Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147909 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rithwik Chandur Nathani
"Ada banyak metode yang telah dikembangkan untuk menghasilkan mikrokapsul untuk keperluan enkapsulasi sel punca. Namun, emulsi mikrofluida ditemukan memuaskan karena memungkinkan kita untuk menghasilkan tetesan berukuran rata yang dapat dikontrol secara efisien, di mana bahkan memungkinkan untuk melakukan enkapsulasi sel tunggal di setiap tetesan. Namun proses ini bukan tanpa masalah, terlihat bahwa kapsul mikro mudah larut dalam larutan buffer salin Ca2+/Mg2+. Masalah menunjukkan bahwa kapsul memiliki kekuatan mekanik yang buruk dan tidak stabil. Oleh karena itu, enkapsulasi ganda diperlukan, yang memungkinkan untuk menambahkan lapisan lain ke kapsul yang akan memungkinkan stabilitas lebih baik dan meningkatkan kekuatan mekanik. Di sini, studi awal enkapsulasi lapisan ganda dilakukan dengan menggunakan teknologi Lab-On-Chip dan minyak serta air sebagai bahan pengujian. Studi ini mengeksplorasi penggunaan Chip Polycarbonate (PC) dan Polydimethylsiloxane (PDMS) untuk enkapsulasi lapisan ganda. Simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD) awalnya dilakukan untuk memastikan bahwa laju aliran sesuai untuk pengujian chip dan kemudian chip diuji secara individual dan dikarakterisasi, di mana parameter yang sesuai untuk enkapsulasi lapisan ganda diperoleh dan digunakan untuk menghasilkan sistem enkapsulasi ganda. Hasilnya menunjukkan karakteristik generasi tetesan dari chip individu dan desain sistem dua chip yang sukses yang dapat menghasilkan enkapsulasi lapisan ganda dengan ukuran sekitar 1300 -1700μm. Studi banding juga mengkonfirmasi fenomena yang diamati. Tulisan ini dapat digunakan untuk riset lebih lanjut pada enkapsulasi dua lapis terkendali mengunakan Lab-on-Chip.

There had been many methods developed to generate microcapsules for stem cell encapsulation purposes. However, microfluidic emulsion is found to be satisfactory as it allows us to generate a controllable even sized droplets efficiently, where it is even possible to encapsulate single cell in each droplet. However, this process does not come without a problem, it was noticed that the micro capsules were easily dissolved in a saline buffer solution Ca2+/Mg2+. The issue shows that the capsules had poor mechanical strength and were unstable. Therefore, double encapsulation was introduced, which allows us to add another layer to the capsule with would allow more stability and increase mechanical strength. Here, an initial study of double layer encapsulation is conducted with Lab-On-Chip technology using oil and water as testing materials. This study explores the use of Polycarbonate (PC) and Polydimethylsiloxane (PDMS) Chip for double layer encapsulation. A Computational Fluid Dynamics (CFD) simulation was initially conducted to ensure that flowrates were suitable for chip testing and then the chips are tested individually and characterized, where suitable parameters for double layer encapsulation were obtained and used to generate a double encapsulation system. The result shows the droplet generation characteristics of individual chips and a successful two chip system design that could generate double layer encapsulations with sizes of approximately 1300 -1700μm. Comparative studies also confirmed observed phenomenon. This paper can be used for further studies in controllable double-layer encapsulation using Lab-on-Chip.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Avelia Devina Calista
"Pengembangan pengobatan regeneratif berbasis sel punca banyak dikembangkan karena sel tersebut dapat memproduksi Sekretom. Mayoritas produk berbasis sel dan gen yang telah dijual berbentuk sediaan injeksi rute parenteral yang memiliki berbagai kekurangan sehingga diperlukan rute alternatif seperti rute indtradermal dengan bentuk sediaan Microneedle yang dapat menembus penghalang stratum corneum. Penelitian ini berfokus pada pengembangan sediaan dissolving microneedle (DMN) untuk penghantaran sekretom dari sel punca mesenkimal dan dilakukan evaluasi secara in vitro, ex vivo dan in vivo sebagai salah satu alternatif terapi regeneratif. DMN dibuat menggunakan metode two-step casting dan tersusun dari dua kombinasi polimer yakni Poli(vinil pirolidon) (PVP) dengan Poli(vinil alkohol) (PVA) dan PVP dengan sodium hialuronat (SH). Evaluasi morfologi, kekuatan mekanis, pelarutan sediaan, kandungan protein dalam sediaan, permeasi, iritasi kulit dan stabilitas dilakukan pada DMN yang telah dibuat. Pada evaluasi morfologi dan kekuatan mekanis diperoleh 2 formula yang memenuhi kriteria penerimaan dan dapat larut dalam waktu kurang dari 10 menit pada kulit porcine. Pada uji kandungan protein kedua formula diketahui bahwa F12 (kombinasi eksipien PVP-SH) mengandung protein lebih banyak daripada F5 (kombinasi PVP-PVA). F5 dapat menghantarkan protein sebesar 100,84% ± 0,88 dan F12 sebesar 99,63% ± 9,21 dalam 24 jam berdasarkan uji permeasi secara in vitro. Selama 4 hari pengamatan uji iritasi kulit tikus Sprague-Drawley, terlihat tidak adanya tanda iritasi seperti edema dan kemerahan setelah aplikasi kedua formula. Berdasarkan uji stabilitas selama 14 hari, terdapat penurunan kemampuan mekanis yang diketahui dari uji kompresi. Kombinasi eksipien PVP-PVA dan PVP-SH dapat membentuk sediaan DMN tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan dapat menghantarkan sekretom.

Development of regenerative therapy based on stem cells is being developed since these cells can produce Secretome. Majority of marketed cellular and gen therapy products are parenteral injectable dosage forms, leading to several limitations that required alternative route such as intradermal route with Microneedle as dosage form which penetrates stratum corneum barrier. This research focused on the development of dissolving microneedles (DMN) for secretome mesenchymal stem cell delivery and have been evaluated by in vitro, ex vivo, and in vivo models as an alternative for regenerative therapy. DMN was made by two-step casting method and composed of two polymer combinations: Poly(vinyl pyrrolidone) (PVP) with Poly(vinyl alcohol) (PVA) and PVP with sodium hyalrunate (SH). Morphology, mechanical strength, dossage dissolution, protein content in dossage form, permeation, skin irritation, and stability evaluation were carried out on the DMN. On morphology and mechanical strength evalation, 2 formulas met the acceptance criteria and dissolved less than 10 minutes in porcine skin. Evaluation of protein content showed that F12 (combination of PVP-SH) have higher protein content than F5 (combination of PVP-PVA). F5 could deliver protein by 100.84% ± 0.88, while F12 by 99.63% ± 9.21 in 24 hours based on in vitro permeation study. After 4 days observation on Sprague-Drawley rat’s skin, there were no signs of irritation such as edema and redness after application of both formulas. Based on stability study after 14 days, mechanical strength of both formulas showed a decline as determined by compression. Combinations of PVP-PVA and PVP-SH were safe to be used as excipients of DMN secretome delivery."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rona Laras Narindra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas sel punca sum-sum tulang manusia setelah dipapar larutan ekstrak scaffold HA/alginat (30/70) atau scaffold HA/alginat/kitosan (30/50/20) selama 24, 48, atau 72 jam. Larutan ekstrak scaffold diuji dengan MTT. Hasil viabilitas sel pada pemaparan 24, 48, atau 72 jam scaffold HA/alginat secara berurutan 78,3±7,90%, 69,4±10,63%, 80,6±10,89%, sedangkan pada scaffold HA/alginat/kitosan secara berurutan 94,2±10,55%, 81,8±13,91%, 96,7±16,28%. Pada waktu pemaparan 24 jam, viabilitas sel antara scaffold HA/alginat dan scaffold HA/alginat/kitosan berbeda bermakna (p<0,05). Viabilitas sel scaffold HA/alginat/kitosan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan viabilitas sel scaffold HA/alginat pada waktu pemaparan 24 jam.

This study aims to determine the viability of human bone marrow stem cells after exposed to the extract solution of HA/alginate (30/70) or HA/alginate/chitosan (30/50/20) scaffolds. The cell viability was evaluated by MTT assay. The cell viability of HA/alginate scaffold on 24, 48, or 72 hour is 78.3±7.90%, 69.4±10.63%, and 80.6±10.89%, respectively, while the cell viability of HA/alginate/chitosan scaffold is 94.2±10.55%, 81.8±13.91%, and 96.7±16.28%, respectively. The cell viability obtained from the HA/alginate and HA/alginate/chitosan scaffold in 24 hour is significantly different (p<0.05). The cell viability of HA/alginate/chitosan scaffold is significantly higher than that of the HA/alginate scaffold in 24 hour."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Chandra
"Pendahuluan. Sel punca mesenkimal merupakan jawaban untuk berbagai penyakit, termasuk orthopedi. Meskipun jumlah terbatas, prosedur invasif, nyeri, dan sel yang relatif sedikit, sumsum tulang masih menjadi sumber utama. Adiposa menjadi alternatif menjanjikan dengan kemampuan sebanding. Dengan meningkatnya harapan hidup, jumlah pasien tua meningkat dan menjadi sangat potensial untuk aplikasi sel punca. Namun, timbul kontroversi mengenai kualitas sel punca pada penuaan.
Metode Penelitian. Penelitian dilakukan di Unit Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel Punca Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta sejak Oktober 2015 - Maret 2016. 12 subjek dibagi menjadi tiga kelompok usia; 15-30 tahun, 31-40 tahun, dan 41-55 tahun dan dilakukan pengambilan sumsum tulang krista iliaka posterior dan adiposa, kemudian dilakukan isolasi dan kultur sel punca mesenkimal. Peneliti melakukan analisis karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, diferensiasi osteogenik, dan pewarnaan Alizarin. Seluruh data dianalisis dengan SPSS 20.
Temuan Penelitian. Karakteristik biologis dan pewarnaan Alizarin Red menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok usia sama(p>0,05). Waktu penggandaan populasi menunjukkan adanya perbedaan signifikan sel punca mesenkimal sumsum tulang dan adiposa pada kelompok 31-40 tahun(p=0,028) dan 41-55 tahun(p=0,035).
Kesimpulan. Sel punca mesenkimal adiposa menunjukkan karakteristik biologis, waktu penggandaan populasi, dan diferensiasi osteogenik yang konstan. Sel punca mesenkimal sumsum tulang menunjukkan waktu penggandaan populasi yang menurun seiring usia, berbeda dengan karakteristik biologis dan diferensiasi osteogenik. Adiposa dapat menjadi pilihan sumber sel punca mesenkimal pada setiap golongan usia.

Introduction. Mesenchymal stem cell is the answer of many medicine problems, including orthopaedic. Bone marrow is still the main source. Because of limited source, invasive procedure, pain, and relative less cell, adipose will be promising source with equal regenerating and differentiating ability. Along with increasing life expectancy, geriatric population is increasing as well as the potential need for stem cell application. Yet there is still controversy about stem cell quality in aging.
Methods. This study was conducted in Stem Cell Medical Technology Integrated Service Unit Cipto Mangunkusumo General Hospital-Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta, October 2015 - March 2016. 12 patients were divided into 3 age group; 15-30 year, 31-40 year, and 41-55 year. Bone marrow from posterior iliac crest and adipose tissue were collected, mesenchymal stem cell isolation and culture were done subsequently. Biological characterization, Population Doubling Time, osteogenic differentiation, and alizarin red assay were carried out. All data was analyzed using SPSS 20.
Results. No significant difference was observed in biological characteristic and Alizrin red assay of bone marrow and adipose mesenchymal stem cell among age group (p>0.05). There is significant difference in Population Doubling time in 31- 40 year group(p=0.000) and 41-55 year group(p=0.000).
Conclusions. Adipose mesenchymal stem cell had steady biological characteristic, Population Doubling Time, and osteosteogenic differentiation. Bone marrow mesenchymal stem cell had increasing population doubling time in increasing age, apart from biological characteristic and osteogenic differentiation. Adipose could be the source of choice in harvesting mesenchymal stem cell at any age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartiningsih
"Sel punca perinatal saat ini menjadi alternatif yang potensial bagi ketersediaan sel punca, baik dalam bidang riset maupun klinis. Salah satu yang diharapkan adalah Wharton's Jelly dari persalinan preterm yang merupakan sumber sel punca mesenkim. Karakteristik dan ekspresi antigen permukaan HLA-ABC dan HLA-G pada sel punca mesenkim Wharton's Jelly persalinan preterm belum banyak diketahui. Kedua molekul imunomodulator ini turut berperan dalam menentukan sifat supresi imun pada sel mesenkim, yang sangat dibutuhkan pada transplantasi allogenik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi antigen permukaan HLA-ABC dan HLA-G sel punca mesenkim WJ dari persalinan preterm dan dibandingkan pada berbagai suplemen medium kultur. SPM-WJ dikultur dalam medium DMEM 10 FBS, DMEM 10 PRP dan Mesencult. Sel yang telah konfluens dipanen, dan ditumbuhkan kembali pada wadah yang baru pasase dengan medium yang sama. Pada pasase 3 dan 5 dilakukan uji karakteristik antigen permukaan HLA-ABC dan HLA-G dengan menggunakan flowcytometry. Ekspresi HLA-ABC dan HLA-G sampel preterm Wharton's Jelly menunjukkan kecenderungan lebih hypoimmunogenic daripada sampel aterm dan lebih sesuai pada suplemen medium kultur PRP.Sel punca mesenkim WJ dari persalinan preterm dapat digunakan sebagai salah satu alternatif sumber sel punca mesenkim untuk aplikasi terapi regeneratif.

Perinatal stem cells is an potential alternative to the availability of stem cell, both in the research and clinical field. One would have expected is Wharton's Jelly from preterm delivery that is the source of mesenchymal stem cells. Characteristics and expression of surface antigen HLA ABC and HLA G on mesenchymal stem cells derived Wharton's Jelly from preterm delivery little has been known. Both of these immunomodulatory molecules play a role in determining the nature of immune suppression in mesenchymal stem cells, which are needed on the allogenic transplantation. This study aims to determine the expression of surface antigen HLA ABC and HLA G WJ mesenchymal stem cells from preterm delivery and compared on different culture media supplements. WJ MSC was cultured with the followings media DMEM 10 FBS, DMEM 10 PRP and Mesencult. Cells reaching confluence were harvested and regrown in different containers, but with the same media. Cell passaging was carried out until the fifth passage, and the characterization of HLA ABC and HLA G surface antigens were performed on the third and fifth passages. The expression of HLA ABC and HLA G at the Wharton's Jelly preterm samples tends more hypoimmunogenic than the term sample and more appropriate to the culture medium supplement PRP. Mesenchymal stem cells derived Wharton's Jelly from preterm delivery can be used as an alternative source of mesenchymal stem cells for regenerative therapy applications."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahresa Hilmy
"Defek kritis tulang panjang adalah kondisi bagian tulang yang hilang dengan ukuran lebih dari 2 cm dan atau 50% diameter tulang, sehingga sulit untuk mengalami regenerasi. Salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah tindakan transplantasi autologous namun peningkatan risiko morbiditas pada pendonor menyebabkan diperlukannya tata laksana alternatif untuk defek kritis tulang panjang. Penggunaan eksosom sel punca mesenkimal adiposa atau PRF telah menunjukkan hasil yang menjanjikan pada penelitian sebelumnya. Kami bertujuan untuk mengevaluasi efek penggunaan eksosom sel punca mesenkimal adiposa dan PRF terhadap defek kritis tulang panjang pada tikus Sprague-Dawley. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental post-test only control group design pada hewan coba tikus Sprague Dawley. Sampel diambil secara acak dari tikus putih spesies Sprague Dawley jantan yang berusia 8-12 minggu, dengan berat sekitar 250 – 350 gram. Sebanyak 30 ekor tikus dibagi ke dalam 5 kelompok, yaitu kelompok perlakuan hidroksiapatit (HA) dan bone graft (BG) (kelompok I), kelompok perlakuan HA, BG, dan PRF (kelompok II), kelompok perlakuan HA, BG dan eksosom sel punca mesenkimal adiposa (kelompok III), kelompok perlakuan HA, BG, PRF, dan eksosom sel punca mesenkimal adiposa (kelompok IV), dan kelompok perlakuan HA, PRF, dan eksosom sel punca mesenkimal adiposa (kelompok V). Setiap tikus kemudian dibuat defek tulang femur sebesar 5mm yang difiksasi interna menggunakan K-wire ukuran 1,4 mm. Histomorfometri dan BMP-2 dilakukan untuk menilai proses penyembuhan tulang pada setiap kelompok perlakuan. Pada analisis RT-PCR, kelompok IV (HA + BG + eksosom sel punca mesenkimal adiposa) memiliki ekspresi gen BMP-2 tertinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Sebaliknya, kelompok III (HA + BG + eksosom sel punca mesenkimal adiposa + PRF) memiliki tingkat chordin tertinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Secara umum, kelompok yang diintervensi dengan eksosom sel punca mesenkimal adiposa atau PRF memiliki ekspresi BMP-2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Namun, kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan antar kelompok dalam analisis statistik. Pembentukan jaringan ikat pada penyembuhan tulang predominan dibandingkan pembentukan jaringan tulang untuk semua kelompok. Kelompok dengan pemberian kombinasi eksosom sel punca mesenkimal adiposa, PRF, HA menunjukkan hasil yang setara/ekuivalen dengan HA+ BG. Dalam penelitian ini, penggunaan eksosom sel punca mesenkimal adiposa dan/atau PRF telah menunjukkan peningkatan aktivitas osteogenic yang ditunjukkan dengan peningkatan laju penyembuhan tulang. Kuantifikasi BMP-2 dapat menunjukkan aktivitas osteogenic pada tikus yang ditatalaksana dengan eksosom sel punca mesenkimal adiposa, bone graft dan HA. Selain itu, penggunaan eksosom sel punca mesenkimal adiposa yang dikombinasikan dengan PRF menunjukkan efek yang saling mendukung. Hal ini tampak pada kombinasi eksosom sel punca mesenkimal adiposa, PRF, HA tanpa BG menunjukkan hasil yang setara/ekuivalen dengan HA+ BG. Hasil histomorfometri menunjukkan aktivitas osteogenic yang baik pada tikus yang ditatalaksana dengan eksosom sel punca mesenkimal adiposa dan/atau PRF. Namun, efek ini tidak terlalu tampak pada kombinasi eksosom sel punca mesenkimal adiposa, PRF, HA dan BG meskipun hasil ini memiliki tren yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini mendukung sinergi antara eksosom sel punca mesenkimal adiposa dan PRF. Penggunaan PRF dan eksosom sel punca mesenkimal adiposa memiliki luaran histomorfometri dan molekular (BMP-2 dan Chordin) yang sebanding dengan penggunaan bone graft pada defek tulang kritis pada tikus Sprague Dawley.

Critical long bone defects is defined as a defect of over 2 cm or 50% of the bone diameter that leads to a small chance of healing. Autologous bone graft has been proposed as a treatment for critical bone defects in prior studies. However, unreliable results and donor-site morbidity call for an alternative treatment in critical long bone defect. Biological augmentation with ASCs exosome and PRF has shown promising results in bone regeneration in prior studies. We aimed to evaluate the efficacy of ASCs exosome and PRF in treating critical long bone defect in Sprague-Dawley rats. This study was a quasi-experimental post-test only control group design on Sprague-Dawley rats. Samples were taken randomly from male Sprague-Dawley white rats aged 8 to 12 weeks, weighing approximately 250 to 350 grams. A total of 30 rats were divided into 5 groups: hydroxyapatite (HA) and bone graft (BG) treatment group (group I); HA, BG, and PRF treatment group (group II); HA, BG, PRF and ASCs exosome treatment group (group III); HA, BG, and ASCs exosome treatment group (group IV); and HA, PRF, and ASCs exosome treatment group (group V). A 5 mm femur bone defect was created that was internally fixed using a 1.4 mm K-wire threaded. Histomorphometry and BMP-2 was performed to evaluate bone healing process in each group. On RT-PCR analysis, group IV (HA+BG+ASCs exosome) had the highest BMP-2 gene expression compared to other groups. In the contrary, group III (HA+BG+ASCs exosome+PRF) has the highest chordin level compared to other groups. In general, the group intervened by ASCs exosome or PRF has a higher BMP-2 expression compared to control. However, we did not find any significant difference between groups in statistical analysis. Histomorphometry examination showed increased bone healing progression in groups with ASCs or PRF. The use of biological augmentation to increase the speed and rate of bone healing especially in critical bone defect has been shown in previous study. In this study, the use of ASCs exosome and/or PRF has shown increased osteogenic activities that translates into increased rate of bone healing. The quantification of BMP-2 could show the osteogenic activities in rats treated with ACSs exosome with BG and HA. In addition, the use of adipose mesenchymal stem cell exosomes in combination with PRF showed a mutually supportive effect. This was seen in the combination of adipose mesenchymal stem cell exosomes, PRF, HA without BG showed equivalent results with HA + BG. Histomorphometric results showed good osteogenic activity in rats treated with adipose mesenchymal stem cell exosomes and/or PRF. However, this effect was less pronounced in the combination of adipose mesenchymal stem cell exosomes, PRF, HA and BG although this result had a higher trend compared to the control group. This supports the synergy between adipose mesenchymal stem cell exosomes and PRF. The ASCs exosome showed a positive effect on osteogenesis in critical long bone defects in Sprague-Dawley rats."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Pramantha Putra Wijaya
"Pendahuluan: Penelitian in vitro menggambarkan inferioritas osteogenesis SPM adiposa dibandingkan dengan SPM sumsum tulang. Sebaliknya, penelitian in vivo menunjukkan kemiripan potensi osteogenik keduanya. penelitian ini mencoba mengetahui perbedaan kapasitas osteogenik antara keduanya dengan mengukur ekspresi Bone Morphogenetic Protein (BMP)-2 dan BMP Reseptor II, juga proses penyembuhan tulang dengan pengukuran histomorfometri.
Metode: Delapan belas tikus Sprague dawley (SD) dilakukan defek tulang femur 5mm. Tikus dibagi tiga kelompok yang terdiri dari kontrol, implantasi SPM sumsum tulang + Hydroxypatite, dan implantasi SPM adiposa + Hydroxypatite. Tikus dikorbankan pada minggu kedua kemudian penilaian histomorfometri kuantitatif dilakukan dengan Image-J. Paramater yang diukur adalah luas total kalus, % area penulangan, % area kartilago, dan % area fibrosis. Dilakukan penilaian imunohistokimia menggunakan intensitas pewarnaan dan skor Imunoreaktivitas (IRS).
Hasil: Kelompok SPM sumsum tulang menunjukkan ekspresi BMPR II lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Ekspresi BMPR II dianalisis dan didapatkan hasil yang signifikan (p= 0,04) dengan median 4.00 ± 2.75. Kelompok SPM sumsum tulang dan adiposa juga menunjukkan proses penyembuhan tulang yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol (p = 0,001). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara SPM sumsum tulang dan SPM adiposa yang diukur pada % total area kalus (p = 1.000),% area penulangan (p = 1.000),% kartilago (p = 0,493) dan % fibrosis (p = 0,128).
Diskusi: SPM adiposa memiliki kemampuan penyembuhan tulang yang serupa dengan SPM sumsum tulang. Growth factor dan reseptornya penting namun bukan satu-satunya faktor penyembuhan tulang.

Introduction: In vitro studies describe inferior osteogenesis of Adiposes to Bone Marrow Mesenchymal Stem Cell (MSC). Contrary, in vivo studies showing the resemblance of osteogenic potential between both groups. This study tries to investigate the difference of osteogenic capacity between BMSCs and ASCs by quantifying the expression of Bone Morphogenetic Protein (BMP)-2 and BMP receptor (BMPR) II also the bone healing process by histomorphometry measurement.
Methods: Eighteen Sprague dawley (SD) rats were induced with 5mm femoral bone defect, then divided into three groups that consist of Control, Implementation of BMSC+Hydroxypatite, and Implementation of ASC+Hydroxypatite. They were sacrificed after 2 weeks, then performed histomorphometry assessment with Image-J. The measured paramater were total area of callus, % of osseous area, % of cartilage area, and % of fibrotic area. The immunohistochemistry measurement performed by staining intensity and immunoreactivity score (IRS).
Results: The BMSC group showed higher expression of BMPR II compare to others. The expression of BMPR II was analyzed statistically and showed significant result (p=0.04) with median 4.00 ± 2.75. Both BMSC and ASC group have significantly better bone healing process compared with control group (p=0,001). There are no significant differences between ASC and BMSC measured in %total callus area (p=1.000), %Osseous area (p=1.000), %Cartilage area (p=0.493) and % Fibrous area (p=0.180).
Discussions: ASC bone healing ability are similar to BMSC. Growth factor and its receptor are important but not sole contributing factor for bone healing."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan Lipoaspirate mengandung jumlah sel punca mesenkimal yang banyak, sehingga lipoaspirate kini menjadi sumber sel punca mesenkimal yang sangat potensial bagi riset maupun untuk aplikasi klinis. Metode sederhana isolasi sel punca mesenkimal yang dapat diaplikasikan pada laboratorium dasar akan memfasilitasi perkembangan riset sel punca di negara berkembang. Diharapkan, hasil studi ini dapat meningkatkan pengembangan riset sel punca di Indonesia.
Metode Lipoaspirate dicerna dengan enzim collagenase type I kemudian dilakukan filtrasi. Pemurnian sel punca mesenkimal dilakukan dengan mengkultur sel selama 2-3 hari disusul dengan pembuangan supernatan. Konfirmasi populasi yang homogen dilakukan melalui analisis sel dengan metode flowcytometry sesuai dengan kriteria dari Mesenchymal and Tissue Stem Cell Committee of the International Society of Cell Therapy.
Hasil Sel punca mesenkimal yang dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur ini adalah sebanyak 16,41 ± 8,22 x 108 sel per 120 ml lipoaspirate. Sel hasil kultur menunjukan morfologi fibroblastik, sesuai dengan karakteristik sel punca mesenkimal dan berhasil dipurifikasi dari sel lainnya. Hal ini dikonfirmasi dengan analisis flowcytometry yang menunjukan ekpresi CD105, tanpa adanya ekspresi HLA-Class II, CD 45, CD 34, CD14, and CD19.
Kesimpulan Studi ini menunjukan bahwa sel punca mesenkimal dapat diisolasi dari lipoaspirate secara sederhana. Prosedur ini sangat memungkinkan untuk dilakukan di laboratorium dasar.

Abstract
Aim Lipoaspirate, a wasted by product from liposuction procedure recently has been shown to contain abundant mesenchymal stem cells (MSCs). MSCs have been studied in many research areas to regenerate many cell lineages including, myogenic, cardiomyogenic, and angiogenic lineages. The large quantity of MSCs in lipoaspirate, makes it an attractive source for stem cells used in research and clinical applications. A simplified method which is suitable to be performed in a basic laboratory will facilitate development of stem cell research in developing countries. Therefore the outcomes from this study are expected to encourage the progress of stem cell research in Indonesia.
Methods Lipoaspirate was digested using collagenase type I, followed by a basic filtration method. Purification of MSCs was done by cell culture for 2-3 days followed by supernatant removal. To confirm the homogenous population of MSCs, an analysis using flowcytometry was performed based on the MSCs minimal criteria developed by Mesenchymal and Tissue Stem Cell Committee of the International Society of Cell Therapy.
Resuts MSCs were able to be obtained at 16.41 ± 8.22 x 108 cells per 120 ml lipoaspirate. The cultured cells showed fibroblastic morphology which is characteristic for MSCs and were able to be purified from non-MSCs cells. This was confirmed by flowcytometry assay showing expression of CD105 and the absence of HLA-Class II, CD 45, CD 34, CD14, and CD19.
Conclusions This study has shown that it was feasible to isolate messenchymal stem cell from human lipoaspirate. The procedure was practicable to be performed within a basic laboratory. "
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Kristen Maranatha. Fakultas Kedokteran], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
London: Elsevier , 2011
616.027 74 STE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Radiana Dhewayani Antarianto
"Sel induk(Stem Cell) adalah sel pembangun setiap organ dan jaringan tubtih kita. Dia adalah sel yang belum berdiferensiasi, tapi dengan kondisi tepat mampu berkembang inenjadi jaringan khusus dan organ tertentu. Sebdgian besar dari sel-sel jaringan tidak dapat beregenerasi jika rusak berat atau sakit, seperti pada kasus Infark Miokard. Penelitian terbaru mulai berfokus pada sel induk, yang dapat berproliferasi, dan berdiferensiasi menjadi sel otot jantung. Artikel ini bertujuan untuk ineiierangkan transplantasi sel induk pada infark miokard, keniajuan dan kendala yang terdapat dalam btdang kardiotnioplasti selular. (Med J Indones 2005; 15:3-8).

Stem cells are the foundation cells for every organ and tissue in the body. They are undifferenciated cells that under proper conditions begin to develop into specialized tissues and organs. Most of the body's specialized cells cannot be replaced by natural processes if they are seriously damaged or diseased, such as in Myocardial Infarction. Recent interest has focused on stem cells, which can proliferate, and differentiate into cardiomyocytes.This paper aim to provide overview of stem cell transplantation in myocardial infarction, milestones and setbacks in the study of cellular cardiomyoplasty. (Med J Indones 2005; 15:3-8)."
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 15 (1) January-March 2006: 3-8, 2006
MJIN-15-1-JanMarch2006-3
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>