Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213173 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Yuanita
"Ekspatriat yang bekerja di Jakarta dituntut untuk memiliki kemampuan beradaptasi dan mengatasi hambatan antarbudaya agar dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik. Keberhasilan adaptasi ini adakalanya membuat ekspatriat menjadikan dirinya culture broker yang menjembatani interaksi antarbudaya dari dua budaya yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan proses adaptasi dan mengidentifikasi kompetensi antarbudaya para ekspatriat industri hulu migas di Jakarta. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif penelitian ini melakukan wawancara terhadap lima subjek penelitian. Kelima subjek dipilih menggunakan metode purposive recruitment dengan pertimbangan tertentu (deliberate) dan juga bersifat luwes (flexible). Hasil penelitian menemukan bahwa tidak semua ekspatriat di Jakarta mengalami culture shock, namun pada akhirnya semua ekspatriat mencapai akulturasi yang ditandai dengan merasa betah bekerja di Jakarta. Keberhasilan adaptasi antarbudaya ini menghasilkan kompetensi antarbudaya yang membuat ekspatriat ada yang mengambil peran sebagai culture broker. Culture broker di Jakarta secara spesifik memiliki ciri-ciri yaitu bilingual, bikultural, multikultural, tertarik pada budaya tuan rumah, yakin bahwa budaya tuan rumah memiliki nilai-nilai khusus, mau mendengarkan pekerja tuan rumah dan mencintai negara tuan rumah. Sebagai catatan tambahan, mereka harus juga memiliki posisi dengan wewenang tertentu secara hierarki dalam organisasi perusahaan (misalnya merupakan pimpinan selevel manajer) untuk dapat menegaskan pengaruh dalam komunikasi walaupun perannya sebagai culture broker dijalani secara kasual dan informal.

Expatriates who work in Jakarta are required to have the abilities to adapt and to overcome intercultural barriers in order to carry out their duties properly. The successful adaptation most likely nurtures expatriates into culture brokers that bridges intercultural interaction of two different cultures. This study aims to describe the process of intercultural adaptation and identify the intercultural competence of expatriates in the upstream oil and gas industry in Jakarta. By using an exploratory qualitative approach, this study convey in-depth interview to five of research subjects It selects five subjects using purposive recruitment with certain considerations (deliberate) and flexibilities. The result of the study states that not all expatriates experienced culture shock, however all expatriates managed to get through culture shock and completed acculturation to the level of enjoying their assignments in Jakarta. This success also allows expatriates to obtain good cultural competencies and take the role as culture brokers. Culture brokers in Jakarta have shown special characteristics, namely being bicultural, bilingual, multicultural, have a high interest to host country’s culture, certain that host country culture has special values, willing to listen the locals employee, and developed a love towards the host country. As an additional note, they must have positions with certain hierarchical authority in the corporate organizations (i.e. leaders at the manager level) to be able to assert impacts in communication even though their role as culture brokers is carried out casually and informally."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayi Inkang Arnik
"Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis adanya aspek-aspek komunikasi antarbudaya yang digambarkan melalui salah satu film Indonesia yang berjudul Ngenest. Analisis dilakukan dengan mengkaitkan lima aspek berbeda yang terdapat di dalam komunikasi antarbudaya, yaitu komunikasi verbal, komunikasi non-verbal, stereotip, etnosentrisme, culture shock, dan adaptasi budaya. Penulis menganalisis dengan memaparkan adegan-adegan pada film Ngenest yang dapat menjelaskan bentuk dari kelima aspek tersebut. Film ini dapat menjelaskan aspek etnosentrisme, stereotip, culture shock, dan adaptasi budaya. Aspek komunikasi verbal dan komunikasi non verbal yang terjadi di dalam film ini tidak menunjukan adanya masalah spesifik terkait komunikasi antarbudaya. Komunikasi di antara dua budaya yang berbeda akan seringkali terjadi di kehidupan sehari-hari, sehingga mempelajari komunikasi antarbudaya dapat memberikan banyak manfaat kepada masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai negara multikultural.

The purpose of this paper is to analyze the aspects of intercultural communication which is represented through one of Indonesian movie Ngenest. The analysis is conducted by relating five different intercultural communication aspects, those are verbal communication, non-verbal communication, stereotype, ethnocentrism, culture shock and cultural adaptation. Writer’s analysis is within enlighten any scenes of Ngenest movie those are able to explain the form of all of five aspects. This movie can define ethnocentrism, stereotype, culture shock and cultural adaptation in one time. Verbal communication and non verbal communication aspects that ensued in this movie do not indicate any intercultural communication specific issue. The communication between two different cultures are often occurred in daily life, so that learning intercultural communication can give many advantages for Indonesian society that is acknowledged as multicultural country."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Karunia Khairunnisa
"ABSTRAK
Berdiri dan berkembangnya perusahaan startup multikultural membuat komunikasi antarbudaya dalam konteks tempat kerja tidak terelakkan. Penelitian kualitatif dengan tipe studi kasus empiris ini bertujuan untuk memahami pengalaman adaptasi dalam komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh karyawan asal Chengdu pada salah satu perusahaan startup di Jakarta dan bagaimana pengalaman adaptasi tersebut berperan dalam pembentukan budaya organisasi yang ada. Dalam studi ini ditemukan bahwa terdapat suatu pola adaptasi yang terbentuk dan berperan penting dalam pembentukan budaya organisasi; dan dengannya pula karyawan asal Chengdu berhasil melakukan proses adaptasi guna menjalankan pekerjaannya dan mencapai tujuan perusahaan.


The establishment and growth of multicultural startup company urge intercultural communication in work place context becomes inevitable. This qualitative research uses empirical case study attempts to comprehend the adaptation experience within intercultural communication that applies to Chengdu employee in a startup company in Jakarta and how the adaptation experience is taking role in order to form the existent organization culture. The study shows the pattern of adaptation and its significance in forming organization culture; within the adaptation pattern, Chengdu employee succeeding the adaptation process to run their job well and achieve the company goals.

"
2019
T52538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Eka Santi
"Perusahaan multinasional sangat erat kaitannya dengan adanya komunikasi antarbudaya dan pertemuan antarbudaya. Setiap budaya memiliki dimensi budaya nasional masing-masing. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam melalui interpretative phenomenological analysis yang bertujuan untuk mengungkapkan pemaknaan pengalaman secara eksploratif bagaimana budaya kerja perusahaan yang dibentuk dalam Hofstede's cultural dimensions yang diimplementasikan oleh jajaran manajemen Jepang dan manajemen lokal di dalam PT. Hanwa Indonesia. Serta untuk mengungkapkan bentuk-bentuk pertemuan antarbudaya Indonesia dan Jepang di dalam PT. Hanwa Indonesia khususnya culture shock, akulturasi, dan komunikasi verbal dan nonverbal yang terikat budaya. Dalam studi ini ditemukan bahwa dimensi yang terbentuk dengan menggunakan Hofstede's cultural dimensions di dalam PT. Hanwa Indonesia yaitu large power distance, strong uncertainty avoidance, femininity, individualism, dan short term orientation. Pertemuan antarbudaya yang terjadi di dalam PT. Hanwa Indonesia yang dialami oleh para manajemen baik manajemen Jepang dan manajemen lokal yaitu culture shock, kemudian setelah melalui masa culture shock terdapat proses akulturasi di dalam perusahaan ini, terakhir adanya proses komunikasi verbal dan nonverbal antar kedua pihak baik manajemen Jepang maupun manajemen lokal. Dengan adanya manajer lokal di dalam PT. Hanwa Indonesia, memiliki fungsi sebagai penghubung antara budaya kerja Jepang dan budaya kerja Indonesia.

In multinational company it is closely related with intercultural communication and intercultural encounters. Each culture has its own national cultural dimension. This study method was conducted qualitatively with in-depth interviews uses interpretative phenomenological analysis which aims to reveal the exploratory meaning of experience of how the work culture of the company formed through Hofstede's cultural dimensions implemented by Japanese management and local management within PT. Hanwa Indonesia. Also to reveal the forms of Indonesian and Japanese intercultural encounters in PT. Hanwa Indonesia especially culture shock, acculturation, and verbal and nonverbal communication. The study showed that Hofstede's cultural dimensions in PT. Hanwa Indonesia are large power distance, strong uncertainty avoidance, femininity, individualism, and short term orientation. Intercultural encounters that occurred in PT. Hanwa Indonesia experienced by both of Japanese management and local management from culture shock, then acculturation process, finally there was verbal and nonverbal communication process between Japanese management and local management. With the presence of local managers, it has a function as a bridge between Japanese work culture and Indonesia work culture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nofella Nanda Auliya
"Komunikasi antarbudaya merupakan interaksi yang terjadi di antara anggota-anggota budaya yang berbeda, misalnya antara suku bangsa, etnik, ras, maupun kelas sosial. Artikel berjudul Komunikasi Antarbudaya dalam Film L'Intouchable ini membahas penggambaran dua budaya yang sangat berbeda, yaitu budaya imigran berkulit hitam dan budaya orang kulit putih di Prancis. Selain itu, artikel ini juga membahas interaksi antar tokoh khususnya dua tokoh utama yang ada dalam film dan tindakan mereka dalam menyikapi perbedaan di antara mereka. Penggambaran budaya dan interaksi antar tokoh dilihat melalui aspek naratif dan aspek sinematografis yang ada dalam film melalui sebuah penelitian dengan metode kualitatif. Hasilnya, komunikasi antarbudaya dalam film ini dapat dikatakan berhasil atau berjalan dengan baik karena adanya toleransi satu sama lain.

The Intercultural communication is an interaction that occurs between members of different cultures, such as between tribes, ethnic, racial, and social classes. The article entitled Intercultural Communication in The Film L'Intouchable discusses two different cultures, specifically the culture of black immigrant and white people in France in modern era. This article also discusses the interaction between characters, especially the two main characters in the film and their way to manage the differences between them. The cultures and interaction between characters seen through narrative aspects and cinematographic aspects in the film with a qualitative research method. As a result, the intercultural communication in this film is successful and goes properly because of the tolerance of each other.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Eko Wicaksono
"ABSTRAK
Kompetensi komunikasi antarbudaya diartikan sebagai suatu kesan bahwa
perilaku dalam suatu interaksi itu efektif dan layak dalam konteks yang ada. Suatu
interaksi dikatakan efektif dan layak selama tujuan atau hasil yang diharapkan dapat
terpenuhi dengan pengorbanan yang relatif rendah dan dilakukan dengan cara-cara
yang selaras dengan nilai, norma, dan ekspektasi dari suatu hubungan. Kompetensi
komunikasi antarbudaya relevan untuk dibicarakan, terutama bagi pemeriksa BPK,
karena mereka sering berinteraksi dengan terperiksa yang memiliki latar belakang
budaya yang berbeda dengan dirinya. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
gambaran mengenai bagaimana kompetensi komunikasi antarbudaya yang dimiliki
oleh pemeriksa BPK, khususnya mereka yang bertugas di Kantor Perwakilan BPK
Provinsi Jawa Timur, ketika melakukan interaksi dan komunikasi dengan terperiksa
yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sampang pada kegiatan pemeriksaan
terinci atas LKPD TA 2015.
Menggunakan strategi studi kasus dan pendekatan kualitatif dengan paradigma
interpretif, penelitian ini meminjam teori atau model kompetensi komunikasi
antarbudaya Brian H. Spitzberg untuk memperoleh pemahaman tentang tema yang
dikaji. Penelitian ini menemukan bahwa, dalam konteks kegiatan pemeriksaan
sebagai tempat kerja atau workplace, pemeriksa BPK telah memiliki motivasi,
pengetahuan dan keterampilan yang efektif dan layak. Kesimpulan ini diperkuat oleh
penilaian terperiksa yang menganggap interaksinya dengan pemeriksa BPK selama
ini telah berjalan dengan layak sehingga hubungan diantara keduanya pun, baik
sebelum ataupun setelah interaksi terjadi, selalu berjalan dengan baik

ABSTRACT
Intercultural communication competence is considered broadly as an
impression that behavior is appropriate and effective in a given context. An
interaction considered to be effective and appropriate as long as the valued goal or
rewards can be accomplished at the minimum costs or alternatives and doing so in an
appropriate manner, based on values, norms, and expectations of a relationship. An
intercultural communication competence is a competence that has relevancy with the
nature of the job of the BPK auditors because they usually interact with an auditee
that culturally has a different background with them. This research is expected to
give a broad picture about how the intercultural communication competence of the
BPK auditors, especially the ones who work in The East Java Representative Office
of BPK, when they are interacting and communicating with the auditee in Sampang
regency, as part of audit work on a local government financial statement of fiscal
year 2015.
Using a case study as a research strategy and a qualitative approach with an
interpretive paradigm, this research elaborate the theme of the study using the Brian
H. Spitzberg?s Model of Intercultural Competence to get an understanding about it.
Later, this research found that, in a given context, the auditors of BPK already have
an effective and appropriate motivation, knowledge, and skills. This conclusion is
being strengthened with the auditee judgmenet that considered his relationship with
the BPK auditors, before or after the interaction took place, has always been good."
2016
T45627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukita Wijaya
"Kehidupan multikultural di Indonesia membuat kerukunan beragama menjadi penting untuk dijaga dengan baik. Kerukunan antar umat beragama dapat dicapai dengan mengadopsi konsep-konsep komunikasi antarbudaya dan peran dari culture broker untuk meminimalisir terjadinya konflik. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pandangan atau standpoint culture broker umat Buddha keturunan Tionghoa mengenai kerukunan beragama di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus, penelitian ini melakukan wawancara terhadap dua subjek penelitian yang merupakan culture broker. Informan S adalah Penyelenggara Agama Buddha di X yang berlokasi di salah satu kabupaten di Indonesia yang bertugas untuk membina, menaungi, membimbing dan bertanggunjawab atas semua kegiatan keagamaan agama Buddha di kabupaten tersebut. Informan RA merupakan akademisi dan Ketua Umum Organisasi Buddha Y. Hasil penelitian menyoroti peran culture broker dalam menjembatani konflik antarbudaya dan kesalahpahaman komunikasi di tengah dinamika sosial Indonesia yang kompleks. Mereka mengadopsi nilai-nilai Buddha seperti Interdependent Origination, Non-Violence Communication (NVC), dan Mindfulness dalam upaya mereka untuk memfasilitasi dialog yang harmonis dan mengurangi konflik. Namun demikian, standpoint dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa kerukunan antarbudaya di Indonesia merupakan hal yang semu. Meskipun beberapa kelompok minoritas tidak merasakan perlakuan diskriminatif secara langsung, tetapi masih terdapat insiden yang tidak adil dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan umat Buddha.

Multicultural life in Indonesia makes it important to maintain religious harmony. Harmony between religious communities can be achieved by adopting the concepts of intercultural communication and the role of culture brokers to minimize conflict. This research aims to explain the views or cultural viewpoints of Buddhists of Chinese descent regarding religious harmony in Indonesia. Using a qualitative approach with a case study research strategy, this research conducted interviews with two research subjects who were culture brokers. Informant S is a Buddhist Religion Organizer in Informant RA is an academic and General Chair of the Buddhist Y Organization. The research results highlight the role of culture brokers in bridging intercultural conflicts and communication misunderstandings amidst Indonesia's complex social dynamics. They adopt Buddhist values ​​such as Interdependent Origination, Non-Violence Communication (NVC), and Mindfulness in their efforts to facilitate harmonious dialogue and reduce conflict. However, the viewpoint of this research also shows that intercultural harmony in Indonesia is a false thing. Although some minority groups do not experience direct discriminatory treatment, there are still incidents of injustice and difficulties in meeting the needs of Buddhists."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sendi Kenia Savitri
"Broker sebagai sebuah konsep telah banyak dipelajari pada berbagai bidang saat ini. Hal ini seolah menutup lintasan sejarah lahirnya broker yang sempat mengalami surut perhatian. Sebagai sebuh konsep yang saat ini kembali menarik perhatian, pertanyaan mengenai siapa broker menjadi perlu diulas seiring perkembangan bidang serta kompleksitas peran yang dijalankan. Menggunakan systematic literature review, karya tulis ini mengeksplorasi naras broker berdasarkan 52 artikel jurnal yang diterbitkan antara tahun 1984-1985. Hasilnya penulis mendapati ada dua cara pandang antropolog dalam mengidentifikasi siapa broker yakni berdasar kemampuan dan subyektifitas profesi. Karya tulis ini juga menemukan berbagai tantangan yang dihadapi broker termasuk poses peranannya yang bread pada dua mata pisau. Broker sebagai pelebur kesenjangan juga perilaku kesewenang-wenangan dan oportunis. Berdasarkan hal ini penulis menyarankan untuk mempertimbangkan bagaimana seseorang dapat menjadi broker untuk melihat keberpihakannya. Karena broker hari ini semakin berkembang dan tetap menemui relevansinya didukung salah satunya melalui wacana pembangunan berkelanjutan.

Brokers as a concept have been widely studied in various fields today. This seems to close the historical path of the birth of brokers who had experienced a decline in attention. As a concept that is currently attracting attention again, the question of who a broker is needs to be reviewed along with the development of the field and the complexity of the role played. Using a systematic literature review, this paper explores the narrative of brokers based on 52 journal articles published between 1984-1985. The results found that there are two anthropological perspectives in identifying who a broker is, namely based on the ability and subjectivity of the profession. This paper also found various challenges faced by brokers including their role poses which are on two sides. Brokers as a smelter of gaps as well as arbitrary and opportunistic behavior. Based on this, the author suggests considering how someone can become a broker to see their bias. Because today's brokers are increasingly developing and continue to find their relevance supported by one of them through the discourse of sustainable development."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dirgantara Reksa Ginanjar
"[ ABSTRAK
Jurnal ini membahas bagaimana komunikasi antar budaya terjadi dalam menerjemahkan sastra Indonesia ke dalam bahasa Inggris oleh penerjemah asing. Dengan mempelajari Yayasan Lontar, penulis mencoba melihat bagaimana para penerjemah asing yang dimiliki Yayasan Lontar dapat menerjemahkan sebuah karya sastra tanpa hanya menerjemahkan secara harfiah, tapi juga menerjemahkan tanpa menghilangkan konteks sosial-politik-budaya yang melekat pada sebuah karya tersebut sebagai bentuk komunikasi budaya yang terjadi.
ABSTRACTThis article will explain will explain how intercultural communication occurs on the process of translating Indonesian literature into English. With Yayasan Lontar as a study-case subject, the writer wants to see how the foreign translator working for Yayasan Lontar could translate the literature not only words by words or sentence to sentence but also to translate it without losing the meaning of social-politics-culture that emerged in the literature as the process of intercultural communication., This article will explain will explain how intercultural communication occurs on the process of translating Indonesian literature into English. With Yayasan Lontar as a study-case subject, the writer wants to see how the foreign translator working for Yayasan Lontar could translate the literature not only words by words or sentence to sentence but also to translate it without losing the meaning of social-politics-culture that emerged in the literature as the process of intercultural communication.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kusmariah Rahayu
"ABSTRAK

 Perusahaan asing X merupakan salah satu pelaku bisnis mancanegara  di sektor perbankan yang mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Dengan berdirinya perusahaan ini, adanya interaksi antarbudaya dalam internal perusahaan berpotensi menimbulkan konflik  antara karyawan Indonesia dengan karyawan Tiongkok. Ting Toomey (dalam Gudykunts dan Kim, 2003) menjelaskan bahwa dalam penyelesaian konflik, individual atau kelompok memiliki situasi khusus untuk menyelamatkan muka atau harga dirinya yang terancam dan dipertanyakan. Penelitian kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus ini memfokuskan pada  face negotiation antara karyawan Indonesia dan Tiongkok dalam meresolusi konflik. Hasil studi menunjukkan bahwa penerapan face negotiation theory tidak bisa seutuhnya diterapkan dalam setiap situasi. Ketika komunikasi antarbudaya melibatkan kepemilikan modal, tendensi penyelamatan muka dapat dilakukan selama tidak menggangu upaya pencapian profit. Pihak-pihak yang terlibat pada komunikasi antarbudaya ketika dihadapkan pada penyelamatan muka tetap mempertahankan tujuan perusahaan


ABSTRACT

 


Foreign company X is one of the foreign company in the banking sector that develops its business in Indonesia. With the establishment of this company, the intercultural communication within the employee caused conflict between Indonesian and Chinese employees themself. Ting Toomey (in Gudykunts and Kim, 2003) explains that in conflict resolution, individuals or groups have special situations to saving their face or threatened and questioned self-esteem. This study  focuses on face negotiations between Indonesian and Chinese employees in resolving conflicts. The results of the study show that the application of a face negotiation theory cannot be fully applied in every situation. When intercultural communication involves capital ownership, the tendency to save face can be done as long as it does not interfere with efforts to capture profits. The parties involved in intercultural communication when faced with saving face still maintain the company`s goals

 

 

"
2019
T54224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>