Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186972 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diqha D. Aryana
"Salah satu Langkah untuk mengatasi masalah emisi karbon di Indonesia adalah dengan melakukan program konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Konversi ke pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) saat ini difokuskan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Namun, ada beberapa kendala yang akan dihadapi yaitu intensitas radiasi cahaya matahari yang fluktuatif dan kondisi suhu lingkungan tempat PLTS beroperasi. Untuk mengatasi hal tesebut maka dibutuhkan sistem baterai penyimpanan (Battery Energy Storage System /BESS). Namun, dengan berbagai jenis teknologi baterai maka dilakukanlah sebuah studi analisis perbandingan teknologi untuk mendapatkan rekomendasi dari jenis baterai yang akan digunakan dan juga dilakukan sebuah simulasi dengan menggunakan perangkat lunak HOMER untuk mendapatkan ukuran (sizing) dari baterai yang akan digunakan. Sementara itu, perbandingan dilakukan dengan metode scoring matrix. Berdasarkan hasil scoring matrix tersebut, baterai Li-ion memiliki nilai tertinggi sehingga dapat menjadi rekomendasi untuk digunakan dalam program konversi PLTD dan berdasarkan hasil simulasi baterai Li-ion memiliki persentase terbesar pada kontribusi energi BESS dan PV yaitu sebesar 90,9% yang membutuhkan 939 unit baterai dengan total kapasitas 939 kWh untuk PV sebesar 318 kWp dan sebesar 91,3% yang membutuhkan 967 unit baterai dengan total kapasitas 967 kWh untuk PV sebesar 300 kWp.

One of the steps to overcome the problem of carbon emissions in Indonesia is to carry out a Diesel Power Plant (PLTD) conversion program. Conversion to Renewable Energy (EBT) is currently focused on Solar Power Plant (PLTS). However, there are several obstacles that will be faced, namely the fluctuating intensity of solar radiation and the environmental temperature conditions where the PLTS operates. To overcome this, a storage battery system (Battery Energy Storage System / BESS) is needed. However, with various types of battery technology, a technology comparison analysis study was conducted to obtain recommendations for the type of battery to be used and a simulation was also carried out using the HOMER software to obtain the size (sizing) of the battery to be used. Meanwhile, comparisons were made using the scoring matrix method. Based on the results of the scoring matrix, Li-ion batteries have the highest value so that they can be recommended for use in the PLTD conversion program and based on the simulation results Li-ion batteries have the largest percentage of BESS and PV energy contributions, which is 90,9% which requires 939 units, a battery with a total capacity of 939 kWh for PV of 318 kWp and 91,3% requiring 967 units of battery with a total capacity of 967 kWh for PV of 300 kWp.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Michael Bonardo Siswono
"Studi ini berfokus pada pentingnya peningkatan kebutuhan energi yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi dari implementasi sistem Photovoltaic (PV), Micro Wind Turbine (MWT), dan Battery Energy Storage System (BESS) sebagai pasokan listrik pada PLTD Sikakap. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sistem dan simulasi dengan software HOMER Pro. Data sistem yang digunakan meliputi data dari sistem listrik PLTD Sikakap serta spesifikasi PV, MWT, dan BESS yang akan disimulasikan. Simulasi dengan software HOMER Pro digunakan untuk memprediksi kinerja dari sistem hibrida PV-MWT-BESS dan menganalisis kelayakan ekonominya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi dari implementasi sistem hibrida PV-MWT-BESS pada PLTD Sikakap sangat menjanjikan. Sistem hibrida ini dapat menurunkan penggunaan dari bahan bakar fosil dan meningkatkan keandalan serta efisiensi pembangkit listrik PLTD Sikakap. Analisis kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa konfigurasi dengan menggunakan generator diesel, PV, MWT, BESS memiliki efisiensi biaya, keandalan sistem, dan penggunaan energi terbarukan yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa sistem hibrida ini secara ekonomis layak untuk diimplementasikan.

This study focuses on the importance of increasing sustainable energy demand. This research aims to assess the potential of implementing Photovoltaic (PV), Micro Wind Turbine (MWT), and Battery Energy Storage System (BESS) as electricity sources at the Sikakap diesel power plant. The methods used in this research include system data analysis and HOMER Pro software simulation. The system data includes information from the Sikakap diesel power plant electricity system, and specifications for PV, MWT, and BESS that will be simulated. Simulation using HOMER Pro software is used to predict the performance of a PV-MWT-BESS hybrid system and analyze its economic feasibility. The results show that the potential for implementing the PV-MWT-BESS hybrid system at the Sikakap diesel power plant is very promising. This hybrid system can reduce fossil fuels use and increase the reliability and efficiency of the Sikakap diesel power plant. The economic feasibility analysis indicates that the configuration using diesel generators, PV, MWT, BESS has excellent cost efficiency, system reliability, and renewable energy usage. This suggests that the hybrid system is economically viable. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiza Azahra
"Sebagian besar sistem tenaga listrik di wilayah Indonesia bagian timur hanya membutuhkan kapasitas kecil yang dipasok oleh generator diesel, terutama di pulau – pulau kecil yang cocok untuk jaringan terisolasi. Selain itu, Indonesia memiliki potensi energi surya yang tinggi yang dapat digunakan untuk menambah pembangkitan listrik serta mengurangi cost of energy (COE). Namun, pemanfaatan energi surya melalui sistem fotovoltaik (PV) dapat menyebabkan masalah stabilitas pada jaringan eksisting. Battery energy storage system (BESS) telah dikenal karena kemampuannya untuk mengatasi masalah stabilitas. Tetapi, penggunaan sistem hibrid PLTS dan BESS membutuhkan biaya investasi yang besar dan dapat meningkatkan COE. Studi ini bertujuan untuk menentukan konfigurasi optimal sistem hibrid PLTD, PLTS dan BESS untuk memaksimalkan keuntungan ekonomi jika dibandingkan dengan hanya menggunakan PLTD pada jaringan terisolasi di Indonesia. COE digunakan sebagai parameter ekonomi untuk menentukan kapasitas paling optimal dari sistem hibrid. Hasil simulasi menunjukkan bahwa konfigurasi sistem hibrid yang diusulkan memiliki COE lebih rendah dibandingkan dengan PLTD, yaitu dibawah 20,81 sen USD.

Most power systems in the east of Indonesia require only small capacities which are supplied by diesel generators, especially in the area of small islands which are suitable for isolated grid. On the other hand, Indonesia has a high potential of solar energy which can be employed to supplement the power generation as well as to reduce the cost of energy (COE). However, the utilization of solar energy through photovoltaic (PV) system might cause stability problems. Battery energy storage system (BESS) has been recognized for its capability to overcome the stability issues. Still, the adoption of hybrid PV system and BESS requires considerable capital investment, which may cause the COE increases. This study identifies the optimal hybrid configuration of the diesel power plant, PV system, and BESS to maximize economic profit when compared to diesel power plants of an isolated grid in Indonesia. COE is used as an economic parameter to determine the most optimal capacities of the PV system and BESS. The simulation results show that the proposed hybrid configuration has a lower COE compared to diesel power plants, which are below 20.81 cents USD."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlinda Muslim
"Manajemen persediaan material proses yang bersifat dependent demand di PT. X masih dilakukan secara intuitif dan belum memanfaatkan sistem Material Requirement Planning (MRP), sehingga mengakibatkan perencanaan kebutuhan material kurang akurat dan penggunaan biaya persediaan tidak efisien. Keadaan ini mendorong perusahaan untuk mengimplementasikan sistem MRP. Salah satu input penting dari sistem MRP adalah teknik penentuan ukuran lot pengadaan material (lot sizing). Teknik lot sizing y ang tepat diperlukan untuk meminimalkan biaya persediaan yang dikeluarkan. Pada penelitian ini dilakukan analisis perbandingan performa terhadap beberapa teknik lot sizing yang bertujuan untuk memperoleh teknikyang tepat digunakan untuk masing-masing material.
PA nalisis klasifikasi ABC dilakukan untuk menentukan material yang akan menjadifokus penelitian, kemudian dihitung biaya persediaan dan tingkat variasi pengkonsumsian material, Hasil perhitungan tersebut digunakan sebagai masukan dalam melakukan uji coba terhadap tiap-tiap teknik lot sizing, yaitu Lot For Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), Fixed Period Requirement (FPR), Part-Period Balancing (PPB), Least Unit Cost (LUC), dan Silver-Meal algorithm (SM). Parameter yang digunakan untuk menilai performa teknik lot sizing adalah hasil optimal dari Wagner-Within algorithm (WW), Dari hasil analisis perbandingan performa diperoleh teknik lot sizing yang paling tepat digunakan untuk masing-masing material yang menjadifokus dalam penelitian ini.

Material planning for process material at PT. X is still done in intuitive way and is not based on MRP system. It causes less in material planning accuracy and ineffective inventory cost. This condition drives the company to start to implement MRP system. One significant input of MRP system is lot sizing technique. The suitable lot sizing technique is needed for minimizing inventory cost. This research presents performance comparison analysis among several lot sizing techniques for getting the most suitable technique for each material.
ABC classification analysis is done to determine research focused materials. Then, the inventory cost and variation level of material consumption are calculated. Its results would be the input of performance assessment of lot sizing techniques. The techniques are Lot For Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), Fixed Period Requirement (FPR), Part-Period Balancing (PPB), Least Unit Cost (LUC), and Silver-Meal algorithm (SM). As the parameter, optimal result of Wagner-Within algorithm (WW) is used to examine those techniques performance. This performance comparison analysis results in the most suitable technique for each analyzed material.
"
2004
JUTE-XVIII-2-Juni 2004-138
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rifqi Annas Albasyahri
"Pemerintah Indonesia memiliki target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Dengan target ini, Indonesia dinilai akan mulai melakukan investasi pada pemasangan energi baru terbarukan untuk menggantikan pembangkit dengan bahan bakar fosil. Dengan perubahan eksistensi pembangkit, pastinya terdapat beberapa kemungkinan permasalahan baru pada sistem kelistrikan di Indonesia yang bersangkutan dengan kualitas daya seperti frekuensi/tegangan yang tidak stabil, perminataan beban yang berlebih, atau fluktuasi daya pembangkitan. Battery Energy Storage System (BESS) atau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) merupakan salah satu jenis pembangkit yang dapat memperbaiki kualitas frekuensi sistem. Akan tetapi, pengimplementasian BESS sebagai ancillary services di Indonesia masih diragukan jika dibandingkan PLTD jika hanya dilihat dari aspek finansial. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai alternatif yang seharusnya dilakukan untuk memperbaiki frekuensi sistem kelistrikan di Indonesia. Penelitian ini akan menganalisis kedua alternatif tersebut menggunakan analisis biaya dan manfaat dilihat dari aspek finansial dan nonfinansial. Analisis finansial akan mengkaji kedua alternatif melalui perhitungan Internal rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Discounted Payback Period (DPP), dan Profitability Index (PI) atau Benefit to Cost Ratio (BCR). Sementara itu, analisis nonfinansial akan mengkaji dari segi keteknikan, lingkungan, dan sosial. Dari hasil analisis ini, Penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa BESS memiliki untuk diimplementasikan sebagai ancillary services di Indonesia. Proyek BESS pada wilayah TT menghasilkan NPV > 0, IRR 6,09, DPP selama 9 tahun, dan BCR 1,18. Sementara itu, proyek PLTD menghasilkan NPV > 0, IRR 5,64, DPP selama 7 tahun, dan BCR 1,427.

The Indonesia government has set a target of New and Renewable Energy (NRE) sector for about 23% in 2025 and 31% in 2050. Along with this target, Indonesia is expected to start investing in the installation of renewable energy sector to replace conventional power plant (fossil fuel-fired power plant). With the change of existing power plants, there are certainly some new potential problems arised in the Indonesian electricity systems related to the power quality such as unstable frequency/voltage, excessive load demand, or fluctuation of power generation. Battery Energy Storage System (BESS) or Diesel Power Plant are the type of generation plant which can improve the quality of frequency in the system. However, BESS implementation as ancillary services in Indonesia is still doubtful compared to PLTD if only seen by financial analysis. Therefore, several studies need to be carried out to determine the best alternatives to improve the frequency of Indonesia’s electricity system. This research will analyze which is the better implementation (BESS or PLTD) by using cost benefit analysis considering financial and nonfinancial aspects. Financial analysis will analyze the two alternatives by calculating Internal rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Discounted Payback Period (DPP), dan Profitability Index (PI) atau Benefit to Cost Ratio (BCR). Meanwhile, nonfinancial analysis will analyze in the technical, environment, and social. Along with this analysis, this research generates the conclusion that BESS has the potentials to be implemented as ancillary services in Indonesia’s electricity system. BESS in TT region generates NPV > 0, IRR 6,09, DPP in 9 years, dan BCR 1,18. Meanwhile, Diesel generator generates NPV > 0, IRR 5,64, DPP in 7 years, dan BCR 1,427."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Aulia Putra
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi digital telah menjadikan sistem automatisasi berkembang pesat. Tuntutan efisiensi dalam kegiatan operasi sebuah industri menjadikan sistem automatisasi menjadi bagian yang tidak terpisah dalam kegiatan-kegiatan operasi perusahaan manufaktur. Dalam menjalankan sistem automatisasi sensitifitas peralatan menjadi permasalahan yang sering terjadi dikarenakan kualitas sumber energi yang kurang baik, antara lain energy listrik. Masalah yang timbut yang dapat menyebabkan berhentinya proses produksi adalah turunnya tegangan temporer dibawah 0,9 p.u. Hal ini menyebabkan peralatan-peralatan yang memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi seperti Programming Logic Control (PLC), Adjustable Speed Drive (ASD) dan Komputer (PC) menjadi padam. Namun karena gangguan tersebut temporer (kurang dari 1 detik) maka utilitas tidak merasakan hal tersebut sebagai gangguan, namun pelanggan merasakan sebagai gangguan. Selama tiga tahun terakhir (2017-2019), PLN UP3 Cikokol telah melakukan pengambilan data sampling pada salah satu pelanggan PLN, PT. Toray Politech Jakarta. Berdasarkan hasil evaluasi data kejadian dip pada jaringan listrik menyebabkan bertambahnya Energy Not Sale (ENS) sebesar 653,08 MWh pada pelanggan tersebut. Untuk itu maka dibutuhkan solusi untuk menghilangkan gangguan temporer yang disebabkan oleh dip tegangan. Studi ini akan membandingkan keekonomian antara Battery Energy Storage Sistem (BESS) dan Rotary uninterruptible Power Supply (RUPS). Penerapan kedua peralatan ini membutuhkan investasi yang akan berdampak kepada kenaikan biaya operasi PLN dan pelanggan. Dari hasil kajian dengan melakukan simusasi asumsi Pay Back period yang ditetapkan dalam jangka waktu 5 tahun maka didapat kanaikan Rupiah/kWh jual sebesar sebesar 201 Rp/kWh atau sebesar 17,86%, dan 623 Rp/kWh atau sebesar 55,44%

ABSTRACT
The Development of digital technology has made automation system devices become advance. Efficiancy demands on industrial operation make automation system as one of part that cant be sparated in operational manufacture industry. Sensitivity devices in automatic control system come to one of problem that can be finded, especialy in electrical power source quality. The case that could make problem when voltages drop become less then 0,9 pu, the control device likes Programming Logic Control (PLC), Adjustable Speed Drive (ASD) dan computer (PC) will mal function. In other side, voltage drop less than 1 second will not write as electrical disturbance in PLN, but operational process in customer will be shut-down. In last three years (2017-2019) PLN UP3-Cikokol had captured data from one of customer, PT Toray Politech Jakarta. Base-on data evaluation, dip voltage events in electrical network will make ENS (potensial energy sells) lost up to 653,08 MWh. Therefore it's important to fine the solution from this problem. This study would evaluate the economics between Battery Energy Storage system (BESS) and Rotary Uninterrupted Power Supply (RUPS). Investation cost dan operational cost will be counted and would be finded. By using assumption payback periode 5 years, additional price per kWh would be 201 Rp/kWh (17,86%) and 623 Rp/kWh (55,44%).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nutfahardi Fadil Pramono
"Sistem pembangkit hibrid PLTD-PLTS merupakan salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran akibat bahan bakar fosil. Pada tahun 2018 penggunaan bahan bakar fosil di Indonesia mengalami peningkatan besar dari tahun sebelumnya. Selain itu, biaya operasional PLTD yang cenderung mahal semakin mendukung pemakaian sistem hibrid. Indonesia sebagai negara tropis berpotensi besar untuk mengonversi energi surya menjadi energi listrik dengan photovoltaic. Namun dalam pengoperasiannya, penggabungan sistem PLTD dengan PLTS pada skala kecil dapat memicu adanya ketidakstabilan tegangan. Ketidakstabilan tegangan pada sistem dapat menyebabkan sistem tidak beroperasi normal yang menyebabkan tegangan tersebut runtuh atau mati total (blackout). Maka dari itu skripsi ini akan membahas kestabilan tegangan pada sistem hibrid PLTD-PLTS di daerah Indonesia Timur dengan melakukan simulasi pembangkitan. Simulasi dilakukan dengan metode analisis statis karakteristik kurva P-V dan Q-V yang meninjau kestabilan tegangan sistem dengan kondisi steady state dengan bantuan perangkat lunak DIgSILENT PowerFactory. Analisis dinamis juga dilakukan dengan memberikan variasi skenario gangguan kepada sistem yang telah disiapkan.

The Diesel-Solar hybrid generating system is an effort to reduce pollution caused by fossil fuels. In 2018 the use of fossil fuels in Indonesia has increased significantly from the previous year. In addition, the operational costs of PLTD which tend to be expensive increasingly support the use of hybrid systems. Indonesia as a tropical country has great potential to convert solar energy into electrical energy with photovoltaics. But in its operation, the incorporation of the Diesel system with Photovoltaic on a small scale can trigger voltage instability. Voltage instability in the system can cause the system to not operate normally causing the voltage to collapse or die completely (blackout). Therefore, this thesis will discuss the stability of the voltage in the hybrid system of Diesel-Solar in eastern Indonesia by conducting a simulation of generation. The simulation is carried out with the static analysis method of the characteristics of the P-V and Q-V curves that review the stability of the system voltage under steady state conditions with the help of the DIgSILENT PowerFactory software. Dynamic analysis is also performed by providing variations of disturbances scenario to the system that has been prepared."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Silitonga, Agatha Binka Nauli
"Pada daerah terpencil di Indonesia, generator diesel menjadi pasokan utama dalam memenuhi kebutuhan listrik. Masalah kenaikan biaya bahan bakar serta emisi gas karbon pada generator diesel ini membuat pasokan utama untuk listrik membutuhkan sumber lain yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis. Potensi energi surya yang tinggi di Indonesia membuat pemanfaatan sel surya dapat menjadi solusi untuk hal tersebut. Namun, keluaran sel surya yang bersifat tidak stabil memerlukan sistem penyimpanan energi seperti baterai. Penggunaan sel surya dan baterai sebagai komponen dapat membutuhkan biaya investasi yang besar. Studi ini bertujuan untuk menentukan konfigurasi sistem pembangkit listrik hibrid surya/diesel/baterai di daerah Papua Barat yang optimal dengan biaya pembangkitan yang lebih kecil daripada sistem PLTD eksisting. Simulasi menggunakan perangkat lunak Homer menghasilkan COE yang lebih rendah yaitu $0,178/kWh dengan menambahkan sel surya berkapasitas 10.208 kWp dan baterai pada sistem eksisting. Konfigurasi ini menghasilkan penurunan emisi gas karbon monoksida sebesar 14.105 kg/tahun. Pada kondisi radiasi matahari puncak sebesar 1,20 kW/m2 rata-rata energi yang tersimpan selama 24 jam dalam baterai sebesar 6.232,48 kWh.

Remote areas in Indonesia depends on diesel generator as main supply to fill the electricity demands. Fluctuation of fuel’s price and carbon gas emission resulted from generator diesel need to be reduced by using more eco-friendly and economical sources. Indonesia’s high potential for solar radiation can be utilized through photovoltaics to overcome this matter. However, the intermittency of photovoltaics needed energy storage system such as battery to stabilize it. Addition of new components may increase investment costs. This study focuses on sizing optimization of hybrid power plant consisting of solar cell/diesel/battery to maximize economic profit by reducing COE compared to existing power plant in West Papua. By using Homer software as simulation tools, it shows that integrating 10,208 kWp photovoltaics and battery on existing power plant reduces COE to $0.178/kWh. The configuration proposed shows reduction of CO gas emission to 14,105 kg/year. On days when solar radiation’s peak reaches 1.20 kW/m2 average energy stored in battery is 6,232.48 kWh."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>