Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174271 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diannisa Nur Rahma
"Dalam arkeologi, adaptasi tidak hanya dapat terjadi pada organisme, namun juga pada budaya. Budaya menjadi sarana menyesuaikan diri yang cepat dan fleksibel bagi manusia. Salah satu contohnya adalah penyesuaian yang dilakukan oleh masyarakat kolonial Belanda dalam membuat bangunan kantor. Perbedaan lingkungan yang signifikan menurunkan kenyamanan bangunan yang dibuat semata-mata hanya berdasarkan pengetahuan rancang bangun gedung Eropa. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan yang menyesuaikan dengan lingkungan mereka yang baru. Masyarakat kolonial Belanda mewujudkannya melalui pembangunan material budaya berupa kantor dengan bentuk-bentuk yang menyesuaikan dengan iklim tropis. Salah satunya adalah kantor pusat Staatsspoor en Tramwegen di Bandung. Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk menguraikan bentuk-bentuk bangunan kantor pusat SS en Tr di Bandung, serta bentuk-bentuk penyesuaian pada bangunan terhadap kebudayaan dan lingkungan. Untuk mencapai hal tersebut, digunakan analisis bentuk dan analisis komparatif dengan membandingkan bangunan kantor di Bandung dan di Utrecht, Belanda. Hasilnya, terdapat 11 karakteristik bentuk bangunan pada kantor pusat di Bandung dan lima bentuk penyesuaian tidak ditemukan pada bangunan kantor di Utrecht.

In archaeology, adaptation not only can occur in an organism but also culture. Culture becomes a means of swift and flexible adaptation for humans. For instance, the adaptation that was made by the Dutch colonial society in making a building. It appears that constructing a building based on European knowledge of forms resulted in a certain discomfort. On that account, the depiction of their new environment is essential for building construction. The Dutch colonial society manifested it through material cultures such as offices building with formal adaptation to the culture and environment. The Headquarter Offices of Staatsspoor en Tramwegen is one of the exemplifications of the latter. This paper aims to describe the formal aspects of the buildings as well as identify the forms of adaptation from a cultural and environmental perspective. Such results were procured by certain methods of formal and comparative analysis by identifying and comparing the office buildings in Bandung with the one in Utrecht, Netherland. As a result, there are 11 formal characteristics of Headquarter Offices in Bandung, and five forms resulted from an adaptation process that is not found in Headquarter Offices in Utrecht."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Diannisa Nur Rahma
"Dalam arkeologi, adaptasi tidak hanya dapat terjadi pada organisme, namun juga pada budaya. Budaya menjadi sarana menyesuaikan diri yang cepat dan fleksibel bagi manusia. Salah satu contohnya adalah penyesuaian yang dilakukan oleh masyarakat kolonial Belanda dalam membuat bangunan kantor. Perbedaan lingkungan yang signifikan menurunkan kenyamanan bangunan yang dibuat semata-mata hanya berdasarkan pengetahuan rancang bangun gedung Eropa. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan yang menyesuaikan dengan lingkungan mereka yang baru. Masyarakat kolonial Belanda mewujudkannya melalui pembangunan material budaya berupa kantor dengan bentuk-bentuk yang menyesuaikan dengan iklim tropis. Salah satunya adalah kantor pusat Staatsspoor en Tramwegen di Bandung. Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk menguraikan bentuk-bentuk bangunan kantor pusat SS en Tr di Bandung, serta bentuk-bentuk penyesuaian pada bangunan terhadap kebudayaan dan lingkungan. Untuk mencapai hal tersebut, digunakan analisis bentuk dan analisis komparatif dengan membandingkan bangunan kantor di Bandung dan di Utrecht, Belanda. Hasilnya, terdapat 11 karakteristik bentuk bangunan pada kantor pusat di Bandung dan lima bentuk penyesuaian tidak ditemukan pada bangunan kantor di Utrecht.
..... In archaeology, adaptation not only can occur in an organism but also culture. Culture becomes a means of swift and flexible adaptation for humans. For instance, the adaptation that was made by the Dutch colonial society in making a building. It appears that constructing a building based on European knowledge of forms resulted in a certain discomfort. On that account, the depiction of their new environment is essential for building construction. The Dutch colonial society manifested it through material cultures such as offices building with formal adaptation to the culture and environment. The Headquarter Offices of Staatsspoor en Tramwegen is one of the exemplifications of the latter. This paper aims to describe the formal aspects of the buildings as well as identify the forms of adaptation from a cultural and environmental perspective. Such results were procured by certain methods of formal and comparative analysis by identifying and comparing the office buildings in Bandung with the one in Utrecht, Netherland. As a result, there are 11 formal characteristics of Headquarter Offices in Bandung, and five forms resulted from an adaptation process that is not found in Headquarter Offices in Utrecht."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Pujianti
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas pertumbuhan dan peranan dua organisasi buruh yang berbeda konsep tetapi memiliki tujuan akhir yang sama yakni untuk meningkatkan kesejahteraan kaum buruh tambang batubara Ombilin Sawah Lunto agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pada tahun 1920-an pergerakan serikat pekerja seperti PKBT berjalan secara radikal dan revolusioner dengan diwarnai oleh protes-protes terbuka dan terorganisir yang dilakukannya bersama buruh tambang batubara Ombilin Sawah Lunto. Aksi ini juga di dukung oleh partai politik yang bersifat kontra terhadap pemerintah kolonial Belanda. Setelah terjadinya pemberontakan Silungkang 1926/1927 kondisi ini berubah seiring dengan dikeluarkannya peraturan ketat oleh pemerintah. Pergerakan serikat pekerja pun ikut berubah dengan memilih jalan yang lebih lunak yakni kooperatif terhadap pemerintah kolonial. VBSTOL merupakan serikat pekerja yang memilih jalan tersebut. Organisasi buruh ini memilih jalan memperjuangkan nasib kaum buruh melalui dunia pendidikan dengan mendirikan sekolah INS (Indonesisch Nederlandsche School) di daerah Kayu Tanam dan Sawah Lunto.

Abstract
The thesis discusses the development and role of two labor organizations, which basically had different concepts, but actually had the same goal, namely to improve the welfare of the coal mine labors in Ombilin, Sawah Lunto, so that these labors had a chance to get a better life. These study concluded that in the 1920s, the labor movement, such as PKBT had been radical, revolutioner and full of protests. This activities they did together with the labour of the Ombilin Sawah Lunto coalmines. This action was also supported by opposing labour political parties against the Dutch Colonial Government. This situation changed in the year 1926/1927 after the Silungkang uprising since the Colonial Government became more strict. The opposing organization then changed the activities from using force to a more indicate attitude, they were more cooperative to the Government. VBSTOL was the organization which chose the way. This labor organization preferred to improve the labors_ fate through education by establishing INS schools in Kayu Tanam and Sawah Lunto."
2010
S12668
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widis Aiesha Sabila
"Film Spijt! merupakan film yang diadaptasi dari novel karya Carry Slee dengan judul yang sama. Film yang menceritakan tentang kehidupan seorang siswa bernama Jochem yang menjadi korban perundungan dari tiga orang teman sekelasnya ini diliris pada tahun 2013 di Belanda. Penelitian ini berisi analisis bentuk-bentuk perundungan yang diterima Jochem pada sequence tertentu dengan menggunakan teori semiotik. Hasil analisisnya, ditemukan tiga dari empat bentuk perundungan yaitu perundungan fisik, perundungan verbal dan perundungan relasional dengan total jumlah adegan sebanyak enam belas adegan di dalam sebelas sequence. Perundungan fisik terdapat dalam delapan adegan, perundungan verbal terdapat dalam enam adegan dan perundungan relasional terdapat dalam dua adegan.

Spijt! movie is a film adapted from Carry Slee's novel of the same name. The film which tells the life of a student named Jochem who was a victim of abuse from three of his classmates was released in 2013 in the Netherlands. This research discusses analysis of the forms of bullying that accepted by Jochem in certain sequences by using semiotic theory. The results of this analysis, there are three of the four forms of bullying, named physical bullying, verbal bullying and relational bullying. With a total of sixteen scenes in eleven sequences. There are eight scenes of physical bullying, six scenes of verbal bullying and two scenes of relational bullying."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Uli Jati Utami
"Salah satu bangunan suci masa Hindu-Buddha di Nusantara adalah patirthan atau pemandian air suci. Di dalam bangunan suci terpahatkan berbagai jenis ragam hias atau ornamen yang merupakan bentuk hasil dari kesenian yang biasa disebut dengan seni hias, yang bertujuan untuk memperindah suatu bangunan. Ragam hias menjadi suatu pelengkap dan memberikan petunjuk mengenai fungsi dari suatu benda atau bangunan.
Penelitian ini membahas mengenai Patirthan Bebitra di Gianyar yang memiliki ragam hias ornamental. Perumusan masalah yang ada di dalam penelitian ini yang pertama, yaitu mengenai bagaimana bentuk dan keletakan ragam hias di Patirthan Bebitra, kedua mengenai bagaimana fungsi dan kronologi relatif ragam hias pada Patirthan Bebitra. Patirthan Bebitra dibuat pada sebuah lorong buntu yang membentang dengan arah utara-selatan. Lorong terdiri dari dinding sebelah barat dan dinding sebelah timur yang memiliki berbagai macam ragam hias.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data. Keletakan ragam hias yang terpahat pada Patirthan Bebitra berdasarkan urutan keletakannya yang dimulai dari dinding lorong sebelah barat, yaitu dua relief manusia, tiga relief tantri kamandaka dan terakhir jaladawra burung garuda. Kemudian dilanjuti dengan keletakan ragam hias pada dinding lorong sebelah timur yang dimulai dari arah utara ke selatan, yaitu berupa relief kala sungsang, relief raksasa, relief hanoman, relief yang tidak dapat diidentifikasi, relief perempuan, dan relief laki-laki.
Berdasarkan ragam hias yang terpahatkan di Patirthan Bebitra dapat diketahui bahwa patirthan tersebut memiliki 12 relief dan hanya 11 relief yang dapat diketahui bentuknya. Berdasarkan bentuk dan keletakan dari ragam hias yang ada di Patirthan Bebitra maka dapat dikethahui fungsinya, yaitu untuk merefleksi diri petapa atau kaum agamawan sebelum melakukan meditasi dan Patirthan Bebitra ini berasal dari sekitar abad ke-14-15 Masehi.

One of the sacred buildings of the Hindu-Buddhist period in the Archipelago is patirthan or holy water baths. In the sacred building carved various types of decoration or ornaments which are the form of the results of art commonly called ornamental art, which aims to beautify a building. The decoration becomes a complement and gives instructions regarding the function of an object or building.
This study discusses Patirthan Bebitra in Gianyar which has a variety of ornamental ornaments. The first formulation of the problem in this study, which is about how the shape and layout of the ornamental variations in Patirthan Bebitra, secondly about how the function and chronology of the relative decoration in Patirthan Bebitra. Patirthan Bebitra is made in a dead-end alley that runs north-south. The hallway consists of the west wall and east wall which have various kinds of decoration.
The method used in this study, namely data collection, data processing, and data interpretation. The layout of the ornamental sculptures carved on Patirthan Bebitra based on the location of the sequence that starts from the western aisle wall, namely two human reliefs, three reliefs of Kamandaka tantri and finally the eagle bird. Then followed by the placement of decoration on the east hallway wall that starts from north to south, namely in the form of reliefs when breech, giant reliefs, hanoman reliefs, relief that can not be identified, female reliefs, and reliefs of men. Based on the decoration carved on Patirthan Bebitra, it can be seen that the patirthan has 12 reliefs and only 11 reliefs can be identified.
Based on the shape and layout of the various decorations in Patirthan Bebitra, the function can be known, which is to reflect on the ascetic or religious figures before meditating and Patirthan Bebitra originates from around the 14th-15th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rochman Budiasih Effendi
"ABSTRAK
Kebudayaan Hindu beserta agama dan kitab-kitab kesusas_teraannya menyebar ke kepulauan Indonesia pada abad-abad permulaan Masehi. Para pendatang dari India pendukung kebuda_yaan Hindu tersebut diperkirakan berasal dari berbagai kasta, terutama dari ketiga kasta utama : brahmana, ksatriya, dan waiya. Penyebaran kebudayaan Hindu mungkin terjadi karena adanya pernikahan campuran antara pangeran-pangeran India dari golongan ksatria yang membentuk koloni di kepulauan Nusantara ini dengan puteri-puteri para kepala suku pribumi. Dapat pula terjadi pedagang atau saudagar India yang berasal dari kasta waiya membuat permukiman baru di kepuluan Nusan_tara. Karena pergaulan sehari-hari dengan masyarakat setem_pat, maka unsur-unsur kebudayaan Hindu pun diperkenalkan pada masyarakat tersebut. J.C. Van Leur memperkirakan bahwa para brahmana India datang ke Indonesia atas undangan para penguasa atau raja-raja di Indonesia.Siapa pun pembawa kebudayaan Hindu, baik dari golongan brahmana, ksatriya maupun waiya mereka telah memperkenalkan buku-buku suci serta buku-buku kesusasteraan dari kebudayaan tersebut. Buku-buku suci serta buku-buku kesusasteraan Hindu yang berisi ide-ide dan cars berpikir yang berbeda dengan"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
D1628
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
TA3836
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Kalsum
"Skripsi ini bertujuan unuk memaparkan perkembangan homoseksual Rusia dan segala bentuk keterbukaan (self-disclosure) 1991-2007 yang mengalami diskriminasi dari masyarakat. Penulis menggunakan teori self-disclosure yang dikaji dari aspek psikologis dan komunikasi yang dikemukakan oleh Journard dan Devito terkait analisis perkembangan dan pergerakan keterbukaan (self-disclosure) para homoseksual Rusia.

This thesis aims to transform and describes the development of Russian homosexuals and all forms of openness (self - disclosure) from 1991 to 2007 who experienced discrimination from society. The author uses the theory of self - disclosure is examined from the aspect of psychological and communication advanced by DeVito Journard and related analysis and development of the movement of openness (self - disclosure) Russian homosexuals."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42321
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Clinton
"Penelitian ini membahas tentang perlakuan pajak atas biaya litbang di Indonesia dan membandingkan dengan perlakuan pajak atas biaya litbang di negara lain yang mendapatkan insentif pajak. Tujuan dari penelitian ini memetakan bentuk-bentuk insentif pajak di negara lain, dan membandingkan dengan bentuk perlakuan pajak atas biaya litbang pada industri susu di Indonesia. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data wawancara mendalam dan studi kepustakaan.
Hasil dari penelitian ini yaitu bentuk-bentuk insentif pajak di beberapa negara seperti Malaysia , Singapura, India menganut model deduction dalam jumlah yang lebih besar dari Indonesia dan bentuk insentif seperti double deduction di Malaysia dan tax credit seperti di Jepang apabila dibandingkan dengan perlakuan biaya litbang di Indonesia yaitu single deduction lebih menguntungkan secara tax saving apabila diterapkan pada industri susu di Indonesia. Untuk pengeluaran aktiva tetap yang dipakai dalam riset, bentuk insentif seperti penyusutan dipercepat memberikan penghematan pajak di tahun-tahun awal.

This study discusses the tax treatment of R D cost in Indonesia and compared with the tax treatment of R D cost in other countries that receive tax incentives. The purpose of this study mapping the forms of tax incentives in other countries, and comparing the shape of the tax treatment of R D cost to the dairy industry in Indonesia. The approach used in this research is descriptive qualitative data collection methods in depth interviews and literature study.
The results of this study are the forms of tax incentives in some countries such as Malaysia, Singapore, India is a model of deduction in an amount greater than Indonesia and incentives such as double deduction in Malaysia and the tax credit, as in Japan when compared with the treatment of R D cost in Indonesia single deduction that is more advantageous tax saving when applied to the dairy industry in Indonesia. For expenses of fixed assets used in research, incentives such as accelerated depreciation provides tax savings in the early years."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S66083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1992
S25719
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>