to analyze the correlation between knowledge level and preventive behavior of HIV AIDS among men who have sex with men MSM . The research design used cross sectional, involved 111 respondents whom selected by purposive sampling. The instrument used the HIV KQ 18 questionnaire and the Safer Sex Behavior Questionnaire SSBQ . The result showed that there was a significant correlation between the level of knowledge with the preventive behavior of HIV AIDS r 0.202, p value 0.034 among MSM in Depok City. This study suggests that other healthcare providers especially nurses can contribute to provide the education about preventive behaviour of HIV AIDS transmission among MSM and collaborate with non goverment organizations and school Senior High School as the main enabling factors to provide sex education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustika Maulidina Karima Haris
"Faktor risiko penularan HIV/AIDS tertinggi menurut Laporan Kementerian Kesehatan (2020) adalah heteroseksual, homoseksual dan penggunaan jarum suntik bergantian. Remaja khususnya pria merupakan salah satu kelompok rentan untuk melakukan seks bebas dan penyalahgunaan narkoba yang merupakan perilaku berisiko HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku berisiko HIV/AIDS pada remaja pria berusia 15-24 tahun di Indonesia. Penelitian bersifat kuantitatif menggunakan data sekunder yaitu SDKI tahun 2012 dan 2017 dengan desain studi cross sectional. Hasil uji regresi logistic didapati bahwa usia, sikap terhadap seks pranikah dan pengaruh teman sebaya berhubungan dengan perilaku berisiko HIV/AIDS di tahun 2012, kemudian pada tahun 2017 usia, sikap terhadap seks pranikah, pengaruh teman sebaya dan pendidikan berhubungan dengan perilaku berisiko HIV/AIDS pada remaja pria. Faktor yang paling berhubungan adalah sikap terhadap seks pranikah dengan nilai AOR 6,65 di tahun 2012 dan 9,13 di tahun 2017.

The highest risk factors for HIV/AIDS transmission according to the Ministry of Health Report (2020) are heterosexual, homosexual and sharing needles. Adolescents, especially men, are one of the vulnerable groups to have free sex and drug abuse, which are risk behaviors for HIV/AIDS. This study aims to determine the risk behavior factors for HIV/AIDS in male adolescents aged 15-24 years in Indonesia. The research is quantitative using secondary data from the 2012 and 2017 IDHS with a cross sectional study design. The results of the logistic regression test found that age, attitudes towards premarital sex and peer influence were related to HIV/AIDS risk behavior in 2012, then in 2017 age, attitudes towards premarital sex, peer influence and education were associated with HIV/AIDS risk behavior in teenage boys. The most related factor was attitudes towards premarital sex with AOR values of 6.65 in 2012 and 9.13 in 2017."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Zulaikhah
"Kasus baru HIV di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan. Sedangkan, tren di dunia mengalami penurunan. LSL merupakan kelompok risiko tinggi. Pencegahan penularan HIV dilakukan dengan perubahan perilaku. Studi ini menggunakan studi crossectional pada 1.161 sampel hasil STBP 2015 pada kelompok LSL. Variabel independennya adalah pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HIV-AIDS, dan pengetahuan status HIV diri sendiri. Variabel dependennya adalah perilaku seks berisiko HIV-AIDS yang terdiri dari perilaku jumlah pasangan seks>1 dan penggunaan kondom tidak konsisten. Variabel lain terdiri dari umur, status pekerjaan, pendidikan, akses ke pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS, dan akses internet tentang pencegahan dan penularan HIV-AIDS. Penelitian ini menggunakan analisis univariat, dan bivariat. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel independen, dan variabel lain dengan perilaku seks berisiko HIV-AIDS. Terdapat hubungan pengetahuan status HIV diri sendiri dan pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS dengan jumlah pasangan seks>1 PR=0,85(0,74-0,99) dan PR=0,83(0,72-0,96). Hal ini kuat hubungannya dengan perceived behavioral control pada LSL. Hubungan antara pengetahuan status HIV, pelayanan pencegahan dan penularan HIV-AIDS, serta akses terhadap internet tentang pencegahan penularan HIV-AIDS dengan penggunaan kondom yang tidak konsisten PR=1,14(1,02-1,28), PR=1,18(1,06-1,33), PR=1,16(1,02-1,31). Maka, perlu program peningkatan pengetahuan status HIV diri sendiri, penguatan pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS.

HIV new cases in Indonesia increasing, while global is decreasing. MSM is high risk group. Prevention of HIV transmission can to be done with behavioral change. This study applied crossectional study on 1,161 samples of 2015 IBBS results in MSM. Independent variables in this study are knowledge about prevention and transmission of HIV-AIDS, and knowledge of their own HIV status. The dependent variable is HIV-AIDS sexual behavior risk, such as having partner>1 and inconsistency of condom use. Other variables are age, jobs status, education level, access to prevention and transmission of HIV-AIDS services, and internet access about prevention and transmission HIV-AIDS. This research implemented univariate and bivariate analysis. Result of bivariate analysis reflects that there is no association between independent and other variables with HIV-AIDS risk sexual behavior. There is a relationship between knowledge of their own HIV status and services for prevention, transmission of HIV-AIDS with the number of sex partners>1 PR=0.85(0.74-0.99) and PR=0.83(0.72-0.96). This has significant association with perceived behavioral control among MSM. Association between knowledge of their HIV status and knowledge about prevention and transmission of HIV-AIDS as well as access to internet with incosistency condom use are PR=1,14(1,02-1,28), PR=1,18(1,06-1,33), PR=1,16(1,02-1,31). Hence, program strengthening for increasing knowledge of HIV status as well as HIV-AIDS prevention and transmission are essential."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shena Masyita Deviernur
"Perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL dapat dipengaruhi oleh pengetahuan pencegahan dan miskonspsi terkait HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL di 3 kota Yogyakarta, Tangerang, Makassar di Indonesia tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 343 LSL di 3 kota di Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dianalilsis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian yang didapatkan adalah 16 LSL memiliki tingkat perilaku seksusal berisiko tinggi, 30.9 LSL memiliki pengetahuan pencegahan dan miskonsepsi kurang, 52.5 LSL berusia >24 tahun, 48 LSL kurang berpartisipasi dalam program pelayanan kesehatan HIV/AIDS, 51 LSL mendapat sumber informasi kurang. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan hubungan dengan perilaku seksual berisiko HIV AIDS yaitu kurang memiliki pengetahuan HIV/AIDS PR=2.0;95 CI 1.2-3.2 , usia le; 24 tahun PR=1.7 ; 95 CI 1.0-2.7 , kurang berpartisipasi pada program kesehatan PR=2.0 ; 95 CI 1.2-3.4 , kurang mendapatkan sumber media informasi PR=0.6 ; 95 CI 0.4-1.0 . Hasil stratifikasi antar strata pada variabel kovariat yaitu PR lebih tinggi pada LSL berusia >24 tahun PR=2.14 ; 95 CI 0.98-4.66 , LSL yang kurang mengikuti program pelayanan kesehatan PR=2.10; 95 CI 1.17-3.77 , dan LSL yang baik mendapat media sumber informasi PR=2.05 ; 95 CI 1.11-3.77 . Oleh karena itu disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP, memberikan edukasi sesuai dengan usia, dan memberikan sumber informasi yang lebih efektif dan massive.Kata kunci: Lelaki Seks Lelaki LSL ; pengetahuan HIV/AIDS; perilaku seksual berisiko.

Sexual risk behavior HIV AIDS among MSM can be influenced by prevention and misconception knowledge of HIV AIDS. This study aims to determine the relations about knowledge of HIV AIDS and sexual risk behavior HIV AIDS among MSM in 3 cities Yogyakarta, Tangerang, Makassar in Indonesia on 2013. This study used cross sectional design by using data IBBS 2013. Samples in this study were 343 MSM in 3 cities in Indonesia meet the criteria inclusion and exclusion and analyzed by univariate, bivariate, and stratification. Form the result, the percentage were 16 MSM have high risk of sexual risk behavior, 30.9 MSM have prevention and misconception knowledge less, 52.5 MSM 24 years, 48 MSM less participate in the health services HIV AIDS, 51 MSM less of source information. Based on analysis bivariate relationships with sexual risk behavior HIV AIDS less having knowledge HIV AIDS PR 2.0 95 CI 1.2 3.2 , age le 24 years PR 1.7 95 CI 1.0 2.7 , less participate in the health program PR 2.0 95 CI 1.2 3.4 , less get media source information PR 0.6 95 CI 0.4 1.0 . Stratification results of the strata on the variables of covariate variable have higher PR on MSM aged 24 years PR 2.14 95 CI 0.98 4.66 , MSM less follow the program health service PR 2.10 95 CI 1.17 3.77 , and MSM got a better media source information PR 2.05 95 CI 1.11 3.77 . It is therefore advisable to improve program IPP back, give education in according by age, and provide a source of information that is more effective and massive.Keywords Men Sex with Men MSM , sexual behavior risk HIV AIDS, knowledge of HIV AIDS."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Meilani Tri Nugraheni
"Risk-Based Audit (RBA) is an audit method that applies a risk approach in its implementation. By applying the RBA method, it is expected that an audit can be performed effectively and efficiently, thus producing maximum audit results. This study aims to analyze the implementation of RBA upon audits conducted by The Audit Board of Indonesia (BPK). Furthermore, this study analyzes the preparation of an Audit Program in line with the previously determined RBA. The research framework uses Agency Theory which emphasizes the relationship between management and principal. To ensure that management does not perform any manipulation, an independent third party must conduct the audit. This study applied a qualitative research methodology with a case study approach at BPK. The author expects to dig deeper into the application and implementation of RBA within BPK by using the case study approach support by audit documents and interviews with BPK Audit Team. The results showed that the implementation, performance, and monitoring of RBA by the BPK Audit Team were in line with the instructions and guidelines set by BPK."
Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan Direktorat Penelitian dan Pengembangan, 2021
332 JTKAKN 7:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Mutiara Artifa
"ABSTRAK
Prevalensi perilaku seksual berisiko HIV AIDS atau PMS pada remaja di Indonesia dan dunia masih mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan rendahnya pengetahuan seksualitas dan kesehatan reproduksi tentang penyebab dan dampak dari perilaku seksual pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan seksualitas dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS atau PMS Di SMA Yayasan Islam X Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 138 sampel dengan menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner tentang teori seksualitas serta bentuk perilaku seksual berisiko yang dimodifikasi oleh peneliti. Hasil analisis statistik menggunakan chi-square menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan seksualitas memiliki hubungan bermakna dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS atau PMS X2=5,133, p-value= 0,023, ? = 0,05. Penelitian ini merekomendasikan pada pemerintah, tenaga kesehatan dan sekolah untuk meningkatkan pengetahuan tentang seksualitas fokusnya pada penyebab dan dampak perilaku seksual berisko HIV/AIDS atau PMS agar dapat menurunkan jumlah perilaku seksual berisiko pada remaja di Indonesia.

ABSTRACT
Prevalence of HIV AIDS or STDs risk sexual behaviour in Indonesia and world rsquo s adolescents have high incidence every year. Those are due to low knowledge of sexuality and reproductive health about the causes and effects of sexual behavior in adolescents. This study aimed to identify the relationship between level of sexuality knowledge and HIV AIDS or STDs risk sexual behaviour in SHS Islamic X Jakarta Timur. The research used cross sectional design with 138 samples with total sampling method. This research used questionnaire as an instrument about the theory of sexuality as well as forms of risky sexual behavior modified by researchers. Statistic analyze used chi square with the result that level of sexuality knowledge had correlation with sexual behavior at risk of HIV AIDS or STDs X2 5,133, p value 0,023, 0,05. This study recommends governments, health workers and schools to improve the sexuality knowledge focuses on the causes and effects of HIV AIDS or STDs risk sexual behaviour in order to reduce the amount of risky sexual behavior in adolescents in Indonesia."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vella Ovelia
"Kejadian HIV pada populasi menyuntik narkoba cukup tinggi yaitu lebih dari 40% dari kasus baru yang ada. Di Indonesia, kejadian HIV berkisar antara 50%-90% pada penasun. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografi dan perilaku menyuntik dengan status HIV pada Pengguna NAPZA suntik di 4 kota di Indoneisa (Yogyakarta, Tangerang, Pontianak, Makassar tahun 2013. Desain penelitian adalah cross sectional menggunakan data Survei Terpadu Biologis Perilaku 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah penasun pria atau wanita berumur 15 tahun atau lebih yang tinggal di Kota lokasi survey dan menyuntik NAPZA selama satu bulan terakhir.
Hasil penelitian diperoleh penasun dengan status HIV (+) sebesar 61,35%. Adapun variabel yang bermakna secara statistik yaitu usia (PR: 0,662; 95%CI: 0,519?0,844), lama menggunakan NAPZA suntik (PR: 1,844; 95%CI: 1,485?2,289) hubungan seksual (PR: 1,882; 95%CI: 1,271?2,788), akses pelayanan kesehatan (PR: 1,285; 95%CI: 1,048?1,576) dan akses LASS (PR: 0,811; 95%CI: 0,674?0,977). Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan perilaku berisiko pada usia reproduktif dan memperluas akses pelayanan kesehatan dan layanan alat suntik steril.

HIV incidence in the population inject drugs is quite high at more than 40% of new cases are there. In Indonesia, HIV incidence ranges from 50% -90% in IDUs. The purpose of this study was to determine the relationship between the sociodemographic and behavioral factors injected with HIV status on injecting drug users in four cities in Indonesia (Yogyakarta, Tangerang, Pontianak, Makassar in 2013. The study design was cross sectional using data from Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) 2013. Samples IDUs in this study were male or female aged 15 years or older who live in the city survey locations and injecting drugs during the last month.
The results obtained IDUs with HIV status (+) amounted to 61.35%. The variables are statistically significant age (PR: 0.662; 95% CI: 0.519 to 0.844), duration of injecting drug use (PR: 1.844; 95% CI: 1.485 to 2.289) sexual relations (PR: 1.882; 95% CI: 1.271 to 2.788), access to services health (PR: 1.285; 95% CI: 1.048 to 1.576) and access LASS (PR: 0.811; 95% CI: 0.674 to 0.977). Therefore, there should be the prevention of risk behavior of reproductive age and expand access to health care and services sterile syringe.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Lia Meirita Ulo
"Perkembangan teknologi memungkinkan masyarakat berpartisipasi secara aktif dalampolitik melaluie-participation. Petisionlinemerupakan salah satu bentuk darie-participation. Penandatanganan petisionlinemelalui Change.org Indonesia semakin populer di Indonesia, akan tetapibanyak petisi yang hanya memperoleh sedikit dukungan.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisisfaktor pada domain informasi, sumber informasi, dan motivasi personal yang mempengaruhi niat orang untuk menandatangani petisi online. Penelitian dilakukan dengan menggunakanpendekatan kuantitatif melalui penyebaran kuisioner kepada para pengguna internet yang pernah menandatangani petisi di Change.org. Dari hasil pengumpulan data, diperoleh responden penelitian sejumlah 211 orang yang kemudian dianalisis dengan menggunakanCovariance Based SEM(CB-SEM) dengan bantuan aplikasi IBM Amos v22. Hasil dari penelitian inimenunjukkan bahwaattitudepengguna dipengaruhi olehsource credibility, argument quality, altruism, danpersonal relevance. Attitudeyang positif akan mendorong pengguna internet untuk menandatangani petisionline.

The development of technology made citizen could participate in politics through e-participation. Online petition is a kind of e-participation. Petition signing through Change.org increasingly popular in Indonesia, but many petitions is signedonlyby a fewpeople. This study aimed to analyzefactors in the domain of information, source of information, and personal motivation. This research conducted on quantitative approach through questionnaire to whom that have signed petitiononChange.org. After data collection,we got 211 respondentsin total. Thedata were analyzed byIBM Amos v22 applicationusing Covariance Based SEM (CB- SEM). Results from this study is attitude was influenced by source credibility, argument quality, altruism, and personal relevance. Positive attitude will encourage internet users to sign an online petition.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>