Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125414 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noer Triyanto Rusli
"Pendahuluan: Penerapan kewaspadaan standar telah menjadi tantangan besar bagi petugas kesehatan, terutama di negara-negara berkembang, membahayakan keselamatan mereka dan meningkatkan paparan mereka terhadap patogen terkait darah. Mempertimbangkan hal ini, sebuah penelitian dilakukan pada ketidakpatuhan perawat terhadap praktik kewaspadaan standar dengan pengamatan langsung terhadap perilaku perawat.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat terhadap praktik SP.
Metode: Sebuah studi cross-sectional dilakukan pada 120 perawat yang bekerja di sebuah rumah sakit di Palembang. Komponen Health Belief Model dari subjek dicatat melalui kuesioner. Formulir observasi 12 poin menilai kepatuhan SP perawat. Model regresi logistik ganda digunakan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait dengan kepatuhan perawat.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,7% dari peserta memiliki kepatuhan yang baik meskipun lima momen kebersihan tangan perlu ditingkatkan. Studi ini mengungkapkan bahwa proporsi perawat yang bekerja di ruang operasi dan ruang gawat darurat lebih besar daripada proporsi yang bekerja di bangsal lain dalam hal kepatuhan terhadap kewaspadaan standar(OR=2,57, 95% IK 1,51-4,36). Proporsi perawat yang telah menerima pelatihan juga menunjukkan proporsi yang lebih besar dalam kepatuhan terhadap kewaspadaan standar dari mereka yang belum dilatih (OR=2,70, 95% IK 1,07-6.79).
Kesimpulan: Perilaku perawat terhadap SP secara signifikan terkait dengan kecukupan unit pelatihan dan kerja. Disarankan bahwa praktik SP juga dipengaruhi oleh faktor pendukung dan norma subjektif. Pelatihan perawat yang memadai, penyediaan peralatan pencegahan infeksi, dan penilaian pajanan pekerjaan perlu diperkenalkan.

Introduction: The application of standard precautions (SPs) had become a significant challenge for healthcare workers, especially in developing countries, endangering their safety and increasing their exposure to blood-related pathogens.
Objective: This study was aimed at exploring the factors related to nurses‟ compliance with the practice of SP.
Methods: A cross-sectional study was conducted on 120 nurses working at a hospital in Palembang. Health Belief Model components of the subjects were recorded through questionnaires. A 12-point observation form assessed the nurses‟ SP compliance. Multiple logistic regression models were used to explore factors associated with nurses‟ compliance.
Results: The results showed that 56,7% of participants had good compliance, although the five moments of hand hygiene was still needed to be improved. The study revealed that the proportion of the operating room and emergency room nurses who complied to the SPs was larger than the proportion of those who work at the other wards(OR=2.57, 95% CI 1.51-4.36). The proportion of nurses who had received training also showed a larger proportion in compliance with SPs than those who had not been trained (OR=2.70, 95% CI 1.07-6.79).
Conclusion: Nurses‟ behavior to SP was significantly associated with the adequacy of the training and work unit. It is suggested that the practice of SP was also influenced by enabling factors and subjective norms. Adequate training of nurses, provision of infection prevention equipment, and assessment of occupational exposures need to be introduced.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2016
610 PED
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Permasalahan kesehatan di masyarakat terjadi akibat tidak berjalannya fungsi
keluarga secara optimal. Keperawatan keluarga diharapkan dapat membantu
masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gamharan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan keluarga. Pengambilan sampel secara acak dilakukan pada 157
keluarga Kelurahan Ratu Jaya Depok. Penetapan tingkat kebutuhan responden
berdasarkan nilai mean sebagai cut of point. Hasil penelitian berupa kebutuhan
tinggi keluarga terhadap pelayanan keperawatan keluarga meliputi tiga dimensi
yaitu 96.8% terhadap akses pelayanan keperawatan keluarga, 97.5% terhadap
praktik pelayananan keperawatan keluarga, dan 100% terhadap bentuk layanan
keperawatan keluarga. Dengan demikian, keperawatan keluarga perlu
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5851
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi mahasiswa terhadap profesi keperawatan dan motivasi belajar mahasiswa Fakullas Ilmu Kepcrawatan Universitas Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif dengan jumlah sampel 55 orang. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis untuk memperoleh frekuensi dau presentasenya. Dari data yang didapat menunjukkan bahwa mayoritas
responden (64%) memilih FIK karena minat pribadi. Hasil penelitian ini adalah Iebih dari setengah responden (56%) memiiiki persepsi tinggi terhadap profesi keperawatan dan sebagian besar responden (67%) memiliki motivasi belajar rendah. Institusi pendidikan diharapkan sebaiknya lebih mengembangkan variasi metode pembelajaran yang lebih inovatif sehingga Iebih memacu semangat belajar mahasiswa."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5793
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Keperawatan yang merupakan suatu profesi diharapkan dapat berpartisipasi dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Citra keperawatan selama ini dianggap cenderung rendah oleh masyarakat. Perbaikan persepsi masyarakat tentang perawat dan keperawatan dapat ditingkatkan dengan cara peningkatan pengetahuan dan profesionalisme perawat. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk Mengidentifikasi sejauh mana perbandingan persepsi mahasiswa regular FIK UI 2006 tentang profesi keperawatan sebelum kuliah dan setelah mengikuli perkuliahan. Desain penelitian ini adalah diskriptif kooperatif, dimana sampel atau populasi penelitian ini adalah mahasiswa regular 2006 yang berjumlah 114 orang. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2008. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji kuisioner pada kelompok di luar area penelitian, tetapi dengan kondisi dan situasi yang sama dengan area yang akan diteliti. Jumlah sampel yang diuji 30 orang. Hasil dari penelitian didapatkan dari responden sebanyak 114 orang, menunjukkan bahwa sebelum kuliah ada terdapat 43 orang yang mempunyai persepsi negatif tentang profesi keperawatan atau sekitar 37,7 % dan terdapat 71 orang yang mempunyai persepsi positif tentang profesi keperawatan atau sekitar 62,3 %. Sedangkan setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa yang mempunyai persepsi negatif sebanyak 47 orang atau sekitar 41,23 % dan yang mempunyai persepsi positif sebanyak 67 orang atau sekitar 58,77 % dengan p value 0,00, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara sebelum dengan sesudah kuliah di FIK UI tentang profesi keperawatan. Dari hasil penelitian tersebut penulis menyarankan agar diadakannya penelitian pada area yang lebih besar dan pada pelajar SMU sebelum mereka terpapar dengan perkuliahan sehingga didapatkan hasil yang lebih baik, dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang tugas dan peran keperawatan sccara professional."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5903
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Ida Kartanti
"ABSTRAK
Kepuasan kerja merupakan faktor pendorong intensitas tinggal perawat di puskesmas.
Perpindahan dan pergantian perawat dapat mengganggu proses pelayanan kesehatan di
masyarakat. Peran manajer keperawatan diperlukan untuk mendukung iklim kerja yang dapat
meningkatkan kepuasan kerja perawat di puskesmas. Metode penelitian ini adalah kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional pada 35 puskesmas di Kota Depok dengan total 122 perawat
sebagai responden penelitian. Alat bantu yang digunakan adalah kuesioner kepuasan kerja yang
memiliki nilai reliabilitas 0,930 dan 0,970. Hasil yang dicapai yaitu terdapat hubungan yang
signifikan antara kepuasan kerja dengan kepuasan ekstrinsik (OR=7,222; p= 0,005) dan
kepuasan intrinsik (OR=13,176; p< 0,001) pada perawat puskesmas di Kota Depok. Kepuasan
ekstrinsik yang dimaksud adalah kebijakan organisasi, kebijakan administrasi, supervisi,
penghasilan, hubungan interpersonal, dan kondisi kerja. Kepuasan intrinsik yang dimaksud
adalah pencapaian, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan keahlian.
Determinan dari kepuasan kerja perawat adalah kepuasan intrinsik (OR= 15,199; p<0,001)
setelah dikontrol umur. Hal tersebut dapat memberikan masukan yang baik bagi puskesmas
dan dinas kesehatan untuk meningkatkan kepuasan intrinsik dan ekstrinsik perawat puskesmas,
yaitu dengan menerapkan jenjang karir keperawatan komunitas sehingga peningkatan faktor
keahlian (kepuasan intrinsik) dan pendapatan (kepuasan ekstrinsik) perawat puskesmas dapat
terfasilitasi dengan baik.

ABSTRACT
Job satisfaction is a driving factor of nursing intention to stay at primary health care. Retention
and replacement of nurses can disrupt the process of health services in the primary health care.
The role of the nursing manager is needed to support a work climate that can increase nursing
job satisfaction at primary health care. The aim of this research is to find the determinant of
nursing job satisfaction in primary health care in Depok. This research used cross sectional
quantitative methode in thirty-five primary health care in Depok with a total of 122 nurses as
respondents. The tool used was a job satisfaction questionnaire with a reliability value of 0.930
and 0.970. The results was that there is a significant relationship between job satisfaction with
extrinsic satisfaction (OR = 7,222; p<0.05) and intrinsic satisfaction (OR = 13,176; p<0.01)
for nurses in Depok City primary health care. Subvariables of extrinsic satisfaction are
company policies, administrative policies, supervision, salary, interpersonal relations and
working conditions. Subvariables of intrinsic satisfaction are achievement, recognition, work
itself, responsibility and advancement. The determinant of nursing satisfaction at primary
health care in Depok is intrinsic satisfaction (OR=15,199 p<0.01) after controlled by age
variable. This can provide good input for primary health care and health services to increase
intrinsic and extrinsic satisfaction of primary health care nurses so that there is an increase in
job satisfaction of nurses at the Depok City primary health care in particular and health services
in general.
"
2019
T54909
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Mulia Sari
"Terbatasnya waktu respon, penurunan daya tahan tubuh, serta banyaknya prosedur invasif yang dilakukan perawat kepada pasien menjadi penyebab tingginya risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan di instalasi gawat darurat dan ruang perawatan intensif. Insiden infeksi terkait pelayanan kesehatan dapat dicegah dan dihindari melalui penerapan kepatuhan kewaspadaan standar. Namun, tingkat kepatuhan kewaspadaan standar pada perawat masih tergolong rendah. Perilaku kepatuhan kewaspadaan standar pada perawat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor demografi, predisposisi, pemungkin, dan penguat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan kewaspadaan standar pada perawat. Desain riset menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini melibatkan 100 perawat ruang perawatan intensif dan IGD yang dipilih dengan menggunakan metode convenience sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Nilai kepatuhan kewaspadaan standar perawat relatif cukup rendah yaitu sebesar 54.66 (SD = 4.68) atau sekitar 67.89 persen dari total nilai kepatuhan tertinggi. Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa usia (p = 0.939), lama bekerja (p = 0.564), jenis kelamin (p = 0.064), tingkat pendidikan (p = 0.870), unit kerja (p = 0.078), jenjang karir (p = 0.919), pelatihan (p = 0.065), pengetahuan (p = 0.137), sikap (p = 0.738), ketersediaan fasilitas (p = 0.810), standar prosedur operasional (p = 0.229), dan dukungan atasan (p = 0.436) tidak memiliki hubungan yang bermakna. Hanya efikasi diri (p = 0.009) yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kepatuhan kewaspadaan standar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa efikasi diri merupakan faktor yang esensial untuk meningkatkan kepatuhan kewaspadaan standar. Hasil penelitian ini merekomendasikan rumah sakit untuk menyelenggarakan atau menggiatkan program atau aktivitas yang mampu meningkatkan efikasi diri perawat agar tingkat kepatuhan kewaspadaan standar perawat dapat meningkat.

The limited response time, decreased immune system, and many invasive procedures performed by nurses to the patient are responsible for the high risk of healtcare-associated infections (HAIs) in the emergency and intensive care units. The incidence of HAIs can be prevented and avoided through compliance on standard precautions. However, the level of nurses compliance on standard precautions is still low. The compliance on standar precautions can be influenced by several factors, such as demographic, predisposing, enabling, and reinforcing factors. This study aimed to identify factors affecting nurses compliance on standard precautions.  This study used descriptive correlation with cross sectional approach. The study involved 100 intensive care and emergency care nurses who were selected using convenience sampling method. Data were collected using questionnaires. The study revealed that the mean score of nurses compliance on standard precaution was 54.66 (SD = 4.68) or 67.89 percent of the total correct score. The results of the study, furthermore, showed that there was no significant correlation between age (p = 0.939), working experience (p = 0.564), gender (p = 0.064), level of education (p = 0.870), working unit (p = 0.078), level of career (p = 0.919), training (p = 0.065), knowledge (p = 0.137), attitude (p = 0.738), facility (p = 0.810), standard operational procedure (p = 0.229), managerial support (p = 0.436) with standard precaution compliance. Only self-efficacy showed significant correlation with standard precaution compliance (p = 0.009). The study concluded that self- efficacy could increase nurses compliance on standard precautions. The results of the study recommended the hospitals conducting programs or activities that may enhance nurses efficacy, because it can improve nurses compliance on standar precautions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khoirun Nisa
"Penelitian ini membahas tentang analisis kepatuhan minum metadon di klinik metadon Kota Tangerang Banten dengan pendekatan teori Health Belief Model (HBM) tahun 2014. Kepatuhan minum metadon ini dianalisis berdasarkan enam komponen Health Belief Model yaitu Perceived susceptibility (persepsi kerentanan), perceived seriousness (persepsi keseriusan), perceived benefits (persepsi manfaat), perceived barriers (persepsi hambatan), cues to action (isyarat untuk bertindak) dan self efficacy (keyakinan diri). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi.
Penelitian menunjukkan bahwa persepsi kerentanan terhadap heroin masih dirasakan meskipun pasien sudah minum metadon, persepsi keseriusan akibat penggunaan heroin membuat pasien patuh minum metadon, demikian juga dengan persepsi manfaat yang dirasakan oleh pasien setelah minum metadon membuat pasien tetap bertahan dalam pengobatan ini. Hambatan terbesar yang dirasakan pasien untuk tetap patuh minum metadon adalah karena masih sering bertemu dengan teman pengguna. Faktor pelayanan yang baik, nasihat orang terdekat seperti orang tua, anak serta keinginan untuk sembuh merupakan suatu isyarat yang dirasakan pasien untuk patuh minum metadon. Demikian juga dengan keyakinan diri untuk bisa terbebas dari heroin dengan terus mengikuti program metadon juga diungkapkan oleh pasien

This study discusses the compliance analysis of drinking methadone in methadone clinics in the city of Tangerang Banten with theory approach Health Belief Model (HBM) in 2014. Adherence to drink methadone is analyzed based on six components of the Health Belief Model, namely Perceived susceptibility, perceived seriousness, perceived benefits, perceived barriers, cues to action (cue to action) and self-efficacy. This study used qualitative research methods to conduct in-depth interviews, document review and observation.
Research shows that perceptions of susceptibility to heroin is still felt even though the patient was taking methadone, heroin use due to the perception of the seriousness of making adherent patients taking methadone, as well as perceptions of the benefits experienced by patients after drinking methadone made in the treatment of patients survive this. The biggest obstacle is perceived to remain adherent patients taking methadone is because they are often met with the user's friends. Knowledge, good service, the nearest such counsel parents, children and the desire to heal a perceived cues to adherent patients taking methadone. Likewise, the confidence to be free of heroin with a methadone program also continues expressed by patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dini Nurul Hidayati
"Penelitian ini membahas tentang perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan di Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan ditinjau dari teori health belief model. Variabel yang diteliti adalah perilaku pencegahan COVID-19, faktor pemodifikasi (usia, jenis kelamin, pengetahuan) dan persepsi individu (persepsi kerentanan, keparahan, manfaat, hambatan dan self efficacy). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 110 orang mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan dengan menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 68% mahasiswa kesehatan memiliki perilaku pencegahan COVID-19 yang baik dan 31.6% memiliki perilaku pencegahan yang kurang baik. Sedangkan mahasiswa non-kesehatan yang memiliki perilaku pencegahan yang baik adalah 59.7% dan 40.3% memiliki perilaku pencegahan yang kurang baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku pencegahan COVID-19 (p=0.020).

This study discusses about the preventive health behaviours of COVID-19 among students majoring in health and non-health sciences Universitas Indonesia. The objective of this study was to look preventive health behaviour COVID-19 among students majoring in health and non-health sciences based of health belief model. Variabels in this study including preventive behaviour, modifying factors (Age, sex, and knowledge), individual perceived (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, dan perceived barriers and self efficacy). This study using quantitative approaches and cross sectional study methods.The total samples of this study is 110 people of students majoring in health and non-health sciences with purposive sampling method. The result showed that 68% students majoring health sciences are having good preventive behaviour and 31.6% have enough preventive behaviour, while 59.7% the student majoring non-health science have good preventive behaviour and 40.3% have enough preventive behaviour. There was significant associations between sex with preventive health behaviour of COVID-19 (p=0.020)"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>