Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180130 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nicolas
"Pendahuluan
Varicella merupakan penyakit dengan tingkat penularan tinggi yang dapat dicegah
dengan vaksinasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penerimaan orangtua
terhadap vaksinasi varicella bagi anak berusia di bawah 12 tahun, yang belum
pernah diteliti di Indonesia sebelumnya.
Metode Sampel penelitian merupakan orangtua yang dipilih secara consecutive sampling.
Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus sampel tunggal. Kriteria inklusi
adalah orangtua yang memiliki anak berusia di bawah 12 tahun. Kriteria eksklusi
adalah orangtua yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap atau mengundurkan
diri dari penelitian. Data ditabulasi berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap varicella, serta sikap
terhadap vaksinasi. Uji yang digunakan adalah metode uji Chi-square untuk
mengetahui hubungan dari faktor tersebut dengan penerimaan terhadap vaksinasi
varicella.
Hasil
Dari 113 responden, 12 (10,6%) menolak pemberian vaksinasi varicella bagi anak
mereka. Terdapat 47% responden yang memiliki pengetahuan kurang, 22,1%
memiliki sikap kurang, dan 4,4% memiliki perilaku kurang terhadap varicella.
Terdapat pula 5,3% responden yang memiliki sikap kurang terhadap vaksinasi.
Didapatkan hubungan yang signifikan antara sikap orangtua terhadap vaksinasi
dengan penerimaan orangtua terhadap vaksinasi varicella (p = 0,000). Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara usia (p = 0,108), pendidikan (p = 0,627),
pekerjaan (p = 0,138), penghasilan (p = 0,479), pengetahuan (p = 0,820), sikap (p
= 0,460), dan perilaku terhadap varicella (p = 0,087) dengan penerimaan vaksinasi
varicella.
Kesimpulan
Sikap orangtua terhadap vaksinasi memiliki hubungan yang signifikan dengan
penerimaan vaksinasi varicella.

Introduction
Varicella is a highly contagious disease that could be prevented by vaccination.
This study aims to evaluate the parents’ acceptance of vaccination for their children
under 12 years old in Indonesia, which there’s no similar study performed before.
Methods
The samples of this study were parents who were chosen by consecutive sampling.
The inclusion criterias were the parents who have children under 12 years. The
exclusion criterias are parents who did not fill all the questions or those who
resigned from the study. Data were tabulated based on age, education, occupation,
income, knowledge, attitude, and behavior towards varicella, and attitude towards
vaccination. Method used in this study to analyze the data was Chi-square test to
find correlation between those factors with varicella vaccination acceptance.
Results
Of the 113 respondents, 12 (10,6%) rejected varicella vaccination for their children.
There were 47% respondents with bad knowledge, 22,1% with bad attitude, and
4,4% with bad behavior toward varicella. There were also 5,3% respondents with
bad attitude toward vaccination. There was a significant correlation between
parental attitude toward vaccination with varicella vaccination acceptance (p =
0,000). There was no significant correlation between parental age (p = 0,108),
education (p = 0,627), occupation (p = 0,138), income (p = 0,479), knowledge (p =
0,820), attitude (p = 0,460), and behavior (p = 0,087) toward varicella with varicella
vaccination acceptance.
Conclusion Parental attitude toward vaccination have a significant correlation with varicella
vaccination acceptance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rayyan Faher Shahab
"Pendahuluan: Rotavirus merupakan virus dengan tingkat penularan tinggi pada anak di bawah usia 5 tahun yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Penelitian ini merupakan penelitian pertama di Indonesia yang bertujuan mengevaluasi penerimaan orangtua terhadap vaksinasi rotavirus bagi anak berusia di bawah 5 tahun.
Metode: Sampel penelitian merupakan orangtua yang dipilih secara consecutive sampling. Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus sampel tunggal. Kriteria inklusi adalah orangtua yang memiliki anak berusia di bawah 5 tahun serta mengisi kuesioner dengan lengkap. Kriteria eksklusi adalah orangtua yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap atau mengundurkan diri dari penelitian. Data ditabulasi berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap rotavirus, serta sikap terhadap vaksinasi. Uji yang digunakan adalah metode uji Chi-square untuk mengetahui hubungan dari faktor tersebut dengan penerimaan terhadap vaksinasi rotavirus.
Hasil: Dari 108 responden, 13 (12%) menolak pemberian vaksinasi rotavirus bagi anak mereka. Didapatkan hubungan yang signifikan antara sikap orangtua terhadap vaksinasi dengan penerimaan orangtua terhadap vaksinasi rotavirus (p = 0,000). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia (p = 0,375), pendidikan (p = 0,636), pekerjaan (p = 0,500), penghasilan (p = 0,290), pengetahuan (p = 1,000), sikap (p = 0,689), dan perilaku terhadap rotavirus (p = 0,592) dengan penerimaan vaksinasi rotavirus.
Kesimpulan: Sikap orangtua yang positif terhadap vaksinasi berhubungan secara signifikan dengan penerimaan vaksinasi rotavirus.

Introduction: Rotavirus is a highly spread virus in children under 5 years old that could be prevented by vaccination. This study was the first performed in Indonesia to evaluates the parents’ acceptance towards rotavirus vaccination.
Methods: The samples of this study are parents who were chosen by consecutive sampling. The inclusion criterias are the parents who have children under 5 years old and have completed the questionnaire. The exclusion criterias are parents who did not fill all the questions or those who resigned from the study. Data are tabulated based on age, education, occupation, income, knowledge, attitude, and behavior towards rotavirus, and attitude towards vaccination. Method used in this study to analyze the data is Chi-square test to find correlation between those factors with rotavirus vaccination acceptance.
Results: Of the 108 respondents, 13(12%) rejected the acceptance towards rotavirus vaccination. There was a significant correlation between parental attitude towards vaccination with rotavirus vaccination acceptance (p = 0,000). There were no significant correlation between parental age (p = 0,375), education (p = 0,636), occupation (p = 0,500), income (p = 0,290), knowledge (p = 1,000), attitude (p = 0,689), and behavior (p = 0,592) toward rotavirus with rotavirus vaccination acceptance.
Conclusion: Parental positive attitude toward vaccination showed significant correlation with rotavirus vaccination acceptance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nuha Hafizh
"Latar belakang: Hingga saat ini, pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian balita di dunia. Banyak faktor yang bisa berpengaruh terhadap peningkatan kejadian pneumonia pada balita, baik aspek individu dari anak itu sendiri, perilaku orang tua, dan lingkungan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya pneumonia adalah vaksinasi Pneumococcal Conjugate Vaccine atau PCV
Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan, sosiodemografi, sikap, dan perilaku orangtua mengenai pneumonia, serta sikap orangtua terhadap vaksinasi dengan penerimaan orangtua terhadap Pneumococcal Conjugate Vaccine pada anak usia di bawah 5 tahun di Indonesia
Metode: Penelitian dilakukan di poliklinik departemen anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dan TPA Makara UI pada November 2020. pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus sampel tunggal. Kriteria inklusi adalah orangtua yang memiliki anak berusia di bawah 5 tahun serta mengisi kuesioner dengan lengkap. Data dianalisis berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap pneumonia, serta sikap terhadap vaksinasi. Uji yang digunakan adalah metode uji Chi-square untuk mengetahui hubungan dari faktor tersebut dengan penerimaan terhadap vaksinasi pneumonia.
Hasil: Sebanyak 97 (84,1%) dari 107 responden dalam penelitian ini menerima pemberian pneumococcal conjugate vaccine.Sikap orangtua terhadap vaksinasi memiliki hubungan yang signifikan dengan penerimaan orangtua terhadap vaksinasi pneumonia (p=0,000). sementara untuk usia orangtua (p=0,172), pendidikan orangtua (1,000), pekerjaan orangtua (p=0,119), penghasilan orangtua (p=0,617), serta pengetahuan (p=0,253), sikap (p=0,597) dan perilaku (p=1,000) terhadap penyakit pneumonia tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan penerimaan orangtua terhadap vaksinasi pneumonia
Simpulan: Sikap orangtua terhadap vaksinasi dapat mempengaruhi penerimaan orang tua terhadap vaksinasi pneumonia

Background: Until now, pneumonia is one of the main causes of children under five mortality in the world, even in Indonesia. Many factors can influence the increase in the incidence of pneumonia in children under five, both in individual aspects of the child, the behavior of parents, and the environment. One way that can be used to prevent pneumonia is the Pneumococcal Conjugate Vaccine or PCV vaccination
Aim: To evaluate the relationship between knowledge, sociodemography, attitudes and behavior of parents regarding pneumonia, as well as parental attitudes towards vaccination and parental acceptance of Pneumococcal Conjugate Vaccine in children under 5 years of age in Indonesia.
Methods: The research was conducted at the Pediatric Department Polyclinic dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, and Makara UI Children Day Care in November 2020. Sampling was carried out by consecutive sampling. The sample size calculation useds a single sample formula. The inclusion criteria were parents who had children under 5 years old and filled out a complete questionnaire. Data were analyzed based on age, education, occupation, income, knowledge, attitudes, and behavior towards pneumonia, as well as attitudes towards vaccination. The study used the Chi-square test method to determine the relationship between these factors and the acceptance of pneumonia vaccination.
Results: A total of 97 (84.1%) of the 107 respondents in this study accept pneumococcal conjugate vaccine. attitude towards vaccination had a significant correlation with parental acceptance of pneumonia vaccination (p = 0.000050). while for the parents age (p = 0.172), parental education (1,000), parent's job (p = 0.119), parental income (p = 0.625), as well as knowledge (p = 0.253), attitudes (p = 0.597) and behavior (p = 1,000) toward pneumonia did not have a significant correlation with parental acceptance of pneumonia vaccination
Conclusion : Parents attitudes towards vaccination showed signifigantly correlation to acceptance of pneumonia vaccination
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Rudianto
"ABSTRAK
Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi dengue, salah satunya adalah vaksinasi. Vaksin CYD-TDV Chimeric yellow fever virus-Dengue virus-Tetravalent Dengue Vaccine merupakan vaksin dengue pertama yang diterima oleh WHO dan telah diterima juga untuk didistribusikan ke berbagai negara, salah satunya adalah Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat berbagai faktor yang mungkin berpengaruh terhadap penerimaan orang tua terhadap pemberian vaksin dengue pada anak, seperti faktor sosiodemografis, serta pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua. Penelitian ini juga menunjukkan preferensi orang tua mengenai vaksin dengue. Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross-sectional dengan data primer yang didapatkan dari pengisian kuisioner oleh subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan: 98,50 responden menerima pemberian vaksin dengue kepada anak mereka. Sementara itu, tidak ditemukan faktor yang memiliki hubungan signifikan terhadap penerimaan orang tua terhadap pemberian vaksin dengue pada anak p >0,05. Sebagian besar subjek penelitian 35,96 berpendapat bahwa perlindungan pasti sebagai hal terpenting dari vaksin dengue. Sementara itu, 56,93 responden yang menilai biaya sama dengan atau kurang dari Rp 50.000,00 merupakan harga yang terjangkau. Berdasarkan penelitian ini, penerimaan orangtua terhadap vaksin relatif baik.

ABSTRACT
There are ways to prevent dengue infections, one of which is by receiving vaccination. CYD TDV Chimeric yellow fever virus Dengue virus Tetravalent Dengue Vaccine was the first vaccine to be accepted by the World Health Organization to be distributed worldwide, including Indonesia. This study aimed to explore factors which might contribute to parents 39 acceptance of their children being subject of dengue vaccinations. This study also shows parents 39 preference of the most important characteristics of dengue vaccines. The study design applied was cross sectional study with primary data collected from questionnaire filled by study subjects. This study shows 98.5 respondents accept dengue vaccination for their children. Meanwhile, this study found no factor which has significant relation to parents 39 dengue vaccine acceptance p 0.05. The most popular preference for the most important vaccine characteristic was 100 protection 35.96 . Meanwhile, 56.93 of all respondents categorized vaccination costs of IDR 50,000.00 and below as affordable. According to the result of the research, parents 39 vaccine acceptance in Jakarta could be considered relatively good."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Dara Pertiwi
"Anak-anak termasuk dalam kategori rentan terinfeksi COVID-19. Keputusan orang tua untuk memberikan izin kepada anaknya untuk divaksinasi atau tidak, bergantung pada kesediaan orang tua untuk menerima vaksin tersebut. IDAI menetapkan capaian vaksinasi sebesar 100% untuk PTM yang aman, sedangkan WHO menetapkan sebesar 70%. Cakupan vaksinasi COVID-19 untuk anak umur 6-11 tahun di Kecamatan Cakung hanya 65.57% untuk dosis pertama dan 33.59% untuk dosis kedua, angka cakupan ini merupakan yang paling rendah jika dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan penerimaan orang tua terhadap pemberian vaksin COVID-19 pada anak sekolah dasar di Kecamatan Cakung Kota Jakarta Timur. Penelitian menggunakan desain cross sectional, pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuisioner secara online. Responden penelitian berjumlah 394 orang tua dari murid sekolah dasar yang berada di Kecamatan Cakung. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda model faktor risiko. Hasil penelitian menunjukkan 87.3% orang tua menerima pemberian vaksin COVID-19 untuk anak mereka. Persepsi manfaat (pValue: 0.018), persepsi hambatan (pValue: 0.018), dan pemicu bertindak (pValue: 0.001) merupakan variabel yang berhubungan signifikan dengan penerimaan orang tua terhad ap pemberian vaksin COVID-19. Pemicu bertindak menjadi variabel dominan yang berhubungan dengan penerimaan orang tua. Orang tua dengan pemicu bertindak yang tinggi cenderung menerima vaksin COVID-19 3,1 kali lebih besar dibanding dengan orang tua dengan pemicu bertindak rendah setelah dikontrol persepsi manfaat dan persepsi hambatan.

Children are in the vulnerable category ofCOVID-19 infection. Parent’s decision to grant permission for their children to be vaccinatedor not, depends on the parental acceptance of COVID-19 vaccination itself. Indonesian Pediatric Association set the vaccination coverage rate at 100% for safe face-to-face learning, while WHO set it at 70%. COVID-19 vaccination coverage for children aged 6-11 years in Cakung district is only 65.57% for the first dose and 33.59% for the second dose, this rate is the lowest compared to other sub-districts in DKI Jakarta. This study aims to find out the determinants of parental acceptance of COVID-19 vaccination in elementary school children in Cakung district, East Jakarta City. The Study used a cross sectional design, data collection was done through filling out online questionnaires. The research respondents were 394 parents of elementary school students in Cakung district. Multivariate analysis using multiple logistic regression risk factor model. The result has shownthat 87.3% of parents received the COVID-19 vaccinationfor their children. Perceived benefits (pValue: 0.018), perceived barriers (pValue: 0.018), and cues to action (pValue: 0.001) were variables that were significantly associated with parental acceptance of the COVID-19 vaccination. Cues to action became the dominant variable in this study.Parents with high-cues to action tend to receive the COVID-19 vaccination 3.1 times more than those with low-cues to action after being controlled by perceived benefits and perceived barriers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Nurchoiriah
"Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan minum susu siswa kelas III A, III B dan IV di SDN Pondok Cina 1 Depok tahun 2009 dengan menggunakan faktor-faktor dari Teori Green. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain crossectional. Hasil penelitian ini yaitu dari faktor predisposisi (pengetahuan dan persepsi), hanya persepsi yang berhubungan secara bermakna dengan kebiasaan minum susu siswa. Dari faktor pemungkin/ enabling (Sarana-prasarana dan pekerjaan orang tua) menemukan bahwa tidak ada satupun faktor yang berhubungan secara bermak dengan kebiasaan minum susu siswa. Dari faktor penguat/reinforcing (anjuran), didapatkan faktor anjuran berhubungan secara bermakna dengan kebiasaan minum susu siswa SDN Pondok Cina 1, Depok tahun 2009."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Latifa Aini Susumnaningrum
"Penelitian ini dilatar belakangi oleh tingginya angka morbiditas akibat perilaku yang tidak mendukung kesehalan pada anak usia sekolah yang tinggal dengan keluarga. Keluarga memegang peran penting dalam menerapkan disiplin pada anak. Tujuannya mengetahui hubungan faktor individu dan pola asuh keluarga dengan PHBS pada anak usia sekolah dasar di Dua SD Kelurahan Kukusan Kecamatan Beji Depok Jawa Barat.
Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Pengambilan sampel menggunakan total sampel, yang berjurnlah 348 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah dasar kelas IV dan V serta keluarga yang diwakili oleh ibu atau ayah (jika ibu telah meninggal). Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square. Hubungan bermakna ditemukan pada faktor individu yang terdiri dari persepsi kerentanan (p = 0,006), persepsi keseriusan (p=0,005), persepsi manfaat (p = 0,020), dan persepsi hambatan (p = 0,001) dengan PHBS. Selain itu, hubungan bermakna juga ditemukan pada pola asuh keluarga yang terdiri dari pola asuh permisif (p = 0,004), pola asuh demokralis (p = 0,018), dan pola asuh diktator (p = 0,012) dengan PHBS. Dari Uji Regresi Logistik Ganda ditemukan hubungan yang paling dominan yaitu persepsi kerentanan (p = 0,003).
Dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah dasar yang merasakan persepsi kerentanan berpeluang mendukung PUBS 2,7 kali dibandingkan dengan anak usia sekolah dasar yang tidak merasakan persepsi kerentanan setelah dikontroi oleh variabel pola asuh permisif. Anak usia sekolah dasar membutuhkan bimbingan dari berbagai pihak terutama keluarga dalam melaksanakan PHBS. Sosialisasi PHBS dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya membentuk peer group, diskusi kelompok, dan menyediakan sarana kebersihan diri sesuai kebutuhan anak.

This research is background overshadow by height of morbidity to effect behavior which do not support the health of school age child which was shack up with the family. Family play important part in applying discipline of child. This research aim to known the individual factors relation and pattern parenting of the family by PUBS at elementary school age child in Chief of Village of Kukusan Subdistrict of 13eji Depok West Java year 2006.
Desain research used Descriptive of Correlation with the approach of Cross Sectional. The sample used total with 348 responder. Sample in this research was school age child of grade IV and V and also family deputized by mother or father (if mother have died). Statistic test used by Chi Square. Relation having a meaning found of individual factors consisted of the susceptance perception ( p = 0,006), serious perception ( p = 0,005), benefit perception ( p = 0,020), and resistance perception ( p = 0,001) with PI-IBS. Others, relation have a meaning also found at pattern parenting of the family consisted of the pattern parenting of the permisif ( p = 0,004), pattern parenting of democratic ( p = 0,018), and pattern parenting of the dictator ( p = 0,012) with PUBS. Double Regression Logistics Test found most dominant relation of susceptance perception ( p = 0,003), benefit perception ( p value = 0,113) and pattern parenting of the permisif ( p = 0,004).
That school age child feeling perception of susceptance have opportunity to support the PHBS 2,7 times compared to a school age child which did not feel the susceptance perception after controlled by pattern parenting of the permisif variable. School age child require the tuition from various party especially family in executing PHRS. Socialization PHBS can be conducted variously among other things form the peer group, group discussion, and provide the medium of hygiene of self child version.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18384
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widarso
"ABSTRAK
Program pemberantasan rabies telah dilaksakan secara terpadu lintas sektoral sejak Pelita V, yang tertuang dalam SKB Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian, dan Menteri Dalam Negeri, tahun 1978 dengan peran dan tanggung jawab sesuai masing-masing sektor. Rabies tersebar di 20 propinsi, dengan terdapat kematian karena rabies setiap 3 hari 1 orang meninggal (1986-1989). Penyakit ini bersifat fatal. Hanya dengan cara memberikan vaksin anti rabies/serum anti rabies sesuai dengan SOP terhadap orang digigit hewan penular rabies dapat mencegah tidak terjadi kasus rabies pada manusia. Propinsi Jawa Barat menempati urutan ke dua setelah Sumatera Barat (1992). Penderita gigitan per-tahun di Jawa Barat rata-rata 2571 orang, kematian karena rabies 4,3 per 1000 gigitan. Lokasi penelitian adalah Kotamadya dan Kabupaten Bandung, sample diambil secara total populasi.
Penelitian ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP terhadap penderita gigitan hewan penular rabies. Metode yang dipergunakan adalah survai retrospektif dengan menggunakan data sekunder sejak 5 tahun yang lalu (1989-1993). Hasil penelitian didapatkan 2 variabel yang sangat berpengaruh terhadap pemberian VAR/SAR sesuai SOP dan terhadap kematian karena rabies. Variabel tersebut adalah jenis luka gigitan dan keadaan hewan. Penular utama adalah hewan anjing. Jenis luka gigitan sangat menentukan indikasi pemberian VAR/SAR sesuai dengan SOP secepat mungkin. Demikian juga keadaan hewan penggigit, bila keadaan hewan lari/mati/dibunuh tanpa pemeriksaan laboratorium/diobservasi/ laboratorium positif maka ini merupakan indikasi kuat untuk pemberian VAR/SAR. Dari pengamatan sebanyak 4708 kasus gigitan hewan penular rabies yang terjadi/tercatat selama periode 1989-1993 di Kodya dan Kab. Bandung ternyata hanya didapat 11 kematian. Keadaan ini menunjukkan tingkat efektivitas yang sangat tinggi didalam penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular
rabies. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai S0P (yang mengaca pada SOP yang dibuat WHO) menunjukkan efektivitas sebesar 99,76% dalam menekan kematian karena rabies. Padahal kegagalan penetapan indikasi pemberian VAR/5AR dapat menyebabkan kematian 100X. Penerapan pemberian VAR/SAR sesuai SOP secara tepat dalam penanganan kasus gigitan hewan penular rabies, dapat menekan angka kematian sampai dengan 0,0055%.
Para petugas kesehatan (dokter/paramedis) di Kodya dan Kab. Bandung telah mengenai dan mengetahui dengan melaksanakan SOP dengan benar. Namun demikian agar petugas tetap segar tentang pengetahuan rabies maka perlu dilakukan pelatihan/penyegaran secara teratur.
Hasil yang sudah dapat dicapai di Kodya dan Kab. Bandung dapat dijadikan model serta direplikasikan kedaerah endemic lain.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfirah Syafitri Tiham
"Di rumah sakit merupakan hal yang memerlukan perhatian khusus, untuk menghindari risiko obat kadaluarsa dan rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama yang dapat berujung pada kerugian rumah sakit. Namun, kekurangan persediaan dapat menyebabkan terjadinya stock out sehingga harus dilakukan pemesanan cito dan berakibat pada semakian lamanya waktu tunggu dan penurunan tingkat kepuasan pasien. Laporan ini bertujuan untuk mengetahui sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang termasuk ke dalam kategori slow moving dan fast moving di depo farmasi rawat jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data pengeluaran sediaan farmasi dan BMHP pada setiap depo farmasi rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode januari-maret 2023. Obat kategori fast moving terdiri dari  2 obat non esensial, 7 obat esensial, dan 1 obat vital. Sementara obat slow moving terdiri dari 7 obat esensial dan 3 BMHP.

Availability of drugs in hospitals is a matter that requires special attention, to avoid the risk of drugs being expired and damaged due to storage for too long which can lead to hospital losses. However, a shortage of supplies can cause stock outs so that orders must be made for cito and result in longer waiting times and a decrease in patient satisfaction. This report aimed to determine pharmaceutical preparations and Medical Consumable Materials (BMHP) which were included in the slow moving and fast moving categories at the outpatient pharmacy unit at the Universitas Indonesia Hospital. The method used is to collect data on the release of pharmaceutical preparations and BMHP at each outpatient pharmacy unit at the Universitas Indonesia Hospital for the period January-March 2023. The fast-moving drugs category consisted of 2 non-essential drugs, 7 essential drugs, and 1 vital drug. Meanwhile, slow moving drugs consisted of 7 essential drugs and 3 BMHP."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Berbagai jenis vaksin telah banyak dikembangkan untuk mengatasi dan mencegah penularan penyakit infeksi. Beberapa pendekatan teknologi perancangan vaksin telah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kerumitan penanggulangan penyakit infeksi. Vaksin generasi pertama yang menggunakan mikroba patogen yang dilemahkan telah banyak
digunakan, namun karena pertimbangan keamanan dari vaksin generasi pertama ini maka vaksin generasi kedua yang menggunakan mikroba patogen yang dimatikan, telah dikembangkan. Demikian pula dengan vaksin generasi ketiga yaitu vaksin rekombinan yang terdiri dari protein yang dimurnikan telah dikembangkan dan digunakan. Kemajuan dalam bidang biologi molekuler dan rekayasa genetika telah memungkinkan untuk mengembangkan vaksin generasi keempat yaitu vaksin DNA. Dalam review ini akan dibahas tentang konstruksi dan elemen genetik vaksin DNA, keuntungan dan berbagai kemajuan yang telah dicapai dalam penelitian tentang vaksin DNA.

Abstract
Vaccines have been developed for a range of different infectious diseases. The complexity of microbial infections requires novel approaches to vaccine design. The first-generation of vaccines were live attenuated pathogens. Because of safety concerns, the second-generation of vaccines, chemically or physically inactivated pathogens were later developed. Purified or synthetic proteins represent a third generation, and recent advances in molecular biology and genetic engineering have led to the development of
the fourth vaccine generation, which includes DNA and virus vector-based vaccines. This review discusses on the genetic elements and construction of DNA vaccines, comparison of DNA vaccines and conventional vaccines, the benefits and limitations of DNA vaccines, and the advances of genetic vaccine development over the last
decade."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>