Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180582 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cahyo Setyo Wibowo
"Bioetanol menjadi salah satu bahan bakar alternatif, terbarukan, ramah lingkungan, dan peningkat angka oktana bensin, yang diaplikasikan untuk mesin motor pembakaran dalam. Mesin kendaraan dengan kebutuhan angka oktana yang sesuai, menghasilkan kinerja mesin berupa daya, emisi gas buang, dan konsumsi bahan bakar yang optimal. Penelitian ini menyajikan pengaruh angka oktana bensin yang divariasikan dengan bioetanol terhadap karakteristik bahan bakar, performa mesin, kecepatan pembakaran laminar (Laminar Burning Velocity, LBV) dan optimasinya terhadap variasi kondisi motor Otto 150 cc. Penambahan etanol hingga 40% (E40) menghasilkan peningkatan angka oktana tertinggi pada Bensin 88, sebesar 17.3%. Kinerja mesin optimum didapatkan pada bahan bakar E40 dengan pengaturan Engine Control Unit (ECM) meliputi ignition timing sebesar +2o CA dan fuel injection duration sebesar -10%. Optimasi penambahan etanol terhadap Primary Reference Fuel (PRF), untuk mendapatkan angka oktana (RON) 84, 86, 88, 90, dan 92, menghasilkan persamaan polinomial yang menunjukkan kesesuaian dengan hasil eksperimen menggunakan mesin Cooperative Fuel Research (CFR). Rasio ekuivalen 1,1 menghasilkan LBV tertinggi dibandingkan rasio ekuivalen 1,0 dan 0,9 pada setiap titik angka oktana PRF yang dianalisis.

Diversification of biofuel with bioethanol utilization is necessary to increase energy security and improve environmental air quality. As an octane booster for gasoline, bioethanol is applied to internal combustion engine with an appropriate octane number requirements, producing an optimum engine performance, i.e., power, emissions, fuel consumption. This study investigates the effect of gasoline octane number, which is varied with bioethanol, on fuel characteristics, engine performance, laminar burning velocity (LBV) and its optimization on the Otto engine. Based on the results, the addition of 40% ethanol (E40) resulting in the highest octane number increase in Gasoline 88, up to 17.3%. Optimum engine performance is obtained on E40 fuel blend with Engine Control Unit (ECM) settings, including ignition timing of +2 oCA and fuel injection duration of -10%. Optimizing the addition of ethanol to Primary Reference Fuel (PRF) to get octane numbers (RON) of 84, 86, 88, 90, and 92 produces polynomial equations that show conformity with experimental using the Cooperative Fuel Research (CFR) engine. The 1.1 equivalence ratio resulted in the highest LBV compared to the 1.0 and 0.9 equivalence ratios at each point of the analyzed PRF octane number."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bioetanol menjadi salah satu bahan bakar alternatif, terbarukan, ramah lingkungan, dan peningkat angka oktana bensin, yang diaplikasikan untuk mesin motor pembakaran dalam. Mesin kendaraan dengan kebutuhan angka oktana yang sesuai, menghasilkan kinerja mesin berupa daya, emisi gas buang, dan konsumsi bahan bakar yang optimal. Penelitian ini menyajikan pengaruh angka oktana bensin yang divariasikan dengan bioetanol terhadap karakteristik bahan bakar, performa mesin, kecepatan pembakaran laminar (Laminar Burning Velocity, LBV) dan optimasinya terhadap variasi kondisi motor Otto 150 cc. Penambahan etanol hingga 40% (E40) menghasilkan peningkatan angka oktana tertinggi pada Bensin 88, sebesar 17.3%. Kinerja mesin optimum didapatkan pada bahan bakar E40 dengan pengaturan Engine Control Unit (ECM) meliputi ignition timing sebesar +2o CA dan fuel injection duration sebesar -10%. Optimasi penambahan etanol terhadap Primary Reference Fuel (PRF), untuk mendapatkan angka oktana (RON) 84, 86, 88, 90, dan 92, menghasilkan persamaan polinomial yang menunjukkan kesesuaian dengan hasil eksperimen menggunakan mesin Cooperative Fuel Research (CFR). Rasio ekuivalen 1,1 menghasilkan LBV tertinggi dibandingkan rasio ekuivalen 1,0 dan 0,9 pada setiap titik angka oktana PRF yang dianalisis.
Diversification of biofuel with bioethanol utilization is necessary to increase energy security and improve environmental air quality. As an octane booster for gasoline, bioethanol is applied to internal combustion engine with an appropriate octane number requirements, producing an optimum engine performance, i.e., power, emissions, fuel consumption. This study investigates the effect of gasoline octane number, which is varied with bioethanol, on fuel characteristics, engine performance, laminar burning velocity (LBV) and its optimization on the Otto engine. Based on the results, the addition of 40% ethanol (E40) resulting in the highest octane number increase in Gasoline 88, up to 17.3%. Optimum engine performance is obtained on E40 fuel blend with Engine Control Unit (ECM) settings, including ignition timing of +2 oCA and fuel injection duration of -10%. Optimizing the addition of ethanol to Primary Reference Fuel (PRF) to get octane numbers (RON) of 84, 86, 88, 90, and 92 produces polynomial equations that show conformity with experimental using the Cooperative Fuel Research (CFR) engine. The 1.1 equivalence ratio resulted in the highest LBV compared to the 1.0 and 0.9 equivalence ratios at each point of the analyzed PRF octane number."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaim Kamil Muhammad
"Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan penggunaan etanol sebagai bahan bakar lain dengan proyeksi mencapai 20% pada tahun 2025 pada transportasi. Tetapi dalam pelaksanaannya terkendala oleh ongkos produksi etanol yang tinggi dan pasokan bahan baku yang terbatas di pasar domestik. Kehadiran metanol menjadi salah satu solusi dari masalah tersebut. Manufaktur mesin pembakaran dalam modern memiliki tren menuju mesin yang memiliki efisiensi tinggi dan ramah. Hal ini membuat kebutuhan Research Octane Number (RON) yang semakin tinggi. Nilai RON bensin tertinggi di Indonesia adalah bensin RON 98. Penelitian ini akan mencari efek penambahan metanol dan etanol terhadap bensin RON 89 pada karakterisasi. Berikutnya, penelitian ini akan memberikan perbandingan antara sampel campuran bahan bakar bensin-etanol-metanol dengan produk bensin RON 98 pada unjuk kerja dan emisi. Selain itu, penelitian ini akan memberikan interelasi antara pengujian dan perhitungan pada karakteristik campuran bahan bakar. Pencampuran bensin RON 89 dengan high purity methanol dan fuel grade ethanol digunakan untuk mencapai target RON 98. Komposisi campuran tersebut akan dihitung dengan persamaan Linear Molar Calculation (LMC). Sampel campuran bahan bakar bensin-etanol-metanol akan diuji meliputi karakterisasi, unjuk kerja, dan emisi. Karakterisasi yang digunakan meliputi densitas (ASTM D4052), bilangan oktana riset (ASTM D2699), distilasi (ASTM D86), reid vapour pressure (ASTM D5191). Setelahnya, sampel akan dilanjuti dengan pengujian unjuk kerja dan emisi menggunakan sepeda motor SI 4 stroke 150cc. Pengujian unjuk kerja meliputi torsi (SAE J1349), daya (SAE J1349), dan konsumsi (SNI 7554), sedangkan pengujian emisi meliputi emisi CO2, CO, dan HC dengan menggunakan standar SNI 19-7118.1. Pengujian daya dan torsi dilakukan pada putaran mesin 4000-10000 dengan kenaikan 1000. Berdasarkan hasil penelitian, Sampel bahan bakar campuran bensin-etanol-metanol dapat meningkatkan nilai karakteristik bensin RON 89, mulai dari densitas dengan peningkatan terbesar terjadi pada sampel 5 dengan nilai peningkatan 1,52%, bilangan oktana riset dengan peningkatan terbesar terjadi pada sampel 5 dengan nilai peningkatan 10,57%, dan reid vapor pressure dengan peningkatan terbesar terjadi pada sampel 1 dengan nilai peningkatan 29,75%. Sedangkan pada distilasi, bahan bakar campuran tersebut membuat turun kurva distilasi dari bensin RON 89. Pengujian sampel pada parameter torsi dan daya mengalami peningkatan sebesar 2,13% pada sampel 1 dan 2 dengan putaran mesin 8000 RPM dan 2,84% pada sampel 2 dengan putaran mesin 9000 RPM. Sedangkan pengujian konsumsi jika dibandingkan antara sampel dengan produk, pada variasi kecepatan 90 km/jam terjadi penambahan terkecil dengan angka 6,85% pada sampel 2, pada variasi kecepatan 120 km/jam terjadi reduksi terbesar dengan nilai 3,5% pada sampel 2, dan pada variasi urban sampel 1 memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pengujian emisi jika dibandingkan antara sampel dengan produk, emisi CO2 terjadi peningkatan terkecil pada sampel 3 dengan nilai 9,18%, emisi CO terjadi reduksi terbesar pada sampel 1 dengan nilai 15,67%, emisi HC terjadi reduksi terbesar pada sampel 1 dengan nilai 37,84%. Secara keseluruhan, nilai perhitungan dan pengujian pada densitas dan bilangan oktana riset memiliki nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE) sebesar 0,07% dan 0,85%.

The Indonesian government issued a regulation on ethanol as another fuel with a projected reach of 20% by 2025 in transportation. However, its implementation is constrained by the high cost of ethanol production and the limited supply of raw materials in the domestic market. The presence of methanol is one solution to this problem. Modern internal combustion engine manufacturing has a trend towards high efficiency and low emissions. This makes the need for a higher Research Octane Number (RON). The highest RON value for gasoline in Indonesia is RON 98 gasoline. This study will look for the effect of adding methanol and ethanol to gasoline RON 89 on characterization. Next, this study will compare a sample of gasoline-ethanol-methanol fuel mixture with RON 98 gasoline products on performance and emissions. In addition, this study will provide an interrelation between experiments and calculations on the characteristics of the fuel mixture. Mixing RON 89 gasoline with high purity methanol and fuel-grade ethanol is used to achieve the RON 98 target. The composition of the mixture will be calculated using the Linear Molar Calculation (LMC) equation. Samples of gasoline-ethanol-methanol fuel mixture will be tested, including characterization, performance, and emissions. The characterizations used include density(ASTM D4052), RON(ASTM D2699), distillation(ASTM D86), reid vapor pressure(ASTM D5191). After that, the sample will be continued with performance and emission testing using a 150cc SI 4-stroke motorcycle. Performance tests include torque(SAE J1349), power(SAE J1349), and consumption(SNI 7554), while emission tests include CO2, CO, and HC emissions using the SNI 19-7118.1 standard. Testing of power and torque at 4000-10000 engine speed with 1000 increments. Based on the results of the study, the gasoline-ethanol-methanol mixture can increase the characteristic value of RON 89 gasoline, starting from the density with the largest increase occurring in sample 5 with value 1.52%, the RON with the largest increase occurring in sample 5 with value 10.57%, and the reid vapor pressure with the largest increase occurs in sample 1 with value 29.75%. While in distillation, the mixed fuel makes the distillation curve down from RON 89 gasoline. Sample testing on torque and power parameters increased by 2.13% in samples 1 and 2 with 8000 RPM and 2.84% in sample 2 with 9000 RPM. While the consumption test when compared between samples and products, at a speed variation of 90 km/hour, the smallest addition occurred with 6.85% in sample 2, at a speed variation of 120 km/hour, the largest reduction occurred with a value of 3.5% in sample 2, and in the urban variation sample 1 has the same value. Furthermore, in the emission test when compared between samples and products, CO2 emissions experienced the smallest increase in sample 3 with a value of 9.18%, CO emissions experienced the largest reduction in sample 1 with a value of 15.67%, HC emissions experienced the largest reduction in sample 1 with value 37.84%. Overall, the calculated and tested values for the research density and octane number have Mean Absolute Percentage Error (MAPE) values of 0.07% and 0.85%, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronald Galvin
"Penggunaan bahan bakar fosil yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya menjadi permasalahan yang sedang diperbincangkan dunia. Peningkatan penggunaan bahan bakar fosil ini diiringi dengan produksi yang terus mengalami penurunan. Penggunaan bahan bakar baru terbarukan diproyeksikan untuk mengatasi masalah ketersediaan bakar fossil tersebut. Pencampuran light alcohol dengan gasoline digadang gadang bisa menjadi salah satu opsi pengembangan biofuel untuk mengatasi masalah tersebut. Pencampuran bensin dengan alkohol juga dinilai dapat mengatasi salah satu permasalahan terbesar pada bahan bakar fossil pada lingkungan yakni emisi gas buang. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) sudah merilis Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015 yang di dalamnya menyebutkan bahwa penggunaan bioetanol E5 diwajibkan pada 2020 dengan formulasi 5% etanol dan 95% bensin dan meningkat ke E20 pada 2025. Namun dalam perjalanannya rencana tersebut menghadapi kendala karena terkendala ongkos produksi yang masih tinggi, sehingga kehadiran etanol kurang kompetitif sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan. Salah satu inisiatif yang saat ini sedang dikembangkan untuk mengatasi tantangan tersebut, adalah dengan melakukan pencampuran methanol dan ethanol dengan bahan bakar gasoline. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik, performa dan emisi pada campuran bahan bakar bensin dengan alkohol dengan target RON 95 dengan menggunakan base gasolined dengan RON 89. Campuran bahan bakar terdiri dari gasoline-ethanol-methanol. Komposisi gasoline-ethanol-methanol dengan target RON 95 diperoleh dari kalkulasi menggunakan persamaan Linear Molar Calculation. Penambahan alkohol akan mempengaruhi karakteristik, performa, dan emisi bahan bakar. Akan dilakukan kalkulasi sebagai prediksi nilai densitas dan RON dari campuran bahan bakar gasoline-ethanol-methanol. Hasil kalkulasi tersebut akan dibandingkan dengan hasil pengujian untuk melihat nilai errornya.  Pengujian dilakukan mengacu pada standar masing-masing yakni densitas dengan ASTM D4052, RON dengan ASTM D2699, Distilasi dengan ASTM D86, RVP dengan ASTM D5191, Torsi dan Daya dengan SAE J1349, Konsumsi dengan SNI 7554 dan emisi dengan SNI 19-7118.1. Berdasarkan penelitian ini, nilai karakteristik bahan bakar campuran mengalami peningkatan dari base gasoline dengan meningkatnya total volume alkohol dalam bahan bakar campuran. Pada pengujian densitas, Sampel 3 memiliki peningkatan nilai densitas terbesar dengan nilai 1,07%. Dimana nilai Mean Absolute Percetage Error pengujian dan perhitungan adalah sebesar 0,03%. Begitu juga dengan nilai pengujian pada RON, yang memiliki tren peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah total volume alkohol pada bahan bakar campuran dengan peningkatan terbesar pada Sampel 3 dengan nilai 7,68%. Nilai MAPE pengujian RON adalah sebesar 0,98%. Peningkatan nilai RVP terbesar ada pada Sampel 1 dengan nilai peningkatan sebesar 30,69%. Sementara grafik distilasi dengan pencampuran dengan alkohol, akan membuat penurunan terhapa kurva distilasi. Pengujian unjuk kerja torsi dan daya pada sampel bahan bakar campuran terbesar terdapat pada Sampel 3 di RPM 7000 dan 9000 dengan nilai peningkatan sebesar 1,4% dan 1,46% dibanfingkan dengan produk BBM RON 95. Untuk pengujian konsumsi, penurunan konsumsi terbesar terdapat pada Sample 2 dengan variasi kecepatan konstan 90 km/jam dengan penurunan sebesar 25,5%. Selanjutnya, pengujian emisi jika dibandingkan antara sampel dengan produk, emisi CO2 terjadi peningkatan terbesar pada sampel 1 dengan nilai 20,97%, emisi CO peningkatan terbesar pada sampel 1 dengan nilai 7,21%, emisi HC terjadi  peningkatan terendah terdapat pada sampel 1 dengan nilai 4,37%.

Fossil fuel use has increased yearly, and its availability is a problem that has been discussed worldwide. The use of new renewable fuels is projected to overcome the problem of the availability of fossil fuels. To overcome this problem, mixing light alcohol with gasoline is one option for developing biofuels. Mixing gasoline with alcohol is also considered to overcome one of the fossil fuels problem, which is exhaust emissions. KESDM has released the Permen ESDM No.12- 2015, which states that the use of E5 bioethanol is required in 2020 with a formulation of 5% ethanol and 95% gasoline and increases to E20 in 2025. However, it's not achieved due to the high production cost, so the presence of ethanol was less competitive as an alternative fuel for vehicles. One of the initiatives currently being developed to address these challenges is to mix methanol and ethanol with gasoline. This study aimed to determine the characteristics, performance, and emissions of a gasoline-methanol-ethanol fuel mixture with a target of RON 95 using a gasoline with RON 89 as based. The composition of gasoline-ethanol-methanol is obtained from calculations using the Linear-Molar-Calculation equation. The addition of alcohol will affect the fuel's characteristics, performance, and emissions. Calculations will be made to predict the gasoline-ethanol-methanol fuel mixture's density and RON values. The calculation results will be compared with the experiment results to see the error value. The experiment were carried out according to their respective standards: density (ASTM D4052), RON (ASTM D2699), Distillation (ASTM D86), RVP (ASTM D5191), Torque and Power (SAE J1349), consumption (SNI 7554), and emission (SNI 19-7118.1). This research shows that the characteristic value of the mixed fuel has increased from the gasoline base with the increase in the total volume of alcohol in the mixed fuel. In the density experiment, Sample 3 has the most significant increase in density value with a value of 1.07%, and Mean Absolute Percentage Error of experiment and calculation is 0.03%. RON's experiment also has an increasing trend, with the most significant increase in Sample 3 with a value of 7.68%. The MAPE value of the RON test is 0.98%. The most significant increase in RVP value was in Sample 1, with an increased value of 30.69%. At the same time, mixing alcohol with gasoline will cause a decrease in the distillation curve. The torque and power performance experiment with the highest value found in Sample 3 at RPM 7000 and 9000 with an increase of 1.4% and 1.46% compared to RON 95 fuel products. For consumption testing, the most significant decrease in consumption is in Sample 2, with a constant speed variation of 90 km/hour with a decrease of 25.5%. Furthermore, in emission testing, when compared between samples and products, CO2 emissions experienced the most significant increase in sample 1 with a value of 20.97%, CO emissions were the largest increase in sample 1 with a value of 7.21%, HC emissions experienced the lowest increase in sample 1 with the value of 4.37%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hario Gibran
"Konsumsi bahan bakar minyak yang semakin meninggi setiap harinya membuat permasalahan lain bermunculan seperti emisi yang semakin tinggi dan juga ketersediaan bahan bakar minyak yang tidak dapat bertahan selamanya. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan Permen ESDM No.12/2015 mengenai pemanfaatan bioetanol (E100) sebagai campuran BBM diproyeksikan akan mencapai 5% pada tahun 2020 dan 20% pada tahun 2025 khususnya pada bidang transportasi. Namun dalam pelaksanaannya rencana tersebut terhambat karena terkendala ongkos produksi yang masih tinggi, dan menjadikan etanol kurang kompetitif sebagai bahan bakar alternatif. Salah satu inisiatif yang saat ini sedang dikembangkan untuk mengatasi tantangan tersebut, adalah dengan melakukan pencampuran methanol dan ethanol dengan bahan bakar gasoline. Tujuan dari penilitian ini adalah memahami karakteristik bahan bakar campuran bensin-etanol-metanol dengan target RON 92, memahami perbandingan unjuk kerja dan emisi pada mesin 150cc SI 4 stroke yang menggunakan bahan bakar campuran bensin-etanol-metanol target RON 92 dengan produk RON 92, dan memahami interelasi antara pengujian karakteristik campuran bahan bakar dengan perhitungan karakteristik campuran bahan bakar. Penambahan metanol dan etanol ke dalam base bensin RON 89 dilakukan agar target RON 92 dapat dicapai. Komposisi dari campuran akan dihitung menggunakan persamaan Linear Molar Calculation (LMC). Pengujian yang dilakukan dalam penelitian diantaranya uji karakterisasi, unjuk kerja, dan emisi. Pengujian dilakukan sesuai dengan standarnya masing-masing, diantaranya uji densitas menggunakan ASTM D4052, uji Research Octane Number (RON) menggunakan ASTM D2699, uji distilasi dengan ASTM D86, uji Reid Vapor Pressure (RVP) menggunakan ASTM D5191, uji torsi dan daya menggunakan SAE J1349, uji konsumsi menggunakan SNI 7554, dan uji emisi menggunakan SNI 19-7118.1. Berdasarkan hasil pengujian, semua nilai densitas sampel bahan bakar campuran mengalami kenaikan dari base bensin. Kenaikan nilai densitas tertinggi terjadi pada sampel 3 sebesar 0,45%. Didapatkan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) dari perhitungan nilai densitas dengan pengujian secara keseluruhan sebesar 0,04%. Pada pengujian RON, semua RON sampel bahan bakar campuran mengalami kenaikan dari base bensin. Kenaikan terbesar didapatkan pada sampel 3 sebesar 2,81%. Didapatkan MAPE dari perhitungan nilai RON dengan pengujian secara keseluruhan sebesar 0,29%. Pada pengujian distilasi, didapatkan semua kurva distilasi sampel bahan bakar campuran berada di bawah kurva distilasi base bensin. Pada pengujian RVP, semua RVP sampel bahan bakar campuran mengalami kenaikan dari base bensin. Kenaikan terbesar didapatkan pada sampel 1 sebesar 21,03%. Pada pengujian torsi dan daya, nilai torsi maksimum dan daya maksimum dari semua sampel bahan bakar campuran mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan bahan bakar produk. Kenaikan nilai torsi maksimum dan daya maksimum tertinggi didapat menggunakan sampel 1 sebesar 0,91% dan 1,60%. Pada pengujian konsumsi bahan bakar campuran dibandingkan dengan bahan bakar produk, pada variasi 90km/jam, 120km/jam, dan siklus urban driving didapat kenaikan tertinggi menggunakan sampel 2 sebesar 3,79%; 6,05%; dan 17,83%. Pada pengujian emisi bahan bakar campuran dibandingkan dengan bahan bakar produk. Emisi karbon dioksida mengalami peningkatan terbesar saat menggunakan sampel 2 sebesar 24,74%. Emisi karbon monoksida mengalami penurunan terbesar saat menggunakan sampel 3 sebesar 32,19%. Emisi hidrokarbon mengalami penurunan terbesat saat menggunakan sampel 3 sebesar 29,60%.

Fuel consumption is increasing every day, making other problems arise, such as higher emissions and the availability of fuel oil that can not last forever. Therefore, the government issued Permen ESDM no.12/2015 regarding the utilization of bioethanol as a fuel mixture is projected to reach 5% in 2020 and 20% in 2025, especially in the transportation sector. However, the plan's implementation was hampered due to the constraints of high production costs, which made ethanol less competitive as an alternative fuel. One of the initiatives currently being developed is to mix methanol and ethanol with gasoline. The purpose of this research is to understand the characteristics of gasoline-ethanol-methanol mixture with RON 92 target, the comparison of performance and emissions in 150cc 4 stroke engine that uses gasoline-ethanol-methanol mixture RON 92 target with RON 92 product, and the interrelation between experiments and calculations on the characteristics of the fuel mixture. Adding methanol and ethanol into the base gasoline RON 89 is done so that the target RON 92 can be achieved. The composition of the mixture will be calculated using the Linear molar Calculation (LMC) equation. Tests conducted in the study include characterization, performance, and emissions tests. Tests were conducted under their respective standards, including density using ASTM D4052, Research Octane Number (RON) using ASTM D2699, distillation with ASTM D86, Reid Vapor Pressure (RVP) using ASTM D5191, torque and power using SAE J1349, consumption using SNI 7554, and emission using SNI 19-7118.1. Based on the test results, all the density values of mixed fuel increased from the base gasoline. The highest density increase occurred in sample 3 by 0.45%. Mean Absolute Percentage Error (MAPE) of the density value obtained from the calculation with the comprehensive test is 0.04%. All mixed fuels’ RON value increased from the base gasoline in RON testing. The most significant increase was obtained in sample 3 by 2.81%. MAPE of the value of RON obtained from the calculation with the comprehensive test is 0.29%. In distillation test, all distillation curve of the mixed fuel is obtained below the distillation curve of base gasoline. In RVP testing, all mixed fuels’ RVP values increased from the base gasoline. The most significant increase was obtained using sample 1 at 21.03%. In torque and power testing, the maximum torque and maximum power values of all mixed fuels increased when compared to product fuel. The increase in the maximum torque value and the highest maximum power is obtained using sample 1 at 0.91% and 1.60%. In the fuel consumption test, all mixed fuels will be compared with product fuel, with the variation of 90km/h, 120km/h, and the urban driving cycle obtained the highest increase using sample 2 at 3.79%; 6.05%; and 17.83%. The emissions test will compare all mixed fuels with fuel products. Carbon dioxide emissions increased the most when using sample 2 by 24.74%. Carbon monoxide emissions decreased the most when using sample 3 by 32.19%. Hydrocarbon emissions decreased the fastest when using sample 3 by 29.60%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhel Muhammad
"Penggunaan kendaraan bermotor di Indonesia yang terus meningkat dapat menyebabkan beberapa masalah seperti penurunan kualitas udara dan polusi. Selain itu, peningkatan jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya juga berarti meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil dengan emisi gas buang seperti CO, HC, dan NOx yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Kemudian hal tersebut juga meningkatkan ketergantungan Indonesia akan impor minyak, sehingga pemerintah Indonesia berupaya untuk mencari bahan bakar alternatif yang salah satunya adalah campuran Bioethanol dan Methanol. PT Pertamina juga telah membangun sebuah pilot plant untuk memproduksi GEM 80 yaitu bahan bakar dengan persentase bensin 80%, Bioethanol 5%, dan Methanol 15%. Bioethanol dan bensin yang bersifat polar dan non-polar membutuhkan methanol agar campuran menjadi lebih homogen. Pengujian dilakukan dengan engine test bed pada motor Honda Supra dan pengujian performa uji jalan (road test) pada mobil Toyota Kijang produksi 1998. Berdasarkan hasil pengujian dengan metode engine test bed, penggunaan campuran bioethanol dan methanol pada RON 90 menyebabkan daya dan torsi cenderung mengalami peningkatan. Sedangkan hasil pengujian performa dengan metode uji jalan menyebabkan daya dan torsi cenderung mengalami penurunan. Kemudian penggunaan campuran Bioethanol dan Methanol pada RON 90 dapat menurunkan nilai Coefficient of Variations (COV) pada kendaraan. Berdasarkan metode engine test bed, nilai daya maksimum didapat dari campuran bahan bakar M20 di 8000 RPM dengan nilai 6.67 kW dan nilai torsi maksimum didapat dari campuran bahan bakar M20 di 4000 RPM dengan nilai 8.74 Nm. Berdasarkan metode performa uji jalan, nilai daya maksimum didapat dari campuran bahan bakar E20 di 4733 RPM dengan nilai 39.95 kW dan nilai torsi maksimum didapat dari campuran bahan bakar E20 di 3218 RPM dengan nilai 144.8 Nm.

The increasing use of motorized vehicles in Indonesia can cause several problems such as a decrease in air quality and pollution. In addition, the increase in the number of motorized vehicles every year also means an increase in the use of fossil fuels with exhaust emissions such as CO, HC, and NOx which are harmful to human health. Then it also increases Indonesia's dependence on oil imports, so the Indonesian government seeks to find alternative fuels, one of which is a mixture of Bioethanol and Methanol. PT Pertamina has also built a pilot plant to produce GEM 80, namely fuel with a percentage of 80% gasoline, 5% bioethanol, and 15% methanol. Bioethanol and gasoline which are polar and non-polar require methanol to make the mixture more homogeneous. The tests were carried out with an engine test bed on a Honda Supra and a road test on a 1998 Toyota Kijang. From the results of the test using the engine test bed method, the use of a mixture of bioethanol and methanol on RON 90 causes power and torque to tend to increase. While the test results using the road test cause power and torque to tend to decrease. Then the use of a mixture of Bioethanol and Methanol at RON 90 can reduce the value of the Coefficient of Variations (COV) on the vehicle. Based on the engine test bed method, the maximum power value is obtained from the M20 fuel mixture at 8000 RPM with a value of 6.67 kW and the maximum torque value is obtained from the M20 fuel mixture at 4000 RPM with a value of 8.74 Nm. Based on the road test performance method, the maximum power value is obtained from the E20 fuel mixture at 4733 RPM with a value of 39.95 kW and the maximum torque value is obtained from the E20 fuel mixture at 3218 RPM with a value of 144.8 Nm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Nur Nafi
"Terus meningkatnya angka konsumsi bahan bakar oleh masyarakat Indonesia dalam kurun waktu tahun 2008-2011 patut dikhawatirkan mengingat tingginya ketergantungan ketahanan energi Indonesia pada bahan bakar minyak dan gas bumi. Dari sektor minyak bumi saja, sejak tahun 2008, kuantitas produksinya justru makin menurun dari tahun ke tahun. Untuk mengantisipasi hal tersebut, salah satu langkah solusinya adalah memanfatkan bioethanol sebagai sumber energi alternatif. Pemanfaatan bioethanol pada motor bakar 4 langkah berfokus pada pencampuran bensin dan bioethanol dengan sistem yang sederhana namun memungkinkan kontrol volume sebagai variabel penelitian. Desain penelitian ini memanfaatkan pencampuran bioethanol dengan bensin yang langsung dilakukan pada saat pengkabutan di ruang venturi karburator. Tujuan dari perancangan sistem pencampuran bahan bakar ini nantinya akan digunakan pada penelitian mengenai pengaruh pencampuran bahan bakar bioethanol pada emisi gas buang serta konsumsi bahan bakar dengan variabel berupa kontrol volume bioethanol (7%, 10%, 13%,16%, 20%).

Ever-increasing fuel consumption in Indonesia in span of 2008-2011 should be worried about, considering the high dependency of Indonesian energy sustainability in oil and gas energy. Since 2008, the production quantity in petrolyum sector continue to decline. In anticipation of that, one of the solutions is to utilize bioethanol as a source of alternative energy. The utilization in a 4-stroke engine is to focus on mixing gasoline and bioethanol using a simple system but allowing control volume as research variables. This particular research design utilize the mixing of bioethanol and gasoline which performed directly at the carburateor ventury chamber. This fuel mixer will eventually be used in the correlated research about the effect of controlled-volume bioethanol mix with gasoline towards the engine exhaust gas emission and specific fuel consumption, which varies between 7%, 10%, 13%,16%, 20%. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Try Mulya
"ABSTRACT
Penelitian ini berfokus pada Analisa pengaruh pencampuran bensin bernilai oktan 88 dengan variasi bioetanol terhadap unjuk kerja performance dan specific fuel consumption pada mesin Otto empat langkah satu silinder bervolume 150cc dengan spesifikasi tertentu berstandar pabrikan. Penelitian ini dilakukan dengan metode beban 100 atau WOT Wide Open Throttle dengan perbedaan putaran mesin, yaitu pada putaran mesin 1000 RPM, 1500 RPM, 2000 RPM, dan 2500 RPM. Untuk variasi bahan bakar, penulis menggunakan lima variasi, yaitu E0, E5, E10, E15, dan E20. Torsi torque , daya power dan specific fuel consumption diukur pada masing-masing pengujian. Nilai RON Reasearch Octane Number dan MON Motor Octane Number meningkat sebanding dengan persentase nilai bioetanol yang dicampurkan.

ABSTRACT
This research focus on analysis influence mixing gasoline octane 88 with variations bioetanol to performance and specific fuel consumption on otto four strokes one cylindrical 150cc with certain specifications standard the factories. The methods of study with load 100 or WOT Wide Open Throttle to the difference RPM, where was 1000 rpm, 1500 rpm, 2000 rpm, and 2500 rpm. For variations fuel, researcher used five variations, namely E0, E5, E10, E15, and E20. Torque, power and specific fuel consumption was measured on each tested. Value RON Reasearch Octane Number and MON Motor Octane Number increased proportional to the percentages value bioetanol which mixed. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Yamin
"Semakin meningkatnya konsumsi minyak bumi sebagai bahan bakar membuat sumber energi yang tidak terbaharukan ini semakin menipis. Hal ini membuat kita harus mencari alternative renewable energy, salah satunya adalah bio-ethanol. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengaturan volume ethanol sebagai campuran bahan bakar melalui main jet secara terpisah dengan bensin premium untuk mengetahui pengaruhnya terhadap emisi yang dihasilkan oleh motor. Kadar ethanol yang digunakan adalah E7, E10, E13, E16, dan E20. Dari hasil penelitian ini diharapkan akan diketahui berapa banyak bio-ethanol yang dibutuhan sebagai campuran agar emisi yang dihasilkan menjadi lebih bagus.

As the consumption of petroleum keep increasing, make this unrenewable energy resources met its end. A new alternative renewable energy such as bio- ethanol is needed. In this research, control volume of bio-ethanol as a blend of fuel through main jet with gasoline will be done to find the effect on the emission it produce. The rate of bio-ethanol that will be used are E7, E10, E13, E16, and E20. From this research, how much of bio-ethanol will be needed as a blend to the fuel so the the emission it produce can be better is expected to be known."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faja Taufiqurrahman
"Penggunaan bahan bakar fosil yang begitu tinggi menjadi masalah bagi seluruh dunia. Akan tetapi, hal ini tidak didukung dengan ketersediaan serta produksi bahan bakar fosil yang cukup. Pemerintah Indonesia dengan ini melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No. 12 tahun 2015 yang menyebutkan bahwa pemanfaatan Bioetanol (E100) sebagai campuran BBM diproyeksikan akan mencapai 20% pada tahun 2025 khususnya pada sektor transportasi. Namun dalam pelaksanaanya, hal ini sulit untuk dilakukan karena harga bahan baku yang tinggi, dan belum ada jaminan keberlanjutan pasokan. Metanol dapat menjadi pilihan sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan. Penambahan bensin dengan alkohol dapat menjadi solusi permasalahan lingkungan dari bahan bakar fosil sebagai bahan bakar kendaraan terkait emisi gas buang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari penambahan metanol dan etanol terhadap bensin RON 90 serta komponen penyusunnya, melakukan perbandingan antara base fuel RON 90 dengan sampel bahan bakar campuran bensin-etanol-metanol pada unjuk kerja dan emisi gas buang, melakukan perbandingan antara pengujian dan perhitungan pada sampel bahan bakar campuran. Pencampuran bahan bakar bensin dengan alkohol digunakan untuk mencapai target iso-stoichiometric dengan E-60. Komposisi bensin-etanol-metanol dihitung menggunakan peramaan stoichiometric air to fuel ratio. Sampel campuran bahan bakar yang telah diperoleh akan diuji berdasarkan karakterisasi, unjuk kerja, dan emisi gas buang. Karakteristik yang diuji pada penelitian ini meliputi densitas (ASTM D4052), angka oktan (ASTM D2699), distilasi (ASTM D86), dan reid vapor pressure (ASTM D5191). Pengujian unjuk kerja dan emisi gas buang menggunakan sepeda motor SI engine 4 stroke 150cc. Unjuk kerja yang diuji pada penelitian ini meliputi torsi (SAE J1349), daya (SAE J1349), air to fuel ratio (SAE J1349), dan konsumsi bahan bakar (SNI 7554). Emisi gas buang yang diuji pada penelitian ini meliputi emisi CO2, CO, dan HC yang mengacu pada standar SNI 19-7118.1. Pengujian daya, torsi, dan AFR dilakukan pada kecepatan 4000-10000 RPM. Berdasarkan hasil pengujian, karakteristik sampel bahan bakar campuran mengalami peningkatan terbesar pada densitas pada sampel 1 sebesar 3,30%, dan pada angka oktan dengan peningkatan terbesar pada sampel 1 sebesar 14,46%. Pada reid vapor pressure mengalami peningkatan terbesar pada sampel 4 sebesar 15,23%. Pada distilasi, sampel yang diuji membuat turun kurva distilasi dari bensin RON 90. Pengujian torsi dan daya mengalami penurunan akibat kondisi mesin belum dilakukan optimasi sehingga mengenali bahan bakar campuran sebagai excess air. Penurunan torsi terbesar terjadi pada RPM 8000 pada sampel keempat sebesar 10,5% dan penurunan daya terbesar terjadi pada RPM 9000 pada sampel keempat sebesar 12,29%. Pengujian AFR mengalami peningkatan terbesar pada RPM 4000 pada sampel 4 sebesar 28,04%. Pengujian konsumsi bahan bakar dilakukan pada 3 variasi kecepatan, yaitu 90 km/jam, 120 km/jam, dan siklus urban, mengalami peningkatan terkecil pada nilai rata-rata sebesar 20,09% pada sampel 3. Pengujian emisi jika dibandingkan antara sampel dengan base fuel RON 90, emisi CO2 mengalami peningkatan terbesar pada sampel 4 sebesar 40,58%, emisi CO mengalami penurunan terbesar pada sampel 4 sebesar 97,19% dan emisi HC mengalami penurunan terbesar pada 73,35%.

The high usage of fossil fuels poses a problem for the entire world. However, this is not supported by sufficient availability and production of fossil fuels. The Indonesian government, through the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM), issued Ministerial Regulation No. 12 of 2015, stating that the utilization of Bioethanol (E100) as a blend for fuel is projected to reach 20% by 2025, particularly in the transportation sector. However, in practice, this is difficult to achieve due to high raw material costs and the lack of supply sustainability guarantees. Methanol can be an alternative fuel blend option for vehicles. Adding alcohol to gasoline can provide a solution to environmental issues caused by fossil fuels as vehicle fuel regarding exhaust gas emissions. This study aims to determine the characteristics of adding methanol and ethanol to RON 90 gasoline and its components, compare the performance and exhaust gas emissions between base fuel RON 90 and gasoline-ethanol-methanol blend samples, and compare the testing and calculations of the blend fuel samples. Gasoline blending with alcohol is used to achieve the iso-stoichiometric target with E-60. The composition of gasoline-ethanol-methanol is calculated using the stoichiometric air-to-fuel ratio equation. The obtained blend fuel samples will be tested based on characterization, performance, and exhaust gas emissions. The characteristics tested in this study include density (ASTM D4052), octane number (ASTM D2699), distillation (ASTM D86), and Reid vapor pressure (ASTM D5191). Performance and exhaust gas emissions testing will be conducted using a 4-stroke 150cc SI engine motorcycle. The performance tested in this study includes torque (SAE J1349), power (SAE J1349), air-to-fuel ratio (SAE J1349), and fuel consumption (SNI 7554). The exhaust gas emissions tested in this study include CO2, CO, and HC emissions referring to the SNI 19-7118.1 standard. Power, torque, and AFR testing are conducted at speeds of 4000-10000 RPM. Based on the test results, the characteristics of the blend fuel samples showed the largest increase in density in sample 1, at 3.30%, and the highest increase in octane number in sample 1, at 14.46%. The Reid vapor pressure experienced the largest increase in sample 4, at 15.23%. In the distillation test, the samples caused a downward shift in the distillation curve from RON 90 gasoline. Torque and power testing showed a decrease due to the engine conditions not yet optimized, recognizing the blend fuel as excess air. The largest decrease in torque occurred at 8000 RPM in the fourth sample, at 10.5%, and the largest decrease in power occurred at 9000 RPM in the fourth sample, at 12.29%. AFR testing showed the largest increase at 4000 RPM in sample 4, at 28.04%. Fuel consumption testing was performed at 3 different speeds, namely 90 km/h, 120 km/h, and urban cycle, and the smallest increase was found in the average value at 20.09% in sample 3. In terms of exhaust gas emissions, when compared to the base fuel RON 90, CO2 emissions showed the largest increase in sample 4, at 40.58%, CO emissions showed the largest decrease in sample 4, at 97.19%, and HC emissions showed the largest decrease at 73.35%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>