Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175981 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoshe Maharani
"Pada akhir tahun 1970-an, dunia kesusastraan Cina mulai memasuki era baru. Muncul aliran puisi Menglong yang merupakan aliran puisi paling penting dan berpengaruh dalam dunia kesusastraan Cina di era modern. Menglongshi, atau dalam bahasa Indonesia berarti “Puisi Samar” merujuk pada aliran puisi baru yang muncul dan berkembang pada periode mulai dari akhir 1970-an hingga awal 1980-an di Cina. Aliran puisi ini dipopulerkan oleh majalah literatur kritis yang mengkritik pemerintahan berjudul Jintian yang beredar di masyarakat pada masa Gerakan Dinding Reformasi, sebuah gerakan di tahun 1978-1979 dimana pemimpin tertinggi di Cina pada tahun-tahun itu memperbolehkan adanya demokrasi kebebasan berpendapat dalam masyarakat. Gu Cheng (顾城) merupakan salah satu penyair ternama di Cina yang namanya dikenal lewat kelompok penyair aliran puisi Menglongshi. Karya-karyanyanya yang beraliran Menglongshi memiliki ciri khas penggambaran alam yang nyata dan penggunaan simbol-simbol pribadi untuk menulis tentang tentang manusia, sosial dan masyarakat khususnya mengenai peristiwa Revolusi Kebudayaan yang merupakan sebuah tragedi menyakitkan yang terjadi selama 10 tahun di Cina. Dalam tulisan ini, dipilih 8 puisi Menglongshi oleh Gu Cheng untuk dikaji aspek simbol dan imajinya sehingga dapat ditelaah makna dari puisi-puisi tersebut. Hasilnya, puisi Menglongshi yang ditulis oleh Gu Cheng memiliki makna yang secara umum merupakan ungkapan sikap Gu Cheng terhadap peristiwa Revolusi Kebudayaan masa lalu dan harapan positif terhadap masa depan walaupun telah terdampak oleh peristiwa Revolusi Kebudayaan.

As the 1970s nears its end, Chinese literature began a new era. A new poetry genre called Menglong emerged and became the most important genre in modern Chinese literature. Menglong developed itself in the late 70s to early 80s and was popularized by a critical literary magazine called Jintian. The magazine was published during the Wall Reform Movement (1978-1979) where the supreme leader of China allowed democracy and freedom of speech. In this genre of poetry, one of the most prominent poets in the Menglong genre was Gu Cheng. His Menglong poetry is characterized by the usage of vivid imagery of nature, and the usage of symbols to represent people, social issues, and the society that has been impacted by the nation-wide catastrophe; the Cultural Revolution that happened 10 years prior. In this writing, 8 Menglong poems by Gu Cheng are selected to analyze their meanings through its symbolic and imagery aspects in the poem. The result is generally Gu Cheng’s Menglong poems signify Gu Cheng’s expression towards his traumatic past caused by the Cultural Revolution and his positive outlook towards the future despite the things that has happened in the past."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Edhi Kharitas
"Setelah revolusi kebudayaan berakhir, di RRC muncul aliran puisi baru yang disebut menglongshi. Gu Cheng adalah salah satu pelopor aliran ini. Pendekatan stilistis-sastra digunakan untuk menganalisis lima belas puisi yang ditulis Gu Cheng pada tahun 1968 sampai 1980."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13026
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Arthur Justin
"ABSTRAK
Gu Cheng merupakan salah satu penyair eksentrik (guguashi) yang mulai dikenal pada
1980-an dan disebut juga sebagai penyair samar (menglong). Pada periode akhir
hidupnya, Gu Cheng menyebut periode puisi yang dihasilkannya sebagai periode
Subjektif atau Wuwo (无我). Puisi Gu Cheng merupakan puisi liris yang bertumpu
pada suara dan karakteristik emosi atau perasaan dari pemikiran, visi, suasana hati
ataupun perasaan pedih yang tidak menawarkan fondasi yang kuat untuk terciptanya
bagian dari sebuah peristiwa yang berasal dari imajinasi penulis itu sendiri. Dalam
penelitian ini, penulis menganalisis tiga puisi Gu Cheng pada periode subjektif, yang
diambil dari kompilasi puisi Gu Cheng yang berjudul Merkuri (水银) sebanyak dua
judul, dan Dunia Lagu (颂歌世界) sebanyak satu judul. Analisis dilakukan dengan
menggunakan pendekatan unsur instrinsik, diksi, figur retoris (majas), pengimajinasian,
tema dan perasaan penyair untuk mengetahui seberapa besar unsur puisi Gu Cheng yang
kontradiktif antara kenyataan dengan yang diungkapkannya dalam puisi. Kesuraman
hidup Gu Cheng mempengaruhi suasana hati dalam penulisan karya puisinya yang
merupakan puisi samar atau berkabut.

ABSTRACT
Gu Cheng was one of the eccentric poets (guguashi) who became known in the 1980s
and was also called the misty poet (menglong). In the final period of his life, Gu
Cheng called the period of his poetry as Subjective period or Wuwo (无 我). Gu
Cheng s poetry is a lyrical poem that relies on sound and emotional characteristics or
feelings from thoughts, visions, moods or feelings of pain that do not offer a strong
foundation for the creation of a part of an event that comes from the imagination of the
author himself. In this study, the author analyzed three Gu Cheng s poems in the
subjective period, which is two titles from Gu Cheng s poem compilation of Mercury (水􀀀), and one title from Ode s World (􀀀歌 世界). The analysis was carried out by using intrinsic elements, diction, rhetorical figures, imagination, themes and poets feelings to find out how much the elements of Gu Cheng s poetry were contradictory between reality and what he expressed in poetry. The gloom of Gu Cheng's life affected the mood in writing his poetry which was a misty poem."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fu, Zhiying
Taibei Shi: Tian xia wen hua chu ban gu fen you xian gong si , 1997
SIN 294.3 FUZ x
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bangun, Charina Pratenta Br
"Jurnal ini membahas mengenai makna kebebasan pada puisi karya Shin Dong Yup yang berjudul 껍데기는 가라 (Kkeobdegineun Gara, Wahai Kulit, Pergilah) yang dipublikasikan tahun 1967. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginterpretasikan makna kebebasan yang terkandung pada puisi tersebut melalui analisis simbol dan imaji. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa penjelasan secara deskriptif terhadap data penelitian berdasarkan studi pustaka. Dari data yang diperoleh, hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol dan imaji yang di tuangkan ke dalam puisi ini menyiratkan dengan kuat makna kebebasan hidup yang diinginkan oleh Shin Dong Yup sebagai representasi penggambaran peristiwa yang terjadi pada tahun 1960-an dan sebagai tanda kebangkitan kembali kesusastraan Korea setelah sebelumnya mengalami keterpurukan pada tahun 1950-an.

The focus of this study is the meaning of freedom in the poetry by Shin Dong Yup, entitled 껍데기는 가라 (Kkeobdegineun Gara, Skin, Go Away ) published in 1967. The purpose of this study is to interpret the meaning of freedom contained in the poetry mentioned above through the analysis of symbols and images. This study uses qualitative methods such as descriptive explanation of data research based on literature. From the data obtained, the results shows that the symbols and images contained in this poetry strongly implies the meaning of life and believes that freedom desired by Shin Dong Yup is a sign of the revival of Korean literature after crash in 1950."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muftia Parasati
"Artikel ini membahas makna di balik kehadiran satu-satunya tokoh laki-laki yang ada di film 8 Femmes, yaitu sang kepala keluarga bernama Marcel. Di dalam film, Marcel ditampilkan melalui fokalisasi para perempuan dan sangat jarang ditampilkan secara fisik ataupun berbicara. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan tekstual dan kajian sinema dari Boggs dan Petrie, kajian naratologi Gérard Genette, dan kajian AWK Sara Mills. Hasil analisis menunjukkan bahwa para perempuan terus menghadirkan Marcel melalui fokalisasi dan hal ini merupakan perwujudan dominasi Marcel secara implisit terhadap mereka. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan para perempuan untuk lepas dari Marcel. Meskipun absen secara visual, sosok Marcel telah membayangi kehidupan para perempuan dan menjadi bagian dari kesenangan, kesedihan, dan kesulitan yang mereka miliki. Para tokoh perempuan yang muncul sebagai judul film dan nampak mendominasi secara naratif dan sinematografis sebenarnya terdominasi oleh Marcel, sehingga menjadikan mereka berada dalam ilusi hilangnya dominasi laki-laki.

This article discusses the meaning behind the presence of the only male character in 8 Femmes, namely the head of the family, Marcel. In the film, Marcel is shown through female focalizations and is rarely shown physically or speaking. The method utilized is a qualitative method with a textual approach and film studies from Boggs and Petrie. The narratology study of Gérard Genette and the CDA studies of Sara Mills is also used to deepen the analysis. The analysis shows that the women continuously presenting Marcel through focalization and this is a manifestation of Marcel's implicit domination over them. This was due to the women's inability to escape from Marcel. Despite being visually absent, Marcel's figure has loomed over the lives of the women and becomes their joys, sorrows and difficulties. The female characters who appear in the title of the film and seem to dominate narrative and cinematographically are actually dominated by Marcel, thus they are in the illusion of the lost male domination.

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Agna Zakiya
"Silang budaya antara Cina dengan Indonesia telah berlangsung sejak ribuan tahun lamanya. Salah satu bukti adanya hubungan ini yaitu adanya ornamen-ornamen khas Cina dalam sebuah bangunan Vihara. Gaya ornamen khas Cina ini dapat ditemui dalam Vihara Buddha Dharma dan 8 Pho Sat yang ada di kawasan Bogor. Dalam perkembangannya, fungsi ornamen tidak semata-mata hanya untuk hiasan saja, melainkan juga memiliki fungsi simbolisme. Oleh karena itu, tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui makna filosofi yang terkandung dalam simbol ornamen Vihara Buddha Dharma dan 8 Pho Sat. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, dan data penelitian didapatkan dari studi pustaka, observasi, dan wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar dari ornamen-ornamen di dalam Vihara ini dipengaruhi oleh kebudayaan Cina, namun masing-masing ornamen memiliki makna filosofisnya yang unik, dan sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai agama Buddha.

The cross-cultural between China and Indonesia has been going on for thousands of years. One of the evidence of this relationship is the existence of Chinese ornaments in a Vihara building. This Chinese ornament style can be found in Vihara Buddha Dharma and 8 Pho Sat in Bogor area. In its development, the function of ornaments is not only for decoration, but also has a function of symbolism. Therefore, the purpose of this reseach is to know the meaning of philosophy contained in the symbol of Buddha Dharma Temple ornaments and 8 Pho Sat. In this study the method used is descriptive qualitative, and research data obtained through library studies, observations, and interviews. The results of this study indicate that although most of the ornaments in the Buddhist Dharma and 8 Pho Sat Viharas are influenced by Chinese culture, each ornament has its own unique philosophical meaning, and is closely related to Buddhist values."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jehezkiel Kenneth Guilio
"Sediaan cair atau liquid menjadi salah satu jenis produk yang banyak di pasarkan oleh PT SOHO Industri Pharmasi. Dalam proses produksinya, sediaan cair melalui 4 proses produksi utama yaitu penimbangan, pencampuran, pengisian, dan pengemasan. Proses pengemasan merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk melindungi obat dari lingkungan sekitarnya. Proses pengemasan merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk melindungi obat dari lingkungan sekitarnya sehingga kualitas obat dapat tetap terjaga hingga sampai ke tangan konsumen. Proses pengemasan sekunder sediaan cair dilakukan dengan mesin kemas (cartoning) Jih Cheng dan IMA yang dioperasikan oleh operator. Produksi sediaan cair di PT Soho Industri Pharmasi sepanjang tahun 2022 belum memberikan hasil yang memuaskan.Salah satu faktor yang berperan besar terhadap nilai OEE yang rendah di departemen Liquid Production PT Soho Industri Pharmasi adalah frekuensi kejadian lost time saat proses cartoning pada mesin kemas Jih Cheng dan IMA yang tinggi. Laporan ini akan berfokus dalam melakukan verifikasi settingan parameter untuk mesin kemas Jih Cheng dan IMA yang digunakan untuk untuk melakukan settingan mesin sehingga proses pengemasan di black area Liquid Production dapat berjalan secara optimal.

Liquid preparations are one of the many types of products marketed by PT SOHO Industri Pharmasi. In the production process, liquid preparations go through 4 main production processes, namely weighing, mixing, filling and packaging. The packaging process is one of the steps taken to protect the drug from the surrounding environment. The packaging process is one of the steps taken to protect the drug from the surrounding environment so that the quality of the drug can be maintained until it reaches the consumer. The secondary packaging process for liquid preparations is carried out using Jih Cheng and IMA cartoning machines operated by operators. Production of liquid preparations at PT Soho Industri Pharmasi throughout 2022 has not produced satisfactory results. One of the factors that plays a major role in the low OEE value in the Liquid Production department of PT Soho Industri Pharmasi is the frequency of lost time events during the cartoning process on Jih Cheng packaging machines and high IMAs. This report will focus on verifying the parameter settings for the Jih Cheng and IMA packaging machines which are used to make machine settings so that the packaging process in the Liquid Production black area can run optimally."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>