Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122905 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Putri Salsabila
"Digitalisasi media massa di era internet mendorong pergeseran sistem, baik dalam ruang redaksi yang bertugas memproduksi berita maupun divisi non-berita yang menjalankan operasionalisasinya. Media daring perlu memenuhi key performance index (KPI) agar memenuhi ekspektasi untuk mendapatkan pendapatan iklan. Sensasionalisme menjadi salah satu cara yang digunakan untuk meraih hal tersebut. GridPop.id sebagai salah satu situs yang berada di bawah naungan Grid.id menyajikan berita peristiwa tentang perempuan termasuk peristiwa kekerasan seksual. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis aspek, karakteristik, dan diksi sensasionalisme. Melalui analisis 7 dari 93 berita kekerasan seksual yang rilis di GridPop.id pada bulan April tahun 2022, ditemukan bahwa penggunaan aspek: pemilihan topik, gaya penulisan, pemanfaatan fakta, dan penggunaan kiasan; karakteristik: berita lunak dan referensi dalam judul; serta serta penggunaan diksi yang tidak disarankan muncul dan berkontribusi dalam penggunaan sensasionalisme secara keseluruhan.

The digitalization of mass media in the internet era has driven a shift in the system, both in the newsroom that is in charge of producing news and in the non-news division that carries out its operations. Online media need to meet the key performance index (KPI) in order to meet expectations to earn advertising revenue. Sensationalism is one of the methods used to achieve this. GridPop.id as one of the sites under the auspices of Grid.id provides news on events about women, including incidents of sexual violence. This paper aims to analyze the aspects, characteristics, and diction used in sensationalism. Through 7 article analysis of 93 sexual violence news released on GridPop.id in April 2022, it was found the use of aspects: topic selection, writing style, use of facts, and use of figures of speech; characteristics: soft news and references in the title; as well as the use of disapproved diction exist and contributed to the overall use of sensationalism."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Denasty Putri Puspita Aulia
"Market driven journalism mendorong para pembuat berita untuk bersaing memperoleh perhatian penonton dengan menggunakan sensasionalisme. Berita sensasional dibuat atas nama rating penonton yang tinggi sehingga memperoleh keuntungan besar. Salah satu jenis berita televisi yang tergolong sensasional adalah berita kriminal yang memiliki kemampuan menarik perhatian khalayak. Berita kriminal tidak luput dari keberadaan perempuan. Berita kriminal dengan pelaku perempuan yang cukup menarik perhatian publik adalah kasus pembobolan dana nasabah bank swasta oleh Malinda Dee. Dalam penelitian ini, penulis ingin mengukur tingkat sensasionalisme berita Melinda Dee yang ditampilkan oleh dua program berita Seputar Indonesia RCTI dan Reportase Trans TV.
Penulis menggunakan konsep dan indikator ?sensasionalisme? yang sudah digunakan dalam penelitian sebelumnya oleh Zhou (2001). Penelitian ini menggunakan paradigma positivis dan bersifat deskriptif. Penulis hendak membuktikan teori atau konsep dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi dengan membandingkan pesan dari sumber yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program berita Seputar Indonesia lebih sensasional dalam menyajikan berita Melinda Dee dibandingkan dengan program berita Reportase. Penelitian ini juga membuktikan bahwa personalisasi berita mengenai Melinda Dee sangat sering digunakan pada kedua program berita agar lebih sensasional.

Market driven journalism driving newsmaker to compete in getting attention with sensationalism for the audience. Sensational news are made up by gaining high rate audience for income or big profit from the advertising agency. One type of television news categorized sensational is crime news which have the ability to draw many audience?s attention. Crime news never losing the presence sight of a woman. Crime news with women offender which has drawn attention on public audience is fraud case at one of overseas private bank by Malinda Dee. In this research, author wants to examine the degree of sensationalism in Melinda News published by two news media programs Seputar Indonesia RCTI and Reportase Trans TV.
Author adopts the concept and sensationalism indicator that have been applied by previous research conducted by Zhou (2001). This descriptive research uses the positives paradigm. Author wants to prove that concept by using quantitative approach. The method conducted in this research use content analysis by comparing the message from two news Media programs that mention before (Seputar Indonesia RCTI and Reportase Trans TV). The research outcomes have found that in presenting news of Melinda Dee, Seputar Indonesia RCTI News Program more sensational than Reportase Trans TV. Furthermore, in order to make the news more sensational, both of news programs often use personalization of Melinda Dee.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aswan Zanynu
"Peristiwa 1965 merupakan salah satu garis batas dalam sejarah Indonesi, keadaan dan orientasi Indonesia berbeda sebelum dan setelah tahun tersebut. Dalam dua dekade terakhir setelah Orde Baru tidak berkuasa lagi, narasi tentang tentang Gerakan 30 September (G30S) 1965 bukan menjadi alat propaganda negara lagi. Peran pewarisan memori dapat dengan leluasa dilakukan oleh media. Di tahun 2015 sejumlah media berita online mengisahkan kembali Peristiwa 1965 (G30S dan pasca-G30S). Memori atas Soeharto sebagai tokoh yang memainkan sejumlah langkah strategis di tahun 1965 menjadi penting untuk menjadi objek kajian mengingat peristiwa tersebut yang membawanya berada di tampuk kekuasaan Indonesia selama tiga dekade. Studi ini berangkat dari premis bahwa besarnya kapasitas ruang di internet dan dukungan pranala (hypertext) pada web, memungkinkan situs berita menyajikan memori yang beragam dan lebih lengkap. Oleh karena itu, penelitian ini mempertanyakan: Bagaimana situssitus berita daring Indonesia menarasikan memori atas Soeharto dan Peristiwa 1965 setelah setengah abad berlalu? Penelitian ini menggunakan cara pandang memori kolektif Maurice Halbwachs, konsep memori media dari Motti Neiger dkk, serta teori Paradigma Naratif Fisher. Dengan menggunakan metode framing dari Pan dan Kosicki, studi ini menganalisis 27 artikel artikel pelengkap yang dikaji dan tersebar di enam situs di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Soeharto ditampilkan dalam dua wajah. Pertama, sebagai tokoh militer ‘penyelamat’ yang berhasil menghentikan rencana makar. Kedua, sebagai ‘avonturir’ yang mengetahui rencana makar tersebut sambil mempersipkan diri untuk menggagalkan dan mengambil keuntungan atasnya. Keterlibatan Soeharto dalam persekusi pasca-G30S juga dilihat dari dua cara pandang atas dirinya tersebut. Namun demikian, tidak ditemukan ketepatan narasi antarteks yang kuat saat studi ini mengkonfirmasi satu narasi dengan narasi lain dari keseluruhan artikel. Satu teks dengan teks lain tidak cukup saling mendukung atau menguatkan. Studi ini juga menemukan bahwa internet dengan ruang yang nyaris tak terbatas, bukanlah jaminan bagi munculnya narasi memori alternatif. Implikasi teoritis yang ditawarkan dari studi ini adalah lima premis memori media yang dalam studi-studi terdahulu cenderung mengadopsi premis memori kolektif. Premis yang pertama, memori media merupakan memorabilia yang bersesuaian dengan nilai berita. Kedua, media berperan sebagai agen seleksi utama di antara agen-agen memori lain. Ketiga, memori media merupakan salah satu instrumen untuk menjaga kepentingan media. Keempat, media lebih cenderung mewariskan memori yang telah menjadi konsensus atau pengetahuan bersama dalam masyarakat. Kelima, memori media bersifat fragmen dan banal.

The 1965 event was one of the watershed in Indonesian history, the circumstances and orientation of Indonesia was different before and after that year. In the last two decades after the New Order was no longer in power, the narrative about the September 30th Movement (G30S) was not a state propaganda tool anymore. Media can offer the memory unimpeded. In 2015 a number of online news media retold the events of 1965 (G30S and post-G30S). The memory of Suharto as a figure who played a number of strategic steps in 1965 became important be the object of study which the event that brought him to control Indonesia for three decades. The premise of this study is the amount of space capacity on the internet and the support of links (hypertext) on the web, allows news sites to serve more complete and diverse memory. Therefore, this study questions: How do Indonesian online news sites narrate the memory of Soeharto and the events of 1965 after half a century has passed? This study uses the collective memory perspective of Maurice Halbwachs, the concept of media memory from Motti Neiger et al, and the theory of Fisher's Narrative Paradigm. Using the framing method from Pan and Kosicki, this study analyzed 27 supplementary article articles reviewed and spread across six sites in Indonesia.
As results, the study show that Suharto was narrated on two faces. First, as a military figure ‘savior’ who succeeded in stopping the plot of treason. Second, as 'avonturir' who knows the plot of the plan while preparing himself to overcome and take advantage of it. Suharto's involvement in the post-G30S persecution was also seen from the two perspectives on him. However, it was not found the accuracy in the texts when this study confirmed one narration with another narration of the entire article. One text with another text does not support or strengthen each other enough. The study also found that the internet with almost unlimited space is no guarantee for present the alternative memory narratives. The theoretical implications offered by this study are the five media memory premises which in any studies before tended to adopt the premise of collective memory. The first premise, media memory is memorabilia that corresponds to news value. Second, media acts as the main selection agent among other memory agents. Third, media memory is one of the instruments to safeguard the interests of the media. Fourth, the media are more likely to present memory that has become consensus or shared knowledge in society. Fifth, media memory is fragmental and banal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
D2643
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Octaviana
"Persaingan antara berbagai stasiun televisi melahirkan praktek marketdriven journalism, yaitu praktek jurnalistik yang menjadikan pesan sebagai komoditas, sehingga dibuat untuk dapat memenuhi keinginan pasar. Persaingan terjadi antara stasiun televisi Metro TV dan TV One, sebagai stasiun televisi swasta nasional yang memfokuskan siarannya pada program berita. Persaingan mengarahkan berita menjadi lebih sensasional, sehingga dapat menarik perhatian khalayak.
Oleh karenanya, penelitian ini hendak membandingkan tingkat sensasionalisme dalam program berita di Metro TV dan TVOne, lewat program Metro Siang dan Kabar Siang. Dari perbandingan tersebut dapat dilihat bagaimana strategi pengemasan berita yang dilakukan oleh masing-masing program dalam menghadapi persaingan pasar. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah 'sensasionalisme', yang pernah digunakan dalam penelitian terhadap berita televisi di Amerika oleh Shuhua Zhou (2001). Ia menekankan pentingnya dimensi format (pengemasan audio visual), selain dimensi isi.
Penelitian dengan paradigma positivis ini bersifat deskriptif. Penelitian ini hendak membuktikan teori atau konsep dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah analisis isi, yaitu dengan membandingkan pesan dari dua sumber yang berbeda (Metro TV dan TVOne).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat sensasionalisme pada program berita Kabar Siang lebih tinggi dibandingkan program berita Metro Siang. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa dimensi format memang terbukti penting untuk mengukur sensasionalisme berita televisi. Hal ini disimpulkan dari penemuan yang menyatakan bahwa pengemasan audio visual untuk berita dengan topik sensasional belum tentu lebih sensasional dibandingkan berita dengan topik non sensasional.

The competition amongst various television stations has lead to a marketdriven journalism practice, where messages as used as commodities that could be sold to fulfill market demand. Such competition also happened between Metro TV and TVOne, two national private television stations, which focuses their programs on newscast. The competition has transformed news to be more sensational in order to attract the audience's attention.
For that reason, this research was conducted to compare the level of sensationalism in the news programs of Metro TV (Metro Siang) and TVOne (Kabar Siang). The research aims to compare the news packaging strategy used by each program to face market competition and strengthen their positioning in the market. The concept used in this research is 'sensasionalisme', which once was tested by Shuhua Zhou (2001) in a previous research on television news in USA. He emphasized the importance of format dimension (audio-visual packaging), in addition to content dimension.
This descriptive research paper uses positive paradigm. The research aims to prove the concepts or theories by using quantitative approach. The methodology used in this research is content analysis, which compares messages from two different sources (Metro TV and TVOne).
The research findings revealed that the level of sensationalism of Kabar Siang of TVOne is higher than Metro Siang of Metro TV. In addition, the researcher also discovered that besides content dimension, format dimension is also an important aspect in measuring the sensationalism of news programs. This is concluded from the research findings which reveal that the audio visual packaging of sensational news is not necessarily more sensational than the packaging for non sensational news.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S5096
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sarah Solihat
"ABSTRAK
Peneliti melihat sebuah teknik foto tidak hanya sebagai komposisi dalam
foto, tetapi merupakan sebagai bentuk tanda dalam memberika sebuah pesan.
Pesan disampaikan sebagai kritik dalam sebuah masalah sosial. Peniliti ingin
melihat bagaimana kritik sosial dibagun dalam Kompas, dan kepada siapa kritik
ditujukan. Penelitian menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan
kualitatif, strategi penelitian analisis semiotika, dan sifat penelitian deskriptif.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kebanyakan foto, dalam penelitian ini
menggunakan foto halaman utama Kompas, bermain dalam ranah sudut pandang,
lensa, dan juga jarak pengambilan. Ketiga teknik tersebut, memberikan tanda-
tanda tersendiri dalam foto yang ditampilkan untuk menunjukkan kritik sosial
yang ingin disampaikan. Masalah yang sering diangkat dalam foto headline
Kompas adalah masalah kurangnya perhatian kepada masyarakat menengah
kebawah.

ABSTRACT
I have seen that a technical photography is not only determined as the
composition inside it, but also as a sign to deliver a message. That message has
been delivered as a critical towards social issues. I would like to see further how
social critical has been built in KOMPAS daily newspaper, and to whom this
critical is dedicated. This research is using constructivist paradigm, a qualitative
approach, semiotic analyze as research strategy, and descriptive research
tendency. The final result shows that mostly photographs, which in this research
are using the headline photo of KOMPAS, have masquerade into point of view,
lens, and shooting distance. Those three techniques give certain signs inside its
photograph, which has been published to deliver a social critical instead. The
main issue or problem that recently becomes KOMPAS headline photograph is
the lake of attention towards middle low class society."
2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fikri AR
Malang: UB Press, 2016
070.4 FIK j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Glessing, Robert J
Chicago: Science Research Associated, 1973
070 GLE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nadapdap, Amir
Medan: KIPPAS dan BINA INSANI, 2003
070.4 JUR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Juvano
"Saat ini, banyak sekali media baik cetak mau pun daring yang memberitakan tentang olahraga, namun sangat sedikit yang menulis berita olahraga tingkat kampus. Biasanya, beritaberita seputar event olahraga tingkat kampus hanya disajikan sebagai selingan dari berita olahraga internasional maupun nasional yang levelnya sudah professional. Belum ada media olahraga yang khusus memberitakan tentang olahraga kampus khususnya sepakbola dan futsal secara utuh. Sebagai salah satu olahraga yang paling banyak diminati masyarakat, tentu dibutuhkan info terkait sepakbola maupun futsal walaupun hanya setingkat kampus, seperti info event sepakbola atau futsal, info pemain (dari lingkungan kampus), prestasi mahasiswa di bidang olahraga sepak bola dan futsal, perlengkapan sepak bola dan futsal, dan tim sepakbola dan futsal (dari lingkungan kampus). Terlebih lagi remaja sekarang merupakan generasi millenial yang sangat tergantung dengan internet, semakin mudah mereka untuk mengakses informasi yang mereka butuhkan. Bagian.

At present, there are a lot of good print and online media that preach about sports, but very few write campus-level sports news. Usually, news about campus-level sports events is only presented as a distraction from international and national sports news whose levels are professional. There is no sports media that specifically reports on campus sports, especially football and futsal as a whole. As one of the most popular sports of the community, of course, it requires information related to football and futsal, even though it is only at the campus level, such as info on football or futsal events, player info (from the campus environment), student achievements in soccer and futsal, soccer equipment and futsal, and football and futsal teams (from the campus environment). Moreover teenagers are now a millennial generation that is very dependent on the internet, the easier it is for them to access the information they need."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Brooks, Brian S.
New York: St. Martin`s Press, 1993
070.4 BRO w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>