Ditemukan 119308 dokumen yang sesuai dengan query
Dina Thahirah Widiansyah Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan sintesis turunan asam amino dari asam laurat membentuk senyawa lipoamida. Penelitian ini diawali dengan esterifikasi asam laurat menggunakan dry metanol dan bantuan katalis asam HCl pekat. Selanjutnya, campuran tersebut diekstrasi dengan air untuk mendapatkan fasa organiknya berupa metil laurat dan dimurnikan menggunakan kromatografi kolom. Kemudian metil laurat diamidasi dengan asam amino glisin dan fenilalanin agar dihasilkan senyawa lipoamida glisin-laurat dan fenialanin-laurat. Produk yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan FTIR. Hasilnya menunjukkan bahwa masing-masing produk ester memberikan pita serapan medium vibrasi C-N pada bilangan gelombang 1026,17 cm-1 pada glisin-laurat dan 1015,56 cm-1 pada fenilalanin-laurat. Hasil uji toksisitas melalui metode BSLT terhadap larva Artemia salina L. didapatkan nilai LC50 senyawa lipoamida glisin-laurat dan fenilalanin-laurat, masing-masing sebesar 175,724 ppm, dan 1494,729 ppm. Uji aktivitas antimikroba dari semua produk lipoamida menunjukkan adanya aktivitas antimikroba. Kedua senyawa lipoamida memiliki zona hambat yang sama terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli, sebesar 10 mm, sedangkan senyawa glisin-laurat dan fenilalanin-laurat memiliki zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, secara berurutan 7 mm dan 8 mm.
This study discusses about synthesis of amino acid with lauric acid to form lipoamida compound which has toxicity property. In this research, esterification of lauric acid with dry methanol using concentrated HCl as acid catalyst. Furthermore, the solution was extracted with water to obtain organic phase (methyl laurate) and purified by column chromatography. Then, amidation of methyl laurate with the amino acids, glycine and phenylalanine, respectively. Amidation reaction produces glycine-laurate and phenylalanine-laurate lipoamida compounds. All of ester products were identified using FTIR. The results showed that each lipoamida product gave absorption band C-N at the range of wave number 1026,17 cm-1 for glycine-laurate dan 1015,56 cm-1 for phenylalanine-laurate. The results of the toxicity test using the BSLT method on Artemia salina L. larvae obtained the LC50 values of glycine-laurate and phenylalanine-laurate lipoamida compounds, respectively 175,724 ppm and 1494,729 ppm. Antimicrobial activity test of all lipoamida products had antimicrobial activity. Both lipoamida compounds have the same zone of inhibition for the growth of Escherichia coli bacteria, which is 10 mm. Meanwhile, glycine-laurate and phenylalanine-laurate compounds had zone a inhibition against the growth of Staphylococcus aureus bacteria, respectively 7 mm and 8 mm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Adinda Rizkia
"Di lingkungan sekitar banyak sekali bakteri yang bersifat patogen. Banyak penelitian dilakukan untuk mengembangkan senyawa potensi anti bakteri menggunakan senyawa turunan lipid. Pada penelitian ini, digunakan asam oleat diesterifikasi dengan dry methanol dan katalis basa. Metil oleat yang terbentuk kemudian dioksidasi membentuk diol dengan KMnO4 encer dalam suasana basa, selanjutnya diamidasi menggunakan asam amino glisin dan fenilalanin untuk memperoleh produk lipoamida. Produk diidentifikasi menggunakan KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dan karakterisasi menggunakan FTIR untuk produk hasil sintesis. Produk hasil sintesis diuji toksisitasnya dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) terhadap Artemia salina L dan aktivitas antimikrobanya menggunakan metode difusi kertas cakram terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Hasil uji toksisitas menghasilkan nilai LC50 produk Glisin Oleat Teroksidasi 7.585,78 ppm kategori tidak toksik, dan Fenilalanin Oleat Teroksidasi 104,35 ppm kategori medium toksik. Hasil uji aktivitas antimikroba untuk bakteri Staphylococcus aureus dari produk lipoamida pada Glisin Oleat Teroksidasi dan Fenilalanin Oleat Teroksidasi tanpa pengenceran masing - masing sebesar 11 mm efektivitas sedang, dan untuk bakteri Escherichia coli aktivitas pada Glisin Oleat Teroksidasi dengan pengenceran sebesar 11 mm efektivitas medium dan lipoamida Fenilalanin Oleat Teroksidasi 8 mm efektivitas lemah.
Many bacteria are pathogenic in the environment. Many studies have been carried out to develop potential antibacterial compounds using lipid-derived compounds. This study used oleic acid esterified with dry methanol with basic catalyst. The methyl oleate formed was then oxidized to form a diol with dilute KMnO4 under basic conditions, then amidation using glycine and phenylalanine to obtain lipoamide products. The products were identified using Thin Layer Chromatography (TLC) and characterized using FTIR for the synthesized product. The synthesized product was used for toxicity assay using the BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) method against Artemia salina L and its antimicrobial activity using the paper disc diffusion method bacteria used were Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The LC50 value from the toxicity assay of Oxidized Glycine Oleate 7,585.78 ppm category non-toxic, and oxidized phenylalanine oleate 104.35 ppm category medium toxic. The results of the antimicrobial activity test for Staphylococcus aureus bacteria is seen in the lipoamide Oxidized Glycine Oleate and Oxidized Phenylalanine Oleat without dilution 11 mm each with medium effective, and for Escherichia coli bacteria seen in the Diluted Oxidized Glycine Oleate 10 mm with medium effective and Oxidized Phenylalanine Oleat 8 mm with weak effective."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ayu Asriningati Paryono
"Resistensi antimikroba adalah salah satu masalah utama yang dihadapi oleh berbagai sektor, dimana masalah ini mengancam efektivitas dari upaya pencegahan dan pengobatan dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroba sehingga diperlukan adanya strategi baru untuk mengatasi masalah ini. Salah satu molekul yang secara aktif dipelajari dan dipertimbangkan sebagai strategi alternatif adalah peptida antimikroba yang diproduksi secara alami oleh bakteri yang disebut bakteriosin, terutama yang dihasilkan oleh kelompok Bakteri Asam Laktat (BAL). Penelitian ini bertujuan untuk mengonfirmasi dan mengkarakterisasi bakteriosin dua peptida unik dalam kelas IIb yang diproduksi oleh Streptococcus macedonicus MBF10-2 dengan pendekatan in silico dan konfirmasi sekuens DNA penyandi nonlantibiotiknya. DNA genomik bakteri diesktraksi dari hasil kultur dan gen penyandi nonlantibiotik disekuens dengan metode Sanger. Hasil sekuens dibandingkan dengan sekuens gen penyandi nonlantibiotik hasil Whole Genome Sequencing (WGS) untuk mendeteksi keberadaan mutasi pada sekuens DNA dan asam amino yang dihasilkan. Sekuens asam amino dari kedua peptida kemudian dilakukan pemodelan menggunakan metode de novo, saling ditambatkan, dan divisualisasikan untuk melihat ikatan dan interaksi yang terbentuk. Hasil penambatan Sm1 dengan Sm2 menunjukkan terbentuknya interaksi pada motif A25xxxA29 dan A29xxxG33 dari Sm1, serta S11xxxA15 dan A38xxxA42 dari Sm2. Penambatan kedua peptida dengan sesamanya menunjukkan terbentuknya interaksi di residu Ala-19, motif G8xxxG12, dan motif A25xxxA29 pada Sm1, serta residu Ala-42, Gly-16, dan motif S11xxxA15 pada Sm2 sehingga diprediksi peptida tunggal sudah memiliki aktivitas inhibisi. Prediksi ini perlu ditelusuri lebih lanjut dengan uji in vitro.
Antimicrobial resistance is one of the urgent and growing problems that many sectors are facing which threatens the effectivity of preventive and curative effort on treating diseases caused by microbial infection, thus posing the need to discover a novel strategy in order to tackle the problem. One potential molecule currently being actively studied and considered to be an alternative strategy is an antimicrobial peptide naturally produced by bacteria called bacteriocin, especially those produced by the Lactic Acid Bacteria (LAB) group. This study aims to identify and characterize a unique two-peptide bacteriocin within the class IIb bacteriocin produced by Streptococcus macedonicus MBF10-2 through in silico approach and confirmation of its coding DNA. The bacteria’s genomic DNA was extracted from culture and its bacteriocin-coding DNA was sequenced with Sanger Sequencing method. The sequence result was then compared with the initial Whole Genome Sequencing result to detect any mutation in the DNA and its translated amino acid sequence. The amino acid sequence of the two peptides were then modeled with de novo method, docked with each other, and visualized to see the bonds and interactions formed. The docking result showed interactions within the A25xxxA29 and A29xxxG33 motifs of Sm1 and the S11xxxA15 and A38xxxA42 motifs of Sm2. Docking of each peptide with its own showed interactions in Ala-19, the G8xxxG12 and A25xxxA29 motifs of Sm1 and Ala-42, Gly-16, and the S11xxxA15 motif of Sm2. These interactions pose the possibility that a single peptide might have an inhibition activity of some degree when working on its own. This possibility should be investigated further through an in vitro test."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Naufal Daffa Putra Niado
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji toksisitas dan aktivitas antimikroba ada turunan senyawa asam laurat dengan asam amino glisina dan fenilalanina. Penelitian ini diawali dengan sintesis ester metil-laurat menggunakan metanol dengan bantuan katalis asam HCl pekat. Selanjutnya metil laurat diamidasi dengan asam amino glisina dan fenilalanina.Reaksi amidasi tersebut menghasilkan senyawa lipoamida glisina-laurat dan fenilalanina-laurat. Semua produk lipoamida dikarakterisasi menggunakan KLT dan FTIR. Hasil analisis KLT menunjukkan nilai Rf produk glisina-laurat dan fenilalanina-laurat dengan nilai Rf yang lebih rendah menandakan produk sudah terbentuk, hasil karakterisasi glisina-laurat dan fenilalanina-laurat dengan FTIR masing-masing produk lipoamida menunjukan pita serapan medium vibrasi C-N pada bilangan gelombang 1043 cm-1 Pada glisina-laurat dan 1044 cm-1 Pada fenilalanina-laurat. Dari hasil uji toksisitas dengan metode BSLT terhadap larva Artemia salina L. didapatkan nilai LC50 senyawa glisina-laurat sebesar 358,59 ppm dan fenilalanina-laurat sebesar 281,19 ppm sehingga produk lipoamida yang terbentuk memiliki toksisitas sedang. Uji aktivitas antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli produk glisina-laurat menunjukkan adanya zona hambat sebesar 10 mm dan fenilalanina-laurat sebesar 10 mm. Hasil uji antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus senyawa glisina-laurat dan fenilalanina-laurat menunjukkan zona hambat sebesar 9 mm dan 8 mm, menandakan produk lipoamida yang didapatkan memiliki aktivitas antimikroba lemah dan tidak efektif.
This study aims to examine the toxicity and antimicrobial activity of lauric acid derivatives with amino acids, namely glycine and phenylalanine. This research begings with the esterification of lauric acid using methanol with the help of concentrated HCl acid as a catalyst. Furthermore, the mixture was extracted with water to obtain the organic phase in the form of methyl laurate. Then, amidation of methyl laurate with amino acid, glycine and phenylalanine, respectively. The amidation reaction produces lipoamide compunds glycine-laurate and phenylalanine-laurate. The lipoamide products were characterized using TLC and FTIR. TLC analysis results show the Rf value of glisina-laurate and fenilalanina-laurate product are lower than methyl laurate that indicate that the product has been formed and each lipoamide product has an absorbtion band of C-N medium vibraton at a wave number of 1043 cm-1 for glycine-laurate and 1044 cm-1 for phenylalanine-laurate. The toxicity test result through BSLT metod on Artemia salina L. larvae obtained the Lc50 value on glycine-laurate 358,59 ppm and phenylalanine-laurate 281,19 ppm. In the antimicrobial activity test, glycine-laurate product had an inhibiton zone of 10mm and also phenylalanine-laurate had 10mm against the growth of Escherichia coli. Meanwhile, glycine-laurate and phenylalanine-laurate products have inhibition zones are 9mm and 8mm against the growth of Staphylococcus aureus that indicate lpoamide product is weak and ineffective antimicrobial activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Meilliani Aziza Husna
"Pada penelitian ini dilakukan sintesis ester asam risinoleat-BHA dan asam risinoleat-BHT melalui reaksi esterifikasi Steglich. Sintesis senyawa ester diawali dengan reaksi kopling menggunakan reagen DCC dan katalis DMAP. Terhadap produk yang diperoleh dilakukan pemurnian dengan kromatografi kolom, sehingga didapatkan produk ester murni. Produk ester dikarakterisasi dengan UV-Vis dan FT-IR. Hasil karakterisasi produk ester dengan FT-IR menunjukkan adanya gugus C=O ester pada bilangan gelombang 1730 cm-1 dan 1731 cm-1 pada masing-masing produk ester-BHA dan ester-BHT. Hasil karakterisasi produk ester dengan UV-Vis memperlihatkan adanya pergeseran batokromik terhadap asam risinoleat dan pergeseran hipsokromik terhadap BHA atau BHT. Produk ester yang diperoleh diuji aktivitas toksisitasnya terhadap larva udang Artemia salina L. dengan metode BSLT. Hasil uji BSLT menunjukkan produk ester asam risinoleat-BHA dan asam risinoleat-BHT memiliki nilai LC50 masing-masing sebesar 258 ppm dan 136 ppm yang menujukkan efek toksisitas yang sedang. Hasil uji antimikroba produk ester asam risinoleat-BHA dan asam risinoleat-BHT terhadap bakteri E. coli dan S. aureus menunjukkan aktivitas antimikroba dengan kekuatan yang lemah.
In this research, the synthesis of ricinoleic acid-BHA ester and ricinoleic acid-BHT ester through the Steglich esterification reaction. The synthesis of ester compound began with a coupling reaction using DCC reagent and DMAP catalyst. The product obtained was purified by column chromatography, in order to obtain a pure ester product. The ester products were characterized by UV-Vis and FT-IR. The result of the characterization of ester products with FT-IR showed the presence of C=O ester groups at wave numbers 1730 cm-1 and 1731 cm-1 in the ester-BHA and ester-BHT products, respectively. The ester product with UV-Vis showed a shift in the bathochromic character towards ricinoleic acid and a hypsochromic shift towards BHA or BHT. The ester product obtained was tested for toxicity activity against Artemia salina L. shrimp larvae using BSLT method. The result of BSLT test showed the ester products of ricinoleic acid-BHA and ricinoleic acid-BHT have LC50 values of 258 ppm and 136 ppm, respectively, indicating a moderate toxicity effect. The antimicrobial test results for ricinoleic acid-BHA and ricinoleic acid-BHT ester products against E. coli and S. aureus bacteria showed antimicrobial activity with weak strength."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rofida Aryeni
"Asam oleat merupakan asam lemak yang banyak terkandung dalam minyak zaitun yang memiliki aktivitas antimikroba yang lemah, sehingga perlu adanya modifikasi untuk meningkatkan aktivitasnya. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi asam oleat melalui beberapa tahapan reaksi yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitasnya. Proses sintesis diawali dengan esterifikasi asam oleat membentuk metil oleat dengan menggunakan metanol berlebih dan katalis asam HCl, dilanjutkan hidrasi dengan menggunakan H2SO4 1%, dan terakhir amidasi dengan dietanolamina. Karakterisasi dilakukan menggunakan KLT dan FTIR. Hasil karakterisasi dengan FTIR untuk produk amida-oleat terhidrasi menunjukan adanya pita serapan O-H yang lebar pada bilangan gelombang 3129-3714 cm-1 dan pita serapan C=O amida pada 1620 cm-1 yang menandakan produk amida sudah terbentuk. Dari hasil uji toksisitas terhadap Daphnia magna, diperoleh nilai LC50 pada amida-oleat terhidrasi sebesar 1,43 ppm yang mengindikasikan bahwa produk hasil sintesis mempunyai sifat toksik tinggi. Produk hasil sintesis memiliki sifat toksisitas yang lebih tinggi dari senyawa prekursornya, yaitu asam oleat sebesar 338,38 ppm yang tergolong memiliki toksisitas sedang. Aktivitas antimikroba amida-oleat terhidrasi juga telah ditentukan dengan metode difusi cakram, namun tidak terdeteksi adanya sifat antibakteri terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Oleic acid is a fatty acid that is mostly contained in olive oil which has weak antimicrobial activity, so modifications are needed to increase its activity. In this study, modification of oleic acid was carried out through several reaction steps which were expected to increase its activity. The synthesis process was begun with esterification of oleic acid to form methyl oleate using excess methanol and HCl acid catalyst, continued with hydration using 1% H2SO4, and finally amidation with diethanolamine. Characterization was carried out using TLC and FTIR. The results of characterization by FTIR for hydrated amide-oleic products showed a wide O-H absorption band at wave number 3129-3714 cm-1 and C=O amide absorption band at 1620 cm-1 which indicated the amide product had been formed. From the results of the toxicity test against Daphnia magna, the LC50 value for the hydrated amide-oleate was 1.43 ppm which indicated that the synthetic product had high toxic properties. The synthesized product had higher toxicity than its precursor compound, namely oleic acid of 338.38 ppm which was classified as moderate toxicity. The antimicrobial activity of hydrated amide-oleate was also determined by disc diffusion method, but no antibacterial properties were detected against Staphylococcus aureus and Escherichia coli."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Gladys Hanggorowati Sujatmiko
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai toksisitas dengan metode BSLT berdasarkan prinsip senyawa aktif dan sifat toksiknya yang dapat membunuh larva udang Artemia salina L. sebagai hewan uji. Sintesis senyawa turunan asam risinoleat teroksidasi dengan asam amino, yaitu glisin dan fenilalanin dimulai dengan oksidasi rangkap membentuk diol menggunakan KMnO4 encer dalam suasana basa, esterifikasi dengan dry methanol dengan katalis ZnCl2, dan reaksi amidasi membentuk amida dengan asam amino, glisin atau fenilalanin. Karakterisasi dilakukan menggunakan KLT dan FTIR. Hasil FTIR menunjukkan adanya pita serapan ulur N-H dan O-H yang tumpang tindih pada bilangan gelombang 3474.89 cm-1 pada risinoleat teroksidasi-glisin dan 3306.64 cm-1 pada risinoleat teroksidasi-fenilalanin. Selain itu, terdapat puncak serapan medium CN dan C=O amida sekunder pada masing-masing senyawa produk dengan bilangan gelombang 1276,17 cm-1 dan 1696,41 cm-1 untuk risinoleat teroksidasi-glisin serta 1262,47 cm-1 dan 1614,55 cm-1 pada risinoleat teroksidasi-fenilalanin. Uji Toksisitas BSLT terhadap Artemia Salina L. menghasilkan nilai LC50 dari produk lipoamida glisin dan lipoamida fenilalanin secara berurutan sebesar 117,48 dan 42,65 ppm. Hasil tersebut menunjukkan nilai LC50 < 1000, sehingga dapat dikatakan produk yang dihasilkan memiliki toksisitas tinggi. Uji aktivitas antimikroba dari produk kedua menghasilkan zona penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri E. coli, tetapi tidak memberikan zona penghambatan terhadap bakteri S. aereus. Zona penghambatan terhadap bakteri E. coli yang dihasilkan yaitu 11,5 mm untuk risinoleat teroksidasi-glisin dan 6,5 mm untuk risinoleat teroksidasi-fenilalanin.
This study aims to determine the toxicity value of the BSLT method based on the principle of active compounds and their toxic properties that can kill Artemia salina L. shrimp larvae as test animals. The synthesis of oxidized ricinoleic acid derivatives with amino acids, namely glycine and phenylalanine, begins with double oxidation to form diols using dilute KMnO4 in an alkaline solution, esterification with dry methanol with ZnCl2 catalyst, and the amidation reaction to form amides with amino acids, glycine or phenylalanine. Characterization was carried out using TLC and FTIR. The FTIR results showed that there were overlapping N-H and O-H stretching absorption bands at wave numbers of 3474.89 cm-1 for glycine-oxidized ricinoleic and 3306.64 cm-1 for phenylalanine-oxidized ricinoleic. In addition, there are absorption peaks of CN and C=O secondary amide medium in each product compound with wave numbers 1276.17 cm-1 and 1696.41 cm-1 for glycine-oxidized ricinoleic and 1262.47 cm-1 and 1614.55 cm-1 in phenylalanine-oxidized ricinoleic. BSLT Toxicity Test against Artemia Salina L. produced LC50 values of glycine lipoamide and phenylalanine lipoamide products, respectively, of 117.48 and 42.65 ppm. These results indicate the value of LC50 < 1000, so it can be said that the resulting product has high toxicity. The antimicrobial activity test of the second product resulted in an inhibition zone for the growth of E. coli bacteria, but did not provide an inhibition zone for S. aereus bacteria. The zone of inhibition against E. coli bacteria produced was 11.5 mm for glycine-oxidized ricinoleic and 6.5 mm for phenylalanine-oxidized ricinoleic."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ardhiana Damayanti
"Asam risinoleat diketahui memiliki gugus unik yang dapat dimodifikasi menjadi senyawa lain. Transformasi asam risinoleat ini dapat memengaruhi bioaktivitasnya. Pada penelitian ini, asam risinoleat diubah menjadi senyawa amida (asam risinoleat tereduksi-etanolamina). Senyawa amida telah disintesis melalui reaksi esterifikasi, hidrogenasi, dan amidasi. Asam risinoleat diesterifikasi menggunakan katalis HCl dan metanol. Reaksi dilanjutkan dengan hidrogenasi menggunakan katalis Pd/C dan hidrogen (H2). Amidasi dilakukan terhadap metil risinoleat tereduksi menggunakan etanolamina. Senyawa amida dikarakterisasi menggunakan FTIR. Selanjutnya, Antimikroba telah dilakukan pada bakteri Gram positif Staphylococcus aureus dan Gram negatif Escherichia coli serta uji toksisitas terhadap Daphnia magna. Hasil FTIR menunjukkan adanya puncak serapan C=O amida, C-N, dan N-H yang menandakan senyawa amida telah terbentuk. Hasil aktivitas antimikroba tidak menunjukkan zona hambat pada kedua bakteri. Sebaliknya, hasil uji toksisitas menunjukkan hasil toksik sedang terhadap Daphnia magna dengan nilai LC50 sebesar 3,30 ppm.
Ricinoleic acid is known to have a unique structure and can be modified into other compounds. This transformation of ricinoleic acid can affect its bioactivity. In this research, the ricinoleic acid was converted into an amide compound (reduced ricinoleic acid- ethanolamine). The amide compound was synthesized through esterification, hydrogenation, and amidation. Ricinoleic acid was esterified using methanol and HCl catalyst. Hydrogenation of methyl ester was performed by hydrogen (H2) and Pd/C catalyst. Amidation was carried out on reduced methyl ricinoleate using ethanolamine. The FTIR was used to characterize amide compound. Next, the antimicrobial activity was tested on Gram-positive Staphylococcus aureus and Gram-negative Escherichia coli. The amide compound also tested for its toxicity against Daphnia magna. Characterization using FTIR showed the absorption peaks of C=O amide, C-N, and N-H indicated the formation of an amide compound. The results of antimicrobial activity did not show an inhibition zone in both bacteria. On the other hand, the toxicity test of amide compound has resulted moderately toxic against Daphnia magna with an LC50 value of 3.30 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Bayu Fathul Ilmi
"Senyawa turunan quinoxaline merupakan senyawa heterosiklik yang memiliki beberapa aktivitas biologis seperti antimikroba. Penelitian ini menggunakan variasi senyawa isatin. Isatin dilakukan modifikasi dengan menambahkan klor kedalam cincin benzena. Klorinasi isatin yang dihasilkan adalah senyawa 5-kloroisatin dan 5,7-dikloroisatin dengan massa masing-masing sebesar 1,692 dan 1,905 gram. Senyawa hasil klorinasi isatin telah dikonfirmasi senyawanya dengan identifikasi menggunakan KLT serta uji titik leleh, dan telah dikarakterisasi menggunakan instrumentasi FTIR dan UV-Vis. Senyawa hasil klorinasi digunakan kembali untuk direaksikan melalui reaksi kondensasi dengan o-fenilindiamin untuk membentuk senyawa turunan quinoxaline. Pada penelitian ini juga menggunakan nanopartikel TiO2 sebagai katalis yang dapat meningkatkan yield produk yang terbentuk. Nanopartikel TiO2 disintesis secara hidrotermal dari serbuk TiO2. Nanopartikel TiO2 yang terbentuk telah dikonfirmasi senyawanya dengan karakterisasi menggunakan XRD, TEM dan FTIR. Produk turunan quinoxaline yang terbentuk telah dikonfirmasi senyawanya dengan identifikasi menggunakan KLT dan uji titik leleh serta karakterisasi menggunakan FTIR, UV-Vis dan LCMS. Massa yang dihasilkan dari senyawa turunan quinoxaline 1 sebesar 0,0834 gram, senyawa turunan quinoxaline 2 sebesar 0,0626 gram dan senyawa turunan quinoxaline 3 sebesar 0,036 gram. Pada penelitian ini juga telah diuji aktivitas antimikroba dari senyawa turunan quinoxaline yang dihasilkan. Pengujian aktivitas antimikroba digunakan metode difusi dengan menggunakan bakteri S.aureus dan E.coli, Senyawa turunan quinoxaline memiliki sifat antimikroba yang baik.
Quinoxaline derivatives are heterocyclic compounds that have several biological activities such as antimicrobials. This study uses a variety of isatin compounds. Isatin was modified by adding chlorine to the benzene ring. The chlorinated isatin produced was 5-chloroisatin and 5,7-dichloroisatin with a mass of 1.692 and 1.905 grams, respectively. The compounds resulting from isatin chlorination have been confirmed by identification using TLC and melting point test and have been characterized using FTIR and UV-Vis instrumentation. The chlorinated compounds were reused to be reacted by condensation reactions with o-phenylindiamine to form quinoxaline derivatives. This research also uses TiO2 nanoparticles as a catalyst that can increase the yield of the product formed. TiO2 nanoparticles were hydrothermally synthesized from TiO2 powder. The compound TiO2 nanoparticles formed were confirmed by characterization using XRD, TEM and FTIR. The compound quinoxaline derivatives formed were confirmed by identification using TLC and melting point test and characterization using FTIR, UV-Vis and LCMS. The mass of the quinoxaline 1 derivative was 0.0834 gram, the quinoxaline 2 derivative was 0.0626 gram and the quinoxaline 3 derivative was 0.036 gram. In this study, the antimicrobial activity of the quinoxaline derivative compounds produced was also tested. The antimicrobial activity test used the diffusion method using S. aureus and E. coli bacteria. Quinoxaline derivative compounds have good antimicrobial properties."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nurazizah Putri
"Resistensi antimikroba semakin sulit diatasi karena keterbatasan obat sehingga dibutuhkan sumber lain untuk dijadikan pengobatan alternatif. Telah diketahui bahwa ekstrak daun Averrhoa carambola (A. carambola) atau belimbing manis memiliki aktivitas antibakteri dan antifungi. Penelitian ini bertujuan menguji potensi antimikroba dari fraksi etil asetat daun A. carambola terhadap tiga mikroorganisme yang berasal dari golongan yang berbeda, yaitu Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Candida krusei. Penelitian dilakukan dengan menentukan nilai konsentrasi hambat minimal dan konsentrasi bunuh minimal. Selain itu, dilakukan pengujian efek kombinasi antara fraksi etil asetat daun A. carambola dan obat yang sudah ada. Metode yang digunakan adalah mikrodilusi. Berdasarkan hasil penelitian ini, fraksi etil asetat daun A. carambola tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa ketika digunakan sebagai zat tunggal. Ditemukan efek indifferent ketika fraksi etil asetat daun A. carambola dikombinasikan dengan gentamisin terhadap Staphylococcus aureus pada konsentrasi 15,625 µg/ml dan 31,25 µg/ml dan efek antagonis ketika melebihi konsentrasi tersebut. Efek indifferent juga diamati pada kombinasi fraksi etil asetat daun A. carambola terhadap Pseudomonas aeruginosa. Aktivitas antifungi fraksi etil asetat daun A. carambola terhadap Candida krusei masih belum dapat disimpulkan.
Antimicrobial resistance has been increasingly difficult to treat because of limited drug choices. One of the natural resources known to possess antibacterial and antifungal activities is the leaf extract of Averrhoa carambola (A. carambola) or star fruit. This study aims to evaluate the potential of ethyl acetate fraction of the leaf extract of A. carambola as an antimicrobial against three distinguished microorganisms, which are Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, and Candida krusei. This is conducted by determination of minimal inhibitory concentration and minimal bactericidal/fungicidal concentration. The effect of the A. carambola leaves’ ethyl acetate fraction when combined with existing drugs is also evaluated. The method used is microdilution. Based on this study's results, the ethyl acetate fraction of A. carambola leaves does not possess antibacterial activity against Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa when used alone. When combined with gentamicin, the fraction showed indifference against Staphylococcus aureus at concentrations 15,625 µg/ml and 31,25 µg/ml, but showed antagonism when the concentration is higher than that. Indifference was also observed in the combination of the fraction and gentamicin against Pseudomonas aeruginosa. The antifungal activity of ethyl acetate fraction of A. carambola leaf's extract against Candida krusei could not be determined."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library