Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117724 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Swarnasari Nurandita Isbandiputri
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada bagian serviks wanita dan menjadi penyebab kematian tertinggi keempat pada wanita. Oleh sebab itu, dibutuhkan tatalaksana yang adekuat untuk mencegah perkembangannya. Pada saat ini, tata laksana yang dilakukan memiliki berbagai efek samping yang merugikan, sehingga dibutuhkan pengobatan alternatif yang mendukung dan dengan efek samping yang minim. Salah satu caranya adalah menggunakan tanaman herbal, seperti tanaman Kunto Dewo (Kigelia pinnata), yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Tanaman ini memiliki efek antimikrobial dan sitotoksik pada sel kanker.
Tujuan: Mengetahui profil fitokimia dan aktivitas antikanker in-vitro ekstrak n-heksana kulit dan daging buah Kunto Dewo (Kigelia pinnata) terhadap sel kanker serviks HeLa.
Metode: Kulit dan daging buah Kigelia pinnata yang sudah dikeringkan masing-masing dimaserasi dalam pelarut n-heksana, kemudian filtrat hasil penyaringan diuapkan hingga menghasilkan ekstrak n-heksana kulit dan daging buah Kigelia pinnata. Selanjutnya kedua jenis ekstrak tersebut dianalisis profil fitokimianya, meliputi penapisan fitokimia, analisis kromatografi lapis tipis (KLT), penentuan kadar total fenol dan total flavonoid, serta pengujian aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks HeLa dengan MTT assay.
Hasil: Ekstrak n-heksana kulit dan daging buah kigelia pinnata mengandung triterpenoid. Pada analisis KLT didapatkan 4 komponen pada ekstrak n-heksana kulit buah Kigelia pinnata dan 8 komponen pada ekstrak n-heksana daging buah Kigelia pinnata. Aktivitas sitotoksik ekstrak n-heksana kulit dan daging buah Kigelia pinnata terhadap sel HeLa termasuk dalam kategori aktif sedang.
Simpulan: Ekstrak n-heksana kulit dan daging buah kigelia pinnata memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai antikanker serviks.

Background: Cervical cancer is cancer that occurs in the cervix of women and is the fourth leading cause of death in women. Therefore, it needs adequate management to prevent its development. Currently, the treatment has a variety of adverse side effects, so it needs alternative treatments that are supportive and with minimal side effects. One way is to use herbal plants, such as the Kunto Dewo (Kigelia pinnata) plant which is often used as traditional medicine. This plant has antimicrobial and cytotoxic effects on cancer cells.
Aim: Knowing the phytochemical profile and in-vitro anticancer activity of the n-hexane extract of skin and flesh of Kunto Dewo (Kigelia pinnata) fruit against cervical cancer HeLa cells.
Method: The dried skin and flesh of Kigelia pinnata are macerated in n-hexane solvent, then the filtered filtrate is evaporated to produce the n-hexane extract of the skin and flesh of the Kigelia pinnata fruit. Furthermore, the two types of extracts were analyzed for their phytochemical profiles, including phytochemical screening, thin layer chromatography (TLC) analysis, determination of total phenol and total flavonoid levels, as well as testing of cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells using MTT assay.
Result: The n-hexane extract of the skin and flesh of the kigelia pinnta fruit contains triterpenoids. In TLC analysis, there were found 4 components in the n-hexane extract of Kigelia pinnata fruit skin and 8 components in the n-hexane extract of Kigelia pinnata fruit flesh. The cytotoxic activity of the n-hexane extract of the skin and pulp of Kigelia pinnata fruit against HeLa cells was in the medium active category.
Conclusion: The n-hexane extract of the skin and flesh of the kigelia pinnata fruit has the potential to be further developed as a cervical anticancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Atika
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan peringkat keempat kanker yang paling sering terdiagnosis dan menyebabkan kematian pada wanita. Maka itu, kanker serviks membutuhkan tata laksana yang adekuat untuk menurunkan mortalitas pasien. Tata laksana yang saat ini kerap dijalankan memiliki beragam efek samping dan belum dapat menjamin kesembuhan pasien, sehingga dibutuhkan alternatif lain sebagai pendukung yang minim efek samping, misalnya dengan penggunaan herbal. Salah satu tanaman yang berpotensi dikembangkan sebagai obat herbal adalah tanaman kunto dewo (Kigelia pinnata) yang kerap digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai gejala dan penyakit, serta memiliki efek antiinflamasi, antibakterial, antioksidan, hingga antikanker.
Tujuan: Mengetahui kandungan senyawa fitokimia, total flavonoid, total fenol, dan aktivitas antikanker in vitro ekstrak etanol kulit dan daging buah kunto dewo (Kigelia pinnata) terhadap sel HeLa.
Metode: Kulit dan daging buah Kigelia pinnata diperoleh dari daerah sekitar candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Kulit dan daging buah Kigelia pinnata dikeringkan, lalu masing-masing dimaserasi dengan pelarut etanol, selanjutnya filtrat hasil penyaringan diuapkan hingga menghasilkan ekstrak etanol kulit dan daging buah Kigelia pinnata. Pada kedua ekstrak dilakukan analisis fitokimia melalui penapisan fitokimia, analisis kromatografi lapis tipis (KLT), dan penentuan total flavonoid dan total fenol. Ekstrak kemudian diuji aktivitas antikankernya secara in vitro terhadap sel HeLa dengan metode MTT.
Hasil: ekstrak etanol kulit dan daging buah Kigelia pinnata mengandung senyawa tanin, flavonoid, steroid, dan triterpenoid. Analisis KLT menunjukkan bahwa ekstrak etanol Kigelia pinnata mengandung 4 komponen senyawa fitokimia. Ekstrak etanol kulit buah Kigelia pinnata (EEKB) memiliki kadar total fenol dan flavonoid masing-masing sebesar 9,02 mg ekuivalen asam galat(GAE)/g dan 6,3 mg ekuivalen kuersetin(QE)/g sedangkan ekstrak etanol daging buah Kigelia pinnata (EEDB) memiliki kadar total fenol dan flavonoid masing-masing sebesar 12,96 mgGAE/g dan 0,91 mgQE/g. Kedua ekstrak menunjukkan aktivitas antikanker in vitro yang moderat terhadap sel HeLa, dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 127,02 µg/mL untuk EEKB dan 92,13 µg/mL untuk EEDB.
Simpulan: Ekstrak etanol kulit dan daging buah kigelia pinnata memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai antikanker serviks.

Background: Cervical cancer is the fourth most frequently diagnosed cancer and causes death in women. Therefore, cervical cancer requires adequate management to reduce patient mortality. The current management often has a variety of side effects and cannot guarantee the patient's recovery, so that other alternatives are needed to support minimal side effects, for example by using herbs. One of the plants that have the potential to be developed as herbal medicine is the kunto dewo (Kigelia pinnata) which is often used traditionally to treat various symptoms and diseases, and has anti-inflammatory, antibacterial, antioxidant, and anti-cancer effects.
Aim: To determine the content of phytochemical compounds, total flavonoids, total phenols, and in vitro anticancer activity of the ethanol extract of the skin and flesh of kunto dewo (Kigelia pinnata) against HeLa cells.
Method: The skin and flesh of Kigelia pinnata fruit were obtained from the area around the Borobudur temple, Magelang, Central Java. The skin and flesh of the Kigelia pinnata fruit were dried, then each macerated with ethanol solvent, then the filtered filtrate was evaporated to produce an ethanol extract of the skin and flesh of the Kigelia pinnata fruit. In both extracts, the phytochemical analysis was carried out through phytochemical screening, thin layer chromatography (TLC) analysis, and determination of total flavonoids and total phenols. The extract was then tested for its anticancer activity in vitro against HeLa cells using the MTT method.
Result: The ethanol extract of Kigelia pinnata fruit skin and flesh contained tannins, flavonoids, steroids, and triterpenoids. TLC analysis showed that the ethanol extract of Kigelia pinnata contained 4 phytochemical compounds. The ethanol extract of Kigelia pinnata fruit peel (EEKB) has a total phenol and flavonoid content of 9.02 mg gallic acid equivalent (GAE) / g and 6.3 mg quercetin (QE) / g, while the ethanol extract of Kigelia pinnata pulp (EEDB) has total phenol and flavonoid levels of 12.96 mgGAE / g and 0.91 mgQE / g, respectively. Both extracts showed moderate in vitro anticancer activity against HeLa cells, with IC50 values ​​of 127.02 µg / mL for EEKB and 92.13 µg / mL for EEDB, respectively.
Conclusion: The ethanol extract of the skin and flesh of kigelia pinnata fruit has potential as a cervical anticancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfian Muzaki
"Latar belakang: Kanker serviks menempati posisi keempat sebagai kanker yang paling sering terjadi dan menyebabkan kematian pada wanita di seluruh dunia. Oleh karena itu, tata laksana yang adekuat diperlukan untuk menurunkan prevalensi dan mortalitas pasien. Tanaman herbal dapat dijadikan sebagai alternatif dan komplementer dalam tata laksana yang diberikan. Salah satu tanaman yang berpotensi adalah tanaman kunto dewo (Kigelia pinnata) yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Kigelia pinnata memiliki beberapa efek seperti antiinflamasi, antibakterial, antidiabetik, antioksidan, dan antikanker.
Tujuan: Mengetahui kandungan senyawa fitokimia, total fenol, total flavonoid, dan aktivitas sitotoksik in-vitro ekstrak etilasetat Kigelia pinnata terhadap sel HeLa.
Metode: Daging dan kulit buah Kigelia pinnata dipisahkan lalu masing-masing dimaserasi dan diekstraksi dengan pelarut etilasetat menghasilkan ekstrak etilasetat daging dan kulit buah Kigelia pinnata. Kedua ekstrak dilakukan analisis fitokimia dengan uji fitokimia, kromatografi lapis tipis (KLT), uji total fenol, dan uji total flavonoid. Aktivitas sitotoksik in vitro kedua ekstrak terhadap sel HeLa diuji dengan metode MTT assay.
Hasil: Ekstrak etilasetat daging buah Kigelia pinnata mengandung flavonoid, tannin, dan triterpenoid, dengan kadar total fenol sebesar 18,81 mg ekuivalen asam galat (GAE)/mL dan kadar total flavonoid sebesar 2,37 mg ekuivalen kuersetin (QE)/mL. Ekstrak etilasetat kulit buah Kigelia pinnata mengandung flavonoid, tannin, glikosida, dan steroid, dengan kadar total fenol sebesar 14,42 mg GAE/mL dan kadar total flavonoid sebesar 19,06 mg QE/mL. Analisis KLT menunjukkan adanya dua komponen fitokimia pada masing-masing ekstrak. Ekstrak etilasetat daging dan kulit buah Kigelia pinnata menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel HeLa dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 118,76 μg/mL dan 157,46 μg/mL.
Simpulan: Ekstrak etilasetat daging dan kulit buah Kigelia pinnata berpotensi dikembangkan sebagai antikanker serviks.

Introduction: Cervical cancer is the fourth most common cancer and causes death in women around the world. Therefore, adequate management is needed to reduce the prevalence and mortality of patients. Herbal plants can be used as an alternative and complementary in the management given. One of the potential plants is kunto dewo (Kigelia pinnata) which is often used as a traditional medicine. Kigelia pinnata has several effects such as anti-inflammatory, antibacterial, antidiabetic, antioxidant, and anti-cancer.
Aims: To determine the components of phytochemical compounds, total phenols, total flavonoids, and in-vitro cytotoxic activity of Kigelia pinnata ethylacetate extract against HeLa cells.
Methods: The flesh and skin of the Kigelia pinnata fruit were separated and then macerated for each part with ethylacetate to produce Kigelia pinnata flesh and skin fruit ethylacetate extract. Both extracts were analyzed for phytochemicals compounds through phytochemical tests, thin layer chromatography (TLC), total phenol test, and total flavonoid test. In addition, the extracts were tested for their in vitro cytotoxic activity against HeLa cells by the MTT assay method.
Result: Ethylacetate extract of Kigelia pinnata fruit flesh contains flavonoids, tannins, and triterpenoids, as well as total phenol content of 18.81 mg of Gallic Acid Equivalent (mg GAE)/mL and total flavonoids level of 2,37 mg of Quercetin Equivalent (mg QE)/mL. Ethylacetate extract of Kigelia pinnata fruit skin contains flavonoids, tannins, glycosides, and steroids, with total phenol content of 14.42 mg GAE/mL and total flavonoids content of 19.06 mg QE/mL. TLC analysis showed the presence of two phytochemical components in each extract. The cytotoxic activity of the ethyl acetate extract of the flesh and skin of Kigelia pinnata fruit on HeLa cells showed IC50 values of 118.76 μg/mL and 157.46 μg/mL, respectively.
Conclusion: The ethyl acetate extract of the flesh and skin of Kigelia pinnata fruit have the potential to be developed as a cervical anticancer.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Auliya Firdausy
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker dengan angka kejadian yang tinggi pada wanita di Indonesia dan dunia. Tingginya angka mortalitas kanker serviks dapat terjadi akibat tatalaksana yang tidak efektif, sehingga pengembangan terapi alternatif kanker serviks sangat diperlukan. Mirabilis jalapa merupakan plasma nutfah Indonesia. Bagian bunga Mirabilis jalapa mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat diteliti lebih lanjut potensinya sebagai tanaman herbal antikanker. Tujuan: Mengetahui komposisi fitokimia, aktivitas antioksidan, dan sitotoksisitas ekstrak bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) terhadap sel kanker serviks HeLa. Metode: Penelitian dilakukan terhadap ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, serta ekstrak heksana yang didapatkan menggunakan teknik maserasi bagian bunga tanaman Mirabilis jalapa. Pengukuran komposisi fitokimia dilakukan dengan uji kualitatif, kromatografi lapis tipis, serta uji kadar total flavonoid. Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Pengukuran sitotoksisitas dilakukan dengan metode MTT assay terhadap sel kanker serviks HeLa. Uji statistik dilakukan terhadap nilai IC50 ekstrak Mirabilis jalapa terhadap sel HeLa.
Hasil: Pada bagian bunga Mirabilis jalapa ditemukan adanya golongan senyawa flavonoid, tannin, glikosida, dan triterpenoid dalam ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat, serta juga golongan senyawa triterpenoid dan steroid dalam ekstrak etil asetat dan ekstrak heksana. Kadar total flavonoid dalam ekstrak etanol sebesar 111,97 μg/mL dan ekstrak etil asetat sebesar 55,42 μg/mL. Kekuatan aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol termasuk dalam kelompok sangat aktif (nilai IC50 11,541 μg/mL), sedangkan kekuatan aktivitas antioksidan dari ekstrak etil asetat termasuk dalam kelompok aktif (nilai IC50 188,365 μg/mL). Sitotoksisitas terhadap sel kanker serviks HeLa yang teramati dari ekstrak etanol memberikan efek sitotoksik kuat (nilai IC50 15,127 μg/mL), sedangkan dari ekstrak etil asetat serta ekstrak heksana memberikan efek sitotoksik moderat (IC50 ekstrak etil asetat 44,501 μg/mL, IC50 ekstrak heksana 56,425 μg/mL). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai IC50 ekstrak etanol berbeda signifikan dibandingkan dengan kedua ekstrak lainnya. Simpulan: Ekstrak Mirabilis jalapa menunjukkan aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas terhadap sel kanker serviks HeLa sehingga berpotensi sebagai tanaman.

Background: Cervical cancer is one type of cancer which has high prevalence in women in Indonesia and the world. High mortality of cervical cancer was deducted prior to ineffective treatment, thus the development of alternative therapy is needed. Mirabilis jalapa is an Indonesian biodiversity plant. The flower contains secondary metabolites which could be explored further for their potential as herbal medicinal plants. Aim: Discovering phytochemical composition, antioxidant activity and cytotoxicity of Mirabilis jalapa extract against HeLa cervical cancer cell line. Methods: Experiment was done towards ethanolic, etilacetat, and hexene extract using maceration extraction method on dried flower Mirabilis jalapa. Measurements were done to analyse phytochemical components using qualitative experiment and thin layer chromatography and also quantitative analysis. Antioxidant activity analysis was done using DPPH method and cytotoxicity against HeLa cervical cancer cell line was done using MTT assay. Statistical analysis was done to analyse IC50 score of Mirabilis jalapa extract to inhibit HeLa cell growth.
Result: The flower part of Mirabilis jalapa has various types of phytochemical compounds. The ethanolic extract and ethyl acetate extract has flavonoid, tannin, glycoside and triterpenoid, whereas steroid and triterpenoid compounds are observed in hexane and ethyl acetate extract. Total flavonoid content measured on ethanolic extract and ethyl acetate extract are 111,97 μg/mL and 55,42 μg/mL respectively. Antioxidant activity on ethanolic extract is considered highly active (IC50 11,541 μg/mL), whilst ethyl acetate extract shows active antioxidant activity (IC50 188,365 μg/mL). Cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cell line observed on ethanolic extract displays strong effect (IC50 15,127 μg/mL), whereas ethyl acetate extract and hexane extract shows moderate cytotoxic effect (IC50 ethyl acetate extract 44,501 μg/mL, IC50 hexane extract 56,425 μg/mL). Statistical analysis showed that ethanol extract of Mirabilis jalapa exhibit higher IC50 value which significantly different than other two type of extract Conclusion: Mirabilis jalapa extract obtained from the flower shows antioxidant activity and cytotoxicity against HeLa cervical cancer cell line, thus potential as an anticancer herbal medicinal plant
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helma Namira
"ABSTRAK

Diadema setosum termasuk ke dalam kelompok hewan Echinodermata yang mampu memproduksi senyawa metabolit sekunder. Senyawa yang dihasilkan dari ekstrak kasar usus D. setosum diduga memiliki potensi aktivitas antikanker. Penelitian mengenai potensi ini belum pernah dilakukan, oleh karena itu dilakukan penelitian untuk menguji potensi antikanker dengan melihat nilai LC50 yang dimiliki oleh ekstrak kasar usus D. setosum menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Aktivitas sitotoksik dari ekstrak kasar usus D. setosum kemudian di uji secara in vitro untuk melihat pengaruh penambahan ekstrak pada pertumbuhan sel kanker serviks HeLa. Hasil Uji BSLT menunjukkan bahwa  ekstrak kasar usus D. setosum terbukti aktif memiliki senyawa toksik yang cukup tinggi dengan nilai LC50 sebesar 291, 034 ppm. Pengujian aktivitas antikanker secara in vitro menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kasar D. Setosum dengan konsentrasi 50, 100, dan 150 ppm serta waktu inkubasi selama 24 jam, memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan sel HeLa. Pengaruh paling jelas tampak dari persentase viabilitas sel HeLa yang menurun seiring bertambahnya konsentrasi. Persentase viabilitas terendah ditunjukkan pada konsentrasi 150 ppm yaitu sebesar 0% . Berdasarkan hasil pengujian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa ekstrak kasar D. Setosum terbukti mempunyai potensi aktivitas antikanker.


ABSTRACT

 

 


Diadema setosum is one of the animals that belongs to Echinoderm group which has the ability to produce secondary metabolite compound. This chemical compound which was originated from crude extract of  D. setosum has been expected potentially have anticancer activity. Research about this potential anticancer activity has never been done, therefore we conducted a study to test the anticancer potential  by observing LC50 concentration of D.setosum intestine crude extract, using Brine Shrimp Letahlity Test Methode. Citotoxic activity from D. Setosum intestine crude extract was observed by in vitro test to see the effect of crude extract addition towards cervical cancer cells (HeLa cells) growth. Result of BSLT test shown that D. setosum crude extract actively proven has quite high toxic compound with LC50 concentration 291, 034 ppm. Anticancer activity use in vitro test shown that additioning of D. setosum crude extract with different concentration 50 ppm, 100 ppm, and 150 ppm within  24 hours of incubation time, can affect the growth of HeLa Cells. Efectiveness of D.setosum crude extract can be seen through the lowering of viability percentage of cervical cancer cells. The lowest viability has been shown in concentration 150 ppm with percentage 0%. Based on these results we can conclude that crude extract of D.setosum intestine potentially has anticancer activity.

 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanan Talida
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan penyakit keganasan dengan prevalensi tinggi pada wanita baik di Indonesia maupun di dunia. Pengobatan yang tersedia saat ini dapat berupa terapi operatif ataupun non operatif seperti radiasi dan kemoterapi, tetapi masih terdapat efek samping, resiko yang dapat ditimbulkan, serta biaya yang cukup mahal. Holothuria scabra merupakan bahan alam yang banyak ditemukan di Indonesia serta diketahui memiliki beberapa kandungan dengan aktivitas antikanker namun belum banyak diteliti.
Metode: Holothuria scabra diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat, etanol, dan n-heksana. Analisis kandungan metabolit sekunder masing-masing ekstrak dilakukan melalui uji fitokimia dan uji kromatografi lapis tipis (KLT), sementara aktivitas sitotoksik ekstrak terhadap sel kanker serviks HeLa diuji menggunakan metode MTT assay dan dibandingkan dengan doxorubicin.
Hasil: Holothuria scabra memiliki kandungan fitokimia triterpenoid pada ekstrak etil asetat, etanol, dan n-heksana, serta alkaloid pada ekstrak etanol. Aktivitas sitotoksik Holothuria scabra terhadap sel kanker serviks HeLa yang paling kuat dimiliki oleh ekstrak etil asetat dengan nilai IC50 sebesar 26,598 ± 1,091 μg/mL, diikuti oleh ekstrak etanol 62,959 ± 3,656 μg/mL, dan ekstrak n-heksana 75,385 ± 3,226 μg/mL, sementara nilai IC50 doxorubicin sebesar 7,209 ± 0,995 μg/mL. Terdapat perbedaan yang signifikan antar masing-masing ekstrak dan doxorubicin.
Kesimpulan: Holothuria scabra mengandung senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antikanker. Ketiga ekstrak menunjukkan aktivitas sitotoksik sedang terhadap sel kanker serviks HeLa.

Introduction: Cervical cancer is a malignant disease with a high prevalence among women in Indonesia and the world. Treatment currently available consists of operative or non-operative therapy such as radiation and chemotherapy. However, there are still side effects, risks, and the cost is also expensive. Holothuria scabra is a natural ingredient commonly found in Indonesia and is known to have some anticancer activity that has not been widely studied.
Method: Holothuria scabra was extracted using ethyl acetate, ethanol, and n-hexane as solvents. Analysis of the secondary metabolite content of each extract was carried out through phytochemical tests and thin-layer chromatography tests. In contrast, the cytotoxic activity of the extracts against HeLa cervical cancer cells was tested using the MTT assay and compared with doxorubicin.
Result: Holothuria scabra contains triterpenoid in all extracts, namely ethyl acetate, ethanol, n-hexane extract, and alkaloid in ethanol extract. Among the three Holothuria scabra extracts, ethyl acetate extract had the strongest cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells with an IC50 value of 26.598 ± 1.091 μg/mL, followed by ethanol extract of 62.959 ± 3.656 μg/mL, and n-hexane extract of 75.385 ± 3.226 μg/mL, meanwhile the IC50 value of doxorubicin was 7,209 ± 0,995 μg/mL. There were also significant differences between each extract and doxorubicin.
Conclusion: Holothuria scabra contains phytochemical compounds with anticancer activity and the three extracts showed moderate cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riathul Ma`Sita
"Kanker serviks menjadi kanker utama penyebab kematian di Afrika Timur dan Tengah. Terdapat 266.000 kematian tiap tahunnya akibat kanker serviks diseluruh dunia. Sekitar 9 dari 10 wanita di negara berkembang mengalami kematian akibat kanker serviks. Di Indonesia terdapat 91.682 kasus kanker serviks selama kurun waktu 2010 hingga 2013. Alga merah Eucheuma denticulatum yang banyak di temui di perairan Indonesia telah diketahui memiliki aktivitas sebagai agen farmatikal, salah satunya sebagai agen antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komponen fitokimia dan mengetahui aktivitas antikanker Eucheuma denticulatum terhadap sel kanker serviks HeLa. Pada penelitian ini, Eucheuma denticulatum diekstraksi menggunakan empat pelarut yang berbeda, yaitu etanol, etil asetat, n-heksana dan kloroform, menghasilkan masing-masing ekstrak etanol, ekstrak etil asetat, ekstrak n-heksana dan ekstrak kloroform Eucheuma denticulatum. Hasil uji fitokimia pada keempat jenis ekstrak Eucheuma denticulatum positif menunjukkan adanya metabolit sekunder. Sedangkan uji kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa ekstrak Eucheuma denticulatum ini mengandung 10 komponen senyawa. Selanjutnya, dilakukan uji aktivitas antikanker pada keempat jenis ekstrak Eucheuma denticulatum tersebut terhadap sel kanker serviks HeLa dengan menggunakan metode MTT assay, aktivitas antikanker dinyatakan dengan nilai IC50. Hasil uji aktivitas antikanker menunjukkan bahwa keempat ekstrak Eucheuma denticulatum memiliki aktivitas inhibisi terhadap sel kanker serviks HeLa dengan nilai IC50

Cervical cancer is the leading cause of death in East and Central Africa. There are 266,000 deaths annually from cervical cancer worldwide. About 9 out of 10 women in developing countries die of cervical cancer. In Indonesia there are 91,682 cases of cervical cancer during the period 2010 to 2013. Eucheuma denticulatum red algae that many encountered in Indonesian waters has been known to have activity as a pharmaceutical agent, one of them as an anticancer agent. This study aims to analyze phytochemical components and to know the activity of anticancer Eucheuma denticulatum against cervical cancer cells HeLa. In this study, Eucheuma denticulatum was extracted using four different solvents, ie ethanol, ethyl acetate, n hexane and chloroform, yielding each ethanol extract, ethyl acetate extract, n hexane extract and chloroform Eucheuma denticulatum extract. The result of phytochemical test on four types of Eucheuma denticulatum positive extract showed secondary metabolite. While thin layer chromatography test showed that this Eucheuma denticulatum extract contains 10 components of compound. Furthermore, the anticancer activity test on all four types of Eucheuma denticulatum extract to cervical cancer cells HeLa by using MTT assay method, anticancer activity expressed with IC50 value. The results of the anticancer activity test showed that the four Eucheuma denticulatum extracts had inhibitory activity against heLa cervical cancer cell with IC50 value "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brenda Cristie Edina
"

Latar Belakang: Tanaman temu kunci (Kaempferia pandurata) telah diteliti memiliki efek antikanker dan berpotensi sebagai terapi target kanker payudara dengan ekspresi reseptor estrogen positif.

Tujuan: Penelitian ini menguji kandungan metabolit sekunder dalam ekstrak n-heksana temu kunci dan menguji efek ekstrak tersebut dan sediaan nanopartikelnya terhadap pertumbuhan sel kanker payudara ER (reseptor estrogen) positif MCF-7. 

Metode: Rimpang temu kunci diekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksana, kemudian diuji fitokimia dan kromatografi lapis tipis untuk mengetahui kandungan fitokimia dalam ekstrak tersebut. Selanjutnya, dilakukan sintesis nanopartikel dari ekstrak n-heksana temu kunci. Kemudian, dilakukan uji MTT dari ekstrak n-heksana temu kunci dan nanopartikelnya terhadap sel MCF-7 untuk mengetahui laju inhibisi dan nilai IC50 sebagai tolak ukur efek antikanker kedua sampel.

Hasil:. Rimpang temu kunci berhasil diekstraksi dalam pelarut n-heksana. Berdasarkan hasil uji fitokimia, ekstran n-heksana temu kunci mengandung senyawa organik flavonoid, triterpenoid, dan tanin. Uji kromatografi lapis tipis dengan eluen non-polar (n-heksana : etil asetat = 5 : 1) menunjukkan delapan noda dengan nilai Rf masing – masing  0,12; 0,18; 0,23; 0,29; 0,41; 0,55; 0,62; 0,80. Dari hasil uji MTT, nilai IC50 dari ekstrak n-heksana temu kunci dan nanopartikelnya secara berturut – turut adalah 94,387 ± 11,667 μg/mL dan 31,298 ± 0,242 μg/mL.

Diskusi: Kandungan fitokimia dalam ekstrak n-heksana (flavonoid, triterpenoid, tanin) memiliki efek antikanker pada sel kanker payudara. Ekstrak n-heksana temu kunci dan sediaan nanopartikelnya memiliki efek antikanker yang cukup aktif terhadap sel kanker payudara ER positif MCF-7. Pembuatan sediaan nanopartikel meningkatkan transpor ekstrak n-heksana temu kunci ke dalam sel MCF-7.

Kesimpulan: Ekstrak n-heksana temu kunci dan nanopartikelnya memiliki potensi sebagai agen antikanker terhadap kanker payudara ER positif MCF-7.

 


 

Background: Finger root (Kaempferia pandurata) is a medicinal herb which has shown anticancer activity as potential targeted-therapy towards estrogen receptor positive breast cancer.

 Objective: This research was conducted to analyze the phytochemical contents of n-hexane extract of Kaempferia pandurata and its nanoparticle to the growth of estrogen positive breast cancer MCF-7 cells.

Methods: Kaempferia pandurata rhizome was extracted in n-hexane, and its phytochemical contents was analyzed by simple phytochemical test and thin layer chromatography. Nanoparticle was then synthesized from n-hexane extract of Kaempferia pandurata. Finally, the n-hexane extract of Kaempferia pandurata and its nanoparticle were then tested using MTT Assay to MCF-7 cells in order to determine their inhibition rate and IC50.

Results:. The extraction of Kaempferia pandurata rhizome in n-hexane extract was conducted successfully. Through simple phytochemical testing, n-hexane extract of Kaempferia pandurata contained flavonoids, triterpenoids, and tannins. Thin layer chromatography using non-polar eluent (n-hexane : ethyl acetate = 5 :1) showed eight spots with Rf values of 0,12; 0,18; 0,23; 0,29; 0,41; 0,55; 0,62; 0,80. MTT assay resulted in IC50 value of 94.387 ± 11.667 μg/mL and 31,298 ± 0,242 μg/mL for n-hexane extract of Kaempferia pandurata and its nanoparticle respectively.

Discussion: The phytochemical contents of n-hexane extract of Kaempferia pandurata (flavonoid, triterpenoid, tannin) was shown to have anticancer activities on breast cancer cells n-hexane extract of Kaempferia pandurata and its nanoparticle has moderately active anticancer activities towards estrogen positive breast cancer MCF-7 cells. Nanoparticle enhances n-hexane extract of Kaempferia pandurata’s entry to cancer cells.

Conclusion: N-hexane extract of Kaempferia pandurata and its nanoparticle can be a potenial anticancer agent towards estrogen positive breast cancer.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisnawati
"Radiasi merupakan terapi pilihan untuk kanker serviks stadium III B, namun permasalahan timbul karena adanya sifat radioresisten. Sel punca kanker SPK merupakan salah satu faktor yang diduga berkontribusi terhadap hal tersebut. SOX2 dan OCT4 merupakan faktor transkripsi yang mengekspresikan sifat-sifat SPK, yaitu mengontrol sifat pluripoten, self-renewal, berperan pada karsinogenesis, metastasis, resistensi terhadap terapi dan rekurensi tumor. Faktor apoptosis, DNA repair dan telomerase merupakan mekanisme yang berkaitan dengan radioresisten. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara SOX2 dan OCT4 sebagai penanda SPK terhadap respons terapi radiasi, serta kaitannya dengan faktor apoptosis caspase-3 , DNA repair Chk1 dan telomerase hTERT .Penelitian ini merupakan case control, terhadap 48 kasus karsinoma sel skuamosa serviks stadium III B yang telah menjalani terapi radiasi/kemoradiasi di RS Cipto Mangunkusumo/FKUI. Kasus dibagi dalam 2 kelompok, yaitu hasil terapi komplet 27 kasus dan hasil terapi inkomplet 21 kasus . Kasus dengan respons awal terapi radiasi baik dilakukan pemeriksaan bulan Pap smear dan HPV pada bulan ke-6 atau sampai ke-12 setelah terapi. Ekspresi SOX2, OCT4, caspase-3, Chk1 dan hTERT diperiksa secara imunohistokimia dari blok parafin biopsi awal.Ekspresi kuat SOX2 dan OCT4 dengan H-score masing-masing lebih dari 96,6 dan 61,9 mempunyai hubungan bermakna dengan respons awal terapi radiasi maupun respons akhir terapi radiasi SOX2 p = 0,017, p = 0,004 dan OCT4 p < 0,001, p < 0,001 . Ditemukan hubungan bermakna antara ekspresi Chk1 dan hTERT dengan respons awal terapi radiasi Chk1 p = 0,006, hTERT p = 0,029 . Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara ekspresi caspase-3, Chk1, hTERT dengan ekspresi SOX2 dan OCT4. Uji multivariat menunjukkan bahwa SOX2 dan OCT4 yang paling memengaruhi respons terapi OR = 5,12, p = 0,040 dan OR = 17,03, p < 0,001, secara berurutan . Uji probabilitas menunjukkan kemungkinan respons akhir terapi radiasi inkomplet sebesar 87,91 bila ekspresi kedua penanda SPK kuat.Ekspresi kuat SOX2 dan OCT4 dapat memprediksi hasil terapi radiasi inkomplet pada karsinoma serviks stadium III B.

Radiotherapy is the main choice of treatment for stage III B cervical cancer, but radioresistance becomes a difficult matter. Cancer stem cell is one of the factors suspected involving in radioresistant cancers. SOX2 and OCT4 are transcription factors which have pluripotent cell characteristics, and self renewal ability. They also involved in carcinogenesis, metastasis, tumor recurrent, and resistance toward therapy. Apoptotic, DNA repair, and telomerase factors are mechanisms that also contribute to radioresistance. This study aims to know the role of SOX2 and OCT4 as CSC markers, apoptotic factor caspase 3 , DNA repair Chk1 and telomerase hTERT toward radiotherapy.The design of this study was case control with 48 cases of stage III B cervical squamous cell carcinoma patients who had finished receiving radiation chemo radiation therapy at Cipto Mangunkusumo Hospital FMUI, Jakarta. They were classified in 2 groups based on the final response of treatment, which were complete and incomplete one. Pap smear and DNA HPV were performed in month 6 or until month 12 after therapy for good initial therapy. Immunohistochemistry was done to analyze SOX2, OCT4, caspase 3, Chk1 and hTERT expression from the paraffin block of initial biopsy.Strong expression of SOX2 and OCT4 with each H score was higher than 96.6, and 61.9 had significant association with both initial and final therapy response SOX2 p 0.017, p 0.004 and OCT4 p 0.001, p 0.001, repectively . There was significant association between expression of Chk1 and hTERT, and initial therapy response p 0.006 for Chk1, and p 0.029 for hTERT . No significant differences were found between caspase 3, Chk1, hTERT, and SOX2 and OCT4. Multivariate analysis showed SOX2 and OCT4 were the most influenced antibodies for radiotherapy response OR 5.12, p 0.040, and OR 17.03, p 0.001, respectively . The likelihood of incomplete final therapy response was 87.91 if the expression both of CSC markers were strong.Expression of SOX2, and OCT4 could predict the incomplete radiotherapy of stage III B cervical cancer cases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafael Erlangga Bagas Pratama
"Kanker payudara menempati urutan kedua penyebab kematian akibat kanker tertinggi di Indonesia. Keterbatasan tatalaksana kanker payudara yang tersedia saat ini mendorong potensi tanaman herbal sebagai pengobatan alternatif, salah satunya daun suruhan (Peperomia pellucida) yang studinya masih terbatas di Indonesia. Serbuk daun suruhan dimaserasi menggunakan tiga jenis pelarut sehingga diperoleh ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana. Uji fitokimia dan KLT dilakukan untuk mengetahui jenis dan jumlah komponen fitokimia. Aktivitas antioksidan diketahui melalui uji DPPH, sedangkan sitotoksisitas terhadap sel kanker payudara MCF-7 diketahui melalui uji MTT. Adapun korelasi antara aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas ekstrak daun suruhan ditentukan melalui uji korelasi Pearson. Komponen fitokimia yang terkandung dalam ekstrak daun suruhan mencakup alkaloid, flavonoid, tannin, steroid, dan triterpenoid. Uji KLT menunjukkan bahwa ekstrak daun suruhan mengandung 20 komponen fitokimia. Ekstrak etanol dan etil asetat daun suruhan menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat (IC50 = 14,45 µg/ml dan 22,12 µg/ml), sedangkan ekstrak n-heksana memiliki aktivitas antioksidan yang sedang (IC50 = 102,71 μg/mL). Ketiga jenis ekstrak memiliki efek sitotoksisitas yang kuat terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan kisaran nilai IC50 = 10,68 - 62,73 µg/ml. Adapun aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas ekstrak daun suruhan menunjukkan korelasi yang sangat tinggi dan bernilai positif (r = 0,99). Ekstrak daun suruhan memiliki kandungan senyawa fitokimia, aktivitas antioksidan, dan efek sitotoksisitas terhadap sel kanker payudara MCF-7. Semakin kuat aktivitas antioksidan ekstrak daun suruhan, semakin kuat juga efek sitotoksisitasnya. Oleh karena itu, ekstrak daun suruhan berpotensi untuk dikembangkan menjadi agen terapeutik dalam tatalaksana kanker payudara.

Breast cancer is the second most common cancer to cause mortality in Indonesia. Suruhan leaf (Peperomia pellucida), whose research is still limited in Indonesia, has the potential to be used as an alternative treatment for breast cancer due to the limitations of currently existing therapies for the disease. Suruhan leaf powder was macerated in three solvents to produce ethanol, ethyl acetate, and n-hexane extract. The type and amount of phytochemical were determined using phytochemical and TLC assays. Antioxidant activity was assessed using the DPPH method, and cytotoxicity effect on MCF-7 cells was determined with the MTT method. The correlation between antioxidant activity and cytotoxicity was determined using the Pearson correlation test. The suruhan leaf extract comprises alkaloids, flavonoids, tannins, steroids, and triterpenoids. TLC assay identified 20 phytochemical components within the suruhan leaf extract. The ethanol and ethyl acetate extracts displayed very strong antioxidant properties (IC50 = 14.45 µg/ml and 22.12 µg/ml), while the n-hexane extract exhibited moderate antioxidant activity (IC50 = 102.71 µg/ml). All three extract types demonstrated strong cytotoxicity effect against MCF-7 breast cancer cells, with IC50 values ranging from 10.68 - 62.73 µg/ml. The antioxidant activity and cytotoxicity effect showed a very high correlation and had a positive value (r = 0.99). Suruhan leaf extract possesses phytochemicals, antioxidant activity, and cytotoxicity against MCF-7 breast cancer cells. The stronger the antioxidant activity of suruhan leaf extract, the stronger the cytotoxic effect. Therefore, suruhan leaf extract has the potential to be developed as a breast cancer therapeutic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>