Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Budiwiyanto
"Para peneliti mendapati bahwa gugus kata banyak digunakan di berbagai jenis teks pada wacana akademis—cara berpikir dan menggunakan bahasa yang ada di lingkungan akademis. Penelitian ini bertujuan menemukan karakteristik gugus kata dalam bahasa Indonesia wacana akademis tulis dengan mengidentifikasi frekuensi kemunculan, variasi, dan persebaran gugus kata serta menemukan struktur gramatikal dan fungsi wacana gugus kata. Penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif dengan mengombinasikan pendekatan tergerakkan korpus (corpus-driven-approach) dan pendekatan berbasis korpus (corpus-based approach). Untuk mengidentifikasi gugus kata di dalam korpus digunakan peranti WordSmith 7.0. Korpus penelitian ini terdiri atas 12.505.330 kata (token) yang diambil dari empat jenis teks: skripsi, tesis, disertasi, dan artikel jurnal dengan jumlah keseluruhan 1.800 naskah yang terdiri atas enam displin ilmu dari tiga ranah keilmuan, yaitu filsafat dan hukum (ranah ilmu sosial dan humaniora), kimia dan komputer (ranah ilmu sains dan komputer), serta kedokteran dan keperawatan (ranah ilmu kesehatan). Penelitian ini menemukan 150 gugus kata yang terdiri atas tiga hingga lima kata dengan total frekuensi kemunculan 156.453 kali, misalnya pada penelitian ini, dapat dilihat pada gambar, dan yang digunakan dalam penelitian ini. Selain gugus kata yang khas, penelitian ini juga menemukan 20 gugus kata bersama, yaitu gugus yang muncul secara bersama-sama pada keenam disiplin ilmu. Gugus kata pada umumnya berstruktur taklengkap dan dapat diklasifikasi ke dalam dua kategori utama: gugus frasal dan gugus klausal. Gugus berpola preposisi + frasa nominal merupakan pola yang paling banyak variasinya dan paling tinggi frequensi pemakaiannya, sementara klausa relatif dengan pola yang + frasa verbal pasif + fragmen frasa preposisional adalah yang paling banyak digunakan. Dari segi fungsi wacana, yang paling sering muncul adalah gugus berorientasi penelitian, sedangkan gugus berorientasi partisipan terendah. Subfungsi deskripsi merupakan fungsi yang paling tinggi frekuensi penggunaannya, sedangkan fungsi komparasi adalah yang terendah.

Researchers found that lexical bundles are pervasively used in various types of text in academic discourse—the ways of thinking and using language in the academic environment. This study aims to find the characteristics of Indonesian lexical bundles in written academic discourse by identifying the frequency of occurrence, variation and distribution as well as finding the grammatical structure and the discourse function. This research used a mixed-method design by combining corpus-driven and corpus-based approaches. To identify lexical bundles in the corpus, WordSmith 7.0 corpus tool was used. The corpus used in this research consists of 12,505,330 tokens taken from undergraduated thesis, postgraduated thesis, dissertation, and journal article with a total of 1,800 manuscripts. This study found 150 lexical bundles consisting of three to five words with a total occurrence frequency of 156,453, such as pada penelitian ini, dapat dilihat pada gambar, dan yang digunakan dalam penelitian ini. This study also found 20 shared lexical bundles, namely bundles that appear together in all disciplines. Lexical bundles are generally incomplete structures and can be classified into two main categories: phrasal bundles and clausal bundles. Bundles patterning prepositional + nominal phrase are the most varied and the most frequent in usage, while relative clauses with patterns that + passive verbal phrase + prepositional phrase fragment are the most widely used. In terms of discourse function, research-oriented bundles are the most frequently used, while participant-oriented bundles are the lowest bundles. The description sub-function is the highest frequency in usage, while the comparitive function is the lowest."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Nurul Zahra
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan wujud penanda referensial yang terdapat pada wacana tulis yang dibuat oleh anak usia 9 mdash;11 tahun dalam buku kumpulan cerita pendek Ramuan Rahasia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah lima sampel data yang bertema misteri. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam buku cerita karya anak Ramuan Rahasia terdapat pemakaian referensi endoforis anaforis dan kataforis, baik berupa referensi persona, referensi demonstrativa, dan referensi perbandingan. Melalui penelitian ini, tergambar penggunaan penanda referensial pada lima karya anak usia 9 mdash;11 tahun.

ABSTRACT
This research is aimed to describe type and form of referential signs that can be found in the discourse which written by 9 ndash 11 years old in short stories collection book, called Ramuan Rahasia. The source of data in this research are 5 samples of data which themed mystery. The result concludes that in short stories collection book called Ramuan Rahasia, the use of anaphoric and cataphoric reference of endophore whether in a form of persona reference, demonstrative reference, and comparative reference are being used. From this research, it is visualized the referential sign are being used on 5 opuses of 9 ndash 11 years old kids."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf;
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Pramesti Jewalani
"Penelitian ini mengkaji pengaruh kelas kata, terhadap akses leksikal penutur bahasa Indonesia dengan mengamati kasus tip-of-the-tongue. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan pengaruh kelas kata terhadap munculnya tip-of-the-tongue serta resolusinya pada penutur bahasa indonesia, menguraikan informasi sintaksis dan informasi leksikal lainnya yang terakses saat tip-of-the-tongue terjadi, serta memerinci posisi informasi sintaksis pada proses akses leksikal. Data diambil melalui eksperimen yang diikuti oleh 85 mahasiswa pascasarjana UI. Tip-of-the-tongue diinduksi menggunakan stimulus berbentuk definisi kata. Uji statistik X 2 dilakukan untuk melihat pengaruh kelas kata terhadap kemunculan dan resolusi tip-of-the-tongue. Transmission deficit hypothesis (Burke dkk., 1991) dan teori independent network (Caramazza, 1997) digunakan untuk menganalisis secara kualitatif data mengenai informasi sintaksis dan informasi leksikal lainnya termasuk kata alternatif. Ditemukan bahwa kelas kata tidak memiliki pengaruh terhadap kemunculan tip-of-the-tongue maupun resolusinya. Namun, informasi kelas kata secara signifikan dapat diketahui oleh partisipan yang mengalami tip- of-the-tongue. Selanjutnya, kata alternatif yang teringat memiliki kelas kata yang sama dengan kata target. Temuan-temuan tersebut mengindikasikan bahwa saat proses akses leksikal, sejalan dengan independent network theory, fitur sintaksis diakses secara terpisah dari fitur fonologis sehingga fitur sintaksis tidak memengaruhi kemunculan tip-of-the-tongue dan resolusinya, namun cukup memengaruhi penutur bahasa Indonesia untuk mengakses kata alternatif dengan kelas kata yang sama.
This study examines word categories influence towards Indonesian speakers lexical access by observing tip-of- the-tongue cases. It aims to convey the influence of word categories towards tip-of-the-tongue emergence and its resolution, to explain syntactic information and other lexical information accessed at the tip-of-the-tongue state, and to detail the position of syntactic information in lexical access process. The data was gained through experiment joined by 85 University of Indonesia postgrad students. Tip-of-the-tongue were induced using definition as the stimuli. Chi-square test was run to analyze the influence of word categories towards tip-of-the- tongue emergence and its resolution. Transmission deficit hypothesis (Burke, 1991) and Independent network theory (Caramazza, 1997) were used to qualitatively analyze the syntactic information and other lexical information including alternate words accessed. It is discovered that word categories don't influence tip-of-the- tongue emergence and its resolution. Nevertheless, target words' syntactic information is significantly accessed by participant. Moreover, the alternate word's categories emerged are mostly equal to the target word's. Those findings indicates that, in line with independent network theory, syntactic features are independently accessed from the access of phonological features. Therefore, syntactic features don't influence the tip-of-the-tongue emergence and its resolution, but enough to affect participants to access same category alternate words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T52652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nittrasatri Handayani
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Setiawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk anafor dan peranti kohesi dalam wacana tulis ilmiah bahasa Indonesia. Bentuk-bentuk anafor dan kohesi itu dideskripsikan dan dijelaskan berdasarkan konteksnva sehingga akan diperoleh gambaran yang lengkap mengenai kedua bentuk tersebut dalam membangun teks yang kohesif. Korpus data penelitian ini adalah dua disertasi, yaitu disertasi yang ditulis oleh Dendy Sugono yang berjudul Pelesapan. Subjek dalam Bahasa Indonesia (1991) dan disertasi yang ditulis oleh Sudaryono yang berjudul Negasi dalam Bahasa Indonesia suatu Tinjauan Sintaksis dan Sernantik (1992). Teknik pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik pencatatan. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih.
Hasil analisis data menunjukkan ada dua bentuk anafor, yaitu anafor pronomina sebanyak 17 buah dan anafor zero sebayak 5 buah. 17alam hal ini, anafor pronomina terdiri atas dua bentuk, yaitu anafor pronomina persona -nya dan anafor pronomina pen unjuk itu. Anafor pronomina digunakan untuk mengacu nornina atau ide yang telah disebutkan sebelumnya, sedangkan anafor zero mengacu pada nomina yang mendahuluinya. Hasil analisis data juga menunjukkan ada 101 pemarkah kohesi yang rneliputi (1) pengacuan frasa dan kata kunci yang terdiri atas substitusi, elipsis , pronomina, dan pengulangan, (2) pemarkah transisional yang terdiri atas pemarkah transisional yang menvatakan hubungan pertentangan, perlawanan, sebab aid bat, penambahan, pemilihan, ciri atau contoh.

This research is aimed at describing and explaining the anaphoric forms and cohesive devices in Indonesian Sceintific Written discourse. The Cohesive and anaphoric forms arc described and explained based on the context so that a comprehensive description of the two forms is obtained. Data are obtained from two disertations written by (1) Dendy Sugono on Subject Deletion in Indonesian (Pelesapan Subjek dalam Bahasa Indonesia) (1991) and (2) Sudaryono entitled Negation in Indonesian : Syntactical and Semantical Analysis (Negasi dalam Bahasa Indonesia : Suatu Tinjauan Sintaktik dan Semnan.tik) (1992). Data are collected using obeservation and writing techiques which are then analysed using that method proposed by Sudaryanto called the 'agih methode'.
This Study reveals that there are two forms of anaphora, namely: Pronominal anaphora which consists of 17 forms and zero anaphora comprising 5 forms. In this regard pronomina anaphora is devided into two forms, that is : personal anaphoric pronominal nya and demonstrative anaphoric pronominal itu. Pronomina anaphora is used to refer to a noun or idea mentioned earlier, while zero anaphora refers to the preceding noun. This research also shows that there are 101 cohesive markers: (1) reference of phrase and key word, namely: substitution, ellipsis, pronoun, and repetition, (2) transisional markers consisting of that one refering to contradiction, apposition, cause and effect, addition, option, and feature or example.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T39175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Minanda
"Siswa tuli merupakan salah satu masyarakat bahasa yang dapat memproduksi tulisan. Akan tetapi, belum banyak penelitian yang menjelaskan bagaimana kemampuan siswa tuli dalam menulis. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan mengangkat rumusan masalah mengenai kemampuan menulis bahasa Indonesia oleh siswa tuli. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk menggambarkan kemampuan siswa tuli dalam menulis, penelitian didasarkan pada dua aspek, yaitu kemampuan menulis kata dan kemampuan menulis kalimat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa tuli masih relatif rendah, baik kemampuan menulis kata atau pun menulis kalimat. Kemampuan ini dilihat dari berbagai faktor, di antaranya yaitu penulisan ejaan, kategori kata, struktur kalimat, juga makna.

Deaf students are one of the language communities that can produce writing. However, there are not many studies that explain how deaf students' ability to write. Therefore, this research was conducted by raising the problem formulation regarding the ability to write Indonesian by deaf students. This research uses a qualitative descriptive method. To describe the ability of deaf students in writing, the research is based on two aspects, namely the ability to write words and the ability to write sentences. The results showed that the writing ability of deaf students is still relatively low, both the ability to write words or write sentences. This ability is seen from various factors, including spelling, word categories, sentence structure, and meaning."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Eun Hee
"Tesis ini membahas penggunaan kata sapaan dalam buku-buku percakapan bahasa Korea yang ditulis oleh orang Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menganalisis penggunaan kata sapaan dalam buku yang tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan kata sapaan dalam buku-buku percakapan bahasa Korea yang ditulis oleh orang Indonesia. Data penelitian ini adalah buku-buku percakapan bahasa Korea yang berjudul Cepat Mudah dan Praktis Kuasai Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea, Gampang Praktis Berbicara Bahasa Korea, Mendadak Pintar Berbicara Bahasa Korea, Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea dan Pintar Bahasa Korea. Teori yang dipakai untuk menganalisis penggunaan kata sapaan dalam percakapan bahasa Korea tersebut adalah teori kata sapaan oleh S. Ervin-tripp, teori SPEAKING yang dikemukan oleh Dell Hymes yang menghasilkan konteks percakapan, teori konteks sosial dan Interaksi di antara penutur dan mitra tutur oleh Holmes. Untuk melihat penggunaan kata sapaan ini buku-buku percakapan bahasa Koreayang ditulis oleh orang Korea dipakai sebagai pembanding.
Hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian dan ketidaksesuaian penggunaan kata sapaan dalam buku-buku percakapan bahasa Korea dan penyebabnya. Ketidaksesuaian penggunaan kata sapaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan sistem kata sapaan bahasa Korea dan bahasa Indonesia dan juga konteks sosial. Kata sapaan bahasa Korea ini merupakan bagian dari konteks sosial budaya Korea yang mempengaruhi penggunaan bahasa. Penelitian ini bermanfaat dalam pengajaran bahasa Korea di Indonesia karena memberikan informasi bahan ajar bahasa Korea yang baik.

This thesis discusses the use of Korean address terms found in Korean conversation books which are written by Indonesian. This research is a qualitative research which aims to analyze the use of Korean address terms. Data of this research are Korean conversation books written by Indonesian, entitled Cepat Mudah dan Praktis Kuasai Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea, Gampang Praktis Berbicara Bahasa Korea, Mendadak Pintar Berbicara Bahasa Korea, Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea dan Pintar Bahasa Korea. In analyzing the data, this research uses Address Term Theory by S. Ervin-tripp, SPEAKING theory of Dell Hymes, Social Context and Interaction between interlocutors by Holmes.
The result of this analysis shows that there are some inappropriatenesses found in those conversation books related to the use of Korean address terms. These inappropriatenesses are caused both by the difference of addressing system between Korean and Indonesian and by the difference of social context from two countries which influences the use of language. This thesis is useful to enable Indonesian learn Korean
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Adi Budiwiyanto
"Penelitian ini merupakan penelitian relasi makna paradigmatik dengan topik konfigurasi leksikal eksonim verbal yang berendonim kaki dalam bahasa Indonesia. Tesis ini berusaha menemukan eksonim verbal yang berendonim kaki di dalam bahasa Indonesia, mengetahui jenis verba dalam hal aksionalitas, tata hubungan antareksonim, dan konfigurasi leksikalnya, baik pada setiap medan makna maupun secara keseluruhan. Analisis dilakukan berdasarkan konsep relasi makna dan konfigurasi leksikal dari Cruse (2004) dan konsep Aktionsart dari Riemer (2010). Penelitian ini menemukan 193 eksonim verbal yang berendonim kaki dalam bahasa Indonesia. Meronim kaki yang menjadi komponen makna dalam eksonim verbal ini ada delapan, yaitu paha, lutut, betis, punggung dan sisi kaki2, telapak kaki, jari kaki, kuku jari, dan kaki1. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa eksonim verbal yang berendonim kaki terdiri atas empat jenis verba, yaitu (i) verba keadaan, (ii) verba aktivitas, (iii) verba capaian, dan (iv) verba rampungan. Verba keadaan berjumlah 28 leksem; verba aktivitas berjumlah 113 leksem; verba capaian berjumlah 28 leksem; dan verba rampungan berjumlah 31 leksem. Ada tiga jenis hubungan makna di dalam eksonim verbal ini, yaitu (i) hubungan kehiponiman, (ii) hubungan pertelingkahan, dan (iii) hubungan kesinoniman. Penelitian ini juga menemukan bahwa di dalam konfigurasi leksikal eksonim verbal berendonim kaki ini terdapat beberapa rumpang leksikal, yaitu di dalam medan makna mengukur, memukul, menyentuh, meyodok, menjepit, dan mendudukkan.

This thesis is a research on a paradigmatic sense relation. The topic is lexical configuration on verbal exonyms of leg in Indonesian language. It aims at finding the verbal exonyms that related to leg as its endonym in Indonesian language, obtaining the verbal types of Aktionsart, discovering the sense relation among the exonyms, and determining the lexical configuration based on the semantic field and the verbal types. The analysis utilized the concept of sense relation and lexical configuration of Cruse (2004) and the concept of Aktionsart of Riemer (2010). This research found 193 verbal exonyms related to leg in Indonesian language. The meronyms of leg which become the semantic components of the verbal exonyms consist of eight parts: thigh, knee, calf, instep, sole, toe, nail, and leg. Moreover, the research discovered that the verbal exonyms comprise four types: (i) state verb, (ii) activity verb, (iii) achievement verb, and (iv) accomplishment verb. The state verb consists of 28 lexemes; activity verb consists of 113 lexemes; achievement verb consists of 28 lexemes; and accomplishment verb consists of 31 lexemes. Besides, there are three kinds of sense relation found within the verbal exonyms: (i) hyponymy, (ii) incompatibility, and (iii) synonymy. Furthermore, there are some lexical gaps within the lexical configuration, such as in semantic fields of measuring, hitting, poking, gripping, and seating."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28647
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pelita Alreszika Harira
"Penelitian mengenai variasi bahasa merupakan pembahasan dalam penelitian sosiolinguistik. Variasi bahasa dapat dipengaruhi oleh faktor sosial seperti gender. Berbagai penelitian mengenai variasi bahasa berdasarkan gender menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bahasa yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, hal tersebut dapat berubah seiring dengan munculnya pengaruh media sosial baik pada penggunaan bahasa oleh laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengungkapkan bagaimana karakteristik bahasa di media sosial dan penggunaannya berdasarkan gender. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan karakteristik variasi bahasa Indonesia di media sosial dan penggunaannya berdasarkan gender. Penelitian mengenai variasi bahasa Indonesia di media sosial berdasarkan gender merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif (campuran). Untuk meneliti variasi bahasa Indonesia di media sosial, sumber data yang digunakan adalah twit yang dikumpulkan dari media sosial Twitter. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa karakteristik variasi bahasa di media sosial Twitter dapat dibagi menjadi fitur kebahasaan yang termasuk ke dalam variasi bahasa dan karakteristik bahasa perempuan. Fitur kebahasaan yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah zeroisasi, abreviasi, perubahan grafi, emotikon dan emoji, pronomina, campur kode, dan istilah kekerabatan. Selain itu, penelitian ini menunjukkan adanya perubahan penggunaan bahasa oleh perempuan. Perubahan tersebut menunjukkan bahwa perempuan cenderung menggunakan bahasa non-standar dan kata-kata tabu atau makian di media sosial.

Research on language variation falls under the category of sociolinguistic. Language variation can be influenced by social factor such as gender. Various studies on language variations based on gender show that there are differences in the language used by men and women. However, this can change with the emergence of social media’s influence on the use of language by both men and women. Therefore, this study reveals the characteristics of language variation on social media and their usage based on gender. The purpose of this study is to describe the characteristics of Indonesian language in social media and their usage based on gender. The study on the variation of Indonesian language on social media based on gender is done through qualitative and quantitative methods (mixed methods). To analyse this research, the data source being used are tweets collected from Twitter. The findings suggest that the characteristics of language variation on Twitter can be divided into language features which include language variation and characteristics of women’s language. The language features that are most commonly found on this study are zeroization, abbreviation, graph changes, emoticons and emojis, pronouns, mixing code, and kinship terms. Furthermore, this study shows changes in women’s language. These changes indicate that women tend to use non-standard language and taboo or swear words on social media."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>