Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209831 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Citra Nirmala Utami
"Studi ini bertujuan untuk menemukan bukti empirik mengenai kemiskinan energi multidimensi di Indonesia dan apakah dampaknya terhadap kesehatan. Motivasi dari studi ini berasal dari fakta bahwa kemiskinan energi dan kesehatan menjadi perhatian di dunia global, termasuk di Indonesia. Namun, studi empirik dalam membuktikan kemiskinan energi multidimensi dan dampaknya terhadap kesehatan masih sangat terbatas. Penelitian ini mengukur kemiskinan energi multidimensi melalui dua aspek, yaitu aksesibilitas, dan keterjangkauan. Dengan menggunakan metode regresi Two-Stage-Least-Square (2SLS), penelitian ini menemukan bahwa kemiskinan energi di Indonesia sangat bervariasi dan segala bentuk kemiskinan energi berdampak negatif terhadap status kesehatan rumah tangga di Indonesia.

This study aims to find empirical evidence regarding multidimensional energy poverty in Indonesia and its impact on health. The motivation for this study comes from the fact that energy poverty and health become a serious concern in the global world, including in Indonesia. However, empirical studies in proving multidimensional energy poverty and its impact on health are still very limited. This study measuring multidimensional energy poverty through two aspects, namely accessibility, and affordability. By using a simultaneous equation model with Two-Stage-Least-Square (2SLS) regression method, this study found that energy poverty in Indonesia varies widely and any form of energy poverty has a negative impact on household health status."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilma Oktaviani
"Fenomena kemiskinan energi telah terjadi dihampir semua negara berkembang dan berdasarkan International Energy Agency (IEA, 2017) kemiskinan energi tersebut menjadi salah satu pemicu permasalahan utama dalam pembangunan dunia. Kemiskinan energi yang juga terjadi di Indonesia telah mendisrupsi berbagai sektor, salah satu yang utama dalam penelitian ini yaitu mengangkat lebih dalam dampaknya terhadap pendidikan yang juga menjadi sasaran ke empat dalam Sustainable Development Goal’s. Menggunakan data konsumsi listrik < 32,4 kwh per bulan dalam persentase proporsi rumah tangga di suatu wilayah pada tahun 2015 dan 2017 sebagai proksi dari miskin energi sebagai variabel dependen dan melihat bagaimana pengaruhnya terhadap pendidikan yang diproksi dari angka rata – rata lama sekolah tahun 2019 pada tingkat kabupaten dan kota di Indonesia. Dengan menggunakan 2SLS, pendekatan instrumen variabel yang digunakan yaitu karakteristik geografis wilayah dengan pendekatan nilai rata-rata elevasi pada kabupaten/kota untuk memprediksi secara akurat pengaruh dari kemiskinan energi terhadap rata – rata lama sekolah. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan yang berarti bahwa semakin dengan bertambahnya kemiskinan energi yang terjadi di suatu wilayah, maka akan menurunkan rata – rata lama sekolah pada wilayah tersebut.

The phenomenon of energy poverty has occurred in almost all developing countries and according to the International Energy Agency (IEA, 2017) energy poverty is one of the triggers for major problems in world development. Energy poverty that also occurs in Indonesia has disrupted various sectors, one of the main things in this study is to deepen its impact on education which is also the fourth target in the Sustainable Development Goal. Using electricity consumption data <32.4 kwh per month as a percentage of the proportion of households in a region in 2015 and 2017 as a proxy for energy poverty as the dependent variable and seeing how it affects education, which is proxied from the average length of schooling in 2019 in district and city level in Indonesia. By using the 2SLS, the variable instrument approach used is the geographic characteristics of the area with the mean elevation value approach in districts / cities to accurately predict the effect of energy poverty on the average length of schooling. The results of this study indicate that there is a negative and significant relationship, which means that the increase in energy poverty that occurs in a region, the lower the average length of schooling in that region."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irpan Pebri Setiadi Hsb
"Kemiskinan energi masih menjadi permasalahan penting terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kemiskinan energi erat kaitannya dengan kekurangan pendapatan dalam memenuhi layanan energi dasar. Remitansi diyakini menjadi salah satu stimulus yang potensial dalam mengurangi kemiskinan energi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh remitansi dalam mengurangi kemiskinan energi multidimensi rumah tangga di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) periode tahun 2007 dan 2014. Untuk mengatasi masalah endogenity yang muncul karena adanya reverse causality antara remitansi dan kemiskinan energi, maka penelitian ini menggunakan instrumental variables berupa traditional migrant-sending district. Dengan menggunakan metode 2SLS (two-stage least squares) diperoleh bahwa remitansi dapat menurunkan kemiskinan energi multidimensi di Indonesia. Rumah tangga penerima menggunakan tambahan pendapatan untuk membeli layanan energi seperti listrik, peralatan rumah tangga, dan komunikasi sehingga konsumsi energi meningkat dan selanjutnya kemiskinan energi menurun. Selanjutnya karakteristik rumah tangga juga signifikan dalam mempengaruhi kemiskinan energi seperti status pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin, ukuran keluarga, kepemilikan rumah, dan lokasi tempat tinggal. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa ketimpangan pendapatan memediasi hubungan remitansi dan kemiskinan energi.

Energy Poverty is still an important issue especially in developing countries like Indonesia. Recent studies showed that energy poverty is closely related to a lack of income in fulfilling basic energy needs. Remittances are believed to be one of the potential stimulus in reducing energy poverty. This study aims to analyze the effect of remittances in reducing multidimensional energy poverty of households in Indonesia. The data used in this study comes from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) for the 2007 and 2014 periods. To overcome the endogeneity problem that arises because of the reverse causality between remittances and energy poverty, this study uses instrumental variables in the form of traditional migrant-sending districts. By using the 2SLS (two-stage least squares) method, it is found that remittances can reduce multidimensional energy poverty in Indonesia. Recipient households use the additional income to purchase energy services such as electricity, household appliances, and communications so that energy consumption increases and subsequently energy poverty decreases. Furthermore, household characteristics are also significant in influencing energy poverty such as employment status, education, sex, family size, home ownership, and location of residence. In addition, this study also found that income inequality mediates the relationship between remittances and energy poverty."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Kifayatullah
"Kemiskinan energi merupakan masalah global yang berdampak signifikan terhadap kesejahteraan rumah tangga. Menurut International Energy Agency (IEA), pada tahun 2022, masih terdapat sekitar 774 juta individu yang tidak memiliki akses terhadap listrik dan 2,2 miliar orang yang tidak memiliki akses terhadap bahan bakar masak yang bersih. Sebagai negara berkembang, Indonesia sendiri masih mencatat adanya 11,5% rumah tangga yang mengalami kemiskinan energi. Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kemiskinan energi ini dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan rumah tangga dalam berbagai aspek, termasuk kesehatan dan pendidikan. Namun, masih belum banyak studi yang bertujuan untuk melihat secara empiris dampak kemiskinan energi terhadap kesehatan dan pendidikan sekaligus di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengisi celah riset tersebut dengan menganalisis dampak dari kemiskinan energi multidimensi yang mencakup dimensi aksesibilitas dan keterjangkauan terhadap kesejahteraan rumah tangga dalam bentuk kesehatan dan pendidikan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan dengan metode regresi Two-Stage Least-Square (2SLS) untuk mengukur kemiskinan energi multidimensi melalui dua dimensi, yaitu aksesibilitas dan keterjangkauan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi aksesibilitas memengaruhi kondisi kesehatan secara signifikan. Adapun dalam model pendidikan, seluruh bentuk kemiskinan energi memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap status pendidikan anak dalam rumah tangga.

Energy poverty is a global problem that has a significant impact on household well-being. According to the International Energy Agency (IEA), by 2022, there will still be around 774 million individuals without access to electricity and 2.2 billion people without access to clean cooking fuel. As a developing country, Indonesia alone still records 11.5% of households experiencing energy poverty. Several previous studies have shown that energy poverty can negatively impact household well-being in various aspects, including health and education. However, there are still not many studies that aim to empirically examine the impact of energy poverty on health and education in Indonesia. Therefore, this study aims to fill the research gap by analyzing the impact of multidimensional energy poverty that includes the accessibility and affordability dimensions on household welfare in the form of health and education in Indonesia. This study uses a simultaneous equation model with the Two-Stage Least-Square (2SLS) regression method to measure multidimensional energy poverty through two dimensions, namely accessibility and affordability. The results show that the accessibility dimension significantly affects health conditions. As for the education model, all forms of energy poverty have a significant negative effect on the educational status of children in the household."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Maulana Herwindo
"Studi tentang kemiskinan multidimensi telah banyak dilakukan akhir-akhir ini, namun belum terdapat studi kemiskinan multidimensi yang fokus terhadap kelompok pekerja pertanian di Indonesia. Penelitian ini berusaha melihat pengaruh determinan kemiskinan yang terdiri dari lima aspek, yaitu pertanian, pendidikan, demografi, geografis dan sosioekonomi terhadap kemiskinan multidimensi di rumah tangga pertanian Indonesia. Menggunakan data panel dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2014 dengan teknik regresi cross sectional dan ordinary least square, penelitian ini menunjukkan bahwa determinan luas lahan pertanian dan sistem pengairan lahan dari aspek pertanian, akses terhadap kredit di aspek sosioekonomi, dan tempat tinggal rumah tangga sebagai aspek geografis, memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap status kemiskinan multidimensi rumah tangga pertanian. Selain berpengaruh ke status kemiskinan, determinan tersebut juga berpengaruh untuk mengurangi nilai kemiskinan multidimensi yang dimiliki oleh rumah tangga pertanian.

Research about multidimensional poverty have been carried out lately, but there are no multidimensional poverty studies that focus on agricultural labor groups in Indonesia. This research tries to see the influence of poverty determinants consisting of five aspects, namely agriculture, demography, geographical, education and socioeconomics on multidimensional poverty in Indonesian agricultural households. By using panel data from the 2014 Indonesia Family Life Survey (IFLS) with cross sectional and ordinary least square regression techniques, this study shows that determinants such as agricultural land area and land irrigation systems from the agricultural aspect, access to credit in socioeconomic aspects, and residence household as a geographical aspect, has a significant and negative influence on the multidimensional poverty status of agricultural households. In addition to influencing poverty status, the determinant also has an effect on reducing the multidimensional poverty value that is owned by agricultural households"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchamad Nadzirummubin
"

Kemiskinan energi merupakan masalah bagi negara maju dan berkembang. Oleh karena itu, menyelidiki kondisi kemiskinan energi menjadi keniscayaan bagi setiap negara, mengingat akses energi memiliki peranan yang cukup penting dalam pembangunan sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi. Namun, terjadi pandemi COVID-19 yang berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi, meningkatnya jumlah pengangguran, yang pada gilirannya akan meningkatkan jumlah orang yang terpapar kemiskinan. Sehingga muncul dugaan bahwa pandemi COVID-19 juga memperburuk kondisi kemiskinan energi pada level rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak pandemi COVID-19 beserta variabel-variabel determinan kemiskinan energi, yaitu tingkat pengeluaran, wilayah tempat tinggal, jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap kemiskinan energi multidimensi. Adapun pengukuran kemiskinan energi menggunakan Multidimensional Energy Poverty Index (MEPI) yang didasarkan pada data sekunder dari Survei Sosial Ekonomi Nasional di tahun 2014, 2019, 2021 dan 2022. Tujuan lain penelitian ini ialah melihat dan membandingkan kondisi kemiskinan energi antar rezim pemerintahan, berdasarkan kelompok pengeluaran dan wilayah tempat tinggal. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 memperburuk kondisi kemiskinan energi multidimensi. Semua kelompok pengeluaran dan tingkat pendidikan memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Sedangkan tempat tinggal dan jenis kelamin memiliki pengaruf positif dan signifikan.


Energy poverty is a problem for both developed and developing countries. Therefore, investigating the state of energy poverty is a necessity for every country, considering that energy access plays a significant role in human resource development and economic growth. However, the COVID-19 pandemic has adversely affected economic growth and increased unemployment, which in turn will increase the number of people exposed to poverty. Therefore, there is a suspicion that the COVID-19 pandemic has also worsened the condition of energy poverty at the household level. This study aims to look at the impact of the COVID-19 pandemic and the variables that determine energy poverty, namely expenditure level, region of residence, gender, and education level, on multidimensional energy poverty. The measurement of energy poverty uses the Multidimensional Energy Poverty Index (MEPI), which is based on secondary data from the National Socio-Economic Survey in 2014, 2019, 2021, and 2022. Another objective of this research is to see and compare the condition of energy poverty between government regimes based on expenditure groups and regions of residence. The results of multiple linear regression analyses show that the COVID-19 pandemic has worsened multidimensional energy poverty. All expenditure groups and educational levels have a negative and significant effect. Meanwile, place of residence and gender have a positive and significant effect."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhendra
"Populasi penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas telah meningkat dua kali lipat dalam dua dekade terakhir. Jumlah lansia diperkirakan akan mencapai 19,9 persen pada tahun 2045, artinya hampir seperlima penduduk Indonesia pada tahun 2045 adalah lansia. Data Susenas 2021 menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia yang menggunakan kayu bakar dan arang untuk memasak sekitar 18,72 persen, sedangkan penduduk bukan lanjut usia hanya 10,29 persen. Penggunaan bahan bakar memasak tradisional seperti kayu bakar dan arang merupakan salah satu indikator kemiskinan energi multidimensi. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengukur kemiskinan energi pada lansia dan melihat dampaknya terhadap kesehatan, kesehatan kognitif dan mental, serta kesejahteraan dengan analisis unit rumah tangga. Sejauh ini, penelitian tentang pengaruh kemiskinan energi multidimensi (MEP) terhadap kesehatan lansia dengan analisis pada level individu masih terbatas dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengukur MEP pada level individu lansia di Indonesia dan kemudian mengetahui dampaknya terhadap status kesehatan. Penelitian ini menggunakan jarak dari titik pusat kabupaten ke pembangkit listrik terdekat pada tahun 1985 sebagai variabel instrumen untuk mengatasi permasalahan endogenitas. Hasil pengolahan data Susenas tahun 2019 hingga 2021 menemukan bahwa, jumlah lansia di Indonesia yang mengalami kemiskinan energi multidimensi (MEP) masih sangat tinggi. Lansia di Indonesia yang mengalami kemiskinan energi pada tahun 2021 sebesar 72,05 persen. Hasil empiris berdasarkan analisis regresi linear menunjukkan bahwa MEP berkorelasi negatif secara signifikan terhadap kesehatan lansia. Sedangkan hasil dari estimasi regresi 2SLS denga menggunakan semua variabel kontrol diperoleh koefisien sebesar -0,3964. Hal ini dapat di interpretasikan bahwa kemiskinan energi multidimensi menurunkan sekitar 67,19 persen status kesehatan lansia pada kelompok kontrol atau lansia yang tidak miskin energi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kesehatan lansia di wilayah timur Indonesia lebih terpengaruh oleh kemiskinan energi, dan kemiskinan energi memperburuk status kesehatan lansia yang tinggal di daerah pedesaan.


Indonesia's population aged 60 years and over has doubled in the last two decades. Older adults will reach 19.9 percent in 2045, meaning almost one-fifth of Indonesia's population are elderly. Data Susenas 2021 showed that older people dominate the use of firewood and charcoal for cooking at about 18.72 percent, while the non-elderly population is only 10.29 percent. Using traditional cooking fuels like firewood and charcoal indicates energy poverty deprivation. Several studies have been conducted to investigate energy poor in older people and its impact on health, cognitive and mental health, and well-being with household unit analysis. Studies on the effect of multidimensional energy poverty (MEP) on older people's health with individuals are limited and have never been held in Indonesia. This study aims to measure MEP at the individual level of older people in Indonesia and then investigate its impact on their health status. This study uses the historical distance from each regency where the older people lived to the nearest power plant in 1985 as an instrumental variable to overcome the endogeneity problem. The Data processing results of Susenas from 2019 to 2021 found that the number of older people in Indonesia who experience multidimensional energy poverty (MEP) is still very high. There is 72,05 percent of older people who experience energy poverty in 2021. The result of OLS regression is that MEP significantly negatively correlates with older people's health. The coefficient from the two-stage least square estimation result, including all control variables, is -0.3964. At the mean level of the control group, multidimensional energy poverty reduces the health status of older people by 67,19 percent. This study further conducted western-eastern regional and urban-rural comparative analyses. The findings demonstrate that the health of older people in the eastern region is more severely affected, and multidimensional energy poverty deteriorates the health status of rural older people.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Engeline Moko
"Penelitian ini menerapkan metode Alkire-Foster untuk mengukur kemiskinan rumah tangga yang dikepalai laki-laki dan perempuan berdasarkan pengukuran kemiskinan multidimensi (nonmoneter) dengan menggunakan data survei rumah tangga yang berasal dari Susenas 2012. Berfokus pada tiga dimensi (pendidikan, kesehatan dan nutrisi, dan standar hidup), ditemukan bahwa tingkat kemiskinan multidimensi rumah tangga perempuan lebih tinggi daripada rumah tangga lakilaki meskipun intensitas kemiskinan yang dialami rumah tangga laki-laki lebih besar daripada rumah tangga perempuan. Sementara itu uji regresi logistik biner menemukan adanya pengaruh wilayah demografi, status kawin KRT, lapangan pekerjaan KRT, dan komposisi rumah tangga terhadap status kemiskinan multidimensi rumah tangga yang dikepalai laki-laki dan perempuan di Indonesia, dimana lapangan pekerjaan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya.

This study applies Alkire-Foster method for measuring households poverty headed by men and women based on multidimensional poverty measurement (non-monetary) by using household survey data from Susenas 2012. Focuses on three dimensions (education, health and nutrition, and living standard), it was revealed that the rate of multidimensional poverty of households headed by women is higher than households headed by men even though the intensity of poverty experienced by men households is greater than women households. Nevertheless, the binary logistic regression had discovered the effect of demographic region, marital status of the households head, households head employment, and households? composition against the multidimensional poverty status of households headed by men and women in Indonesia, where employment is the utmost affected factor.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meizahra Afidatie
"Kesejahteraan anak merupakan salah satu penentu berhasil atau tidaknya negara ini memanfaatkan momentum Indonesia Emas 2045. Pasalnya, hingga saat ini terhambatnya akses untuk mendapat standar kehidupan yang layak masih banyak dirasakan oleh banyak anak di berbagai penjuru negeri. Oleh sebab itu, penelitian ini mencoba menganalisis dampak salah satu inisiatif pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan melalui bantuan sosial bersyarat (PKH) terhadap kemiskinan multidimensional anak di Indonesia. Studi ini akan menggunakan quasi-experimental dengan metode Propensity Score Matching (PSM). Data yang digunakan merupakan data sekunder dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan pada Maret 2022. Modul survey yang digunakan adalah keterangan pokok anggota rumah tangga (KOR) dengan analisis di tingkat individu dan rumah tangga. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa PKH tidak signifikan mempengaruhi kemiskinan multidimensi anak. Hasil ini dapat dipengaruhi beberapa hal yang tidak dapat dikontrol dalam penelitian seperti pandemi Covid-19 dan lamanya keluarga menerima bantuan PKH. Selain itu, adanya beberapa dimensi kemiskinan seperti standar hidup dan informasi yang tidak tercakup dalam target program bantuan sosial bersyarat (PKH) ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan ia tidak efektif terhadap kemiskinan multidimensi.

Child welfare is one of the determinants of whether or not this country will succeed in utilizing the momentum of the Indonesia Emas 2045. The current situation shows that many children across the nation still face barriers to achieve a decent standard of living. Therefore, this study aims to analyze the impact of the government's conditional cash transfer program (PKH) on multidimensional child poverty in Indonesia. This study will employ a quasi-experimental approach with Propensity Score Matching (PSM) method. The analysis will use secondary data from the National Socio-Economic Survey (Susenas) conducted in March 2022. Specifically the basic household member information (KOR) module.  The results of this study show that PKH does not significantly affect multidimensional child poverty. This result may be influenced by several things that cannot be controlled in the study such as the Covid-19 pandemic and the length of time families receive PKH assistance.  In addition, the exclusion of certain poverty dimensions, such as living standards and information from the program's targets, is one of the factors that make it ineffective against multidimensional poverty. 

Keywords: Cash Transfer, Child Poverty, Propensity Score Matching."

Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rani Puspa Artha
"ABSTRAK
Kemiskinan adalah fenomena multidimensi. Ukuran kemiskinan yang berdasarkan, tingkat konsumsi (moneter), tidak cukup dalam menjelaskan multiple deprivation yang dihadapi oleh orang miskin. Dengan mengaplikasikan kerangka metodologi multidimensional Alkire & Foster pada data Survey Sosial Ekonomi Nasional Indonesia (2011), penelitian ini menegaskan bahwa ukuran kemiskinan moneter membutuhkan ukuran multidimensi untuk melengkapi ukuran kemiskinan di Indonesia. Sekitar 62,3 persen pendudukyang dinyatakan tidak miskin oleh ukuran kemiskinan moneter dinyatakan miskin secara multidimensi.
Menggunakan model logit dan order logit penelitian ini menghasilkan bahwa pencapaian pendidikan yang lebih tinggi dari kepala rumah tangga meningkatkan kemungkinan untuk tidak miskin baik dalam kemiskinan moneter dan multidimensi. Makalah ini mengidentifikasi bahwa kesehatan adalah sumber utama kemiskinan multidimensi. Program asuransi kesehatan universal diperlukan. Investasi sumber daya manusia sangat penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

ABSTRACT
Poverty is multidimensional phenomenon. The poverty measurement that based on consumption level is insufficient in explaining the multiple deprivations faced by poor. Applying Alkire & Foster?s multidimensional methodology framework by utilizing the National Socio Economic Survey Indonesia data (2011), this study confirmed that the monetary measure of poverty should be complemented with multidimensional poverty measure to capture comprehensive picture of deprivation in Indonesia. Around 62.3 percent of populations that monetary poverty measurement declares them as non-poor are multidimensional poor.
Using the logit and ordered logit model, this study also confirmed that a higher educational attainment of household head leads to a higher probability of being non-poor both in monetary and multidimensional poverty. The paper identifies that health is the major source of multidimensional poverty. Universal health insurance program is needed. Human investment is very important in efforts to reduce poverty.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T45024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>