Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151763 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggita Rizqi Aisya
"Pandemi COVID-19 yang menyerang hampir seluruh belahan dunia membuat setiap manusia harus mematuhi protokol kesehatan yang mencangkup mengurangi kegiatan keluar rumah. Disebabkan karena satu dan lain hal, kelompok usia dewasa awal masih banyak yang bepergian keluar rumah. Peneliti mengajukan bahwa permasalahan ini dapat dijelaskan dengan memahami persepsi risiko individu. Penelitian ini menguji mengenai pengaruh persepsi risiko terhadap intensi bepergian di masa pandemi COVID-19. Dalam penelitian ini, persepsi risiko memiliki lima faktor, yaitu risiko kesehatan, risiko psikologis, risiko keuangan, risiko destinasi, dan risiko perjalanan. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional (N = 142) dan menggunakan analisis multiple regression untuk melihat kelima faktor persepsi risiko terhadap intensi bepergian selama pandemi COVID-19 pada kelompok usia dewasa awal (18 – 25 tahun) di daerah Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko kesehatan ( β = 0.769, p = 0.015), risiko destinasi ( β = -0.291, p = 0.023), dan risiko perjalanan ( β = -0.598, p = 0.009) memiliki pengaruh terhadap intensi bepergian di masa pandemi COVID-19. Jika dilihat secara keseluruhan, risiko kesehatan, risiko psikologis, risiko keuangan, risiko destinasi, dan risiko perjalanan memiliki pengaruh terhadap intensi bepergian sebesar 13.7% (F = 4.304, p = 0.001, β = 0.137).

The COVID-19 pandemic has spread almost all parts of the world has forced everyone to implement health protocols which include reducing activities outside the house. For some reasons, there are still many groups of young adults who travel outside. The researcher proposed that this problem can be explained by understanding their risk perceptions. This study examines the effect of risk perception on travel intention during the COVID-19 pandemic. In this study, risk perception has five factors, including health risk, psychological risk, financial risk, destination risk, and travel risk. This study is a correlational study (N = 142) and uses multiple regression analysis to examine the five risk factors of risk perception on travel intention during the COVID-19 pandemic in the young adult age group (18-25 years) in the Greater Jakarta area. The results showed that health risk factors (β = 0.769, p = 0.015), destination risk (β = -0.291, p = 0.023), and travel risk (β = -0.598, p = 0.009) had an influence on travel intentions in the future. COVID-19 pandemic. When viewed as a whole, health risk, psychological risk, financial risk, destination risk, and travel risk have an influence on travel intention by 13.7% (F = 4.304, p = 0.001, R^2 = 0.137)"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bungarani Pramadefitra
"Perilaku vaksinasi seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya dapat berupa faktor psikologis yang beruhubungan dengan sikap dan pandangan seseorang terkait vaksin maupun penyakit yang dicegah oleh vaksin tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, korelasional yang bertujuan untuk melihat pengaruh sikap terhadap vaksin dan persepsi risiko Covid-19 terhadap intensi untuk divaksin. Sebanyak 214 partisipan berusia 18-25 tahun berdomisili di Jabodetabek mengisi kuesioner penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak 18,6% dari varians intensi untuk divaksin dapat dijelaskan oleh sikap terhadap vaksin dan persepsi risiko Covid-19. Sikap terhadap vaksin ditemukan memberikan pengaruh negatif yang signifikan dan persepsi risiko Covid-19 khususnya dimensi perceived likelihood of infection ditemukan memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap intensi untuk mendapatkan vaksin.

A person's vaccination behavior can be influenced by various factors, including psychological factors related to a person's attitudes and perceptions related to vaccines and the diseases that prevented by the vaccine. This research is a quantitative, correlational study that aims to see the influence of attitudes towards vaccines and perceived risk of Covid-19 on vaccination intention. A total of 214 participants aged 18-25 years domiciled in Jabodetabek filled out the research questionnaire. Results showed that 18.6% of the vaccination intention variance can be explained by attitudes towards vaccines and perceived risk of Covid-19. Attitudes towards vaccines and perceived risk of Covid-19, especially the perceived likelihood of infection dimension, were found to be a significant predctors of vaccination intention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Fitriyana Gumay
"Beberapa tahun terakhir, banyak negara di Asia yang melaporkan peningkatan prevalensi gangguan makan, salah satunya adalah Body Image Disturbance (BID). Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self-compassion terhadap BID pada dewasa awal di masa pandemi COVID-19. Partisipan keseluruhan berjumlah 180 partisipan yang berada pada rentang usia dewasa awal, yaitu 18-29 tahun, serta berdomisili dan berkewarganegaraan Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa self-compassion memiliki peran yang signifikan terhadap BID (R2 = .239, F(1, 178) = 55.77, p = .000). Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan skor self-compassion dan BID antara laki-laki dan perempuan.

In recent years, many countries in Asia have reported an increasing prevalence of eating disorders, one of which is Body Image Disturbance (BID). This study aims to examine the role of self-compassion on BID in emerging adulthood during the COVID-19 pandemic. There are a total of 180 participants who are in the emerging adulthood, 18-29 years old, domiciled and an Indonesian citizens. This study has found that self-compassion had a significant role in BID (R2 = .239, F(1, 178) = 55.77, p = .000). In addition, this study also found that there was no meaningful difference in self-compassion and BID scores between men and women."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumaisha Nabilah
"COVID-19 menyebabkan berkurangnya interaksi individu yang dapat memunculkan kesepian. Dengan demikian, kesepian perlu diatasi dengan welas diri yang telah ditemukan pengaruhnya terhadap kesepian pada penelitian terdahulu. Namun, pengaruh welas diri terhadap kesepian perlu diuji kembali dengan mengontrol variabel gender karena terdapat penelitian serupa yang menemukan adanya kemungkinan bias gender dalam hasil yang ditemukan terkait pengaruh welas diri terhadap kesepian. Meta analisis juga menunjukkan adanya hubungan gender dengan welas diri maupun kesepian. Penelitian ini dilakukan untuk menguji peran welas diri terhadap kesepian setelah mengontrol variabel gender pada dewasa muda Indonesia pada masa pandemi COVID-19. Penelitian kuantitatif ini melibatkan 474 partisipan dengan kriteria laki-laki atau wanita minimal berpendidikan lulusan SMA/sederajat berdomisili Indonesia dan berusia 20 hingga 40 tahun. Pengukuran kesepian dilakukan dengan alat ukur UCLA Loneliness Scale (version 3) oleh Russell (1996) dan pengukuran welas diri menggunakan alat ukur Self-Compassion Scale (Neff, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa welas diri secara umum memengaruhi kesepian secara negatif dan signifikan (b = -10,104, SE = 0,638, p = 0,000). Pengaruh negatif dan signifikan welas diri terhadap kesepian berkontribusi sebesar 34,3% setelah mengontrol variabel gender. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa makin tinggi tingkat welas diri yang dimiliki individu, akan makin rendah tingkat kesepian pada individu tersebut. Dengan demikian, penyebaran informasi terkait welas diri masih perlu dilakukan sebagai salah satu upaya mengurangi tingkat kesepian.

COVID-19 causes reduction in individual interactions which can lead to the feelings of loneliness. Thus, loneliness needs to be overcomed by self-compassion which has been found to have an effect on loneliness in previous studies. However, the effect of self-compassion on loneliness needs to be re-examined with addition of control for the gender variable due to a possible gender bias in the results that have been found in similar studies regarding the effect of self-compassion on loneliness. Meta-analysis also shows a gender relationship with self-compassion and loneliness This study was conducted to examine the role of self-compassion on loneliness after controlling for gender variables in young Indonesian adults during the COVID-19 pandemic. This quantitative study involved 474 participants with the criteria of being male or female, at least having a high school graduate/equivalent, domiciled in Indonesia and aged 20-40 years. Loneliness was measured using the UCLA Loneliness Scale (version 3) by Russell (1996) and self-compassion was measured using the Self-Compassion Scale (Neff, 2003). The results showed that self-compassion generally negatively and significantly affected loneliness (b = -10.104, SE = 0.638, p = 0.000). The negative and significant effect of self-compassion on loneliness contributed 34.3% after controlling for the gender variable. Based on these results, it can be concluded that the higher the level of self-compassion an individual has, the lower the level of loneliness in that individual will be. Thus, the socialization of information related to self-compassion still needs to be done as an effort to reduce the level of loneliness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Allysa Rahmandeyna
"Berbagai penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi adanya perbedaan kondisi lalu lintas dan perilaku berkendara sebelum dan saat pandemi sebagai dampak dari kebijakan pembatasan sosial. Sayangnya, studi yang meneliti perbedaan kondisi lalu lintas dan perilaku berkendara di Indonesia saat dan setelah pandemi masih cukup minim. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan persepsi pengendara terhadap kondisi lalu lintas, persepsi risiko, dan perilaku berkendara berisiko pada diri sendiri dan pengendara lain pada pengendara sepeda motor berusia dewasa menengah antara saat dan setelah terjadinya pandemi. Partisipan adalah 118 pengendara sepeda motor usia 26-40 tahun di Jabodetabek. Dari analisis paired sample t-test, hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi lalu lintas dipersepsikan semakin negatif setelah pandemi. Di sisi lain persepsi risiko, perilaku berkendara berisiko pada diri sendiri maupun pengendara lain setelah pandemi lebih  tinggi dibandingkan saat pandemi. Berdasarkan hasil penelitian ini, diperlukan adanya intervensi pada masa setelah pandemi untuk menurunkan perilaku berkendara berisiko dan mengkampanyekan perilaku berkendara yang aman, khususnya pada pengendara sepeda motor.

Previous studies have identified differences in traffic conditions and driving behavior before and during pandemic as a result of social restriction policies. Unfortunately, studies that examine differences in traffic conditions and driving behavior in Indonesia during and after the pandemic are still quite hard to find. Therefore, this study aims to examine differences in drivers' perceptions of traffic conditions, risk perception, and their own and others’ risky driving behavior in middle adult motorcyclists between during and after the pandemic. This study involved 118 motorcyclists aged 26-40 years in Jabodetabek. From the analysis of paired sample t-test, this study shows that traffic conditions are perceived to be more negative after the pandemic. On the other hand, risk perception, drivers’ own and others’ risky driving behavior after the pandemic are higher than during pandemic. Based on the results of this study, interventions to reduce risky driving behavior and campaigns for safe driving behavior are needed, especially for motorcyclists."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miniwaty Halim
"Kematian merupakan hal yang pasti akan terjadi pada semua manusia Walaupun demikian, kematian tetap tinggal sebagai suatu misteri karena manusia tidak pernah tahu kapan, dimana, bagaimana kematiannya akan terjadi serta apa yang akan terjadi setelah kematiannya. Sifat kematian sebagai misteri yang tak terelakkan ini menimbulkan perasaan ketakutan atau kecemasan pada diri manusia. Konstruk inilah yang dikenal dengan death anxiety atau fear of death, dimana penggunaan istilah ketakutan maupun kecemasan dapat saling menggantikan dalam topik tentang kematian (Rahim dkk, 2003). Peneiitian mengenai death anxiety umumnya diarahkan untuk menghasilkan alat ukur, misalnya Tempier's Death Anxiety Scale, Threat Index dan Bugen's Death. Shale (Mooney dalam Rahim dkk 2003). Di Indonesia sendiri alat ukur death unxiety dikembangkan oleh Sihombing dengan dasar teori dari Florian & Kravetz (Sihombing, 2002), yaitu Skala Ketakutan Akan Kematian. Alat yang kedua dikembangkan oleh Rahim dkk (2003) dengan dasar teori Florian & Kraveiz (Sihombing, 2002) serta Kastenbaum & Aisenberg (1976), yaitu Skala Ketakutan Terhadap Kematian Diri Sendiri. Skala ini terdiri dari empat dimensi death anxiety, yaitu Dying (ketakutan akan proses menghadapi kematian), Ajterlife (ketakutan akan apa yang terjadi setelah kemntian), Extinction (ketakutan akan kehilangan eksistensi diri, materi dan identitas sosial akibat kematian) serta Interpersonal Consequnces (ketakutan akan konsekuensi kematian diri sendiri terhadap orang-orang dekat).
Skala ini menggunakan bentuk skala sikap 2 poin, yaitu setuju/tidak setuju. Pada pengujian reliabilitas dan validitas skala ini, didapat hasil yang cukup baik Reliabilitas total alat ini adalah 0,87- Sedangkan reliabilitas masing-masing dimensi berkisar antara 0,61 sampai 0,83. Sampel yang digunakan berjumlah 38 orang, terdiri dari orang dewasa berusia 40-65 tahun yang beragama Islam, Katolik dan Kristen. A Namun alat ukur ini masih memiliki beberapa kekurangan. Bentuk item setuju/tidak setuju kurang mampu mendiskriminasi derajat ketakutan subyek, bahasa dalam kalimat pernyataan beberapa item cenderung ambigu, serta indikator perilaku dalam dimensi Alterlfe dan Extinction yang masih tumpang tindih. Kekurangan-kekurangan ini mengakibatkan sebanyak I2 item dalam skala ini harus direvisi karena tidak valid.
Penelitian ini bertujuan untuk merevisi Skala Ketakutan terhadap Kemaiian Diri Sendiri dari Rahim dkk (2003), Revisi ini terdiri dari revisi indikator perilaku dari dimensi Afterlife dan Extinction, revisi bentuk item menjadi skala Likert 6 poin, revisi atas kalimat pemyataan item termasuk menambah jumlah item negatif serta revisi alas sampel penelitian ini. Sampei penelitian ini menjadi 80 orang. Dari kelompok usia dewasa awal yang berkisar 20 sampai 40 tahun sebanyak 40 orang. Dari kelompok dewasa madya yang berkisar 40-65 tahun juga sebesar 40 orang. Sampel penelitian berasal dari agama Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha
Dari hasil analisis data ternyata diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara derajat ketakutan pada kelompok usiadewasa awal dan dewasa madya. Hasil ini tidak mendukung teori yang menyatakan bahwa kelompok usia dewasa madya merupakan kelompok dengan derajat ketakutan terhadap kematian yang paling tinggi (Papalia dkk, 1998). Implikasi dan hasil analisis data ini adalah bahwa kelompok usia dewasa awal dan dewasa madya dapat diperlakukan sebagai kelompok norma yang sama. Pengujian reliabilitas dengan menggunakan metode koefisien alpha menghasilkan koeflsien sebesar 0,92- Koeflsien reliabilitas sebesar ini menunjukkan bahwa skala revisi memiliki konsistensi yang baik (Anastasi & Urbina, 1997). Sedangkan korelasi antara item dengan dimensi mendapatkan adanya 2 item yang tidak: valid, yaitu item 4 dan item 17. Hal ini tampaknya disebabkan bahasa kalimat pernyataan yang susah dipahami. Item 4 menggunakan kalimat negasi ganda sedangkan item 17 mengandung kata kata yang ambigu Korelasi dimetsi dengan skor total juga menunjukkan hasil yang baik dimana semua dimensi berkordinasi secara signifikan pada level 0,01 dengan skor total. Hal ini berarti semua dimensi valid untuk memprediksi skor total subyek. Penghitungan norma dengan standard score menghasilkan tabel norma yang mencakup kelompok usia dewasa awal dan dewasa madya. Yang perlu dicermati dalam penelitian ini adalah bahwa subyek penelitian cenderung menghasilkan skor yang rendah pada dimensi Extinction. Sedangkan dimensi Afterlife memiliki standar deviasi yang paling besar. Tampaknya pada kelompok usia dewasa awal dan dewasa madya di Indonesia, ketakutan akan hilangnya eksistensi diri akibat kematian tidak terlalu berpengaruh. Sedangkan ketakutan akan apa yang terjiadi setelah kematian (kehidupan setelah mati) tampaknya dipengaruhi pandangan religiusitas subyek, dimana ada subyek yang sangat takut dan ada subyek yang tidak takut.
Dari penclitian ini juga muncul indikator perilaku khas budaya yang tampaknya belum tercakup dalam teori Kastenbaum & Aisenberg (1976) serta Florian & Kravetz (Sihombing, 2002). lndikator perilaku ini adalah ketakutan akan sendirian dalam menghadapl proses kematian (loneliness). Indikator ini dapat menjadi sumbangan pada dlmensi Dying pada pengembanan lebih lanjut dari Skala Ketakutan terhadap Kematian Diri Sendiri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Muzayyin
"Pandemi Covid-19 membawa implikasi negatif pada segala aspek kehidupan, termasuk aspek pendidikan. Adanya transisi sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang mengadopsi teknologi digital (TIK) dikhawatirkan dapat menurunkan kemampuan belajar siswa dan berpotensi meningkatkan risiko putus sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh literasi digital terhadap risiko putus sekolah anak usia 7-18 tahun di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data sekunder berupa data susenas Maret 2021, Podes 2021 dan publikasi IP-TIK 2021 dengan unit analisis adalah individu usia 7-18 tahun yang berstatus sekolah pada tahun ajaran (2019/2020) pada jenjang SD sampai SMA sebanyak 250.921 sampel unit. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan regresi logistik biner multilevel. Hasil analisis menunjukkan bahwa literasi digital yang diproksi dengan kecakapan digital dalam menggunakan (mengakses) perangkat digital (handphone, komputer/laptop dan internet) berpengaruh signifikan terhadap risiko putus sekolah. Semakin baik kecakapan digital seseorang maka akan menurunkan risiko putus sekolah dan sebaliknya. Variabel kontrol yang signifikan adalah jenis kelamin, jenjang sekolah, status pekerjaan kepala rumah tangga, lama sekolah kepala rumah tangga, kuintil pengeluaran rumah tangga dan klasifikasi tempat tinggal. Selain itu terdapat variabel kontekstual (kewilayahan) berupa indeks pembangunan teknologi informasi dan komunikasi (IP-TIK) yang berpengaruh signifikan terhadap risiko putus sekolah. Hasil heterogeneity test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap putus sekolah anak di masing-masing jenjang sekolah dari SD sampai SMA.

The Covid-19 pandemic has negative implications for all aspects of life, including aspects of education. It is feared that there is a transition to a distance learning system that adopts digital technology (ICT) that can reduce student learning abilities and increase the risk of dropping out of school. This study aims to study the effect of digital literacy on the risk of dropping out of school for children aged 7-18 years during the Covid-19 pandemic. This study used a quantitative approach that using secondary data of Susenas March 2021, Podes 2021 and IP-TIK publications 2021 with 250.921 samples unit of analysis being individuals aged 7-18 years with school status in the academic year (2019/2020). Data analysis was performed using descriptive methods and multilevel binary logistic regression. The results of the analysis show that digital literacy proxied by digital skills in using (accessing) digital devices (mobile phones, computers/laptops and the internet) has a negative significant effect on the risk of dropping out of school. Childrens that have higher the digital literacy will have the lower the risk of dropping out children of school. The significant individual control variables are gender, school level, employment status of head of household, length of schooling of head of household, expenditure quintile and classification of residence. In addition, there are contextual variables, namely ICT development index (IP-TIK) which have a significant effect on risk dropout. The results of heterogeneity test show that there are differences in the factors that affect dropouts at each school level from elementary to high school."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Indraswari
"ABSTRAK
Eisenberger (1986) menyatakan setiap karyawan akan membentuk persepsi global mengenai dukungan dari organisasinya. Persepsi ini dinamakan Perceived Organizational Support. Apabila karyawan merasakan dukungan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhannya, maka karyawan dapat melakukan penarikan diri. Salah satu bentuk penarikan diri adalah turnover. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan Perceived Organizational Support dengan intensi Turnover pada karyawan usia dewasa awal di Bank X. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non-probability sampling dengan teknik incidental sampling. Metode statistik yang digunakan adalah teknik korelasi pearson product moment. Variabel Perceived Organizational Support (POS) diukur dengan skala dikembangkan oleh Eisenberger dkk. (1986) melalui Survey of Perceived Organizational Support (SPOS). Sedangkan untuk variabel intensi turnover diukur melalui skala Withdrawal Cognition yang disusun oleh Tang, Kim, dan Tang (2000). Jumlah sampel penelitian adalah 64 karyawan Bank X. Karakteristik sampel berusia 18- 40 tahun, pendidikan minimal D3 dan sudah bekeija selama satu tahun. Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi sebesar -0,286 yang artinya terdapat hubungan antara Perceived Organizational Support dengan intensi turnover pada karyawan usia dewasa awal di Bank X.

ABSTRACT
According to Eisenberger, employees will create a global perception about support from the organization (1986). This perception is known as Perceived Organizational Support. If the support that the employees get does not meet their needs, employees can do withdrawal behavior. One kind of withdrawal behavior is tumover. Therefor, the aim of this research is to find the correlation between perceived organizational support and tumover intention among the employees X in early adulthood at the Bank. This study uses nonprobability sampling with incidental sampling technic. Statistic methode is using pearson product moment correlation. Variable Perceived Organizational Support (POS) is measured using the scale of Eisenberger et al (1986) called Survey of Perceived Organizational Support. The tumover intention variable is measured using the witdrawal intention by Tang, Kim, and Tang (2000). Sixty four employees of Bank X were involved in this study. The characteristic of sample are aged 18-40 years, having minimum diplome background and has worked at least one year. The result shows correlation -0,286 that shows the correlation between perceived organizational support and tumover intention among Employees in early adulthood at the bank X.
"
2009
S3607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Mutia Ghofarany
"Suatu negara membutuhkan banyak wirausahawan untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat. Mahasiswa merupakan segmen yang diharapkan dapat menjadi wirausahawan dan meningkatkan jumlah wirausahawan di Indonesia. Dampak dari pandemi Covid-19, seperti resesi ekonomi dan meningkatnya penggunaan teknologi, dapat dilihat sebagai hambatan atau peluang bagi mahasiswa untuk memiliki niat menjadi wirausahawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui niat berwirausaha pada mahasiswa selama masa pandemi Covid-19. Data 290 mahasiswa dari berbagai tingkat pendidikan dan perguruan tinggi dianalisis menggunakan Structural Equation Model (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh dukungan relasional, dukungan pendidikan, dan dukungan struktural terhadap intensi berwirausaha mahasiswa perlu dimediasi oleh sikap dan kontrol perilaku yang dirasakan. Hasil penelitian ini menyoroti dalam meningkatkan intensi berwirausaha pada mahasiswa, perguruan tinggi perlu meningkatkan dukungan dalam penggunaan TIK sehingga mahasiswa dapat merasa memiliki kemampuan yang lebih besar dalam mengkontrol bisnis. Penelitian ini juga menyoroti dalam meningkatkan intensi berwirausaha pada mahasiswa, pemerintah perlu meningkatkan dukungan, khususnya dukungan dalam digitallisasi ekonomi, sehingga dapat meningkatkan ketertarikan mahasiswa terhadap kewirausahaan. Penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa penggunaan teknologi digital dapat memaksimalkan dukungan yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk memiliki niat menjadi wirausahawan dalam situasi yang tidak terduga seperti pandemi.

A country needs large numbers of entrepreneurs to strengthen the resilience of national economic and improve the socio-economic welfare of the community. Students are a segment that is expected to become entrepreneurs and increase the number of entrepreneurs in Indonesia. The impact of the Covid-19 pandemic, such as the economic recession and increasing use of digital technology, can be seen as an obstacle or opportunity for students to have the intention of becoming entrepreneurs. This study aims to determine the entrepreneurial intention of students during the Covid-19 pandemic. Data on 290 students from various education levels and universities were analyzed using the Structural Equation Model (SEM). The results showed that the influence of relational support, educational support, and structural support on students' entrepreneurial intentions needs to be mediated by perceived attitudes and behavioral control. The results highlight greater attention to encouraging student entrepreneurial intentions by increasing the ICT usage in universities to increase perceived student's ability to control the business. This study also highlights greater attention to encouraging student entrepreneurial intentions by increasing structural support for economic digitalization to increase the student's interest in entrepreneurship. This study also confirms that the use of digital technology can maximize the support needed by students to have the intention to become entrepreneurs in unexpected situations like a pandemic."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, David Julian
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari risiko kredit dan risiko likuiditas terhadap profitabilitas perbankan pada masa pandemi COVID-19 pada periode penelitian tahun 2018-2021 dengan sampel penelitian 35 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode analisis linier berganda dan uji parsial (uji-t) dengan rasio ROA, ROE, dan NIM sebagai variabel dependen, kemudian risiko kredit (NPL) dan risiko likuiditas (LDR) sebagai variabel independen dan rasio Equity to Asset, dan Diversification sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat sebelum dan selama pandemi, risiko kredit (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas perbankan, kemudian risiko likuiditas (LDR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perbankan.

This study aims to see the effect of credit risk and liquidity risk on banking profitability during the COVID-19 pandemic in the 2018-2021 research period with a research sample of 35 banks listed on the Indonesia Stock Exchange. This research uses multiple linear analysis methods and a partial test (t-test) with ROA, ROE, and NIM ratios as dependent variables, credit risk (NPL) and liquidity risk (LDR) as independent variables, and Equity to Asset, and Diversification ratios as control variables. The results showed that before and during the pandemic, credit risk (NPL) had a negative and significant effect on banking profitability, then liquidity risk (LDR) had a positive and insignificant effect on banking profitability."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>