Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109420 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moza Permatasari Mustafa
"Latar Belakang: Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan banyak pilihan material restorasi untuk perawatan gigi tiruan cekat. Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan banyak pilihan material restorasi untuk perawatan gigi tiruan cekat, namun di Indonesia material-material kedokteran gigi estetik belum menjadi standar pendidikan kedokteran gigi umum. Hal ini dapat memungkinkan mempengaruhi keputusan dalam memilih material untuk restorasi gigi tiruan cekat, terkecuali mahasiswa yang rutin mengikuti seminar mengenai pengembangan material-material restorasi terbaru. Tujuan: Mengetahui pemilihan material restorasi untuk perawatan gigi tiruan cekat berdasarkan letak gigi yang akan direstorasi dan penempatan margin preparasi servikal oleh mahasiswa Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang menggunakan alat ukur kuesioner mencangkup pertanyaan demografis dan pemilihan material sesuai skenario yang diberikan. Pengambilan data dilakukan dengan teknik purposive sampling dan kuesioner dibagikan kepada mahasiswa Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif untuk melihat proporsi pemilihan material restorasi oleh responden. Hasil Penelitian: Material porcelain-fused-to-metal (PFM) menjadi material yang dengan proporsi untuk perawatan pada mahkota tiruan penuh dan gigi tiruan jembatan (33,6 s.d. 77,3%) diikuti dengan material porcelain-fused-to-zirconia (PFZ) (2,7 s.d. 38,2%). Kesimpulan: Sebagian besar responden memilih material porcelain-fused-to-metal (PFM) menjadi pilihan mayoritas responden untuk perawatan mahkota tiruan penuh dan gigi tiruan jembatan diikuti oleh porcelain-fused-to-zirconia (PFZ).

Background: The development of science has resulted in many choices of restorative materials for the treatment of FDP, but in Indonesia, aesthetic dentistry materials have not yet become the standard for general dental education. This can possibly influence decisions in choosing materials for FDP restorations, except maybe for students who regularly attend seminars on the development of new restorative materials. Objective: To determine the selection of restorative materials for FDP treatment based on the location of the teeth to be restored and the placement of cervical preparation margins by students of the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. Methods: This study is a descriptive cross-sectional study using a questionnaire measuring instrument including demographic questions and material selection according to the given scenario. Data were collected using purposive sampling technique and questionnaires were distributed to students of the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia who met the inclusion criteria. Data processing was carried out descriptively to see the proportion of the respondent's selection of restoration materials. Result: Porcelain-fused-to-metal (PFM) material was the material with highest proportions for treatment of full denture crowns and bridge dentures (33.6 to 77.3%) followed by porcelain-fused-to-zirconia (PFZ) materials (2.7 to 38.2). %). Conclusion: The majority of respondents chose porcelain-fused-to-metal (PFM) as a material of choice for most of respondents for the treatment of crowns and bridges dentures followed by porcelain-fused-to-zirconia (PFZ).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Putri Nadhifa
"Latar Belakang: Pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah metode pembelajaran baru yang digunakan saat ini, dimana pembelajaran mengenai gigi tiruan cekat (GTC) juga dipelajari dengan metode ini pada tahap akademik. Mahasiswa yang saat tahap akademik memiliki hasil pembelajaran yang baik, tidak menjamin akan memiliki performa yang baik pula pada tahap profesi. Penyebab akan hal tersebut berhubungan dengan metode pembelajaran yang digunakan. Meski pada banyak studi, metode PBM terbukti memiliki dampak yang baik bagi peserta didik, namun efektivitas PBM juga masih diperdebatkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian terhadap efektivitas metode PBM mengenai perawatan GTC. Tujuan: Mengetahui distribusi frekuensi efektivitas metode PBM mengenai perawatan GTC oleh mahasiswa profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) Metode: Studi deskriptif dengan desain potong lintang. Subjek penelitian merupakan mahasiswa profesi FKG UI yang telah menyelesaikan ketiga perawatan GTC hingga salah satu perawatan tersebut mencapai tahap kontrol. Pengambilan data dilakukan melalui Google Form, dengan pilihan jawaban pada kuesioner menggunakan skala Likert. Hasil: Distribusi frekuensi efektivitas pembelajaran untuk komponen pertanyaan sebesar 76%, komponen kedua sebesar 74%, dan komponen ketiga sebesar 75.3%. Kesimpulan: Dari data yang didapat menunjukkan bahwa efektivitas PBM mengenai perawatan GTC cukup efektif. Persentase efektivitas pembelajaran tertinggi terdapat pada komponen pertanyaan pertama, yaitu mengenai diagnosis dan rencana perawatan GTC; sedangkan komponen dengan persentase terendah terdapat pada komponen kedua, yaitu mengenai penatalaksanaan perawatan GTC.

Background: Problem-based learning (PBL) is a recent learning method, which fixed dental prosthesis (FDP) is also learned using that methods in preclinical program. Students who perform well in preclinical program does not guarantee will perform well in clinical program too. It is related to the type of learning methods in the dental school. Although PBL methods have proven to give good impacts on dental students, but in some studies the effectivity of that methods is still debated. Therefore, it is necessary to assess the effectiveness of PBL methods in FDP learning. Objective: The aim of this study was to find out the frequency distribution of the effectivity of PBL methods in FDP learning process among the clinical students in FKG UI. Methods: A descriptive study with cross-sectional design. The samples of this study are the clinical students of FKG UI who have completed their fixed prosthodontics requirements, until one of those requirements reaches the control phase. The data were collected through Google Form, with each items of the questionnaire rated on a Likert scale. Results: The frequency distribution of the effectiveness of PBL methods for the first component was 76%, the second component was 74%, and the third component was 75.3%. Conclusion: The findings of this study shows that the effectiveness of PBL methods about FDP learning process is quite effective. The highest percentage of the effectiveness of PBL methods is in the first question component, which is about diagnosis and treatment planning; while the component with the lowest percentage is the second component, which is about technical skills on execution of treatment."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Ananda Putra
"Latar Belakang: Ageisme adalah stereotip, prasangka, dan diskriminasi terhadap
individu berdasarkan usia, yang dapat berdampak negatif pada kualitas perawatan
kesehatan, termasuk perawatan gigi. Sikap ageisme dapat terjadi pada semua kelompok
usia, namun penelitian saat ini lebih banyak berfokus pada kelompok lanjut usia karena
perhatian besar terhadap tantangan yang mereka hadapi. Peningkatan populasi lansia di
Indonesia menjadikan pentingnya penelitian terkait sikap mahasiswa Program Profesi
Kedokteran Gigi terhadap ageisme. Tujuan: Menganalisis sikap tentang ageisme pada
mahasiswa Program Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI)
serta mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi sikap tersebut berdasarkan usia,
jenis kelamin, tahun angkatan, status pernikahan, status sosial ekonomi, pendidikan orang
tua, suku, agama dan karakteristik tinggal bersama lansia. Metode: Penelitian ini
menggunakan desain kuantitatif dengan instrumen Ageism Scale for Dental Students
(ASDS) yang telah diadaptasi lintas budaya ke dalam bahasa indonesia melalui proses
validasi dan reabilitas. Data dikumpulkan melalui kuesioner pada mahasiswa Program
Profesi FKG UI angkatan 2022-2024 dan dianalisis menggunakan uji statistik univariat
dan bivariat. Hasil: Berdasarkan analisis statistik, uji konsistensi internal dengan Alpha
Cronbach menghasilkan nilai 0,738, yang menunjukkan reabilitas yang cukup. Uji
validitas konstruk dilakukan dengan Uji Korelasi Spearman karena data tidak
berdistribusi normal, korelasi item terhadap nilai total memenuhi batasan nilai p < 0,05
dan koefisien korelasi > 0,3. Selain itu, uji beda mean menunjukkan tidak ada perbedaan
bermakna sikap ageisme pada seluruh variabel independen, terbukti dengan nilai p > 0,05.
Kesimpulan: Didapatkan alat ukur untuk mengukur sikap ageisme dengan reabilitas dan
validitas yang baik dalam Bahasa Indonesia. Tidak terdapat hubungan signifikan antara
sikap terhadap ageisme dengan variabel usia, jenis kelamin, tahun angkatan, status
pernikahan, status sosial ekonomi, pendidikan orang tua, suku, agama dan karakteristik
tinggal bersama lansia.

Background: Ageism is stereotyping, prejudice, and discrimination against individuals based on age, which can negatively impact the quality of healthcare, including dental care.
Ageist attitudes can occur in all age groups, but current research focuses more on the elderly due to the significant challenges they face. The increasing elderly population in Indonesia highlights the importance of research on dental students attitudes toward ageism. Objective: To analyze the attitudes toward ageism among the Faculty of Dentistry’s Professional Program students at Universitas Indonesia (FKG UI) and identify the factors influencing these attitudes based on age, gender, cohort year, marital status, socio-economic status, parents education, ethnicity, religion, and characteristics of living with the elderly. Methods: This study used a quantitative design with the Ageism Scale for Dental Students (ASDS), which was cross-culturally adapted through validation and reliability processes. Data were
collected via questionnaires from the 2022-2024 cohorts of the FKG UI Professional Program students and analyzed using univariate and bivariate statistical tests. Results: Based on statistical analysis, the internal consistency test using Cronbach's Alpha yielded a value of 0.738, indicating adequate reliability. Construct validity was tested using the Spearman correlation due to non-normal data distribution, and the analysis showed that the correlation between items and the total score met the criteria of p-value < 0.05 and correlation coefficients > 0.3. Additionally, the mean difference test revealed no significant difference
in attitudes toward ageism across all independent variables, with p-value> 0.05. Conclusion:
A reliable and valid tool to measure ageism attitudes in Indonesian was developed.
Furthermore, no significant relationship was found between attitudes toward ageism and the
variables of age, gender, cohort year, marital status, socio-economic status, parents'
education, ethnicity, religion, or characteristics of living with the elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Ananda Putra
"Latar Belakang: Ageisme adalah stereotip, prasangka, dan diskriminasi terhadap
individu berdasarkan usia, yang dapat berdampak negatif pada kualitas perawatan
kesehatan, termasuk perawatan gigi. Sikap ageisme dapat terjadi pada semua kelompok
usia, namun penelitian saat ini lebih banyak berfokus pada kelompok lanjut usia karena
perhatian besar terhadap tantangan yang mereka hadapi. Peningkatan populasi lansia di
Indonesia menjadikan pentingnya penelitian terkait sikap mahasiswa Program Profesi
Kedokteran Gigi terhadap ageisme. Tujuan: Menganalisis sikap tentang ageisme pada
mahasiswa Program Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI)
serta mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi sikap tersebut berdasarkan usia,
jenis kelamin, tahun angkatan, status pernikahan, status sosial ekonomi, pendidikan orang
tua, suku, agama dan karakteristik tinggal bersama lansia. Metode: Penelitian ini
menggunakan desain kuantitatif dengan instrumen Ageism Scale for Dental Students
(ASDS) yang telah diadaptasi lintas budaya ke dalam bahasa indonesia melalui proses
validasi dan reabilitas. Data dikumpulkan melalui kuesioner pada mahasiswa Program
Profesi FKG UI angkatan 2022-2024 dan dianalisis menggunakan uji statistik univariat
dan bivariat. Hasil: Berdasarkan analisis statistik, uji konsistensi internal dengan Alpha
Cronbach menghasilkan nilai 0,738, yang menunjukkan reabilitas yang cukup. Uji
validitas konstruk dilakukan dengan Uji Korelasi Spearman karena data tidak
berdistribusi normal, korelasi item terhadap nilai total memenuhi batasan nilai p < 0,05
dan koefisien korelasi > 0,3. Selain itu, uji beda mean menunjukkan tidak ada perbedaan
bermakna sikap ageisme pada seluruh variabel independen, terbukti dengan nilai p > 0,05.
Kesimpulan: Didapatkan alat ukur untuk mengukur sikap ageisme dengan reabilitas dan
validitas yang baik dalam Bahasa Indonesia. Tidak terdapat hubungan signifikan antara
sikap terhadap ageisme dengan variabel usia, jenis kelamin, tahun angkatan, status
pernikahan, status sosial ekonomi, pendidikan orang tua, suku, agama dan karakteristik
tinggal bersama lansia.

Background: Ageism is stereotyping, prejudice, and discrimination against individuals based on age, which can negatively impact the quality of healthcare, including dental care.
Ageist attitudes can occur in all age groups, but current research focuses more on the elderly due to the significant challenges they face. The increasing elderly population in Indonesia highlights the importance of research on dental students attitudes toward ageism. Objective: To analyze the attitudes toward ageism among the Faculty of Dentistry’s Professional Program students at Universitas Indonesia (FKG UI) and identify the factors influencing these attitudes based on age, gender, cohort year, marital status, socio-economic status, parents education, ethnicity, religion, and characteristics of living with the elderly. Methods: This study used a quantitative design with the Ageism Scale for Dental Students (ASDS), which was cross-culturally adapted through validation and reliability processes. Data were
collected via questionnaires from the 2022-2024 cohorts of the FKG UI Professional Program students and analyzed using univariate and bivariate statistical tests. Results: Based on statistical analysis, the internal consistency test using Cronbach's Alpha yielded a value of 0.738, indicating adequate reliability. Construct validity was tested using the Spearman correlation due to non-normal data distribution, and the analysis showed that the correlation between items and the total score met the criteria of p-value < 0.05 and correlation coefficients > 0.3. Additionally, the mean difference test revealed no significant difference
in attitudes toward ageism across all independent variables, with p-value> 0.05. Conclusion:
A reliable and valid tool to measure ageism attitudes in Indonesian was developed.
Furthermore, no significant relationship was found between attitudes toward ageism and the
variables of age, gender, cohort year, marital status, socio-economic status, parents'
education, ethnicity, religion, or characteristics of living with the elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Obed Timotius
"Latar belakang: Stres merupakan suatu gangguan mental dan emosional yang disebabkan oleh berbagai faktor eksternal. Stres kronis dapat mengakibatkan burnout. Stres dan burnout yang terjadi tidak hanya dapat memengaruhi kondisi mental, tetapi juga dapat mengganggu kesehatan fisik, seperti asma, gangguan kardiovaskuler, dan psikodermatologi. Stres juga dapat berdampak pada nafsu dan pola makan seseorang karena berkaitan dengan gangguan hormonal. Berbagai penelitian mengenai stres, burnout, dan pola makan terhadap mahasiswa pascasarjana kedokteran gigi telah dilakukan di berbagai negara. Akan tetapi, penelitian terkait topik ini masih sangat terbatas di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui stres, burnout, dan pola makan pada mahasiswa pascasarjana FKGUI. Metode: Penelitian deskriptif dengan desain studi potong lintang dengan menggunakan kuesioner GDES (Graduate Dental Environment Stress), MBI-HSS (Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey), dan Kebiasaan Makan terhadap total populasi mahasiswa pascasarjana FKGUI program magister, spesialis, dan doktor berstatus aktif pada semester genap tahun ajaran 2018/2019. Hasil: Kuesioner didistribusikan kepada 177 responden dengan response rate sebesar 95%. Sebagian besar responden adalah perempuan, dengan rentang usia dari 25 hingga 59 tahun. Secara umum, program studi spesialis menunjukkan nilai median stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan magister dan doktor, terutama program studi Prostodontik dan Konservasi Gigi. Terdapat 7 stresor tertinggi untuk komponen GDES-A (akademis) yaitu banyaknya jumlah bacaan yang ditugaskan untuk dipelajari, ujian dan berbagai asesmen, syarat program untuk menyelesaikan penelitian, menyelesaikan requirements yang dibutuhkan untuk lulus, umpan balik antar supervisor yang tidak konsisten, melakukan presentasi dalam seminar, serta kondisi sarana/prasarana dalam menunjang kegiatan perkuliahan. Sementara itu, 3 stresor tertinggi untuk komponen GDES-C (klinis) diantaranya jika pasien tidak tepat waktu atau membatalkan janji secara sepihak, rasa takut gagal dalam menatalaksanakan kasus yang kompleks, serta kondisi sarana/prasarana dalam menunjang kegiatan perkuliahan klinis. Untuk komponen burnout, personal accomplishment yang rendah menjadi dimensi yang paling terganggu jika dibandingkan dengan emotional exhaustion dan depersonalization, yaitu 40,5% dari total responden, dengan proporsi terbesar pada program studi Konservasi gigi sebanyak 60%. Sebanyak 60,7% responden memiliki pola makan yang teratur. Namun, 49,4% dari total responden memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan yang digoreng paling sedikit 4 kali dalam seminggu. Kurang dari separuh responden berkeinginan untuk makan dalam kondisi psikologis tertentu, tetapi 69% responden memiliki kecenderungan untuk makan saat merasa senang. Kesimpulan: Stresor pada mahasiswa pascasarjana FKGUI program magister, spesialis, dan doktor bervariasi. Stres relatif lebih tinggi pada program studi klinis. Personal accomplishment yang rendah menjadi dimensi burnout yang paling terganggu. Namun, sebagian besar mahasiswa pascasarjana FKGUI masih memiliki pola ix Universitas Indonesia makan dan kebiasaan sarapan yang teratur. Akan tetapi, asupan makanan masih dapat diperbaiki dengan meningkatkan frekuensi konsumsi buah-buahan dan juga mengurangi kebiasaan makan makanan yang digoreng.
Latar belakang: Stres merupakan suatu gangguan mental dan emosional yang disebabkan oleh berbagai faktor eksternal. Stres kronis dapat mengakibatkan burnout. Stres dan burnout yang terjadi tidak hanya dapat memengaruhi kondisi mental, tetapi juga dapat mengganggu kesehatan fisik, seperti asma, gangguan kardiovaskuler, dan psikodermatologi. Stres juga dapat berdampak pada nafsu dan pola makan seseorang karena berkaitan dengan gangguan hormonal. Berbagai penelitian mengenai stres, burnout, dan pola makan terhadap mahasiswa pascasarjana kedokteran gigi telah dilakukan di berbagai negara. Akan tetapi, penelitian terkait topik ini masih sangat terbatas di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui stres, burnout, dan pola makan pada mahasiswa pascasarjana FKGUI. Metode: Penelitian deskriptif dengan desain studi potong lintang dengan menggunakan kuesioner GDES (Graduate Dental Environment Stress), MBI-HSS (Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey), dan Kebiasaan Makan terhadap total populasi mahasiswa pascasarjana FKGUI program magister, spesialis, dan doktor berstatus aktif pada semester genap tahun ajaran 2018/2019. Hasil: Kuesioner didistribusikan kepada 177 responden dengan response rate sebesar 95%. Sebagian besar responden adalah perempuan, dengan rentang usia dari 25 hingga 59 tahun. Secara umum, program studi spesialis menunjukkan nilai median stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan magister dan doktor, terutama program studi Prostodontik dan Konservasi Gigi. Terdapat 7 stresor tertinggi untuk komponen GDES-A (akademis) yaitu banyaknya jumlah bacaan yang ditugaskan untuk dipelajari, ujian dan berbagai asesmen, syarat program untuk menyelesaikan penelitian, menyelesaikan requirements yang dibutuhkan untuk lulus, umpan balik antar supervisor yang tidak konsisten, melakukan presentasi dalam seminar, serta kondisi sarana/prasarana dalam menunjang kegiatan perkuliahan. Sementara itu, 3 stresor tertinggi untuk komponen GDES-C (klinis) diantaranya jika pasien tidak tepat waktu atau membatalkan janji secara sepihak, rasa takut gagal dalam menatalaksanakan kasus yang kompleks, serta kondisi sarana/prasarana dalam menunjang kegiatan perkuliahan klinis. Untuk komponen burnout, personal accomplishment yang rendah menjadi dimensi yang paling terganggu jika dibandingkan dengan emotional exhaustion dan depersonalization, yaitu 40,5% dari total responden, dengan proporsi terbesar pada program studi Konservasi gigi sebanyak 60%. Sebanyak 60,7% responden memiliki pola makan yang teratur. Namun, 49,4% dari total responden memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan yang digoreng paling sedikit 4 kali dalam seminggu. Kurang dari separuh responden berkeinginan untuk makan dalam kondisi psikologis tertentu, tetapi 69% responden memiliki kecenderungan untuk makan saat merasa senang. Kesimpulan: Stresor pada mahasiswa pascasarjana FKGUI program magister, spesialis, dan doktor bervariasi. Stres relatif lebih tinggi pada program studi klinis. Personal accomplishment yang rendah menjadi dimensi burnout yang paling terganggu. Namun, sebagian besar mahasiswa pascasarjana FKGUI masih memiliki pola ix Universitas Indonesia makan dan kebiasaan sarapan yang teratur. Akan tetapi, asupan makanan masih dapat diperbaiki dengan meningkatkan frekuensi kebiasaan makan makanan yang digoreng.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Anandytha Putri
"ABSTRAK
Latar Belakang: Permenristek Dikti RI No. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) mengatur perhitungan satuan kredit semester (sks) sebagai acuan untuk perubahan kurikulum pada angkatan 2017. Revisi kurikulum yang digunakan angkatan 2017 menyebabkan jam tatap muka dan jumlah mata kuliah yang lebih padat dibandingkan angkatan 2016 walaupun memiliki beban sks yang sama. Banyaknya materi yang harus dipelajari, dapat menyebabkan tekanan pada mahasiswa sehingga berdampak kurangnya performa saat belajar dan berujung menjadi stres yang nantinya akan berpengaruh terhadap program studi yang sedang dijalaninya. Tujuan: Mengetahui distribusi stres dan menganalisis perbedaan tingkat stres pada mahasiswa angkatan 2016 dan 2017. Metode: Desain pada penelitian ini adalah potong lintang. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapat dari kuesioner Dental Environment Stress (DES) modifikasi yang berisi 4 domain dengan total 30 pertanyaan. Tingkatan stres didapat dari jumlah skor maksimum tiap domain dibagi menjadi 4 tingkatan stres. Total skor pada domain tempat tinggal sebanyak 16, domain faktor pribadi sebanyak 52, domain lingkungan pendidikan sebanyak 20, domain kegiatan akademik sebanyak 32, dan total skor keseluruhan 120. Pada domain faktor pribadi digunakan uji statistik Pearson Chi-Square dan pada domain tempat tinggal, domain lingkungan pendidikan, domain kegiatan akademik, dan total keseluruhan menggunakan uji statistik Pearson Chi-Square yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Distribusi frekuensi data tingkat stres pada angkatan 2016 dan 2017 didapatkan hasil tertinggi pada kategori sedikit stress dari domain tempat tinggal, faktor pribadi dan lingkungan pendidikan, sedangkan pada domain kegiatan akademik hasil tertinggi pada kategori cukup stres (p-value > 0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan tingkat stres pada mahasiswa FKG UI program studi kedokteran gigi angkatan 2016 dengan kurikulum 2012 dan angkatan 2017 dengan kurikulum 2017."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifai Hasbi
"Latar Belakang : Pilihan karir merupakan salah satu keputusan terpenting dalam hidup, karena memiliki dampak sepanjang hidup seorang individu. Memahami motivasi pemilihan karir pada mahasiswa kedokteran gigi memberi manfaat dalam ranah pendidikan dan kebijakan kedokteran gigi. Belum terdapat studi yang mampu memberikan gambaran motivasi pemilihan karir mahasiswa kedokteran gigi di Indonesia.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi mahasiswa kedokteran gigi di Indonesia
Metode : Penelitian ini merupakan studi corss sectional menggunakan teknik two stage cluster sampling dengan perhitungan proportional size. Mahasiswa preklinik kedokteran gigi dari 16 perguruan tinggi di Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini. Motivasi pemilihan karir mahasiswa dibagi ke dalam 5 domain utama yaitu ekonomi, profesional, pekerjaan, sosial, dan personal, diukur melalui self-administered questionnaire dengan 5 poin skala likert. Perbedaan motivasi pemilihan karir mahasiswa berdasarkan sosiodemografi dan karakteristik mahasiswa juga dianalisis melalui mann-whitney dan kruskal wallis test pada perangkat lunak IBM SPSS Statistik.
Hasil Penelitian : Jumlah responden penelitian ini mencapai 639 mahasiswa (547 orang perempuan dan 92 orang laki-laki, dengan response rate 153%. Domain alasan pekerjaan adalah domain alasan yang paling memotivasi pemilihan karir mahasiswa. Motivasi pemilihan karir terbesar mahasiswa kedokteran gigi di Indonesia adalah keinginan untuk membantu/melayani masyarakat (90,6%), keinginan untuk mengobati orang lain dan memperbaiki penampilan mereka (89,7%), serta dorongan independensi pekerjaan (82,6%). Terdapat perbedaan signifikan (p-value <0,05), antara pendidikan dan pekerjaan ibu serta domisili pada domain alasan sosial, perbedaan signifikan (p-value <0,05), antara pekerjaan ibu pada domain alasan ekonomi, serta perbedaan signifikan antara tahun angkatan dan domisili pada domain alasan pekerjaan. Jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan ayah tidak menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik pada seluruh domain motivasi.
Kesimpulan : Mahasiswa kedokteran gigi di Indonesia paling besar termotivasi oleh alasan pekerjaan, meliputi keinginan membantu/melayani masyarakat dalam pemilihan karir. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara jenis kelamin dalam motivasi pemilihan karir, namun pekerjaan dan pendidikan ibu, tahun angkatan dan domisili memiliki perbedaan bermakna secara statistik.

Background: Career choice is one of the most important decisions in life, because it has a path throughout an individual's life. Understanding the choice of career motivation in dental students provides benefits in the realm of dental education and policy. There are no studies that are able to provide an overview of the motivations for choosing a career for dental students in Indonesia.
Objective : This study aims to determine the motivation of dental students in Indonesia in choosing the dental profession.
Methods: This research is a cross-sectional study using a two-stage cluster sampling technique with proportional size calculations. Preclinical dental students from 16 universities in Indonesia participated in this study. Career motivation is divided into 5 main domains, namely economic, professional, vocational, social, and personal, measured through a self-administered questionnaire with a 5-point Likert scale. Differences in student career motivation were also analyzed through the Mann-Whitney and Kruskal Wallis tests on the IBM SPSS Statistics software based on sociodemographics and student characteristics
Results: The number of respondents to this study reached 639 people (547 women and 92 men, with a response rate of 153%. Vocational reasons is the most motivates student career choices. The biggest career choice motivation for dental students in Indonesia are the desire to help/serve the community (90.6%), the desire to heal others and improve their appearance (89.7%), and encourage work independence (82.6%). There are significant differences (p-value <0,05), between mother’s education and occupation and domicile in the domain of social reasons, a significant difference (p-value <0,05), between mother's occupation in the domain of economic reasons, and a significant difference (p-value <0,05) between years of study and domicile in the domain of work reasons. Gender, father’s occupation and education did not show significant differences in all motivational domains.
Conclusion: Dental Student in Indonesia is mostly motivated by vocational reasons, includes the desire to help/serve the community in work motivation. No significant difference between the sexes in the motivation for choosing a career, however, there were significant differences between mother’s occupation and education, years of study and domicile in work motivation.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Gabriela Liem
"Latar Belakang: Di Indonesia, kasus HIV mengalami peningkatan setiap tahunnya, hingga mencapai 48.300 kasus pada tahun 2017 dengan jumlah kumulatif 280.623 kasus(Kemenkes RI), sehingga meningkatkan kemungkinan dokter gigi untuk merawat ODHA. Untuk mengatasinya, pemberi pelayanan kesehatan, termasuk dokter gigi, dituntut untuk memiliki pengetahuan tinggi dan sikap profesional dalam menangani ODHA. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia mengenai HIV/AIDS.
Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa preklinik FKG UI mengenai HIV/AIDS.
Metode: Penelitian deskriptif potong lintang pada 487 mahasiswa preklinik FKG UI dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan realibilitasnya.
Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan mahasiswa preklinik FKG UI secara keseluruhan tergolong cukup (77,6% responden). Tingkat pengetahuan responden meningkat seiring dengan peningkatan usia, dan tingkat pengetahuan responden laki-laki sedikit lebih tinggi daripada perempuan. Berdasarkan distribusi angkatan, terlihat bahwa responden yang sudah memperoleh mata kuliah Penyakit Mulut FKG UI mengenai HIV/AIDS memiliki tingkat pengetahuan mengenai HIV/AIDS yang lebih tinggi daripada yang belum. Selain itu, dari kelima indikator tingkat pengetahuan, indikator manifestasi oral serta pengetahuan dan pemeriksaan HIV menunjukkan tingkat pengetahuan yang rendah. Berbeda halnya dengan variabel tingkat pengetahuan, sikap mahasiswa preklinik FKG UI tergolong positif (63,5% responden) dengan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada identitas responden yang berbeda (usia, jenis kelamin, dan angkatan).
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan responden cukup dan sikap responden mengenai HIV/AIDS positif.

Background: In Indonesia, HIV's cases are increasing every year, with total 48.300 cases in 2017 and 280.633 cases in cumulative up to 2017 (Kemenkes RI). Thus, the chance of treating people living with HIV/AIDS (PLWHA) is also increasing. In order to resolve the problem, medical staff, including dentists, are required to have excellent knowledge and professional attitude to handle PLWHA. Therefore, researcher wants to assess the knowledge and attitude of preclinical dental students in Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia about HIV/AIDS.
Objectives: To determine the knowledge and attitude of preclinical dental students in Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia about HIV/AIDS.
Methods: Descriptive cross-sectional research method in 487 preclinical dental students of Faculty of Dentistry Universitas Indonesia with valid and reliable questionnaire.
Results:The knowledge of preclinical dental students Faculty of Dentistry Universitas Indonesia is moderate (77,6% respondent). The knowledge of the respondents increases with increasing of age, and male respondents have slightly higher knowledge than female respondents. Based on the grade, the higher grade respondents who have ever received the HIV/AIDS's lesson in Oral Medicine subject show higher knowledge about HIV/AIDS. Moreover, there are 5 indicators in knowledge section in the questionnaire, and two of them, which are oral manifestation and HIV testing and treatment, show low level knowledge of respondents. In contrary, the attitude of the pre-cilinal dental students Faculty of Dentistry Universitas Indonesia is positive with no difference among different identity of respondents (age, sex, and grade).
Conclusion: The knowledge level of the respondents is moderate and the attitude about HIV/AIDS is positive.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarine Aru Ariadno
"Latar Belakang: Epidemi HIV/AIDS masih menjadi salah satu sorotan di
masalah kesehatan di dunia, khususnya Indonesia menduduki peringkat
5 sebagai negara paling berisiko HIV/AIDS di benua Asia. Level tinggi
Replikasi virus HIV secara terus menerus akan menurunkan jumlah limfosit T CD4 dalam tubuh, hingga suatu saat sistem kekebalan tubuh akan menurun drastis yang memudahkan terjadinya gejala infeksi oportunistik hingga berakhir dengan kematian. Memberikan akses terhadap pelayanan kesehatan gigi primer yang diperoleh melalui pengenalan Manifestasi oral tertentu menjadi tolak ukur dalam menegakkan diagnosis dini infeksi HIV yang nantinya akan menunjang kualitas hidup ODHA. Penguasaan pengetahuan serta sikap komprehensif yang dibutuhkan oleh dokter gigi dalam memberikan perawatan pada ODHA. Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKGUI) tentang HIV/AIDS. Metode: Penelitian statistik deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan mengambil data primer secara langsung pada keseluruhan responden siswa klinik FKGUI. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang menilai tiga komponen HIV/AIDS, meliputi tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan perawatan gigi. Hasil Penelitian: Dari total 275 responden, mayoritas dalam populasi penelitian (84,4%)
adalah perempuan. Tingkat pengetahuan mahasiswa klinik FKGUI cukup baik (70,2% responden) dengan kecenderungan meningkat seiring bertambahnya usia serta meningkatkan tingkat studi di klinik dilihat dari angkatan masuk. Dari total tujuh indikator pada komponen pengetahuan, hanya indikator penularan dan cara penularan HIV/AIDS menunjukkan tingkat pengetahuan yang rendah, dengan jumlah lebih dari setengah dari responden. Berbeda dengan tingkat pengetahuan, sikap mahasiswa klinis FKGUI tentang HIV/AIDS cukup memadai dengan persentase 84% responden total ke dalam kategori sikap netral. Kemudian, sikap negatif hanya dimiliki oleh responden wanita dengan rentang usia 21-23 tahun yang memasuki tahun 2017- 2018. Tindakan responden terhadap HIV/AIDS tergolong positif (91,6%) dan tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan, baik berdasarkan jenis kelamin, usia dan generasi dalam variabel tindakan. Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun tingkat pengetahuan dan tindakan responden tentang HIV/AIDS baik, sikap responden masih tergolong netral terhadap ODHA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Septiawan Putri
"Mahasiswa profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) yang lulus tepat waktu jumlahnya sangat sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat asosiasi antara motivasi, pembiayaan, dan kooperasi pasien dan waktu kelulusan mahasiswa profesi FKG UI. Sampel 80 orang merupakan alumni angkatan 2006-2010. Metode yang digunakan adalah analitik dengan desain studi potong-lintang. Kuesioner diuji reliabilitas Cronbanch`s Alpha. Uji Chi-Square digunakan untuk mengetahui asosiasi antara variabel terikat dan variabel bebas. Hasil penelitian menunjukkan secara statistik tidak terdapat hubungan antara motivasi dan pembiayaan dan waktu kelulusan (p motivasi= 0,549, p pembiayaan= 0,240). Namun, kooperasi pasien memiliki hubungan (p= 0,001).

There are only few profession student who graduate on time. This study is crosssectional design which aims to examine whether there are any relations between motivation, finance, patient cooperation,and graduation time of profession students in Faculty of Dentistry University of Indonesia. Samples were dental students alumni from year 2006-2010. 80 samples were taken by purposive sampling method. Questionnaire reliability was tested by Cronbanch`s Alpha. Chi-Square statical analysis was used.The result shows that motivation and financing were not related to graduation time (p= 0,549, p= 0,240). However, there was relation between patient cooperation and graduation time (p = 0,001)."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S45617
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>