Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Robby Arbenta
"Kabupaten Lebak yang terletak di Provinsi Banten merupakan sebuah wilayah di Indonesia yang tidak luput terdampak oleh bencana banjir bandang. Provinsi Banten sendiri merupakan kawasan yang rawan terjadinya bencana. Di Indonesia sendiri Provinsi Banten merupakan provinsi dengan peringkat kerawanan yang cukup tinggi menurut BNPB dalam buku “Indeks Rawan Bencana Indonesia”. Tanah longsor merupakan bencana yang tidak jarang terjadi dikawasan – kawasan indonesia yang memiliki topografi yang beragam. Tanah longsor dapat menyebabkan berbagai macam kerugian baik dalam segi fisik, sosial, maupun ekonomi. Pada awal tahun 2020 kabupaten lebak kembali terdampak oleh bencana tanah longsor dan banjir bandang yang mengakibatkan kerugian sehingga pemerintah setempat membuat keputusan untuk segera merelokasi warga nya yang berada di kawasan rawan bencana. Penelitian ini bertujuan untuk membuat peta tingkat kerawanan bencana pada DAS Ciujung Hulu kemudian dijadikan sebagai dasar dalam menentukan lokasi yang berpotensi menjadi lokasi relokasi permukiman. Analisis pada penelitian ini menggunakan metode Spatial Multi Criteria Evaluation (SMCE) dan juga overlay. Dari penelitian ini dihasilkan bahwa pada DAS Ciujung Hulu didominasi oleh tingkat kerawanan longsor sedang (77,041%) dan kerawanan tinggi (22,955) sedangkan hanya 0,004% wilayah yang memiliki tingkat kerawanan longsor rendah. Kawasan yang berpotensi lokasi relokasi permukiman hanya terdapat pada 4 dari kecamatan yang digunakan sebagai wilayah penelitian dengan total luas wilayah berpotensi 88,12 Ha.

Lebak Regency, which is located in Banten Province, is an area in Indonesia that has many years affected by the flash flood and landslide disaster. Banten Province itself is a disaster-prone area. In Indonesia, Banten Province is a province with a fairly high hazard rating according to BNPB in the Indonesian Disaster Prone Index book. Landslide disaster often occur in regions of Indonesia which have diverse topographies. Landslides can cause various kinds of losses like physically, socially and economically. In early 2020, Lebak district was again affected by landslides and flash floods which resulted in losses so that the local government plans to relocate residents in disaster-prone areas. This research aims to make the level of disaster vulnerability in the Upper Ciujung River Basin and then used as the basis for determining the appropriate location to be a residential relocation location. The analysis in this study used the Spatial Multi Criteria Evaluation (SMCE) method and also an overlay. From this research, it was found that the Ciujung Hulu watershed was dominated by moderate landslide hazard levels (77.041%) and high vulnerability (22,955) while only 0.004% areas had low landslide hazard levels. The areas that has the potential to be the location of residential relocation are only in 4 of the sub-districts within the research areas with a total area of 88.12 Ha."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dionisius Andhika Putra
"Mikroplastik (<5mm) merupakan hasil degradasi dari plastik akibat berbagai proses dinamika di lingkungan. Masalah dalam penelitian ini adalah keberadaan mikroplastik di DAS Ciujung yang berpotensi memberikan ancaman melalui toksisitas yang terkandung dalam senyawa kimianya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi karakter mikroplastik, membuat model distribusi mikroplastik, menilai perspektif sosial-ekonomi masyarakat terhadap mikroplastik, serta merekomendasikan upaya mitigasi mikroplastik. Metode yang digunakan adalah kombinasi antara analisis kimia, statistik, spasial, dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat mikroplastik dengan kelimpahan rata-rata 40,73 ± 8,29 partikel/l yang terdistribusi dari hulu sampai ke hilir dengan model parameterisasi difusi horizontal. Karakter yang umum dijumpai adalah bentuk fragmen dengan warna monokrom dan berjenis polietilena (PE) serta polipropilena (PP). Pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap mikroplastik berada dalam kategori buruk dan DAS Ciujung masih banyak dimanfaatkan dalam aktivitas ekonomi masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah merekomendasikan peraturan terkait mikroplastik sebagai alternatif mitigasi mikroplastik.

Plastic degradation from several dynamic environmental processes results in microplastics (<5mm). This research's issue is the existence of microplastics in the Ciujung watershed, which could be dangerous due to the toxicity of its chemical constituents. This study aims to detect the characteristics of microplastics, develop a model for the distribution, assess people's socio-economic perspectives, and recommend microplastic mitigation strategies. Chemical, statistical, and spatial analysis, along with Analytical Hierarchy Process (AHP) are all combined in the procedure. The results demonstrate that microplastics were distributed from upstream to downstream employing a horizontal diffusion parameterization model, with an average abundance of 40.73 ± 8.29 particles/l. The most frequent characters are monochromatic color fragments of polyethylene (PE) and polypropylene (PP). Poor reflects the public's knowledge and perceptions of microplastic and the Ciujung Watershed is still widely used in locals economic activities. The research's findings suggest regulations governing microplastics as an alternative to microplastic mitigation."
Jakarta: Sekolah Kajian dan Stratejik Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Listi Fitriana
"Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia, banjir merupakan bencana yang dominan di Indonesia. DAS Citarum terutama di bagian hulu sejak puluhan tahun dari tahun 1931, 1984, dan hingga saat ini sering mengalami banjir. Peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan menjadikan wilayah ini menjadi lebih rentan terhadap banjir. Penilaian kerentanan sangat penting untuk menentukan kesiapsiagaan, mitigasi, respon bencana, dan pemulihan. Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan sebaran wilayah bahaya banjir pada periode ulang 5, 10, 25, dan 50 tahun dan model spasial kerentanan wilayah terhadap banjir dengan memetakan bahaya banjir berdasarkan analisis pemodelan numerik hidrodinamika menggunakan software MIKE FLOOD. Peta genangan yang dihasilkan akan diintegrasikan dengan data sosial dan demografi seperti kepadatan penduduk, populasi lanjut usia, populasi anak-anak, dan fasilitas kesehatan dengan menggunakan model SMCE (Spatial Multi Criteria Evaluation) yang selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat kerentanan berdasarkan indikator keterpaparan, sensitivitas, dan kapasitas. Hasil penelitian menunujukkan bahwa nilai kerentanan sosial tertinggi 0.24 di Kelurahan Malakasari dan 0.34 di Kelurahan Cangkuang sedangkan kerentanan sosial rendah dengan nilai 0.04 di Kelurahan Wargamekar dan 0.08 di Kelurahan Citeureup.

Hydrometeorological disaster is a frequent disaster in Indonesia, flooding is a dominant disaster in Indonesia. Citarum watershed is mainly in the upstream since decade from 1931, 1984, and until now is often flooded. The increasing population and development activities make the region more vulnerable to flooding. Vulnerability assessment is crucial for determining preparedness, mitigation, disaster response, and recovery. This research aims to simulate the distribution of flood hazard areas in the return period of 5, 10, 25, and 50 year and a spatial model of territorial vulnerability to flooding by mapping the flood hazard based on the numerical analysis of the hydrodynamics by using the software MIKE FLOOD. The resulting inundation map will be integrated with social and demographic data such as population density, elderly populations, children's populations, and healthcare facilities using SMCE (Spatial Multi Criteria Evaluation) models which are subsequently used to determine the vulnerability level based on exposure, sensitivity and capacity indicators. Results showed that the value of the highest social vulnerability 0.24 was in Malakasari and 0.34 in Cangkuang subdistric while the low social vulnerability with a value of 0.04 was in Wargamekar and 0.08 in Citeureup subdistric."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Edgar Fauzan
"Bencana longsor bersifat sulit untuk dideteksi dan diprediksi. Permukiman tidak selalu berada di lahan yang ideal sesuai dengan tata guna lahan yang telah ditetapkan, contohnya yang terdapat di wilayah longsor. DA Ci Manuk bagian hulu memiliki lahan kritis akibat intervensi manusia. Lingkungan semakin sensitif terhadap komponen dalam sistem lingkungan. Sehingga, ketika hujan mudah terjadi longsor. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan menganalisis wilayah permukiman rentan longsor di Daerah Aliran Ci Manuk Bagian Hulu.
Metode penelitian dilakukan bertahap, diawali dengan metode SINMAP Stability Index Mapping untuk menghasilkan wilayah potensi longsor dan metode analisis spasial untuk menentukan wilayah permukiman rawan dan selanjutnya menentukan pemukiman yang rentan longsor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43,88 dari luas total wilayah DA Ci Manuk bagian hulu merupakan wilayah yang berpotensi longsor, lalu 19,04 dari luas total DA Ci Manuk bagian hulu merupakan wilayah permukiman rawan tinggi longsor dan 30,80 wilayah permukiman rentan tinggi longsor. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa wilayah potensi longsor dominan di kelerengan >25, jenis tanah dystrudept dan curah hujan > 3500 mm/tahun. Wilayah permukiman rawan longsor cenderung berada pada zona longsor hasil pemodelan SINMAP dan permukiman rentan longsor cenderung berada di selatan DAS karena memiliki kualitas bangunan yang rendah dan kepadatan penduduk yang tinggi.

Landslide is difficult to detect and predict. Settlements are not always on the ideal land in accordance with predetermined landuse, for example in landslide area. Ci Manuk upstream watershed has critical land due to human intervention. The environment more sensitive to component in the environmental system. So, when it rains, landslide disasters are prone to happen. This study aims to predict and analyze the susceptible settlement of landslide in Ci Manuk upstream watershed.
The research method is done gradually, beginning with Stability Index Mapping method to generate landslide potential area and spatial analysis method to determine the landslide prone area and then determine the susceptible settlement of landslide area.
The results show that 43.88 of the total area is a potential landslide area, then 19.04 is a high landslide prone area and 30.80 susceptible settlement areas in high landslide area. This study also show that the landslide potential area is dominant at slope 25, dystrudept soil type and rainfall 3500 mm year. The landslide prone settlement areas tend to be in the landslide zone of SINMAP modeling and susceptible settlement of landslide tend to be in the south of the watershed due to low building quality and high population density.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Aulia Sartika
"ABSTRAK
Dalam menganalisis suatu Daerah Aliran Sungai, salah satu parameter yang dibutuhkan adalah nilai runoff coefficient atau curve number. Dimana nilai ini menggambarkan aliran yang melimpas atau terserap ke dalam tanah sesuai dengan peruntukkan penggunaan lahannya. Dalam menentukan nilai parameter tersebut, perlu diperhatikan klasifikasi jenis tanah atau pengelompokkan hidrologis tanah (Hydrologic Soil Group). Hydrologic Soil Group ini terdiri dari 4 kelompok yaitu A, B, C, dan D. Saat jenis kelompok hidrologisnya berbeda, maka nilai runoff coefficient atau curve number ini akan berbeda. Pengelompokkan Hydrologic Soil Group dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa cara, yaitu berdasarkan sifat-sifat tanah, peta tanah detail, atau laju infiltrasi minimum. Menurut Badan Informasi Geospasial, 2018, klasifikasi Hydrologic Soil Group pada DAS Ciliwung Hulu terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu, A, B, dan D. Dalam klasifikasinya, Hydrologic Soil Group yang berbeda memiliki nilai laju infiltrasi yang berbeda pula. Sehingga dengan diketahuinya nilai laju infiltrasi di suatu lokasi, akan diketahui pula klasifikasi Hydrologic Soil Group pada lokasi tersebut. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis persebaran klasifikasi Hydrologic Soil Group berdasarkan laju infiltrasi yang didapatkan dari penelitian langsung di lapangan. Penelitian dilakukan di 14 titik lokasi yang berbeda, yang tersebar di wilayah DAS Ciliwung Hulu, dengan waktu yang berbeda. Metode penelitian langsung di lapangan dilakukan dengan menggunakan bantuan alat double-ring infiltrometer. Data yang didapatkan dari penelitian lapangan kemudian diolah dengan menggunakan estimasi parameter dan Metode Horton untuk mendapatkan laju infiltrasi Horton. Dengan bantuan Inverse Distance Weighted (IDW) pada software ArcMap, akan didapatkan peta persebaran laju infiltrasi dan peta persebaran klasifikasi Hydrologic Soil Group pada DAS Ciliwung Hulu. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai laju infiltrasi pada DAS Ciliwung bagian Hulu berkisar antara 0.15 - 24.45 cm/jam. Dengan laju infiltrasi tersebut, didapatkan pula persebaran Hydrologic Soil Group pada DAS Ciliwung Hulu, yaitu terdiri dari kelompok A, B, dan C. Dari peta persebaran Hydrologic Soil Group pada DAS Ciliwung Hulu terlihat bahwa kelompok Hydrologic Soil Group yang mendominasi adalah kelompok A yang memiliki kemampuan infiltrasi yang tinggi dan potensi run-off yang rendah.

ABSTRACT
In analyzing a watershed, one of the parameters needed is the runoff coefficient or curve number. This value describes the flow that overflows or absorbed into the soil in accordance with the intended use of land. In determining the value of these parameters, it is necessary to note the classification of soil types or soil hydrological grouping (Hydrologic Soil Group). The Hydrologic Soil Group consists of 4 groups: A, B, C, and D. When the types of hydrological groups are different, then the runoff coefficient or curve number will be different. Grouping the Hydrologic Soil Group can be determined using several methods, based on soil properties, detailed soil maps, or minimum infiltration rates. According to the Badan Informasi Geospasial, 2018, the classification of the Hydrologic Soil Group in the Ciliwung Hulu watershed is divided into three groups, namely, A, B, and D. In the classification, different Hydrologic Soil Groups have different infiltration rate values. So that by knowing the rate of infiltration in a location, the classification of the Hydrologic Soil Group will be known at that location. In this study, an analysis of the distribution of the Hydrologic Soil Group classification based on the infiltration rate obtained from direct research in the field will be conducted. The study was conducted in 14 different location points, which were spread across the Upper Ciliwung watershed, with different times. The direct research method in the field is carried out using the aid of a double-ring infiltrometer. Data obtained from field research were then processed using parameter estimation and Horton Method to obtain Horton infiltration rate. With the assistance of Inverse Distance Weighted (IDW) in ArcMap software, a map of the infiltration rate distribution and a map of the distribution of the Hydrologic Soil Group distribution in the Ciliwung Hulu watershed will be obtained. The results obtained from this study indicate that the infiltration rate in the Upper Ciliwung watershed ranges from 0.15 - 24.45 cm/hour. With the infiltration rate, the distribution of the Hydrologic Soil Group was also found in the Ciliwung Hulu watershed, which consisted of groups A, B, and C. From the distribution map of the Hydrologic Soil Group in the Upper Ciliwung watershed it was seen that the dominant group of Hydrologic Soil Group A had high infiltration capability and low run-off potential."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dwi Hafidah
"Rawapening merupakan cekungan danau tektonik yang terjadi dari peristiwa tektonik gravitasi. Adanya struktur patahan dan lipatan yang terjadi akibat peristiwa tersebut juga menyebabkan terjadinya patahan akuifer sehingga muncul titik-titik mata air di DAS Rawapening. DAS Rawapening merupakan wilayah gunung api kerena sebagian besar jenis batuannya merupakan batuan vulkanik. Wilayah gunung api memiliki potensi besar dalam kemunculan mata air sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persebaran mata air berdasarkan karakteristik fisik wilayah, debit, dan jenis mata airnya di DAS Rawapening.
Analisis asosiasi dan deskriptif digunakan untuk menjelaskan keadaan mata air tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa sebagian besar mata air muncul pada ketinggian kurang dari 500 mdpl dengan kelerengan 2 - 8 %, berada pada formasi geologi fasies gunung api kwarter muda (Gkm), berada pada wilayah produktivitas akuifer setempat, dan penggunaan tanah sekitar adalah kebun/perkebunan. Jenis mata air didominasi oleh mata air rekahan (fracture springs) atau yang biasa disebut dengan mata air umbul dengan debit rata - rata sebagian besar adalah 1 - 10 liter/detik.

Rawapening is a tectonic lake basin that occurred from tectonic gravity process. That process formed structural faults and folds. The faults also fracturing the aquifer so there are many springs appear in Rawapening watershed. Rawapening watershed is categorized as a types of volcanic region because the geological formations mostly are volcanic rocks. Volcanic region has great potential in the emergence of springs so this study was conducted to determine the distribution of springs by physical characteristics of region, discharge, and types of springs.
Descriptive and association analysis are used to describe the distribution of springs in Rawapening watershed. The results of the study showed that most of the springs appear at an altitude of less than 500 meters above sea level with slopes 2-8%, with geological formations is volcanic facies young crater, at the local aquifer productivity, and surrounding landuse is a garden/farm. Types of springs dominated by fracture springs with average discharge mostly is 1-10 liters/sec.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia, 2014
S58177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Anugrah Pramudya
"Dalam kurun waktu 2018-2023 terjadi 40 kejadian longsor di Kecamatan Babakan Madang. Kejadian tersebut menimbulkan banyak kerugian seperti kerusakan rumah warga, akses jalan, dan kerusakan fasilitas umum seperti sekolah dan tempat ibadah. Penelitian ini digunakan untuk mengkaji dan menganalisis mengenai distribusi spasial tingkat kerawanan dan kerentanan tanah longsor di Kecamatan Babakan Madang. Dalam menentukan tingkat kerawanan tanah longsor digunakan metode Index Storie dengan beberapa variabel seperti tutupan lahan, lereng, curah hujan, dan jenis tanah yang kemudian dilakukan analisis matematis dan overlay. Mengenai tingkat kerentanan digunakan data fisik seperti kepadatan bangunan dan sebaran fasum, serta data sosial seperti kepadatan penduduk dan kelompok rentan yang nantinya akan menghasilkan indeks kerentanan untuk menentukan tingkat kerentanan masyararakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Babakan Madang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi yaitu 65% dengan luasnya sekitar 5.860,91 Ha yang terdistribusi di sebagaian wilayah selatan dan utara. Sedangkan untuk tingkat kerentanan tanah longsor seluruh wilayah pemukiman di Kecamatan Babakan Madang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dengan indeks > 0,67.

Between 2018 and 2023, there were 40 landslide incidents in Babakan Madang District. These incidents caused significant damage, including the destruction of residents' homes, road access, and public facilities such as schools and places of worship. This research aims to examine and analyze the spatial distribution of landslide susceptibility and vulnerability levels in Babakan Madang District. To determine the level of landslide susceptibility, the Index Storie method is used with several variables such as land cover, slope, rainfall, and soil type, followed by mathematical analysis and overlay. For the vulnerability level, physical data such as building density and the distribution of public facilities, as well as social data such as population density and vulnerable groups, are used to produce a vulnerability index to determine the community's vulnerability level. The result of the study show that Babakan Madang District has a high susceptibility level, reaching 65%, covering an area of approximately 5,860.91 hectares distributed in both southern and northern regions. As for landslide vulnerability, the entire residential area in Babakan Madang Subdistrict exhibits a high vulnerability level with an index exceeding 0.67."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Hanifa
"Bencana banjir, yang salah satu penyebabnya adalah kondisi cuaca, semakin sering terjadi sejak akhir 1990-an. Banjir yang sering terjadi di Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu disebabkan oleh karakteristik fisik cekungan yang berbentuk seperti basin. Ditambah curah hujan tinggi terjadi secara terus-menerus untuk jangka waktu tertentu dalam sehari. Pengamatan curah hujan dilakukan dengan metode penginderaan jauh, yaitu menggunakan algoritma PERSIANN CCS. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis perbedaan distribusi wilayah banjir di DAS Citarum Hulu serta distribusi spasial dan temporal curah hujan penyebab kejadian banjir tersebut. Penelitian ini menggunakan data curah hujan per jam satelit yang telah diolah menggunakan algoritma PERSIANN CCS<. Dalam pengolahan data tersebut, dilakukan metode statistik untuk memperoleh nilai akurasi dan metode aritmetika untuk mengklasifikasikan nilai curah hujan satelit. Hasil spasial menunjukkan wilayah banjir aktual tersebar di setiap sub-DAS Citarum Hulu, yaitu di bagian hulu dan hilir sub-DAS. Secara temporal, banjir selalu terjadi pada Sub-DAS Cisangkuy dan jarang terjadi di Sub-DAS Ciwidey. Distribusi spasial curah hujan di DAS Citarum Hulu dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bagian utara dan selatan. Rata-rata curah hujan per jam kelompok sub-DAS tersebut memiliki pola yang sama. Secara temporal, distribusi curah hujan di DAS Citarum Hulu memiliki kesamaan pola pada setiap tahunnya. Curah hujan penyebab banjir adalah hujan yang terjadi selama lebih dari enam jam. Hujan tersebut turun beberapa hari sebelum kejadian banjir. Kejadian hujan terjadi pada siang hingga sore hari.

Floods, which one of its cause is weather condition, are often happened since late 90s. Floods in Upper Citarum Watershed are caused by watershed’s physical characteristics which basin-like-shaped. In addition, high level rainfall happened continuously for a long term in a day. Rainfall observation is done by remote sensing method. It is PERSIANN CCS algorithm. This research aims to analyse spatio-temporal actual flood area in Upper Citarum Watershed and spatio-temporal rainfall distribution which are the caused of floods. This research used hourly rainfall data of PERSIANN CCS algorithm to obtain rainfall distribution in Upper Citarum Watershed. In data processing, statistical method had been done to generate data accuracy and arithmetic method to classify rainfall. Spatial result shows actual flood area are spreaded in every sub-watershed of Upper Citarum, which are in its upstream and downstream. Temporally, floods frequently happen in Cisangkuy Sub-Watershed and infrequently happen in Ciwidey Sub-Watershed. Spatial rainfall distribution in Upper Citarum Watershed is divided into two categories which are north and south region. The average hourly rainfall of each categories has the same pattern regionally. Temporal rainfall distribution also has the same pattern every year. The rainfall, which is causing floods, is a more-than-six-hours-long rain. The rain falls several days before the floods happened. It happened in the afternoon up to evening."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deka Alif Renaldy
"Curah hujan ekstrim diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pemanasan global di sebagian besar dunia dikarenakan adanya peningkatan konsentrasi uap air atmosfer. Amplikasi curah hujan ekstrim dapat meningkatkan intensitas dan frekuensi banjir yang merugikan di berbagai sektor. Melaui investigasi spasial dan temporal berdasarkan indikator hujan ekstrem yaitu meliputi aspek frekuensi, persistensi, absolut maksimal dan rata-rata per kejadian. Penelitian ini mengungkap kecenderungan hujan ekstrem dan karakteristik hujan ekstrem di DAS Citarum Hulu periode 1980-2022. Analisis yang digunakan dikenal dengan metode non-parametrik yaitu Mann-Kendall Test sebagai salah satu metode yang paling populer digunakan untuk mengevaluasi ada tidaknya kecenderungan pada data rentang waktu hidrologi. Hasil menunjukkan bahwa secara spasial kecenderungan hujan ekstrem di DAS Citarum Hulu terdeteksi terdapat 5 titik stasiun penakar curah hujan dengan kenaikan/penuruan trend secara signifikan dalam periode 1980-2022. Sedangkan secara termporal bulanan, memperlihatkan trend kenaikan/penurunan signifikan terjadi pada 12 lokasi stasiun curah hujan di DAS Citarum. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa kondisi topografi dan fenomena iklim (ENSO & IOD) terindikasi mempengaruhi intensitas curah hujan di DAS Citarum Hulu. Hasil dari visualisasi spasial curah hujan dan curah hujan ekstrem berdasarkan indikator hujan ekstrem juga menampilkan kecenderungan hujan ekstrem relatif tinggi di ketinggian >1000 mdpl dan berdasarkan analisis temporal bersama fenomena iklim ditemukan peningkatan curah hujan di tahun-tahun La Nina kuat IOD negatif, namun untuk curah hujan ekstrem tidak semua parameter menunjukkan keterkaitan terhadap fenomena iklim.

Extreme rainfall is expected to continue increasing along with global warming in most parts of the world due to an increase in the concentration of atmospheric water vapor. The application of extreme rainfall can increase the intensity and frequency of floods, which is detrimental in various sectors. Through spatial and temporal investigations based on extreme rain indicators, which include aspects of frequency, persistence, absolute maximum, and average per event, this study reveals the trend of extreme rainfall and the characteristics of extreme rain in the Citarum Upper Watershed for the period 1980-2022. The analysis used is known as the non-parametric method, namely the Mann-Kendall Test, as one of the most popular methods used to evaluate whether there is a trend in hydrological time span data. The results show that spatially, the trend of extreme rain in the Upper Citarum watershed was detected at 5 rainfall measuring stations with a significant increase/decrease trend in the 1980-2022 period. Meanwhile, on a monthly basis, a significant increase/decrease trend occurred in 12 rainfall station locations in the Citarum watershed. In this study, it is also known that topographical conditions and climatic phenomena (ENSO & IOD) are indicated to affect the intensity of rainfall in the Upper Citarum watershed. The results of the spatial visualization of rainfall and extreme rainfall based on extreme rain indicators also show a tendency for relatively high extreme rain at altitudes > 1000 meters above sea level. Based on a joint temporal analysis of climatic phenomena, it is found that there is an increase in rainfall in strong La Nina years when IOD is negative. However, for extreme rain, it does not show all parameters related to climate phenomena."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deka Alif Renaldy
"Curah hujan ekstrim diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pemanasan global di sebagian besar dunia dikarenakan adanya peningkatan konsentrasi uap air atmosfer. Amplikasi curah hujan ekstrim dapat meningkatkan intensitas dan frekuensi banjir yang merugikan di berbagai sektor. Melaui investigasi spasial dan temporal berdasarkan indikator hujan ekstrem yaitu meliputi aspek frekuensi, persistensi, absolut maksimal dan rata-rata per kejadian. Penelitian ini mengungkap kecenderungan hujan ekstrem dan karakteristik hujan ekstrem di DAS Citarum Hulu periode 1980-2022. Analisis yang digunakan dikenal dengan metode non-parametrik yaitu Mann-Kendall Test sebagai salah satu metode yang paling populer digunakan untuk mengevaluasi ada tidaknya kecenderungan pada data rentang waktu hidrologi. Hasil menunjukkan bahwa secara spasial kecenderungan hujan ekstrem di DAS Citarum Hulu terdeteksi terdapat 5 titik stasiun penakar curah hujan dengan kenaikan/penuruan trend secara signifikan dalam periode 1980-2022. Sedangkan secara termporal bulanan, memperlihatkan trend kenaikan/penurunan signifikan terjadi pada 12 lokasi stasiun curah hujan di DAS Citarum. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa kondisi topografi dan fenomena iklim (ENSO & IOD) terindikasi mempengaruhi intensitas curah hujan di DAS Citarum Hulu. Hasil dari visualisasi spasial curah hujan dan curah hujan ekstrem berdasarkan indikator hujan ekstrem juga menampilkan kecenderungan hujan ekstrem relatif tinggi di ketinggian >1000 mdpl dan berdasarkan analisis temporal bersama fenomena iklim ditemukan peningkatan curah hujan di tahun-tahun La Nina kuat IOD negatif, namun untuk curah hujan ekstrem tidak semua parameter menunjukkan keterkaitan terhadap fenomena iklim.

Extreme rainfall is expected to continue increasing along with global warming in most parts of the world due to an increase in the concentration of atmospheric water vapor. The application of extreme rainfall can increase the intensity and frequency of floods, which is detrimental in various sectors. Through spatial and temporal investigations based on extreme rain indicators, which include aspects of frequency, persistence, absolute maximum, and average per event, this study reveals the trend of extreme rainfall and the characteristics of extreme rain in the Citarum Upper Watershed for the period 1980-2022. The analysis used is known as the non-parametric method, namely the Mann-Kendall Test, as one of the most popular methods used to evaluate whether there is a trend in hydrological time span data. The results show that spatially, the trend of extreme rain in the Upper Citarum watershed was detected at 5 rainfall measuring stations with a significant increase/decrease trend in the 1980-2022 period. Meanwhile, on a monthly basis, a significant increase/decrease trend occurred in 12 rainfall station locations in the Citarum watershed. In this study, it is also known that topographical conditions and climatic phenomena (ENSO & IOD) are indicated to affect the intensity of rainfall in the Upper Citarum watershed. The results of the spatial visualization of rainfall and extreme rainfall based on extreme rain indicators also show a tendency for relatively high extreme rain at altitudes > 1000 meters above sea level. Based on a joint temporal analysis of climatic phenomena, it is found that there is an increase in rainfall in strong La Nina years when IOD is negative. However, for extreme rain, it does not show all parameters related to climate phenomena."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>