Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149289 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azka Athariq Irtiana
"Kebutuhan air minum di Kota Depok yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat setiap tahunnya. Untuk memenuhi kebutuhan air minum diperlukan instalasi pengolahan air minum. Mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok yaitu pengembangan IPA, salah satu program yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan kapasitas pengolahan IPA Legong Sistem Konvensional dari 320 L/detik menjadi 1000 L/detik. Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi unit filtrasi IPA Legong Sistem Konvensional dari kriteria desain, kinerja, kualitas air effluen filtrasi, dan menyusun tahapan peningkatan kapasitas unit supaya dapat mengolah debit rencana uprating 1000 L/detik. Hasil evaluasi menunjukkan dimensi filter dan laju filtrasi memenuhi kriteria desain. Hasil perhitungan ukuran efektif media antrasit tidak memenuhi kriteria desain sehingga dilakukan perbaikan. Durasi filter run rata – rata sebesar 23,49 jam yang tidak memenuhi kriteria desain. Laju backwashing memenuhi kriteria desain. Kualitas air baku tidak memenuhi standar baku mutu. Kualitas air influen dan air effluen filter telah memenuhi standar baku mutu dengan parameter kekeruhan, warna, besi, dan mangan. Efisiensi penghilangan parameter unit filtrasi eksisting mempunyai persentase yang besar. Tahapan yang dilakukan untuk uprating unit filtrasi yaitu kedalaman media, penambahan sistem air scouring, penambahan sistem underdrain, dan penggunaan sistem declining-rate filter. Modifikasi media filter dilakukan berdasarkan perhitungan teoritis dengan kedalaman media pasir silika sebesar 50,8 cm dan media antrasit sebesar 25,4 cm. Terdapat modifikasi lapisan gravel menjadi 6 lapisan untuk menopang lapisan media filter.

The increasing demand for drinking water in Depok City is increasing with population grows every year. To fulfill the needs of drinking water, water treatment plant is required. Refers to Regional Spatial Plan (RTRW) of Depok City for development Water Treatment Plant (WTP), one of the program is to increase the capacity of Legong WTP from 320 L/s to 1000 L/s. The research was conducted by evaluating filtration unit at IPA Legong Conventional System in terms of design criteria, performance, effluent quality, and arranging the stages to increasing capacity filtration unit in order to process discharge from 320 L/s to 1000 L/s. Based on the evaluation results, it was found effective size of the anthracite media does not meet the design criteria so that improvements are needed. The filter run duration was found to be an average of 23,49 hours which does not meet the design criteria when doing research. Backwashing rate still meet the design criteria. Raw water quality does not meet quality standard. The quality of influent water and filtered effluent water has meet quality standards with parameter of turbidity, color, iron, and manganese. The efficiency of removing parameters from the existing filtration unit with result was large. To uprating filtration unit, steps are taken by adjusting the evaluation results from the existing filter unit. The steps taken to uprating filter unit are media depth, adding an air scouring system, adding an underdrain system, and using a declining rate filter system. Modification of filter media is based on theoretical calculations with a thickness of silica sand layer 50,8 cm and anthracite layer with a thickness 25,4 cm. Modification of the gravel layer into 6 layers to support filter media."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Visionta
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi unit filtrasi IPA Buaran I dari segi kriteria desain, kinerja, dan kualitas efluen serta mengidentifikasi tahapan peningkatan kapasitas unit agar dapat mengolah debit dari 3000 L/detik menjadi 3500 L/detik. Metode yang digunakan adalah evaluasi kriteria desain dan operasional. Berdasarkan hasil evaluasi ditemukan bahwa dimensi dan laju filtrasi sebesar 7,375 m/jam masih memenuhi kriteria desain. Namun berdasarkan perhitungan ekspansi media dan perbandingan kedalaman dengan ukuran efektif (nilai L/de) kedalaman media eksisting sebesar 0,6 m tidak memenuhi kriteria desain sehingga diperlukan perbaikan. Dari segi operasional durasi filter run ditemukan sebesar rata-rata 26,8 jam dari seluruh bak yang masih memenuhi kriteria desain literatur tetapi dengan durasi yang jauh lebih rendah dari kriteria desain IPA Buaran yaitu 48 jam. Kualitas air olahan filter pada parameter kekeruhan, mangan, dan besi masih memenuhi standar PerMenKes No. 492 Tahun 2010 mengenai Persyaratan Kualitas Air Minum. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengakomodasi peningkatan kapasitas menjadi 3500 L/detik adalah penyesuaian media filter menjadi media ganda, pengaplikasian kerikil penyangga, dan penyesuaian laju air scouring. Lapisan kerikil yang digunakan adalah bertipe reverse gradation yang dimodifikasi.

This study aims to evaluate the filtration unit of Buaran Water Treatment Plant in terms of design criteria, performance and effluent quality and identify the stages of increasing the capacity of the unit in order to process discharge from 3000 L/sec to 3500 L/sec. Based on the evaluation results it was found that the dimensions and filtration rate of 7,375 m/h still meet the design criteria. However, based on the calculation of media expansion and rasio of depth and effective size (L/de value) of the existing media depth of 0,6 m does not meet the design criteria so improvements are needed. From an operational perspective the filter run duration was found to be an average of 26,8 hours that is much lower than the Buaran Water Treatment Plant design criteria of 48 hours. The quality of filtered water in turbidity, manganese and iron parameters still meets regulation’s requirements for drinking water quality thus no special modification is needed. Efforts that can be made to accommodate the increase in capacity of 3500 L/s are by adjusting the filter media from a single media to a dual media, applying a modified reverse gradation gravel layer, and adjusting the water scouring rate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurannisa Shaleha
"Kebutuhan air minum di Kota Depok yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang juga semakin meningkat setiap tahunnya. Dalam memenuhi kebutuhan air minum dibutuhkan pengolahan air minum yang bekerja dengan baik serta pengembangan pengolahan air minum itu sendiri. Dalam pengembangan ini memerlukan evaluasi dan pengoptimalan kinerja dari Instalasi Pengolahan Air IPA di Kota Depok, salah satu yang perlu ditinjau adalah IPA Legong yang melayani kebutuhan air minum wilayah Kota Depok bagian Timur.
Evaluasi dilakukan dengan meninjau kualitas dan kuantitas air baku dan air produksi serta kapasitas pengolahan IPA yang digunakan. Langkah pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan data primer dan sekunder, observasi lapangan, wawancara, dan diskusi dengan pengelola IPA Legong sistem Kedasih. Kemudian, tahap evaluasi kinerja unit pengolahan dengan menghitung dimensi setiap unit berdasarkan parameter kriteria desain yang tersedia dan membandingkannya. Tahap pengoptimalan kapasitas berdasarkan hasil evaluasi kinerja dengan memberikan solusi alternatif permasalahan.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa IPA Legong sistem Kedasih dapat meningkatkan kapasitas pengolahan sebesar 40 dari 300 l/dt menjadi 420 l/dt. Selain itu, hasil analisis penyisihan kualitas air juga menyimpulkan dair beberapa parameter yang diuji masih memenuhi syarat dalam Permenkes 429/2010 serta unit pengolahan IPA Legong masih bekerja dengan baik dan belum terdapat kendala akan melampaui syarat kualitas air minum.

The increasing demand for drinking water in Depok City is growing as the population grows every year. In meeting the needs of drinking water water treatment is required to work well and the development of drinking water itself. In this development and Performance optimization of Water Treatment Plant WTP in Depok City, one of the things to be considered is Legong WTP that serves the drinking water needs of East Depok City.
The evaluation is done by measuring the quality and quantity of air and air production and processing capacity of WTP. The first step is to dig primary and secondary data, interviews and discussions with Legong WTP Kedasih system manager. Then, the evaluation stage of the performance of the processing unit by calculating the unit of each parameter based on the available design parameters and compare them. Stage of capacity based optimization based on results with alternative solutions.
The results showed that Legong WTP system can increase processing capacity by 40 from 300 l dt to 420 l dt. In addition, the results of air quality allowance analysis also influenced some parameters that are still needed in Permenkes 429 2010 and Legong WTP processing unit still work well and no one will meet the drinking water quality requirements.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Astari
"Sebagai langkah penanganan meningkatnya pertumbuhan penduduk zona 4 Kota Bogor, PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor menerapkan sistem uprating untuk meningkatkan kapasitas debit air olahan menjadi 1000 L/dt yang awalnya 400 L/dt. Sistem uprating juga akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas debit yang direncanakan untuk tahun 2025 berdasarkan proyeksi penduduk dan Pengembangan Optimalisasi PDAM Tirta Pakuan menjadi 1400 L/dt. Penelitian ditujukkan untuk mengevaluasi efektifitas kinerja uprating dan unit instalasi dari segi kualitas dan kuantitas, serta mengetahui kinerja optimum dalam mengolah debit eksisting 1000 L/dt dan debit perencanaan 1400 L/dt. Metode penelitian meliputi observasi langsung di lapangan dan perbandingan data sekunder dan data primer. Dari kegiatan evaluasi diketahui unit uprating dan unit instalasi dapat bekerja optimal dalam mengolah debit 1000 L/dt dari segi kuantitas dan kualitas air produksi. Efektifitas removal instalasi setelah tahun 2005 yaitu sebesar 27,41%, bernilai lebih kecil dibandingkan efektifitas removal tahun 2005 yaitu 55,08%, namun keduanya menunjukkan air minum yang memenuhi standar. Untuk mengolah peningkatan debit 1400 L/dt, beberapa kinerja unit instalasi menurun akibat terbatasnya dimensi unit eksisting, diantaranya unit intake, flokulasi, sedimentasi, reservoar. Dengan demikian, sistem uprating dan unit instalasi WTP Dekeng I perlu dilakukan perbaikan teknis dan perbesaran dimensi pada unit-unit tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan air hingga tahun 2025.

As the countermeasures of population increase in zone 4 Bogor City, PDAM Tirta Pakuan Bogor applies uprating system to increase the capacity of treated water into 1000 L/s from the foregoing capacity 400 L/s. Uprating system also will be used to increase water capacity which is planned for 2025 based on population projection and Optimization & Development of PDAM Tirta Pakuan to 1400 L/s. This research is purposed to evaluate the performance effectivity of uprating system and installation unit in terms of quality and quantity, also to discover the optimum performance in processing the existing capacity 1000 L/s and planning capacity 1400 L/s. Research methods include the field observation and the comparison between secondary and primary documents. From the evaluation output, known that uprating unit and installation can work optimally in processing water capacity 1000 L/s in terms of quantity and quality water effluent. Removal Effectivity installation in the year after 2005 is 27,41%, which is less than the removal effectiviy in 2005 55,08%; yet both of them produce the drinking water which meets the standard. To process the increase of capacity 1400 L/s, some of performances installation unit decrease due to the limited dimensions of existing units, including units of intake, flocculation, sedimentation, reservoir. Thus, the uprating system and the installation unit WTP Dekeng I needs to be done by technical improvements and dimensional enlargement on the units to be able to comply water demands until the year of 2025"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Fitria Utami
"Penelitian ini membahas mengenai penggunaan koagulan pendukung yang berasal dari pemulihan lumpur IPAM Legong. Pemulihan koagulan dilakukan dengan metode asidifikasi menggunakan asam sulfat hingga mencapai rentang pH 0,5 sampai 2,5. Efisiensi pemulihan aluminum dengan pH asidifikasi 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 berturut-turut adalah 46,7, 37, 28, 16, dan 12,7, sedangkan kinerja penurunan kekeruhan air baku oleh kelima koagulan berturut-turut adalah 92,36, 92,25, 92,20, 91,97, dan 91,82.
Hal ini menunjukkan bahwa koagulan hasil pemulihan lumpur IPAM dapat digunakan sebagai koagulan pendukung dalam proses koagulasi-flokulasi-sedimentasi di IPAM. pH 2,5 dipilih sebagai pH optimum untuk asidifikasi karena kebutuhan asam sulfat untuk asidifikasi paling rendah namun kinerja penurunan kekeruhannya mencapai 91,82. Koagulasi dengan campuran koagulan PAC murni 10 ppm dan koagulan pemulihan 30 ppm mampu menurunkan kekeruhan air baku sebesar 95,74. Penggunaan skenario kaogulasi tersebut mampu mengurangi 50 penggunaan PAC murni sehingga IPAM Legong dapat menghemat biaya sebesar 581,4 juta rupiah per tahun.

This study discusses the use of a support coagulant that is produced from water treatment plant WTP sludge recovery. Recovery of coagulant uses acidification method with sulphuric acid until sludge pH drops under 2,5. Variation of pH, that is used as independent variable, are 2.5, 2.0, 1.5, 1.0, and 0.5. Aluminum recovery percentage of those variation pH are 46,7, 37, 28, 16, and 12,7 respectively. Meanwhile the efficiency of turbidity removal are 92,36, 92,25, 92,20, 91,97, and 91,82 respectively.
This result shows that that the WTP sludge recovery coagulant can be used as a supporting coagulant in the coagulation flocculation sedimentation process in WTP. pH 2.5 is chosen as the optimum pH for acidification because the sulfuric acid requirement for acidification was lowest but its turbidity removal performance reached 91.82. Coagulation with a mixture of 10 ppm pure PAC and 30 ppm recovery coagulant can reduce 95,74 of raw water turbidity. The use of this scenario can reduce 50 of the use of pure PAC so that WTP can save costs of 581.4 million rupiah per year.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Kharisma R.
"Tingginya laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor sebesar 4,63% per tahun, perlu diimbangi dengan peningkatan kapasitas penyediaan layanan air minum guna memenuhi peningkatan kebutuhan air minum masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melakukan peningkatan kapasitas Instalasi Pengolahan Air Cibinong (IPA Cibinong) melalui evaluasi dan pengembangan (uprating). Kondisi eksisting IPA Cibinong PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor, berkapasitas 330 L/detik memiliki dua WTP yaitu, WTP 1 kapasitas 100 L/detik dan WTP 2 kapasitas 230 L/detik. Evaluasi dilakukan untuk WTP 2 karena memiliki potensi peningkatan kapasitas produksi. Evaluasi dilakukan pada unit intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan reservoir berdasarkan kriteria desain.
Hasil evaluasi menghasilkan kapasitas maksimum WTP 2 sebesar 345 L/detik. Evaluasi juga memperhatikan kualitas air baku dan air produksi. Kualitas air produksi yang diuji memenuhi PERMENKES 492/2010. Hasil evaluasi dijadikan acuan uprating atau peningkatan kapasitas produksi WTP 1 menjadi sama dengan kapasitas WTP 2 setelah evaluasi. Dari evaluasi dan uprating kapasitas produksi IPA Cibinong meningkat dari semula 330 L/detik menjadi 690 L/detik. Jika dikaitkan hasil proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan air, kapasitas eksisting 330 L/detik dapat memenuhi kebutuhan air sampai tahun 2014. Sedangkan kapasitas hasil evaluasi dan uprating sebesar 690 L/detik mampu memenuhi kebutuhan air daerah layanan sampai tahun 2020.

The high rate of population growth Cibinong Subdistrict, Bogor Regency by 4,63% per years, needs to be balanced with the increased capacity of water supplier in order to meet the increasing demands of the public drinking water. Accordingly, this research aims to increase capacity Cibinong Water Treatment Plant (WTP Cibinong) through the evaluation and uprating. WTP Cibinong with 330 L/s capacity consist of WTP 1 capacity 100 L/s and WTP 2 capacity 230 L/s. Evaluation will be conducted for WTP 2 because it has the production capacity increasing. Evaluation start from intake, coagulation, flocculation, sedimentation, filtration, and reservoired units based on design criteria.
Evaluation result from WTP 2 has a maximum capacity of 345 L/s. The evaluation also concerned about the quality of 'raw water' and 'production water'. The quality of water production was conduct under the PERMENKES 492/2010. The result from evaluation used as reference for uprating or increasing WTP 1 production in order to equal with WTP 2. Evaluation and uprating will increase production capacity WTP Cibinong from 330 L/s to 690 L/s. Associated with population projection, the existing condition able to fulfill water demands until 2014, while the result of evaluation and uprating will be able to fulfill water demands until 2020.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53314
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdzan
"Floating Production Unit (FPU) Jangkrik mengolah gas dari Lapangan Kompleks Jangkrik dan potensi lapangan baru lain di sekitarnya. Evaluasi debottlenecking diperlukan sebagai upaya untuk peningkatan produksi, disertai kompleksitas tekanan inlet yang semakin rendah, dan tambahan dari sumber lapangan lain. Sehingga perlu dilakukan beberapa modifikasi pada unit pengolahan FPU, salah satunya MEG Regenerasi Unit (MRU). MEG dalam jumlah yang lebih besar harus diinjeksikan ke sumur bawah laut dan unit pengontrol titik embun untuk menekan pembentukan hidrat. Hal ini mengharuskan MRU untuk lebih banyak meregenerasi MEG yang ramping dari MEG yang kaya. Untuk mencapainya diperlukan nilai tukar panas yang lebih tinggi pada Reclaimer Loop Heaters. Persyaratan ini dapat dipenuhi dengan meningkatkan suhu atau laju aliran sumber panas yang berasal dari air panas. Unit Pemulihan Panas Limbah (Weast Hate Recovery Unit/WHRU) dan Sistem Air Panas, masing-masing bertanggung jawab memproduksi dan mendistribusikan air. Studi ini menyajikan evaluasi WHRU dan Sistem Air Panas untuk mengetahui kemampuannya dalam menyediakan suhu/debit air panas yang lebih tinggi ke Reclaimer Loop Heaters. Model matematika digunakan untuk menghitung kemampuan WHRU dalam menyediakannya pada suhu dan debit yang diinginkan. Beberapa permasalahan mekanis terkait keselamatan akan dipertimbangkan sehubungan dengan risiko penguapan, yang dapat terjadi bila suhu air panas dinaikkan mendekati atau melebihi suhu penguapannya pada tekanan operasi. Kemudian, Sistem Air Panas dievaluasi kemampuannya untuk mengalirkan suhu/debit air panas yang lebih tinggi.

The Jangkrik Floating Production Unit (FPU) processes gas from the Jangkrik Complex Field and other potential new fields in the vicinity. Evaluation of debottlenecking is needed as an effort to increase production, accompanied by the complexity of lower inlet pressure, and additional sources from other fields. So several modifications need to be made to the FPU processing unit, one of which is the MEG Regeneration Unit (MRU). Larger amounts of MEG should be injected into subsea wells and dew point control units to suppress hydrate formation. This requires the MRU to regenerate more lean MEG from rich MEG. To achieve this, a higher heat exchange rate is required in the Reclaimer Loop Heaters. This requirement can be met by increasing the temperature or flow rate of the heat source from the hot water.

The Waste Heat Recovery Unit (WHRU) and the Hot Water System are each responsible for producing and distributing water. This study presents an evaluation of the WHRU and Hot Water System to determine its ability to provide higher hot water temperature/discharge to the Reclaimer Loop Heaters. Mathematical models are used to calculate WHRU's ability to provide it at the desired temperature and discharge. Several safety-related mechanical issues will be considered in connection with the risk of evaporation, which can occur when the temperature of hot water is raised to near or above its evaporation temperature at operating pressure. Then, the Hot Water System is evaluated for its ability to deliver a higher temperature/hot water flow."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Okita Miraningrum Nur Atsari
"Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 limbah akhir dari proses pengolahan air wajib diolah sebelum dibuang IPA Legong di bawah PDAM Tirta Kahuripan selama ini langsung membuang lumpurnya ke badan air Sungai Ciliwung tanpa pengolahan apapun Dalam penelitian ini ada empat alternatif yang dibuat dan pemilihan berdasarkan pertimbangan kebutuhan lahan volume dry cake pengoperasian dan biaya Alternatif yang terpilih adalah alternatif 1 terdiri dari 1 bak ekualisasi 1 gravity thickening 1 sludge conditioning tank 1 belt filter press 1 bak penampung lumpur dan 1 bak supernatan dengan menerapkan resirkulasi air cucian filter dan supernatan menjadi air baku sehingga lumpur yang diolah hanya berasal dari unit sedimentasi Debit lumpur dari instalasi konvensional sebesar 382 87 m3 hari sedangkan debit lumpur dari instalasi heksakoloidal sebesar 191 43 m3 hari Perkiraan kebutuhan lahan yang diperlukan adalah sebesar 420 m2.

Based on Government Regulation Number 16 Year 2005 waste produced from water treatment process must be treated before discharging Legong Water Treatment Plant under PDAM Tirta Kahuripan discharge the sludge directly into stream water Ciliwung without any treatment In this research there are four alternatives sludge treatment made and the choosing done based on land area dry cake volume operational and maintenance and financial criteria The choosen alternative is first alternative consists of 1 equalization tank 1 gravity thickener 1 sludge conditioner tank 1 belt filter press 1 dry cake tank and 1 supernatant tank by applying filter backwash waste recycle into raw water so the sludge that flows into treatment unit only comes from sedimentation unit Sludge generation from conventional installation is 382 87 m3 day and from hexacoloidal installation is 191 43 m3 day Land area needed for sludge treatment approximately is 420 m2
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Arif Yuliantono
"Pertumbuhan penduduk Kota Depok menyebabkan meningkatnya kebutuhan air minum yang harus diolah oleh PDAM Kota Depok. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Legong merupakan salah satu instalasi yang beroperasi di Kota Depok dengan kapasitas eksisting 1400 l/s. IPA tipe Konvensional memiliki kapasitas awal 300 l/s mengalami uprating hingga 1000 l/s untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun kualitas air baku yang diolah mengalami fluktuasi. Untuk mengolah air baku tersebut, IPA Legong menggunakan desinfektan klorin yang memungkinkan pembentukan Disinfection By-Products (DBP) berupa asam haloasetat (HAA) dan total trihalometana (TTHM). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air baku dan produksi serta menganalisis pembentukan DBP menggunakan software Watpro. Parameter yang akan dianalisis kualitasnya adalah TOC, UV 254, kekeruhan, kesadahan, alkalinitas dan amonia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat parameter air baku yaitu amonia yang tidak memenuhi baku mutu Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2021 yakni melebihi 0,1 mg/l. Sementara itu kualitas air produksi telah memenuhi baku mutu Permenkes No.2 Tahun 2023. Untuk dapat menentukan parameter yang memiliki pengaruh terbesar pada pembentukan DBP dilakukan analisis sensitivitas pada parameter TOC, pH, UV 254 dan dosis klorin. Berdasarkan analisis tersebut, kondisi maksimum parameter memberikan pengaruh terbesar pada pembentukan TTHM sebesar 8,93 μg/l dan HAA sebesar 74,1 μg/l. Kondisi tersebut meningkatkan risiko terkena kanker berdasarkan penilaian Excess Cancer Risk (ECR) yang melebihi 10-4. Karena hal tersebut, diperlukan optimasi jangka pendek yaitu pengurangan dosis klorin yang digunakan sampai 4 mg/l dan optimasi jangka panjang berupa penggantian jenis desinfektan seperti ozon dan sinar UV sehingga dapat meminimalisir kehadiran DBP.

The population growth of Depok City has led to an increase in the demand for drinking water that must be processed by the Depok City PDAM. Legong Water Treatment Plant (IPA) is one of the installations operating in Depok City with an existing capacity of 1400 l/s. Conventional type IPA has an initial capacity of 300 l/s uprating to 1000 l/s to meet these needs. However, the quality of raw water treated fluctuates. To treat the raw water, Legong IPA uses chlorine disinfectants which allow the formation of Disinfection By-Products (DBP) in the form of haloacetic acid (HAA) and total trihalomethane (TTHM). This study aims to analyze the quality of raw and production water and analyze the formation of DBP using Watpro software. The parameters to be analyzed for quality are TOC, UV 254, turbidity, hardness, alkalinity and ammonia. The results showed that there is a raw water parameter, ammonia, which does not meet the quality standards of Government Regulation No.2 of 2021, which exceeds 0.1 mg/l. Meanwhile, the quality of production water has met the quality standards of Permenkes No.2 of 2023. To be able to determine the parameters that have the greatest influence on the formation of DBP, a sensitivity analysis was carried out on the parameters TOC, pH, UV 254 and chlorine dose. Based on this analysis, the maximum condition of the parameters has the greatest influence on the formation of TTHM of 8.93 μg/l and HAA of 74.1 μg/l. These conditions increase the risk of developing cancer based on the Excess Cancer Risk (ECR) assessment which exceeds 10-4. Because of this, short-term optimization is needed, namely reducing the dose of chlorine used to 4 mg/l and long-term optimization in the form of replacing disinfectant types such as ozone and UV light so as to minimize the presence of DBP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmadi Jaya Subekti
"Kota Bekasi merupakan kota penyangga Ibu kota DKI Jakarta, hal ini mempengaruhi pertumbuhan kota Bekasi yang semakin pesat seiring dengan pesatnya keadaan ekonomi Jakarta. Pesatnya pertambahan penduduk kota Bekasi, menuntut fasilitasi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi salah satunya adalah kebutuhan akan air minum. Kebutuhan akan Air minum yang memenuhi baku mutu diatur pemerintah dalam undang-undang No. 7 Tahun 2004 mengenai Sumber Daya Air. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Rawa Lumbu merupakan salah satu instalasi yang melayani kebutuhan air minum di Kota Bekasi. Saat ini PDAM Rawa Lumbu memiliki tiga buah instalasi air minum dengan kapasitas total 260 l/det. Salah satunya adalah instalasi pelat baja dengan kapasitas 2 _ 100 l/det yang telah dibangun pada tahun 2005. Sebagai salah satu penyedia air minum PDAM Rawa Lumbu dituntut untuk dapat menyediakan air minum yang memenuhi syarat baku mutu air minum pada PERMENKES no 907/MENKES/SK/VII/2002.
Maksud dan tujuan dari tugas akhir ini adalah mengevaluasi efisiensi Instalasi Pengolahan Air Minum Rawa Lumbu dalam mereduksi kadar polutan dalam air baku kalimalang serta melakukan evaluasi unit-unit pengolahan instalasi dengan kapasitas 100 l/det berdasarkan debit pengolahannya. Setelah dilakukan analisa diketahui unit pengolahan WTP Rawa Lumbu memiliki efisiensi yang cukup baik dalam mereduksi turbiditas dengan kisaran rata-rata 97 - 99% . Sedangkan dari analisa dimensi dengan menggunakan debit eksisting 68 l/det dan debit desain 100 l/det diketahui unit-unit pengolahan masih memiliki kinerja yang baik, namun kapasitas maksimum pengolahan berdasarkan bak sedimentasi hanya dapat mengolah debit sebesar 91 l/det. Sedangkan untuk reservoir yang ada saat ini hanya dapat menampung debit pengolahan sebesar 106,41 l/det.

The population of Bekasi is effected by the economics development of Jakarta. This increase in population demanded fulfillment of people's necessity, one of them is drinking water. The necessity of drinking water has been arranged in national constitution of Indonesian Republic number 7 year 2004 about Water Resources. Public Water company (PDAM) Rawa Lumbu is one of the water treatment plant which serve the necessity of drinking water in Bekasi. Today Rawa Lumbu Water treatment plant has three instalation with total capacity of 260 l/sec. One of them is steel plate installation with capacity of 200 l/sec, which was built on 2005. As one of drinking water provider PDAM Rawa Lumbu is demanded to be able to provided safe drinking water that fulfill nation water regulation PERMENKES 907/MENKES/SK/VII/2002.
The objective of this final report is to evaluate the efficiency of Rawa Lumbu water treatment plant installation in reducing water impurities and to evaluate water treatment unit process with capacity of 100 l/sec. Result of the evaluation analysis shows that Rawa Lumbu water treatment plant has a good efficiency about 97 - 99 % in reducing turbidity. After calculating with current flow rate of 68 l/sec and design flow rate of 100 l/sec, units in the treatment plant shows that it still has a good performance but it has a maximum flow rate of 91 l/sec. As for current reservoir has a maximum flow rate of 106,41 l/sec.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50474
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>