Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167344 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinaga, Klara Talenta
"Pencemaran logam berat pada badan air yang merupakan sumber air baku menjadi isu penting dalam teknologi pengolahan air bersih. Saat ini, sebagian besar pengolahan air bersih masih mempergunakan metode konvensional yaitu koagulasi-flokulasi-sedimentasi (KFS). Akan tetapi, metode tersebut belum cukup efektif dalam menyisihkan logam berat dari air baku. Sementara itu, teknologi membran filtrasi diketahui mampu menyisihkan molekul hingga ion termasuk logam berat. Salah satu logam berat yaitu tembaga (Cu) dengan konsentrasi tinggi sebesar 0,07 mg/L yang melebihi batas baku mutu PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terkandung dalam sedimen Danau Salam Universitas Indonesia (UI). Oleh karena itu, diperlukan sebuah studi untuk mengkaji efisiensi penyisihan logam Cu dan dosis optimum dari koagulan pada proses KFS serta proses kombinasi dengan ultrafiltrasi (UF) dan mikrofiltrasi (MF). Pada seri pertama eksperimen, air Danau Salam yang mengandung 2 ppm tembaga dalam bentuk tembaga (II) sulfat digunakan sebagai umpan. Eksperimen jar test dan filtrasi vakum dilakukan pada skala laboratorium pada tekanan konstan 0,7 bar menggunakan membran filter PES 0,03 m dan glass microfiber 1,2 m. Parameter kualitas air berupa kekeruhan, Total Dissolved Solid (TDS), dan Cu terlarut, diuji di setiap percobaan untuk mengetahui kinerja sistem KFS dan kombinasi (KFS-UF dan KFS-MF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80,55 ± 0,14% Cu dieliminasi melalui proses KFS-UF dan 76,45 ± 0,64% Cu melalui KFS-MF pada dosis alum optimum 70 mg/L. Meskipun demikian, dosis koagulan alum dapat dikurangi hingga ±50% (30 mg/L) dengan tetap memperoleh penyisihan Cu yang tinggi, yaitu sebesar 88,2 ± 1,13% melalui proses KFS-UF dan 87,35 ± 1,84% melalui KFS-MF.

Heavy metal pollution in water bodies, which are the source of raw water, is an essential issue in water treatment. Currently, most water treatment plants operate by using conventional methods, i.e., coagulation-flocculation-sedimentation (CFS). However, this method is less effective in removing heavy metals. Meanwhile, membrane filtration methods are able to remove pollutants effectively from water, even ions, including dissolved metals. Heavy metals copper (Cu) in the sediments of Lake Salam of Universitas Indonesia (UI) was found at higher concentrations of 0.07 mg/L in comparison to the Government Regulation No. 22 of 2021 on Implementation of Environmental Protection and Management. Therefore, a study is needed to examine the efficiency of Cu removal in the CFS process combined with ultrafiltration (UF) and microfiltration (MF) at the optimum alum dose. In the first series of experiments, Lake Salam water containing two ppm copper in the form of copper (II) sulfate was used as feed. Jar test and vacuum membrane filtration experiments were performed at a laboratory scale at a constant pressure of 0.7 bar using 0.03 μm PES and 1.2 μm glass microfiber membrane filter. Water quality parameters, such as turbidity, Total Dissolved Solid (TDS), and dissolved Cu, were tested in each experiment to determine the performance of the CFS and hybrid systems (CFS-UF and CFS-MF). The results showed that 80.55 ± 0.14% of Cu were eliminated through the CFS-UF process and 76.45 ± 0.64% Cu through CFS-MF in the optimum alum dose of 70 mg/L. However, the coagulant dosage can be reduced to ±50% (30 mg/L) while still obtaining high Cu removal, which was 88,2 ± 1,13% through the CFS-UF process and 87.35 ± 1.84% through CFS-MF."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyanisa Nadhifah Sirod
"Tembaga berperan penting dalam kehidupan masyarakat modern. Semakin hari kadar tembaga terus menurun, menyebabkan meningkatnya energi per tembaga yang dihasilkan. Tembaga umumnya diproduksi melalui proses hidro- atau piro-metalurgi. Namun baru-baru ini, proses tembaga sinergis berenergi rendah diusulkan. Salah satu prosesnya adalah presipitasi tembaga. Proses hidro-presipitasi digunakan untuk memulihkan tembaga secara selektif. Hasil presipitasi menghasilkan kualitas tembaga yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar konsentrat tembaga sulfida yang biasa digunakan dalam proses pirometalurgi. Produk tembaga hasil presipitasi di proses hidrometalurgi dimasukkan ke dalam smelter/converter untuk mengurangi energi dalam produksi tembaga.
Presipitasi tembaga dari larutan sulfat dan bahan pengendapan berbasis kalsium seperti kapur menghasilkan co-kristalisasi gipsum. Adanya gipsum pada produk menyebabkan turunnya kadar presipitat. Namun, gipsum dan produk tembaga mengendap dengan ukuran yang berbeda. Oleh karena itu, pemisahan fisik melalui proses penyaringan mungkin dilakukan untuk menghilangkan gipsum dan meningkatkan kualitas produk tembaga. Efek waktu presipitasi, tingkat penambahan reagen, dan latar belakang larutan selama proses presipitasi diselidiki, untuk menemukan kondisi yang mampu meningkatkan pemisahan fisik antara endapan tembaga dan kristal gipsum.
Hasil menunjukan bahwa kadar tembaga tertinggi 23.3 Cu dihasilkan dengan menggunakan air deionisasi sebagai latar belakang larutan. Akan tetapi, pemisahan optimal dan pemulihan terbaik 31.3 Cu dicapai pada kondisi basis dengan penambahan kapur yang lebih rendah, karena sisa kapur pada system menghambat potensi pemisahan. Dengan itu dapat disimpulkan bahwa, penambahan kapur memberikan pengaruh terbesar pada pemulihan dan pemisahan.

Copper is essential in modern society. The current grade is decreasing, resulting in an increase in energy per copper obtained. Copper is generally produced from hydro or pyro metallurgical process. But recently, a low energy synergistic copper process is proposed. The process involves precipitating copper. A hydro precipitation step is utilised to selectively recover the valuable copper. The precipitate copper provides a higher copper grade compared to standard copper sulphide concentrate used in the pyrometallurgical process. The copper product from a hydrometallurgy process is fed into a smelter converter to reduce the overall energy of copper production.
Copper precipitation from sulphate solutions and calcium based precipitation agent like lime results in co crystallisation of gypsum. This presence of gypsum decreases the grade of precipitates. Gypsum and copper product precipitated at different sizes. Therefore, physical separation processes such as screening may be applied to remove gypsum and improve the copper product grade. Effects of residence time, reagent addition rate, and background solutions during continuous precipitation were investigated to find conditions, which enhance the physical separation between precipitated copper and gypsum crystals.
The results show that the highest copper grade 23.3 Cu was produced using DI water as the background solutions. However, the optimum separation along with the largest product recovery 31.3 Cu was achieved at baseline conditions, when lower lime addition rate was utilised, as the presence of unreacted lime inhibits the potential of separation. Therefore, lime addition rate was discovered to have the greatest influence on recoveries and separation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Sudorowerdi
"ABSTRAK
Kandungan garam di dalam air laut dapat dikurangi konsentrasinya, melalui proses osmosa balik. Osmosa balik adalah proses pemisahan zat-zat dalam larutan dengan cara permeasi di bawah tekanan melalui membran yang sesuai.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat membran dengan menggunakan bahan dasar nilon-6 dan menentukan pengaruh annealing terhadap karakterisasi membran. Membran nilon-6 dapat dibuat dengan cara mencampurkan nilon-6, asam format, dan formamida. Campuran tersebut diaduk, dilanjutkan dengan proses pencetakan, penguapan, pencelupan dalam air, dan memvariasi kondisi pemanasan (annealing). Membran yang dihasilkan diuji harga penolakan garam, kecepatan aliran, kandungan air, kuat regang dan perpanjangan putus, serta melihat pori-pori membran yang dihasilkan dengan menggunakan SEM.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur annealing, dan pada kisaran waktu annelaing antara 5 sampai dengan 10 menit, semakin tinggi temperatur dan semakin lama waktu annealing, maka besarnya harga penolkan garam, kuat regang dan perpanjangan putus meningkat, sedangkan kecepatan aliran dan kandungan air menurun."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anda Lucia
"Pemisahan gas alam dengan sistem membran polimer merupakan teknologi terbaru dibandingkan teknologi distilasi kriogenik dan absorpsi. Pemisahan menggunakan membrane mempunyai kelebihan yaitu sederhana, modular, mudah dioperasikan dan biaya rendah dan efisien terhadap pemakaian energi. Pemisahan gas menggunakan membran dengan perpindahan yang terfasilitasi atau facilitated transport membrane mempunyai selektifitas yang tinggi dibandingkan dengan membran polimer yang konvensional karena adanya reaksi bolak balik yang terjadi antara gas yang akan dipisahkan dengan pembawanya (carrier). Proses pembuatan membran dilakukan dengan teknik inversi fasa yaitu presipitasi pencelupan dimana bahan dasar polimer adalah selulosa asetat sedangkan pelarutnya adalah aseton dan formamida. Adapun pembawa (carrier) digunakan natrium karbonat, glycine dan polyetilen glikol (PEG). Komposisi selulosa asetat, aseton, formamida dan pembawa yaitu 1:2,15:1:0,1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa membran dengan penambahan pembawa berupa PEG 400 memberikan laju permeasi CO2 sebesar 2.55 x 10^ˉ6 cm³ (STP) cmˉ² ^ˉ1 cmHg dan nilai selektifitas gas CO2 terhadap CH4 yang tinggi yaitu sekitar 178.4 pada tekanan 103.4 cmHg dan suhu 25°C.

Separation of common gasses (CO2 in natural gas) is commercially accomplished by cryogenic distillation, absorption and more recently by polymeric membrane separation. Membrane separation is promising for CO2 separation process because of its inherent simplicity, ease of control, compact modular nature, lower cost and energy efficiency. Gas separation using facilitated transport membrane has been attracting attention since 'very high selectivity is obtained compared to conventional polymeric membrane include permeability for target species because of reversible reaction between the carriers in membrane and the target species. This research is focus on synthesis of membrane fixed carrier that cellulose acetate is used as based polymer and sodium carbonate, glycine and polyethylene glycol as the carriers. 'The cellulose acetate and the carriers blend that used for this research were prepared by inversion phase method with immersion precipitation The composition of cellulose acetate, icane, formamide and carriers in membrane were 1: 2,15: 1: 0,1 respectively. The results show that the membranes possess better selectivity than that of other fixed carrier membrane reported in the literature (same polymer and carrier). In the measurements with pure gases, at 25 103.4 cmHg of pressure, the membrane with PEG 400 displays a CO2 permeance of 2.55 x 10^ˉ6 cm³ (STP) cmˉ² ^ˉ1 cmHg and highest CO2/CH4 ideal selectivity of 178.4."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matsuura, Takeshi
Boca Raton: CRC Press, 1994
660.284 2 MAT s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Samsul Hadi Saputro
"Limbah cair kelapa sawit dapat diproses menggunakan teknologi anaerobic digestion
untuk menghasilkan biogas. Biogas yang dihasilkan dari proses anaerobic digestion
masih memiliki kandungan gas pengotor yang cukup tinggi, yaitu CO2 sebesar 30% –
45% dan H2S sekitar 1500 - 3000 ppm. Pada penelitian ini akan dilakukan studi kelayakan
pembangunan anaerobic digestion dari limbah kelapa sawit dan fasilitas pemurnian
biogas dengan tiga pilihan teknologi yaitu water scrubbing, amine scrubbing dan
pemisahan menggunakan membran. Kajian teknologi dilakukan dengan melakukan
simulasi menggunakan software Aspen Plus dengan laju alir biogas 0,8 MMCFD dan
dengan memvariasikan kandungan gas metana dalam biogas sebesar 50% dan 65% fraksi
mol. Target produk biometana mengandung CH4 > 95%, CO2 < 5%, H2S < 10 ppm dan
kandungan air < 10 lb/MMscf. Biaya investasi dan operasi untuk fasilitas anaerobic
digestion menggunakan data proyek biogas terdahulu yang telah terdaftar pada proyek
CDM (Clean Development Mechanism) UNFCCC di Indonesia. Sedangkan biaya
investasi untuk fasilitas pemurnian biogas didapatkan dari hasil simulasi menggunakan
software Aspen Plus. Kajian keekonomian dilakukan untuk menghitung harga jual gas
biometana dengan nilai pengembalian investasi yang diharapkan sebesar 12%. Tingkat
kemurnian biometana dari fasilitas water scrubbing mencapai 97,38%, dari fasilitas
amine scrubbing mencapai 99,93% dan dari fasilitas membran mencapai 95,04%. Dari
hasil simulasi dan perhitungan, didapatkan harga jual biometana paling rendah adalah
sebesar $13,06/MMBtu dengan menggunakan teknologi amine scrubbing.

Palm oil Mill Effluent can be processed using anaerobic digestion technology to produce
biogas. Biogas produced from the anaerobic digestion process still contains a high amount
of impurity gases, namely CO2 of 30% - 45% and H2S of around 1500 - 3000 ppm. This
research will conduct a feasibility study on developing a biogas upgrading facility from
an anaerobic digestion process of palm oil mill effluent with three technological options,
water scrubbing, amine scrubbing and membranes. The technical study was carried out
using Aspen Plus software with a biogas flow rate of 0.8 MMCFD and varying the
methane content in biogas by 50% and 65% mole fraction. The target biomethane product
contains CH4 > 95%, CO2 < 5%, H2S < 10 ppm and water content <10 lb/MMscf. The
investment and operating costs for anaerobic digestion facilities use data from previous
biogas projects that have been registered in the UNFCCC CDM (Clean Development
Mechanism) project in Indonesia. Meanwhile, the biogas upgrading facility's investment
cost is obtained from the simulation results using Aspen Plus software. An economic
study was conducted to calculate the gas price of biomethane with an expected internal
rate of return of 12%. The purity level of biomethane from water scrubbing facilities
reached 97.38%, from amine scrubbing facilities reached 99.93%, and from membrane
facilities reached 95.04%. From the simulation and calculation result, the lowest gas price
of biomethane was $ 13.06/MMBtu using amine scrubbing technology.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suminto Winardi
"ABSTRACT
Membran anorganik MCM-41 diketahui mempunyai selektifitas cukup tinggi pada pemisahan cair-cair atau gas-gas. Membran silika sistem aliran satu dimensi MCM-41 dapat disintesis pada membran pendukung yang terbuat dari zeolit Malang dan clay Lampung dengan metode hidrotermal. Komposisi larutan mol yang digunakan untuk membuat MCM-41 adalah TEOS : CTABr : NaOH : H2O = 1 : 0,05 : 3,13 : 124,07. Hasil IR menunjukkan bahwa clay sebagai binder material mempunyai kemiripan komposisi dengan zeolit sebagai bahan support. Hasil XRD juga menunjukkan pola difraksi yang hampir sama. Sintering support menunjukkan tingkat kristalinitas yang lebih tinggi walau ada puncak difraksi yang hilang. Setelah pelapisan, hasil XRD terlihat puncak difraksi MCM-41 pada 2? = 2,09. Foto SEM menunjukkan tebal film MCM-41 mencapai 15?m. Pada foto permukaan, terlihat homogenitas distribusi Si dipermukaan support. Pada foto melintang, terlihat ada penyebaran unsur Si yang merata antara sisi support dan film MCM-41, dan terbentuknya nanokomposit MCM-41/support. Analisis dengan EDX juga membuktikan hal ini. Analisis gas permeasi N2 pada membran membuktikan ada kontribusi aliran viskus, mengindikasikan ukuran pori MCM-41 tidak terdistribusi seragam. Hasil filtrasi etanol 5% menggunakan membran setelah kalsinasi dengan bantuan tekanan, dianalisis melalui GC dan dihasilkan kadar filtrat 10,21% dan sisa yang tidak tersaring menunjukkan kadar 4,92%. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parningotan, Samuel
"Industri tekstil adalah salah satu kontributor utama pencemaran air, khususnya pencemaran zat warna. Pencemaran ini umumnya didominasi pada zat warna berjenis AZO yang memiliki dampak buruk bagi manusia dan lingkungan. Penyisihan zat warna AZO melalui pengolahan biologis konvensional menjadi tantangan akibat dari waktu proses yang lama serta sifat toksisitas yang dimiliki zat warna. Pada penelitian ini, penyisihan zat warna diteliti dengan menggunakan proses KFS, FLO, maupun kombinasi keduanya. Penelitian ini dilakukan pada alat jar test dengan menggunakan variasi dosis koagulan (10-80 mg/L), dosis H2O2 (42-1.680 mg/L), dan model kombinasi (KFS-FLO, FLO-KFS, dan FLO/KFS). Penyisihan zat warna Congo red sebesar 89% dicapai pada model kombinasi KFS-FLO pada kondisi 24 mg/L FeCl3, 280 mg/L H2O2, pH 8 (KFS) dan pH 3 (FLO). Hasil ini dibandingkan dengan persentase penyisihan pada kondisi terpilih di setiap masing-masing proses KFS (45%) dan FLO (62%). Selain memberikan efektivitas penyisihan yang tinggi, model kombinasi KFS-FLO menunjukkan penghematan biaya operasional akibat dari berkurangnya penggunaan H2O2 dan penyisihan yang sudah dilakukan koagulan pada proses KFS.

The textile industry is one of the main contributors to water pollution, especially dye pollution. This pollution is generally dominated by AZO-type dyes which harm humans and the environment. Removal of AZO dyes through conventional biological treatment is a challenge due to the long processing time and the toxicity of the dyes. In this study, dye removal was investigated using the CFS, FLO, or a combination of both processes. This research was conducted using a jar test using various coagulant doses (10-80 mg/L), H2O2 doses (42-1,680 mg/L), and combination models (CFS-FLO, FLO-CFS, and FLO/CFS). Congo red dye removal of 89% was achieved in the CFS-FLO combination model at conditions of 24 mg/L FeCl3, 280 mg/L H2O2, pH 8 (CFS), and pH 3 (FLO). This result is compared with the percentage of removal under selected conditions in each of the CFS (45%) and FLO (62%) processes. In addition to providing high removal effectiveness, the combined CFS-FLO model shows operational cost savings as a result of reduced H2O2 usage and coagulant removal in the CFS process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Kerang darah bersifat sebagai filter feeder dalam perairan, sehingga komoditi ini rentan terhadap akumulasi bahan berbahaya yang ada di perairan. Sebagai contoh bahan berbahaya tersebut ialah logam berat (dalam penelitian ini tembaga dan krom) serta fenol. Diperlukan suatu usaha untuk meminimalkan kandungan logam berat dan fenol pada kerang darah. Dua contoh cara yang dapat dilakukan adalah detoksifikasi dan depurasi. Pada penelitian ini, proses detoksifikasi dilakukan menggunakan metode kontinu. Sementara proses depurasi dilakukan dengan metode diskontinu dan ekstraksi asam. Kondisi optimum untuk proses detoksifikasi dicapai menggunakan variasi laju pompa alir sebesar 235 L/H dengan penurunan logam Cu dan Cr masing-masing sebesar 48,72% dan 70,59%. Sedangkan proses depurasi logam berat dengan metode diskontinu menghasilkan penurunan yang maksimal menggunakan media air tanah pada suhu 99°C selama 3 jam sebesar 30,99% untuk logam tembaga dan 66,73% untuk logam krom. Depurasi dengan metode ekstraksi asam menggunakan pelarut asam asetat menghasilkan penurunan logam tembaga dan krom secara optimal pada konsentrasi 12% masing-masing sebesar 49,48% dan 80,13%. Pada penggunaan pelarut asam sitrat kondisi optimal dicapai pada penggunaan konsentrasi 2,5% menghasilkan penurunan logam tembaga sebesar 22,65% dan logam krom 13,15%. Sementara menggunakan pelarut asam tartrat penurunan logam tembaga dan krom optimal pada konsentrasi 0,6% yakni masing-masing sebesar 29,15% dan 31,25%. Untuk depurasi fenol didapat hasil optimum menggunakan asam asetat konsentrasi 12%, yaitu terjadi penurunan kadar fenol sebesar 62,23%., Blood Cockles is a filter feeder in water, so the commodities are susceptible to accumulate of harmful substances into their body. As an example of such harmful substances are heavy metals (in this study example are copper and chromium) and phenol. Required an effort to minimize the content of heavy metals and phenols in blood cockles. Two examples are detoxification and depuration process. In this study, detoxification process is done through continuous method. While depuration process are done with discontinuous method, and acid extraction methods. The optimum conditions for the detoxification process was achieved using a variation of the pump flow rate of 235 L/H with a decrease of Cu and Cr respectively by 48,72% and 70,59%. While the process of heavy metal depuration with discontinuous method produces a decrease in the maximum use of groundwater medium at temperature of 99 °C for 3 hours by 30,99% and 66,73% for copper and chrome metal. Depuration with acid extraction method using acetic acid solvent resulted in a decrease in copper and chrome metal optimally at a concentration of 12% respectively by 49,48% and 80.13%. On the use of citric acid solvent optimal conditions was achieved in the use of a concentration 2.5% resulted in a decrease of 22,65% copper metal and 13,15% chrome metal. While using tartaric acid solvent reduction of copper metal and chrome optimal at concentrations 0,6% which is respectively 29,15% and 31,25%. For phenol depuration obtained optimum results using acetic acid concentration of 12% which decrease of 62,23% phenol.
]"
Universitas Indonesia, 2014
S58623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Merry
"Pencemaran udara disebabkan oleh polutan gas-gas beracun, salah satunya adalah Nitrogen Oksida (NOx) yang dihasilkan dari proses pembakaran tidak sempurna. Untuk mengatasi masalah ini, sejumlah teknologi untuk penyisihan gas NOx terus dikembangkan, salah satunya adalah absorpsi kimia menggunakan modul membran. Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan modul membran serat berongga berbahan dasar polisulfon, yang diaplikasikan dengan prinsip reaktor gelembung. Absorpsi berlangsung dengan menggunakan campuran absorben H2O2 dan HNO3 yang bersifat oksidator kuat. Variabel bebas yang diuji adalah konsentrasi larutan absorben H2O2 sebesar 0,25; 0,5; 1; 5; 10 %wt pada konsentrasi HNO3 konstan sebesar 0,5M dan jumlah serat membran 16, 32, dan 48. Laju alir gas masuk dibiarkan konstan pada 150 ml/menit. Nilai efisiensi penelitian tertinggi dari penelitian adalah 94,64% pada konsentrasi H2O2 10% wt dan jumlah serat membran 48. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa jumlah gas NOx yang terabsorbsi bersama dengan efisiensi penyerapan meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi H2O2 pada absorben. Percobaan juga menunjukkan bahwa modul membran dengan jumlah membran yang lebih banyak menghasilkan efisiensi penyerapan yang lebih tinggi.

Air pollution is mostly caused by toxic gas pollutants, one of which is Nitrogen Oxide (NOx) which is produced from incomplete combustion processes. To overcome this, a number of technologies for NOx gas removal has been continuously developed, one of which is chemical absorption using membrane modules. This research aims to find out about the optimum absorption condition of polysulfone-based hollow fiber module membrane with strong oxidizing agent mixture composed of hydrogen peroxide (H2O2) and nitric acid (HNO3) as its absorbent. Hollow fiber membrane module is used with bubble reactor working principle. The independent variable observed is the H2O2 concentration which is set to 0,25; 0,5; 1; 5; 10 %wt and number of membrane fibers at 16,32, and 48, while the concentration of HNO3 is kept constant at 0,5M. The inlet flow rate of the NOx gas is set constant at 150 ml/minute. The highest absorption efficiency rate obtained was 94,64% at H2O2 concentration of 10%wt and number of fibers of 48. The experimental results has showed that the amount of NOx absorbed and absorption efficiency improves with increasing H2O2 absorbent concentration. On the other hand, the experiment also shows that membrane modules with more number of fibers results in higher absorption efficiency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>