Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106865 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiffany Christina Thaher
"Latar Belakang: Karsinoma sel skuamosa rongga mulut (KSSRM) menempati urutan keenam dari keganasan yang paling sering terjadi di Asia. Kebanyakan pasien datang berobat dalam kondisi stadium lanjut sehingga KSSRM memiliki mortalitas yang tinggi. Angka kesintasan KSSRM satu tahun dan dua tahun di RSCM adalah 58,6% dan 43,1%; angka kesintasan spesifik penyakit adalah 66,9%. Studi ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang memengaruhi kesintasan KSSRM.
Metode: Studi ini merupakan kohort retrospektif berdasarkan data rekam medis pasien. Variabel yang diteliti adalah usia, jenis kelamin, lokasi tumor, stadium klinis, derajat diferensiasi sel tumor, derajat invasi tumor, dan batas sayatan. Analisis kesintasan menggunakan Kaplan-Meier dan uji log-rank. Analisis bivariat dan multivariat menggunakan regresi Cox untuk mendapatkan hazard ratio (HR).
Hasil: Ada 169 subjek yang menderita KSSRM dan diterapi di RSCM tahun 2014 – 2018. Mayoritas pasien merupakan laki-laki (51,5%) dengan usia di atas 50 tahun (55,6%). Lokasi tumor paling banyak dijumpai di lidah (72,8%) diikuti mukosa bukal (13%). 82,2% pasien datang pada stadium IV, 60,4% memiliki diferensiasi baik, dan 53,8% memiliki grade rendah. Berdasarkan analisis bivariat, didapatkan bahwa ukuran dan ekstensi tumor (T), keterlibatan kelenjar getah bening regional (N), stadium klinis, dan batas sayatan memengaruhi kesintasan KSSRM (p <0,05). Keterlibatan KGB (HR: 1,212; 95% CI: 0,997-1,474; p <0,05) dan stadium klinis (HR: 1,749; 95% CI: 1,261-2,425; p <0,05) memengaruhi mortalitas secara signifikan.
Kesimpulan: Faktor-faktor yang memengaruhi kesintasan KSSRM adalah stadium klinis dan keterlibatan kelenjar getah bening regional (N).

Background: Oral squamous cell carcinoma (OSCC) is the sixth most common malignancy in Asia. Most patients were diagnosed in advanced stage; thus, the mortality rate is high. The one-year and two-year overall survival rate in Cipto Mangunkusumo Hospital are 58.6% and 43.1%, the disease-specific survival rate is 66.9%. This study is aimed to investigate the prognostic factors correlated with OSCC.
Methods: A retrospective cohort study was done on OSCC patients diagnosed and treated in Cipto Mangunkusumo Hospital from 2014 to 2018. Data regarding age, gender, site of the primary lesion, clinical stage of the disease, tumor differentiation, invasion, and surgical margins were collected. Prognostic variables were identified with bivariate analysis using Kaplan-Meier curves and log-rank testing for comparison.
Results: One hundred and sixty nine patients were included. Majority of patients were male (51.5%), age above 50 years old (55.6%). The most prevalent tumor site was the tongue (72.8%) followed by buccal mucosa (13%). 82.2% of patients had advanced (clinical stage IV) disease at diagnosis. Majority of patients had well-differentiated tumor (60.4%) and low-grade tumor (53.8%). Bivariate analysis showed that tumor size (T), nodal status (N), clinical stage, and marginal status significantly affected the overall survival (p <0.05). Nodal status (HR: 1.212; 95% CI: 0.997-1.474; p <0.05) and clinical stage (HR: 1.749; 95% CI: 1.261-2.425; p < 0.05) were independently associated with the risk of death.
Conclusion: Clinical stage and lymph node involvement are the most significant prognostic factors of OSCC.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Rizky Putri
"

Pendahuluan: Karsinoma rongga mulut adalah keganasan tersering ke-6 di Asia. Mayoritas pasien karsinoma sel skuamosa rongga mulut (KSSRM) di RSCM datang dalam kondisi lanjut. Namun belum ada studi yang meneliti mengenai kesintasan penyakit ini di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesintasan KSSRM di RSCM berdasarkan stadium klinis AJCC ke-8.

Metode: dilakukan studi analisis kesintasan secara retrospektif dengan menggunakan data pasien KSSRM yang didiagnosis di Divisi Bedah Onkologi RSCM pada tahun 2014-2018. Luaran pasien didapatkan dari rekam medis dan menghubungi pasien via telepon. Data dianalisis menggunakan metode Kaplan-Meier.

Hasil: Mayoritas pasien adalah laki-laki (perbandingan laki-laki:perempuan adalah 1,03:1) dengan rerata usia  51,12±13,821 tahun. Tumor ditemukan paling banyak di daerah lidah (72,8%) dan kebanyakan pasien didiagnosis pertama kali pada stadium IV (83,4%). Kesintasan keseluruhan satu dan dua tahun adalah 58,6% dan 43,1%, dengan kesintasan spesifik-penyakit adalah 66,9%. Kesintasan satu dan dua tahun terendah adalah pada kelompok stadium IV (53,5% dan 36,1% secara berurutan). Namun tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kesintasan dan stadium klinis pada studi ini.

Simpulan:  Kesintasan KSSRM yang rendah di RSCM menunjukan tingginya patient delay. Penapisan dan edukasi mengenai penyakit ini dibutuhkan untuk meningkatkan angka kesintasan.

 


Introduction: Oral cancer carcinoma is the 6th most frequent malignancy in Asia. In Cipto Mangunkusumo Hospital, most patient comes in late stage. Yet, there is no survival study available for this disease in our country.

Objectives: This study aims on revealing the survival rate oral squamous cell carcinoma (OSCC) patients in Cipto Mangunkusumo based on the 8th AJCC staging.

Methods: We performed a retrospective survival analysis study from a database of OSCC patients diagnosed at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2014-2018. Follow-up details were updated from medical record and by phone calls. Data was analysed using the Kaplan-Meier method.

Results: Majority of the patients were male (male-to-female ratio was 1.03:1) with the mean age was 51,12±13,821 years old. Tumors occurred mostly in the tongue (72,8%), and most patients were initially diagnosed as stage IV (83,4%). The one and two year overall survival rate were 58,6% and 43,1%, with a disease-specific survival rate was 66,9%. The worst one and two year survival rate was found constantly in the stage IV group (53,5% and 36,1%, consecutively). Though there was no statistically significant association between overall survival and clinical staging in this study (p>0,05).

Conclusion: The low OSCC survival rate in Cipto Mangunkusumo Hospital indicated a high level of patient delay. Screening and education regarding this disease are needed to increase the survival rate.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Zuraidah
"LATAR BELAKANG: Salah satu penyebab kematian bagi penderita kanker pada wanita adalah kanker serviks. Secara histopatologik kanker leher rahim yang banyak ditemukan adalah jenis karsinoma sel skuamosa. Pada penelitian diteliti beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan karsinoma sel skuamosa.
METODE: Desain studi ialah kasus-kontrol dengan subyek penderita kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa berdasarkan pemeriksaan histopatologik yang datang ke RSUPNCM Jakarta dan belum mendapatkan pengobatan.
HASIL: Dari 302 wanita penderita kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa yang diteliti terdapat 34,4% pada golongan umur 52 tahun sampai 62 tahun yang memiliki risiko tinggi, dengan rasio odd suaian (OR) 24,05 dan 95% interval kepercayaan 6,34 ; 91,24. Umumnya wanita berpendidikan tingkat SD dan wanita tidak sekolah memiliki risiko tinggi dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan SMP ke atas, dengan rasio odd suaian berturut-turut 17,97 dan 12,91 dan 95% interval kepercayaan berturut-turut 2,82 ; 114,66 dan 1,96 ; 84,92. Jenis kontrasepsi yang digunakan yang dapat meningkatkan risiko adalah kontrasepsi hormonal jika dibandingkan dengan yang tidak memakai kontrasepsi, dengan rsio odd suaian 2,83 dan 95% interval kepercayaan 1,34 ; 6,00.
KESIMPULAN: Pada penelitian ini terlihat bahwa faktor-faktor risiko dominan yang berhubungan dengan terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa adalah umur yang lebih tua, tingkat pendidikan rendah dan penggunaan kontrasepsi hormonal.

Risk Factors of Cervical Squamous Cell Carcinoma in Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Hospital Jakarta 1997-1998BACKGROUND: Mortality of cervical cancer is highest among cancer in women. The histological type of cervical cancer is mostly squamous cell carcinoma. The purpose of this study is to show the risk factors of cervical squamous cell carcinoma.
METHOD: The design is a case control study carried out in patients from Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Hospital Jakarta during 1997-1998 confirmed histologically with cervical squamous cell carcinoma, who has not started any treatment.
RESULT: From 302 women with squamous cell carcinoma of cervix examined, the high risk groups were found to be as follows : 1) 52-62 year age group (34,4%) with adjusted odds ratio (OR) 24,05 and 95% confidence interval (95% CI) 6,34 ; 91,24 2) low education level, elementary 1 no education compare with women with higher education level showed adjusted odds ratio (OR) 17,97 and 12,91, and 95% confidence interval (95% CI) 2,82 ; 114,66 and 1,96 ; 84,92 3) hormonal contraception compared with those who didn't use any contraception showed adjusted odds ratio (OR) 2,83 and 95% confidence interval (95% CI) 1,34 ; 6,00.
CONCLUSION: This study showed that older age group, low education and hormonal contraception were dominant risk factors of cervical squamous cell-carcinoma."
2001
T10520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rut Angelika
"Latar belakang: Peningkatan insidensi karsinoma sel skuamosa (KSS) rongga mulut dan orofaring telah memicu berbagai studi mengenai peran Human Papilloma Virus (HPV) pada patogenesis KSS rongga mulut dan orofaring. Dewasa ini, pemeriksaan imunohistokimia p16, suatu protein penanda yang dibentuk oleh sel tubuh akibat terinfeksi HPV, semakin marak digunakan sebagai alternatif dari pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan ini membutuhkan biaya tinggi dengan ketersediaannya yang rendah. Status p16 juga menentukan stadium KSS orofaring berdasarkan panduan diagnosis oleh American Joint Commitee on Cancer (AJCC) edisi ke-8. Panduan diagnosis tersebut dibuat berdasarkan penelitian yang menyatakan bahwa respons radiasi dan prognosis KSS orofaring lebih baik pada pasien dengan status p16 positif. Tujuan penelitian: Membandingkan respons radiasi pada pasien dengan KSS rongga mulut dan orofaring berdasarkan status p16. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan melibatkan 27 pasien KSS rongga mulut dan orofaring di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Data karakteristik pasien diambil dari rekam medis, anamnesis pasien, serta hasil pemeriksaan CT scan dan/atau MRI. Status p16 ditentukan dengan pemeriksaan imunohistokimia dengan pulasan antibodi p16INK4a. Analisis data dilakukan menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 20. Hasil: Status p16 positif ditemukan pada 11 dari 27 subjek (40,7%). Berdasarkan analisis bivariat, tidak terdapat asosiasi yang bermakna antara status p16 dengan respons terapi (p>0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh signifikan dari status p16 terhadap respons radiasi pada KSS orofaring dan rongga mulut

Background: The increasing incidence of oral cavity and oropharyngeal squamous cell carcinoma (SCC) has led to the initiation of various studies on human papillomavirus (HPV), which plays a role in the pathogenesis of oral cavity and oropharyngeal SCC. Nowadays, immunohistochemistry examination of p16, a marker protein formed by HPV-infected cells, is increasingly used as an alternative to polymerase chain reaction (PCR) which requires high cost yet has low availability. According to 8th American Joint Committee of Cancer (AJCC) guideline on oropharyngeal cancer, p16 status also determines the staging of oropharyngeal SCC, indicating that the radiation response and prognosis of oropharyngeal SCC are better in p16-positive patients. Aim: To compare the radiation response in patients with oral and oropharyngeal SCC based on p16 status. Methods: This is a cross-sectional study involving 27 patients with oral and oropharyngeal SCC at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital. Patients characteristics were obtained from medical records, history taking, and CT scan and/or MRI results. p16 status was determined by p16INK4a immunohistochemistry and nasal polyp paraffin block examination (eosinophil infiltration and biofilm). Data analysis was performed using Statistical Program for Social Science (SPSS) version 20. Results: Positive p16 status was found in 11 of 27 subjects (40,7%). Based on bivariate analysis, no significant association was found between p16 status and radiation response (p>0.05)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanny
"Latar belakang Kanker rongga mulut dan mulut (termasuk karsinoma sel skuamosa rongga mulut/KSSRM) secara kolektif tetap menjadi kanker paling umum ke-16 di dunia. Karena kecenderungan stadium lanjut selama diagnosis, kelangsungan hidup pasien KSSRM sangat buruk. Tumor infiltrated lymphocytes (TILs) yang diekspresikan diperkirakan mempengaruhi kelangsungan hidup pasien KSSRM, termasuk CD8 + dan TIL lainnya. Tujuan Untuk menentukan ekspresi CD8+ dan TILs dalam sel KSSRM dan hubungannya dengan overall survival (OS) dan progression-free survival (PFS) pasien KSSRM. Metode Penelitian ini merupakan analisis kelangsungan hidup dengan menggunakan desain kohort retrospektif pada pasien KSSRM yang datang ke Rumah Sakit Umum Nasional Cipto Mangunkusumo, Indonesia, dari Januari 2017 hingga Desember 2021. Kriteria inklusi penelitian adalah pasien KSSRM dengan diagnosis histopatologi, sedangkan kriteria eksklusi adalah pasien dengan data yang tidak lengkap atau tidak tersedianya sampel. Ekspresi CD8+ dan TIL diukur melalui perhitungan manual pada program Image J® pada pewarnaan imunohistokimia. OS dan PFS dianalisis menggunakan grafik Kaplan-Meier dan analisis cox-regression. Hasil Sebanyak 42 subjek dilibatkan dalam penelitian ini. Rata-rata OS adalah 10,83+1,268 bulan, sedangkan rata-rata PFS adalah 9,74+1,229 bulan. OS 2 tahun adalah 21,4%, sedangkan PFS adalah 19%. Ekspresi CD8+ yang lebih tinggi terkait dengan OS dan PFS yang lebih baik, sedangkan ekspresi TIL yang lebih tinggi terkait dengan PFS yang lebih baik. Kesimpulan. Ekspresi CD8+ dan TIL yang lebih tinggi dalam sel kanker terkait dengan kesintasan yang lebih baik pada pasien KSSRM.

Background Oral cavity and mouth cancer (including oral cavity squamous cell carcinoma (OCSCC) collectively remain the 16th most prevalent cancer in the world. Due to the tendency of advanced stage during diagnosis, the survival of OCSCC patients is abysmal. The connection of OCSCC and expressed tumor infiltrated lymphocytes (TILs) is thought to affect the survivability of the OCSCC patients, including CD8+ and other TILs. Aim To determine the expression of CD8+ and TILs in OCSCC cells and their relationship with overall survival (OS) and progression-free survival (PFS) of OCSCC patients. Methods This study is a survival analysis using retrospective cohort design on OCSCC patients who came to Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Indonesia, from January 2017 to December 2021. The inclusion criterion of the study was OCSCC patients with histopathological diagnosis, while the exclusion criteria were patients with incomplete data or unavailability of the samples. The expression of CD8+ and TILs were measured by manual counting of cells using ImageJ® on immunohistochemistry staining. The OS and PFS were analyzed using Kaplan-Meier graph and cox-regression analysis. Result A total of 42 subjects were included in this study. The average OS was 10.83+1.268 months, while the average PFS was 9.74+1.229 months. The 2-years OS was 21.4%, while PFS was 19%. Higher CD8+ expression was related to better OS and PFS, while higher expressed TILs was related to better PFS. Conclusion Higher CD8+ and TILs expressions in cancer cells are related to better survivability in OCSCC patients. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Birril Qudsi
"belakang: Karsinoma sel skuamosa rongga mulut (KSSRM) adalah salah satu kanker yang paling umum dijumpai dengan angka survival 52.0% yang tidak meningkat secara bermakna walaupun tatalaksana kanker ini terus berkembang. Cornulin merupakan protein spesifik untuk sel skuamosa yang penting dalam diferensiasi epitel. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa rendahnya ekspresi cornulin berhubungan dengan gambaran klinikopatologi dan survival yang lebih buruk dibandingkan dengan ekspresi tinggi. Oleh karena sifatnya yang spesifik dan belum ada penelitian mengenai ekspresi cornulin sebagai faktor prognosis di Indonesia, maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara ekspresi cornulin dan survival pada pasien dengan KSSRM.
Tujuan: Mengetahui potensi cornulin sebagai penanda biologis survival pada pasien dengan KSSRM.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif yang dilakukan dari periode Juni 2021 sampai dengan Mei 2022. Populasi penelitian ini merupakan pasien dengan diagnosis KSSRM yang ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis dan menjalani terapi di Divisi Bedah Onkologi Departemen Ilmu Bedah RSCM periode Januari 2015 – Mei 2020. Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan untuk mengetahui ekspresi cornulin dan skor imunihistokimia ditentukan menggunakan immunoreactive score (IRS). Skor IRS < 6 berarti ekspresi rendah dan ≥ 6 berarti ekspresi tinggi. Analisis statistik univariat, bivariat, dan survival dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Hasil: Cornulin tidak memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan survival pada pasien dengan KSSRM. T, N, dan stadium memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan survival pada pasien dengan KSSRM dengan nilai p masing-masing adalah 0.001, 0.040, dan 0.001. T dan N memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan ekspresi cornulin pada pasien dengan KSSRM, dengan nilai p masing-masing adalah 0.034 dan 0.030.
Kesimpulan:Cornulin sebagai protein penanda biologis KSSM tidak dapat menjadi prediktor dari survival pasien dengan KSSM.

Background: Oral squamous cell carcinoma (OSCC) is one of the most common cancers with a 52.0% survival rate which does not increase significantly even though the management of this cancer continues to develop. Cornulin is a specific protein for squamous cells that is important in epithelial differentiation. Previous studies have shown that low cornulin expression is associated with worse clinicopathological features and survival compared to high cornulin expression. Due to its specific nature and no research on cornulin expression as a prognostic factor has been done in Indonesia, the author is interested in knowing the relationship between cornulin expression and survival in patients with OSCC.
Objective: To determine the potential of cornulin as a biological marker for survival in patients with OSCC.
Methods: This study used a retrospective cohort study design that was conducted from June 2021 to May 2022. The population of this study were patients with OSCC diagnosis confirmed by histopathological examination and undergoing therapy at the Division of Surgical Oncology, Department of Surgery, RSCM for the period January 2015-May 2020. Immunohistochemical examination was performed to determine the expression of cornulin and the immunohistochemical score was calculated using the immunoreactive score (IRS). IRS score < 6 means low cornulin expression and ≥ 6 means high cornulin expression. Univariate, bivariate, and survival statistical analyses were performed using SPSS software.
Results: Cornulin did not have a statistically significant relationship with survival in patients with OSCC. T, N, and stage had a statistically significant relationship with survival in patients with SCC with p values ​​of 0.001, 0.040, and 0.001, respectively. T and N had a statistically significant relationship with cornulin expression in patients with OSCC, with p-values ​​of 0.034 and 0.030, respectively.
Conclusion: Cornulin as a biological marker protein of OSCC cannot be a predictor of the survival of patients with OSCC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang: HPV high-risk, terutama HPV-18, diduga memiliki hubungan dengan karsinoma sel skuamosa rongga mulut (KSSRM) menurut beberapa penelitian. Namun, hubungan infeksi HPV-18 dengan KSSRM di Indonesia belum diketahui dengan baik. Tujuan: Untuk mendeteksi infeksi HPV-18 pada pasien karsinoma sel skuamosa rongga mulut di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Metode: PCR konvensional digunakan untuk mendeteksi DNA HPV-18 pada 59 spesimen formalin fixed paraffin-embedded (FFPE) dari jaringan kanker pasien KSSRM yang diekstraksi menggunakan TaKaRa DEXPAT TM Easy DNA Mini Kit. Amplifikasi PCR menggunakan primer spesifik E7 HPV-18 dengan target 172 bp. Hasil dan Kesimpulan: HPV-18 terdeteksi pada 2 dari 59 spesimen FFPE (3.39%).
, Background: High-risk HPV, especially HPV-18, is thought to have a relationship with oral squamous cell carnicoma according to several studies. However, the relationship of HPV as a risk factor of OSCC in Indonesia is not well understood. Objective: To detect HPV-18 infection in oral squamous cell carcinoma patients at Dharmais Cancer Hospital. Method: Conventional PCR was used to detect the DNA of HPV-18 in 59 formalin fixed paraffin-embedded (FFPE) specimens from cancer tissues of OSCC patients extracted using TaKaRa DEXPAT TM Easy DNA Mini Kit. PCR amplification used HPV-18 E7 specific primers with target of 172 bp. Result and Conclusion: HPV-18 was detected in 2 of 59 of FFPE sections (3.39%).]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Abstrak Berbahasa Indonesia/Berbahasa Lain (Selain Bahasa Inggris):
Virus HPV-16 merupakan salah satu faktor etiologi dari karsinoma sel skuamosa rongga mulut (KSSRM). Tujuan penelitian ini untuk mendeteksi infeksi HPV-16 pada karsinoma sel skuamosa rongga mulut pasien di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta tahun 2003 – 2013. Sampel pada penelitian ini adalah 49 jaringan KSSRM dalam bentuk formalin fixed paraffin-embedded (FFPE). Untuk ekstraksi DNA digunakan mini kit DNA TaKaRa DEXPAT TM. Untuk mendeteksi HPV-16 digunakan metode PCR konvensional dengan primer spesifik HPV – 16 E7 region,
dengan target amplifikasi pada 196 bp. Hasil menunjukkan enam (12,24%) dari 49 sampel KSSRM terdeteksi HPV-16., Abstrak Berbahasa Inggris:
HPV-16 has been known as one of the etiologies of oral squamous cell carcinoma (OSCC). The aim of this study was to detect the involvement of HPV-16 infection in oral squamous cell carcinoma patients of Jakarta Dharmais Cancer Hospital period 2003- 2013. Samples in this study were 49 formalin fixed paraffin-embedded (FFPE) spesimens of OSCC patients. DNA isolation was performed using TaKaRa DEXPAT TM DNA mini kit. HPV-16 was genotyped using conventional PCR method with specific primers of HPV-16 E7 region at 196 bp amplification target. Result showed six (12,24%) of 49 samples of OSCC were detected to be HPV-16 positive.]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Asih Lestari
"Latar belakang dan tujuan: Karsinoma sel hati merupakan keganasan primer hati yang paling sering dan menempati urutan kelima sebagai kanker tersering di seluruh dunia. Meskipun faktor risiko karsinoma sel hati sudah diketahui, namun insidensnya tetap tinggi dengan angka kesintasan yang tetap rendah. Bedah merupakan terapi definitif untuk pasien karsinoma sel hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kesintasan pascareseksi dan faktor-faktor yang memengaruhi.
Metodologi: Penelitian ini merupakan suatu penelitian kohort dengan analisis kesintasan di Departemen Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM. Data diperoleh dari rekam medis pasien karsinoma sel hati di RSCM selama periode Januari 2010 hingga Desember 2020. Variabel bebas yang diteliti adalah jenis kelamin, jumlah lesi, ukuran tumor, invasi vaskular, kadar AFP, sirosis hati, skor Child-Pugh, derajat histopatologi. Uji chi-square dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.
Analisis multivariat dilakukan dengan Cox Proportional Hazard Regeresion test. Metode Kaplan Meier digunakan untuk menentukan tingkat kesintasan.
Hasil: Sebanyak 86 subjek dikumpulkan pada penelitian ini. Terdapat 17 subjek dieksklusi karena data penelitian yang tidak lengkap. Median usia keseluruhan subjek adalah 54 tahun (33-76). Tingkat kematian subjek secara keseluruhan adalah 62,3%. Kesintasan subjek 6 bulan, 1 tahun, dan 3 tahun masing-masing adalah 66,6%; 56,5%; dan 37,6%. Pada penelitian ini tidak didapatkan satupun faktor risiko yang berhubungan dengan kesintasan.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini belum didapatkan faktor-faktor risiko yang signifikan memengaruhi kesintasan pasien karsinoma sel hati pascareseksi,.Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah subjek lebih besar agar dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kesintasan pada pasien karsinoma sel hati pascareseksi.

carcinoma is the most common primary liver cancer and the fifth most common cancer in the world. Despite the risk factors of hepatocellular carcinoma have been identified, its incidence is still high and survival rate is still low. Surgery is thought to be a definitive treatment for hepatocellular carcinoma patients. This research focuses on postresection survival rate and its associated factors.
Method: This cohort retrospective data study was conducted at DR Cipto Mangunkusumo National General Hospital between January 2010 and December 2020. Information about sex, number of tumor, tumor size, vascular invasion, Alpha fetoprotein level, hepatic cirrhosis, Child-Pugh Score, and histopathologic stage were collected from medical record. Chi square analysis was done to investigate relationship between independent variables and dependent variable. Multivariate analysis was performed by using Cox Proportional Hazard Regression test. Kaplan Meier method was used to calculate survival rate.
Result: A total of 86 subjects were recruited in this study, 17 subjects were excluded due to incomplete medical record. The median age of subjects in this study was 54 years old (33-76). The overall mortality in this study was 62.3%. Six months, 1 year, and 3 years survival rate were 66.6%; 56;5%; and 37.6% respectively. Our study showed that none of the factors analyzed associated with survival rate.
Conclusion: We had not found any risk factors which associated with survival of patients with hepatocellular carcinoma. We suggest future research with larger number of subjects to identify any factors associated with survival of hepatocellular carcinoma subjects following resection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Aurynna Azzahra
"Latar Belakang: Karsinoma sel skuamosa mulut (OSCC) merupakan jenis neoplasma ganas rongga mulut yang paling banyak ditemukan. Penyakit ini bersifat multifaktorial namun faktor risiko utama perkembangan kanker adalah kebiasaan gaya hidup, dan keterlibatan bakteri saat ini sedang meningkat untuk dipelajari. Bakteri Veillonella merupakan bagian dari mikrobiota mulut komensal pasien sehat yang berperan sebagai kolonisasi awal dan penghubung. Hal ini berperan dalam perlekatan Streptococcus mutans dan Porphyromonas gingivalis, sebagai salah satu bakteri yang berhubungan dengan kanker mulut. Meski perannya dalam menjembatani penjajah sudah banyak diketahui namun Veillonella masih minim penelitian mengenai keterlibatannya dalam OSCC. Tujuan: Untuk meninjau hubungan prevalensi Veillonella dan perannya terhadap pengembangan OSCC. Metode: Penelitian ini mengikuti pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA). Pengumpulan data penelitian disesuaikan dengan beberapa database elektronik: PubMed dan SCOPUS, dengan kata kunci pilihan dan kriteria inklusi terdiri dari jurnal berbahasa Inggris, tersedia full text, dalam jangka waktu 10 tahun dan harus berupa penelitian atau artikel asli. Hasil: Tinjauan terhadap sembilan jurnal mengungkapkan korelasi terbalik antara kelimpahan Veillonella dan perkembangan karsinoma sel skuamosa mulut (OSCC). Veillonella sebagian besar terdapat pada individu yang sehat, menunjukkan peningkatan keberadaannya selama tahap pra-ganas dan berkurang pada OSCC yang semakin lanjut. Kesimpulan: Sebagian besar literatur menyatakan bahwa Veillonella berbanding terbalik dengan perkembangan OSCC. Hal ini menunjukkan potensi peran Veillonella dalam deteksi dini OSCC dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

Background: Oral squamous cell carcinoma (OSCC) is the most common type of malignant neoplasm of the oral cavity. It is multifactorial but the main risk factors for cancer development is lifestyle habit, and bacterial involvement is currently on the rise to be studied. Veillonella bacteria is a part of commensal oral microbiota of the healthy patient act as the early and bridging colonizer. It plays role in the adhesion of Streptococcus mutans and Porphyromonas gingivalis, as one of the bacteria that have association with oral cancer. Although their role in bridging colonizer is widely known yet Veillonella still lack of studies about its involvement in OSCC. Aim: To review the relationship of the Veillonella prevalence and its role to OSCC development. Methods: The research is following the guideline of Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA). Data collection of the research is adapted to several electronic databases: PubMed and SCOPUS, with the selected keywords and inclusion criteria which consist of journals using English language, full text available, within 10 years and must be research or original article. Result: A review of nine journals reveals an inverse correlation between Veillonella abundance and oral squamous cell carcinoma (OSCC) progression. Veillonella is predominantly present in healthy individuals, exhibiting increased presence during the pre-malignant stage and diminishing with progressively advanced OSCC. Conclusion: As majority of the literature stated that Veillonella was inversely corresponding with the progression of OSCC. This suggests a potential role for Veillonella in early OSCC detection and warrants further investigation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>