Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87181 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Virgi Citra Nabila
"Peninjauan aktivitas budidaya rumput laut secara optimal perlu dilakukan mengingat tingginya daya dukung lingkungan dan bernilai ekonomis. Namun perkembangan pariwisata membuat aktivitas budidaya rumput laut terus terdesak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian wilayah budidaya rumput laut berdasarkan kondisi perairan dan aktivitas budidaya rumput laut di Pulau Serangan beserta hubungannya. Variabel yang digunakan ialah kondisi perairan, pengelola, teknologi, manajemen, dan objek wisata. Kesesuaian wilayah budidaya rumput laut di Pulau Serangan diperoleh melalui pengolahan data citra Landsat 8 tahun 2020 serta pengukuran lapang in situ maupun ex situ. Survey dan wawancara dilakukan untuk menganalisis aktivitas budidaya rumput laut di Pulau Serangan. Metode skoring dan overlay digunakan pada seluruh variabel yang kemudian dianalisis spasial. Analisis statistik deskriptif juga dilakukan untuk menganalisis hubungan antara kesesuaian wilayah berdasarkan kondisi perairan terhadap jumlah produksi rumput laut. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah yang sesuai untuk budidaya rumput laut terletak di segmen Teluk Lebangan. Aktivitas budidaya rumput laut tinggi terletak di segmen Teluk Lebangan, aktivitas budidaya sedang terletak di segmen Pantai Timur Serangan, dan aktivitas budidaya rendah terletak di segmen Teluk Serangan. Kesesuaian wilayah budidaya rumput laut berdasarkan kondisi perairan berupa suhu, salinitas, arus, muatan padatan tersuspensi, dan oksigen terlarut secara simultan berpengaruh terhadap jumlah produksi rumput laut di Pulau Serangan. Semakin tinggi oksigen terlarut, suhu, dan kecepatan arus maka jumlah produksi rumput laut di Pulau Serangan akan meningkat. Semakin rendah muatan padatan tersuspensi dan salinitas maka jumlah produksi rumput laut di Pulau Serangan akan meningkat.

Seaweed cultivation is an alternative use of coastal areas. An optimal review of seaweed cultivation activities needs to be done, considering the environment's high carrying capacity and its economic value. However, the development of tourism has made seaweed cultivation activities continue to be pressed. This study aims to analyze seaweed cultivation areas suitability based on water conditions and seaweed cultivation activities on Serangan Island and their relationship. The variables used are water conditions, cultivation, technology, management, and tourist objects. The suitability of the seaweed cultivation area on Serangan Island was obtained through Landsat 8 imagery data processing in 2020 and field measurements in situ and ex-situ. Surveys and interviews were also conducted to analyze seaweed farming activities on Serangan Island. The scoring and overlay methods were used for all variables, which were then analyzed spatially. Descriptive statistical analysis was also carried out to analyze the relationship between the suitability of the area based on water conditions and seaweed production. The analysis results show that a suitable area for seaweed cultivation is in the Lebangan Bay segment. The high level of seaweed cultivation activity is in the Lebangan Bay segment, moderate cultivation activity is in the Serangan East Coast segment, and low cultivation activities are in the Serangan Bay segment. The suitability of the seaweed cultivation area based on water conditions in temperature, salinity, current, total suspended solids, and dissolved oxygen has a simultaneous effect on seaweed cultivation activities on Serangan Island. The higher the dissolved oxygen, temperature, and current speed, the amount of seaweed production on Serangan Island will increase. The lower total suspended solids and salinity, the amount of seaweed production on Serangan Island will increase."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Axel Gilbert Logan
"Dalam keberlangsungan budidaya rumput laut, terdapat dua faktor penting yang dapat memengaruhi keberhasilannya, yaitu pemilihan lokasi dan kondisi musim. Perairan Desa Sumberkima dan Desa Pemuteran dipilih dalam penelitian karena kawasan ini merupakan bagian dari kecamatan dengan garis pantai terpanjang se-Kabupaten Buleleng, dan Kabupaten Buleleng sendiri merupakan kawasan dengan nilai produktivitas perikanan tertinggi se-Provinsi Bali, namun sayang rumput laut belum menyumbang angka yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan persebaran dari kualitas air di Perairan Desa Sumberkima dan Desa Pemuteran, dan mengkaji kesesuaian perairannya terhadap aktivitas budidaya rumput laut dalam dua kondisi curah hujan, yaitu bulan basah dan bulan kering. Dalam penelitian ini, algoritma Laili et al. (2015) digunakan untuk estimasi nilai materi padatan tersuspensi (MPT), algoritma Wouthuyzen (2008) digunakan untuk estimasi nilai salinitas, algoritma Arief et al. (2015) digunakan untuk estimasi nilai suhu permukaan laut (SPL), dan algoritma El-Battay et al. (2014) digunakan untuk estimasi nilai konsentrasi oksigen terlarut. Dalam proses klasifikasi kesesuaian, penelitian ini menggunakan pendekatan faktor pembatas guna mengetahui parameter yang berperan sebagai pembatas dari aktivitas budidaya rumput laut di lokasi penelitian. Penelitian ini terdiri atas dua analisis yaitu analisis spasial dan analisis deskriptif yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebaran kualitas air pada bulan kering dan basah cenderung rendah di kawasan pesisir dan tinggi di kawasan mendekati perairan lepas. Selain itu, ditemukan juga bahwa nilai rata-rata sebaran materi padatan tersuspensi (MPT) pada bulan kering lebih rendah dari pada bulan basah, nilai rata-rata sebaran salinitas pada bulan kering lebih tinggi dari pada bulan basah, nilai rata-rata sebaran suhu permukaan laut (SPL) pada bulan kering lebih tinggi dari pada bulan basah, dan nilai rata-rata sebaran oksigen terlarut pada bulan kering lebih rendah dari bulan basah. Pada bulan kering, luas kawasan sesuai di Perairan Desa Sumberkima dan Pemuteran yaitu 407 ha, dan pada bulan basah yaitu 1.628 ha. Di mana ditemukan bahwa luasan kesesuaian di wilayah penelitian pada bulan basah lebih besar dari pada bulan kering.

In the sustainability of seaweed cultivation, there are two important factors that can influence its success, which are location selection and weather conditions. Desa Sumberkima and Desa Pemuteran in Gerokgak sub-district was chosen in the study because this area is located in the sub-district that has the longest coastline in Buleleng Regency, and Buleleng Regency itself is an area that has the highest fishery productivity value in the entire Bali Province, but unfortunately seaweed has not contributed a significant figure. This study aims to map the distribution of water quality in Desa Sumberkima and Desa Pemuteran, and examine the suitability of its waters for seaweed cultivation activities in two condition of rainfall, which are the wet month and the dry month. In this study, the algorithm of Laili et al. (2015) was used to estimate the total of suspended solid matter (TSS), the algorithm of Wouthuyzen (2008) was used to estimate the value of salinity, the algorithm of Arief et al. (2015) was used to estimate sea surface temperature (SST) values, and the algorithm of El-Battay et al. (2014) was used to estimate the value of dissolved oxygen concentrations. In the suitability classification process, this study used a limiting factor approach to determine the parameters that act as a barrier to seaweed cultivation activities at the study site. This study consists of two analyses, which are spatial analysis and descriptive analysis used to answer research questions. The results of the study show that the distribution of water quality in the dry and wet seasons tends to be low in coastal areas and high in areas close to open waters. In addition, it was also found that the average value of the total of suspended solids matter (TSS) in the dry season is lower than in the wet season, the average value of the distribution of salinity in the dry season is higher than in the wet season, the average value of the distribution of surface temperature sea ​​level (SST) in the dry season is higher than in the wet season, and the average value of dissolved oxygen distribution in the dry season is lower than the wet season. In the dry season, the area corresponding to the waters of the Gerokgak District is 407 ha, and in the wet season it is 1.628 ha. Where it was found that the area of ​​suitability of the waters of the research location in the wet season is greater than in the dry season."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regi Zaky Utama
"Indonesia secara geografis merupakan negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Oleh sebab itu Indonesia memiliki potensi dalam pemanfaatan sumber daya kelautan. Rumput laut merupakan salah satu komoditas sumber daya laut yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Di Pulau Tidung dapat dimanfaatkan tidak hanya dari sektor pariwisata, melainkan dapat dimanfaatkan dari sektor sumberdaya lautnya. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan wilayah potensi pengembangan budidaya rumput laut dengan metode skoring. Berdasarkan data-data dari variabel kondisi perairan, budidaya, dan objek wisata ditumpangtindihkan dan kemudian dianalisis secara spasial. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari segi kondisi fisik perairan di pesisir utara Pulau Tidung pada segmen U1, U2, U3, dan U4 merupakan wilayah yang sesuai. Potensi pengembangan budidaya rumput laut berada di segmen U2 yang didukung oleh jumlah produksi yang tinggi, jarak objek wisata yang jauh, dan jumlah penginapan yang rendah membuat di wilayah tersebut menjadi berpotensi untuk dikembangkan.

Indonesia is geographically an archipelagic country with two thirds of the oceans larger than the mainland. Indonesia has the potential in the utilization of marine resources. Seaweed is one of the marine resources commodities that have great potential to be developed. In Tidung island can be utilized not only from the tourism, even can be utilized from the marine resources. In this study aims to determine the potential areas of seaweedcultivation development by the scoring method. Based on data from the variables oceanography, cultivation, and tourist objects overlapped and then analyzed spatially. The results of this study show that in terms of oceanography in the north coast of Tidung island in U1, U2, U3, and U4 segments are the suitable areas. Potential development of seaweed cultivation in Tidung island is in U2 segment, which is support by high production quantities, long distance from tourism object, and low number of accommodation makes it potentially to be developed area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Diah Andini
"Budidaya lobster merupakan mata pencaharian baru masyarakat Pulau Serangan. Aktivitas ini mulai dilakukan oleh masyarakat Pulau Serangan semenjak dikeluarkannya SK Nomor 53/KEP MEN-KP/2020 tentang Tim Uji Tuntas (Due Diligence) Perizinan Usaha Perikanan Budidaya Lobster oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai langkah untuk menguatkan ekonomi nasional di tengah pandemi covid 19 yang melanda Indonesia. Tesis ini mencermati permasalahan yang berkaitan mengenai isu mata pencaharian masyarakat dan keberlanjutan sumber daya alam di suatu wilayah tertentu. Dengan menggunakan metode penelitian etnnografi yang memfokuskan pada konsep akses sebagai kemampuan dan individual adaptability. Tesis ini memperlihatkan keterlibatan dari lembaga, organisasi, dan kebijakan terkait budidaya lobster serta kemampuan akses dan adaptability sebagai strategi saat menghadapi pandemi Covid 19. 

Lobster cultivation is a new livelihood for Serangan Island community. This activity has been carried out since the issuance of Decree Number 53/KEP MEN-KP/2020 concerning the Due Diligence Team for Lobster Cultivation Fisheries Business Licensing by the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries as a step to strengthen the national economy in the midst of COVID-19 pandemic. This thesis examines issues related to community livelihood issues and the sustainability of natural resources in a particular area. By using ethnographic research methods that focus on the concept of access as an ability and individual adaptability. This thesis shows the involvement of institutions, organizations, and policies related to lobster cultivation as well as the ability to access and adaptability as a strategy when facing the Covid 19 pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ronaldo Abubakar
"Penurunan luas RTH dan kerapatan vegetasinya dapat menimbulkan perubahan variabilitas unsur cuaca. Variabilitas unsur cuaca adalah perbedaan variabel unsur cuaca antara satu tempat dengan tempat lainnya. Unsur cuaca yang paling dipengaruhi oleh keberadaan vegetasi adalah suhu udara, kelembapan udara, serta kecepatan angin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi spasial dari kerapatan vegetasi, suhu udara, kelembapan relatif, dan kecepatan angin di Kota Denpasar, serta menganalisis hubungan antara kerapatan vegetasi terhadap variabilitas unsur cuaca di Kota Denpasar. Kerapatan vegetasi didapatkan dari citra satelit Landsat 8 yang diolah dengan metode NDVI, sedangkan unsur cuaca didapatkan dari pengukuran langsung. Ditemukan bahwa kota Denpasar terbagi menjadi empat kelas kerapatan vegetasi dengan luasan: 43,8 km2 (34.3%) berkerapatan jarang; 48,8km2 (38,2%) berkerapatan sedang; 13,1 km2 (10,3%) berkerapatan rapat; dan 21,9km2 (17,2%) berkerapatan sangat rapat. Umumnya nilai suhu udara yang tinggi ditemukan di penggunaan lahan yang terbuka dengan kerapatan vegetasi jarang hingga sedang. Di wilayah penelitian ditemukan kecenderungan hubungan antara kelembapan dan kecepatan angin dengan garis pantai. Hubungan antara kerapatan vegetasi dengan suhu udara maupun kelembapan udara berkekuatan sedang, masing-masing di angka -0.473 dan 0.468. Hubungan antara kerapatan RTH dan kecepatan angin bersifat sangat lemah.

The decrease in the area of green open space and the density of the vegetation can cause changes in the variability of weather elements. Variability of weather elements is the difference in variable weather elements from one place to another. The weather elements that are most affected by the presence of vegetation are air temperature, air humidity, and wind speed. This study aims to determine the spatial distribution of vegetation density, air temperature, relative humidity, and wind speed in Denpasar City, and to analyze the relationship between vegetation density and the variability of weather elements in Denpasar City. Vegetation density was obtained from Landsat 8 satellite imagery which was processed using the NDVI method, while the weather elements were obtained from direct measurements. It was found that the city of Denpasar is divided into four classes of vegetation density with an area of: 43.8 km2 (34.3%) sparse density; 48.8km2 (38.2%) medium density; 13.1 km2 (10.3%) is dense; and 21.9km2 (17.2%) is very dense. Generally, high air temperature values are found in open land use with sparse to moderate vegetation density. In the research area, it was found that there was a tendency for a relationship between humidity and wind speed with the coastline. The relationship between vegetation density and air temperature and air humidity is moderate, at -0.473 and 0.468, respectively. The relationship between green open space density and wind speed is very weak."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Worabai, Meliza Sartje
"ABSTRAK
Pulau Serangan merupakan salah satu bagian dari Tahura Ngurah Rai untuk perlindungan vegetasi dan burung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman vegetasi dan burung pasca reklamasi di Pulau Serangan, Bali. Pengamatan vegetasi dilakukan pada dua wilayah besar yaitu areal pulau asli seluas 1 Ha dengan metode pengamatan plot permanen dan areal reklamasi seluas 211,109 ha dengan metode pengamatan jalur. Pengamatan burung dilakukan dengan menggunakan metode titik hitung (point count) dengan menentukan delapan stasiun pengamatan secara acak. Berdasarkan hasil pengamatan tercatat total spesies tumbuhan adalah 64 spesies yang terdiri atas 26 spesies pada areal hutan alami dan 38 spesies pada areal reklamasi. Pada petak pengamatan 1 ha di areal asli spesies yang mendominasi adalah Acacia auriculiformis A.Cunn. ex Benth. dengan INP 55,99 %, sedangkan potensi regenerasi didominasi oleh Diospyros maritima (Blume) Baill 88%, diikuti Suregada glomerulata (Blume) Baill 53 %, Calophyllum inophyllum L. 22 %, Allophylus cobbe L. 13 % , serta Trema cannabina Lour. dan Samanea saman F.Muell. 2 %. Pada areal reklamasi terdapat 6 (enam) tipe habitat yaitu habitat bebatuan, padang, pasir, kapur, serasah dan tanah. Spesies tumbuhan terbanyak yang ditemukan di areal reklamasi adalah Calophyllum inophyllum L. dan Pongamia pinnata (L.) Pierre., yang ditanam di areal reklamasi. Burung yang terdapat di Pulau Serangan berjumlah 474 individu tergolong dalam 43 spesies dari 21 famili. Dua Spesies yang menempati urutan teratas jumlah individu terbanyak adalah Numenius madagascariensis (Gajahan timur) dan Phalacrocorax melanoleucos (Pecuk padi belang). Kedua spesies burung tersebut termasuk spesies burung pantai (Burung pantai) dari Famili Scolopacidae dan Phalacrocaracidae. Angka indeks keanekaragaman burung (H? = 3.051) di Pulau Serangan menunjukkan keragaman jenis tergolong sedang, yaitu memiliki produktivitas cukup dengan kondisi ekosistem cukup seimbang serta sedikit terjadi tekanan ekologis. Spesies tumbuhan yang dijadikan tempat bertelur atau bersarang adalah Pongamia pinnata (L.) Pierre, Lannea corromandelica (Houtt.) Merr, Acacia farnesiana (L.) Willd. , Pithecellobium dulce (Roxb.) Benth, Ziziphus mauritiana Lam. dan Calotropis gigantea.

ABSTRACT
Serangan Island is part of Tahura Ngurah Rai that was established for conservation of vegetation and birds. Objective of this research was to gain information regarding the diversity of vegetation and birds post-reclamation of Serangan Island, Bali. Observation on the vegetation was conducted in two large areas, they are one hectare of natural areal of the island by permanent plot method and 211.109 hectares of reclamated areal by line observation method. Observation on birds conducted in point count method by randomly asign eight observation station. According to the observation on vegetation there are 64 species in total consists of 26 species in natural forest and 38 species in the reclamation area. In the one hectare observation plot on the natural area the most dominant species was Acacia auriculiformis A.Cunn. ex Benth. with IVI value of 55.99 %, meanwhile the most dominant in terms of the potential of regeneration is Diospyros maritima (Blume) Baill 88%, followed by Suregada glomerulata (Blume) Baill 53 %, Calophyllum inophyllum L. 22 %, Allophylus cobbe L. 13 % , serta Trema cannabina Lour. and Samanea saman F.Muell. 2 %. There are six types of habitat in reclamation area rocks, savannah, sands, lime, litter and soil. Species which were founded the most in reclamation area are Calophyllum inophyllum L. and Pongamia pinnata (L.) Pierre., that are planted in the reclamation area. There are 474 individuals of bird appears on Serangan Island along the period of observation, they are categorized into 43 species and 21 families. The top two of individual counts are Numenius madagascariensis and Phalacrocorax melanoleucos. Both of them are shorebird species from Scolopacidae and Phalacrocaracidae family. Birds diversity index (H? = 3.051) in Serangan Island shows species diversity is medium, which had sufficient productivity with fairly balanced ecosystem condition and also small ecological pressure. Vegetations that been used by the birds for spawning and nesting are Pongamia pinnata (L.) Pierre, Lannea corromandelica (Houtt.) Merr, Acacia farnesiana (L.) Willd. , Pithecellobium dulce (Roxb.) Benth, Ziziphus mauritiana Lam. and Calotropis gigantea."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revina Indra Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perspektif masyarakat lokal terhadap satuan-satuan lanskap serta mengungkap pengetahuan dan pemanfaatan sumber daya hayati, terutama sumber daya tumbuhan, oleh masyarakat lokal Pulau Serangan, Bali. Metode penelitian ini diadaptasi dari Multidisiplinary Landscape Assessment (MLA). Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi langsung, diskusi kelompok fokus (FGD-Focus Group Discussion), metode distribusi kerikil (PDM-Pebble Distribution Method), serta analisis Local User?s Value Index (LUVI). Terdapat 146 spesies dari 55 famili tumbuhan yang dikenali masyarakat yang tersebar di berbagai satuan lanskap. Satuan-satuan lanskap tersebut yaitu karang/natah (80 spesies tumbuhan), bet muda (54 spesies tumbuhan), bet tua (79 spesies tumbuhan), padang-padang (11 spesies tumbuhan), pasih (7 spesies tumbuhan), kanal, lagun, danau, dan segara. Satuan lanskap pasih memperoleh nilai LUVI tertinggi (24 %). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 132 spesies tumbuhan yang dikenali masyarakat di Pulau Serangan, yang diketahui memiliki manfaat sebagai makanan (9,25 %), obat-obatan (6,94 %), kayu bakar (4,31 %). teknologi lokal dan seni (5,38 %), pewarna (3,50 %), sumber penghasilan (8,625 %), ritual/adat (6 %), bahan pakan ternak (5,31 %), dan penunjang rekreasi/wisata (6,75 %). Selain tumbuhan, masyarakat juga memanfaatkan sumber daya lain seperti fauna pesisir dan laut serta makroalga. Untuk pemanfaatan sumber daya hayati pulau secara keseluruhan, dua kategori pemanfaatan dengan nilai LUVI tertinggi berturut-turut yakni sumber penghasilan (19 %) dan bahan makanan (18 %).

This research attempts to reveal the relationship of the Serangan local people and their landscape, as well as their utilization of biological resources. Data were collected by conducting interview, direct observation in the site of the research, Focus Group Discussion (FGD), Pebble Distribution Method (PDM) and Local User?s Value Index (LUVI) analysis. A total of 146 plant species, distributed in 55 families were cited. The result also showed that Serangan local people identified nine landscape units, namely karang/natah (80 plant species), bet muda (54 plant species), bet tua (79 plant species), padang-padang (11 plant species), pasih (7 plant species), kanal, lagun, danau, and segara. Pasih, kanal, lagun, danau, and segara generally have potential in coastal and marine natural resources. Since each landscape unit differs in biological resources composition, the local people utilize and manage each of them differently. According to the local people?s perspective, the pasih landscape unit gained the highest LUVI score (24 %). The result also showed that a total of 132 useful plant species were used by Serangan people for food (9.25%), medicinal plant (6.94 %), firewood (4.31 %), local technology and art (5.38 %), food-coloring (3,50 %), revenue (8.625 %), ritual/tradition (6 %), livestock fodder (5.31 %), and recreation/tourism (6.75 %). Serangan people also utilize other biological resources such as coastal and marine fauna as well as macroalgae. In terms of utilization of the whole biological resources, two categories with the highest LUVI score respectively are revenue (19 %) and food (18 %)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Qisthi Sugiarto
"Rumput laut merupakan sumber daya hayati laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai budidaya. Kecamatan Sumur adalah satu-satunya tempat yang membudidayakan rumput laut di Kabupaten Pandeglang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi Wilayah Budidaya Rumput Laut dan pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan penduduk di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan survei (wawancara). Karakteristik wilayah budidaya rumput laut yang jumlah produksinya tinggi di Kecamatan Sumur adalah wilayah yang memiliki keterlindungan perairan, jumlah tenaga kerja banyak, jarak yang dekat dengan jalan, dan modal yang besar dibandingkan dengan metode budidaya dan pemasaran. Rata-rata petani rumput laut mendapatkan peningkatan pendapatan sekitar dua hingga delapan kali lipat dari pekerjaan sebelumnya.

Seaweed is a marine biological resources that have a high economic value that has great potential to be developed as a cultivation. Kecamatan Sumur is the only place that cultivating seaweed in Kabupaten Pandeglang. The purpose of this research is to provide information on seaweed farming region and its influence on increasing income residents in the Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang. Methods of this research is descriptive analysis methods and survey (interview). Result of this research is the characteristic of cultivation region of seaweed with high production has a protected waters, has a lot of labor, easy accessibility, has the ability to big budget as compared of cultivation method and marketing. An average of seaweed farmers get increased revenue about two up to eight fold from the previous job. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S975
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agdalena
"Indonesia is a centre of global marine bio-resources, particularly on its coral reefs ecosystem. Besides its physical ftmction, coral reefs also provide an aesthetic
function. This beauty of these reefs pioneered the ornamental fish hobbyists to keep the corals and marine iish in their own aquarium tank. Marine ornamental fish trade from Indonesia to the world had started around the early of '80s and still
continues to improve until today. Sustainable utilization plan in order to reduce the exploitation pressure on the reefs, particularly for aquarium industry, is done through coral captivity or known as coral culture. However, since the
commencement of this activity there has been no research yet which can explain on the gap between the action regulation on coral culture for the aquarium industry and its implementation in fields."
2011
T33404
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>