Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80685 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Bariq Rizqullah Soepadminto
"Melalui budaya partisipatif suporter dalam media sosial, proses reproduksi nasionalisme banal dalam sepakbola menjadi semakin menguat karena tiap suporter dapat berpartisipasi aktif secara dua arah dalam setiap interaksi sosial mengenai timnas Indonesia yang mengandung simbol-simbol banal. Nasionalisme banal yang berbasis pada simbol-simbol banal yang direproduksi sehari-hari justru dapat lebih menghasilkan nasionalisme yang lebih bersifat hot, dekat, c serta menguatkan sense of belonging pada suporter melalui media sosial. Penelitian ini menggunakan teori participatory culture oleh Jenkins (2009) dan nasionalisme banal oleh Billig (1995) yang melihat interaksi antara budaya partisipatif suporter timnas Indonesia di media sosial dalam proses reproduksi nasionalisme banal melalui simbol-simbol banal. Pemetaan terhadap berbagai studi sebelumnya telah memfokuskan bagaimana sepakbola berfungsi sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan, representasi citra identitas nasional, wadah reproduksi nasionalisme, dan pengaplikasian nasionalisme banal dalam berbagai arena. Berbeda dengan studi terdahulu, studi ini berfokus untuk melihat bagaimana budaya partisipatif suporter melalui Instagram memperkuat proses reproduksi nasionalisme banal melalui simbol-simbol banal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus yang datanya diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi digital. Temuan membuktikan bahwa budaya partisipatif suporter sepakbola timnas Indonesia sebagai subjek yang melakukan proses reproduksi nasionalisme dangkal melalui elemen-elemen banal yakni atribut yang mereka gunakan, yel-yel yang mereka nyanyikan, slogan yang mereka gaungkan, wacana yang mereka bicarakan, serta desain poster yang digunakan melalui media sosial telah merubah sifat nasionalisme banal yang cold nationalism menjadi hot nationalism. Proses reproduksi nasionalisme banal tersebut dapat menciptakan 2 sifat nasionalisme banal yakni hot dan cold tergantung dari ada atau tidaknya pertandingan timnas Indonesia, ada atau tidaknya kegiatan kompetisi yang diikuti timnas Indonesia,  serta siapa lawan yang dihadapi saat pertandingan tersebut
hrough the participatory culture of supporters in social media, the process of reproducing banal nationalism in football is getting stronger because each supporter can actively participate in two directions in every social interaction regarding the Indonesian national team that contains banal symbols. Banal nationalism that are reproduced daily can produce a nationalism that is more hot, close, and strengthens the sense of belonging to supporters through social media. This study uses participatory culture theory by Jenkins (2009) and banal nationalism by Billig (1995) which looks at the interaction between the participatory culture of Indonesian national team supporters on social media in the process of reproducing banal nationalism through banal symbols. The mapping of various previous studies has focused on how football functions as a form of resistance to colonialism, representation of the image of national identity, a place for reproducing nationalism, and the application of banal nationalism in various arenas. In contrast to previous studies, this study focuses on seeing how the participatory culture of supporters through Instagram strengthens the process of reproducing banal nationalism through banal symbols. This research uses a qualitative approach with the case study type research whose data is obtained from in-depth interviews and digital observations. The findings prove that the participatory culture of Indonesian national football fans as a subject carries out the process of reproducing shallow nationalism through banal elements, namely the attributes they use, the slogans they sing, the slogans they echo, the discourses they talk about, and the poster designs used. through social media has changed the nature of banal nationalism from cold nationalism to hot nationalism. The process of reproducing banal nationalism can create 2 characteristics of banal nationalism, namely hot and cold depending on whether or not there is a match between the Indonesian national team, the presence or absence of competitive activities that are participated in by the Indonesian national team, and who the opponents are facing during the match."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Dyah Agustina
"ABSTRAK
Nasionalisme banal merupakan konsep di mana media melakukan ritual mengingatkan kedudukan negara dalam masyarakat untuk mengukuhkan nasionalisme melalui hal banal atau dangkal. Film olahraga merupakan salah satu sarana mengukuhkan nasionalisme. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan bagaimana pandangan kritikus film mengenai nasionalisme banal yang tampak di dalam film olahraga Indonesia setelah reformasi. Dalam melihat penggambaran nasionalisme banal dalam film olahraga, hal yang perlu diperhatikan adalah penokohan, alur cerita, dan penggunaan identitas negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitiatif deskriptif dengan paradigma konstruktivis. Data dikumpulkan melalui wawancara kritikus dan data sekunder mengenai film olahraga setelah reformasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bagaimana film olahraga pasca reformasi ditampilkan untuk mengukuhkan nasionalisme pada tataran banal. Pengukuhan nasionalisme ini dilihat semakin banal hingga mengarah pada komodifikasi.

ABSTRACT
Banal nationalism is a concept in which the media perform a ritual reminder of the state in society to strengthen nationalism. Sports film is one of many ways to strengthen nationalism. The purpose of this study was to describe how the views of film critics about banal nationalism which appeared in Indonesia post-reform sports films. In looking at the depiction of banal nationalism in sports film, the thing to note is the characterization, plot, and the use of state identity. This study used a descriptive approach qualitative constructivist paradigm. Data were collected through interviews and secondary data critics about the films. The results of this study show how the post-reform sports films shown to strengthen banal nationalism. Banal nationalism is seen to lead to commodification."
2016
S62937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Akbar
"ABSTRAK<>br>
Perseteruan antar kelompok suporter sepak bola seringkali terjadi di dunia nyata bahkan dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi sudah mulai merambah ke media sosial. Cara-cara kekerasan yang ditempuh dalam mengatasi perseteruan ini mengakibatkan bergesernya perseteruan dari kekerasan fisik yang terjadi di dunia nyata menjadi kekerasan verbal dan ujaran kebencian yang marak di media sosial. Namun, pemanfaatan media sosial dapat diibaratkan seperti dua buah mata pisau, yaitu dapat berbentuk positif maupun negatif. Dengan memanfaatkan media sosial secara positif, penulis beranggapan bahwa perdamaian antar kelompok suporter sepak bola dapat diciptakan. Karakteristik media sosial, yang mampu menyebarkan infomasi secara luas dan cepat, dapat menjadi alternatif untuk mengatasi terjadinya perseteruan antar kelompok suporter sepak bola. Penelitian-penelitian terdahulu menjelaskan bahwa penggunaan peacemaking criminology identik dengan sistem peradilan pidana. Selain itu, penggunaan peacemaking criminology dapat berpengaruh pada penyelesaian konflik. Lebih spesifik, penulis akan menggabungkan pemanfaatan media sosial secara positif dengan peacemaking pyramid paradigm yang dicetuskan oleh John Fuller.

ABSTRACT<>br>
The clash between football team supporters happens in the real situation. Moreover, with the development of communication technology, the clash starts to happen on the social media. Supporters often express their loyalty by doing violence to other team supporters, especially physical violence. Nowadays, the physical violence in the real situation has turned into verbal violence and hate speech through social media. Those are the negative side of using social media for football team supporters. On the other hand, social media could give positive benefit as well, by taking advantage of its role in facilitating peace. Disseminating informations quickly and broadly is the character of social media that could be an alternative option of solution to the clash between football team supporters. Former researchers have explained that benefiting peacemaking criminology could possibly affect the resolution of the conflict in the clash. More Specifically, author would combine the advantage of benefiting both social media positively and peacemaking pyramid paradigm which thought by John Fuller."
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ganes Alyosha
"[ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang fenomena nasionalisme di dalam tim nasional (timnas) sepak bola di Indonesia. Konsep nasionalisme digunakan sebagai alat analisis yang utama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan tujuan untuk memaparkan bagaimana nasionalisme ditumbuh-kembangan melalui timnas Indonesia. Timnas Indonesia yang merupakan gabungan pemain terbaik dari berbagai etnik adalah representasi dari masyarakat Indonesia yang multikultur. Timnas Indonesia juga menggunakan simbol-simbol bangsa dalam sepak terjangnya di ajang internasional. Fakta-fakta tersebut membuat punggawa timnas mengidentifikasi diri mereka sebagai perwakilan bangsa. Tanggung jawab besar ada di pundak mereka setiap bertanding membela timnas. Masyarakat
Indonesia yang menjadi penggemar timnas juga menganggap tim Garuda sebagai perwakilan dari diri mereka.

ABSTRACT
, This thesis discusses the nationalism phenomenon of Indonesian football national team. The concept of nationalism is used as the main analytical tool. The method used in this study is qualitative, with the aim to explain how nationalism is fostered and promoted by the national team. Indonesian team which is a combination of best
players from different ethnic, become a representation of Indonesian multicultural society. And when the team compete in international event, they use symbols to show that they are the representative of Indonesia. So there is a huge responsibility on their shoulder then make Indonesian people become their fans because they feel that Garuda team represent them.]
"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiskus Xaverius Pradhipta Surya
"Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Praktik fan culture tentunya banyak mengalami perkembangan akibat perkembangan teknologi komunikasi. Kajian ini memberikan gambaran tentang proses konsumsi dan produksi yang dilakukan oleh fandom Sepak Bola Jakarta yang merupakan pendukung Persija Jakarta di era digital. Peneliti menemukan bahwa Soccer Jakarta memiliki beragam produk yang ditunjukkan dengan berbagai jenis saluran media yang digunakan oleh fandom Sepak Bola Jakarta. Produk-produk Soccer Jakarta diidentifikasikan menjadi dua jenis besar, yaitu digital dan fisik dan beroperasi bukan berdasarkan keinginan mencari untung dan bergerak hanya berdasarkan kecintaan mereka pada Persija Jakarta sehingga dapat dikatakan telah melakukan praktik penggemar sebagai buruh.

This research is a research that uses a qualitative method using a case study approach. The practice of fan culture has certainly undergone many developments due to the development of communication technology. This study provides an overview of the consumption and production processes carried out by the Jakarta Football fandom who are supporters of Persija Jakarta in the digital era. Researchers found that Soccer Jakarta has a variety of products which are indicated by the various types of media channels used by the Jakarta Soccer fandom. Soccer Jakarta's products are identified into two major types, namely digital and physical and operate not based on the desire to make profit and move only based on their love for Persija Jakarta so that it can be said that they have practiced fans as laborers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gatra Drestanta
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami tujuan pemberitaan media-media online mengenai rasisme dalam sepakbola di Rusia. Data yang diperoleh adalah beberapa wacana berita dari dua media Barat dan dua media Rusia pada tahun 2012-2017. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis untuk mengungkap apa makna di balik pemberitaan kasus-kasus rasisme dalam industri sepakbola di Rusia dalam tiga aspek yaitu tinjauan, konteks historis dan kekuasaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penulisan wacana berita yang dilakukan oleh keempat media online tidak semata-mata hanya sekedar memberitakan tentang rasisme dalam industri sepakbola di Rusia, akan tetapi mempunyai hal-hal tersembunyi di balik penulisan wacana berita tersebut.

ABSTRACT<>br>
This paper aimed to understand the purpose of online media rsquo s report about racism in Russian football. The data obtained are some news from two Western media and two Russian media during 2012 2017. This paper uses critical discourse analysis method to uncover the meaning behind the racism cases in Russian football industry with three aspects review, historical context and power. This study concludes that the news conducted by four online media is not merely just about racism in the football industry in Russia, but have the hidden things behind the news."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Fauziyyah Hana
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami habitus individu anggota Rekanita di arena media sosial. Data yang ditampilkan merupakan hasil dari wawancara mendalam berdurasi 1,5 jam dengan T, perempuan Bali berusia 25 tahun yang kini berdomisili di Jakarta. Dengan menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) sebagai pendekatan dan metode analisisnya, penelitian ini menganalisis kapital, habitus, dan pergerakan partisipan melalui berbagai arena sosial dalam hidupnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, meski T menjadi sasaran kekerasan simbolik, ia mampu bergerak dalam arena secara efektif dan mengerahkan agensinya lewat pembentukan sosok Rekanita ideal di media sosial.

This research aims to understand the habitus of a member of the Rekanita community on social media as the arena. The data presented here is collected from a total of 1,5 hours of in-depth interview with T, a 25-year-old Balinese woman who currently resides in Jakarta. Using Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) as the approach and analysis tool, this research analyzed the participant’s capital, habitus, as well as her mobility through different social fields. The result shows that while T is subjected to various forms of symbolic violence, she manages to feel the game within the field and exercise her agency by portraying herself as the ideal Rekanita figure on social media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pascha Pinandityo
"Masalah kerusuhan suporter sepak bola dalam tragedi Kanjuruhan melebihi dari sekedar urusan sepak bola. Tragedi Kanjuruhan merupakan tragedi kemanusiaan yang tidak dapat diselesaikan hanya oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menyebabkan dilakukanlah suatu proses collaborative governance dalam mengatasi masalah kerusuhan suporter sepak bola di Kanjuruhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan collaborative governance dalam mengatasi masalah kerusuhan suporter sepak bola pada peristiwa Stadion Kanjuruhan Malang. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan post-positivist dan teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 11 (sebelas) sub dimensi collaborative governance terdapat 7 (tujuh) sub dimensi collaborative governance yang sudah terpenuhi, dan terdapat 4 (empat) sub dimensi collaborative governance yang belum terpenuhi pada penerapan collaborative governance dalam mengatasi tragedi Kanjuruhan. Sub dimensi collaborative governance yang sudah terpenuhi yaitu: Multiple Actor, Common Goals, Inclusive Deliberative Process, Commitment to the Collaboration Process, Trust Building, Internal and External Relationships, Knowledge Management. Sedangkan, sub dimensi collaborative governance yang belum terpenuhi yaitu: Consensus Building, Preliminary Rules, Accountability, dan Discourse and Practice. Penerapan sub dimensi tersebut telah membantu mengungkapkan fakta dan memberikan solusi terhadap tragedi Kanjuruhan. Langkah selanjutnya adalah menindaklanjuti fakta yang telah terungkap melalui kesadaran dan komitmen seluruh pihak untuk menjunjung tinggi nilai sportivitas dan menjalankan prinsip good governance dalam transformasi sepak bola Indonesia sehingga permasalahan tragedi Kanjuruhan dapat terselesaikan.

The problem of football fans riot in the Kanjuruhan tragedy is more than just football. The Kanjuruhan tragedy is a human tragedy that cannot be resolved only by the Indonesian Football Association (PSSI) causing a collaborative governance process to be carried out in overcoming the problem of football supporter riots in Kanjuruhan. The purpose of this research is to analyze the implementation of collaborative governance in overcoming the problem of football fan riots at the Malang Kanjuruhan Stadium incident. This research was conducted using a post-positivist approach and data collection techniques used in-depth interviews and literature studies. The results showed that of the 11 (eleven) collaborative governance sub dimensions, there were 7 (seven) collaborative governance sub dimensions which had been fulfilled, and there were 4 (four) collaborative governance sub dimensions which had not been fulfilled in the application of collaborative governance in overcoming the Kanjuruhan tragedy. The sub dimensions of collaborative governance that have been fulfilled are: Multiple Actors, Common Goals, Inclusive Deliberative Process, Commitment to the Collaboration Process, Trust Building, Internal and External Relationships, Knowledge Management. Meanwhile, the sub dimensions of collaborative governance that have not been fulfilled are: Consensus Building, Preliminary Rules, Accountability, and Discourse and Practice. The application of these sub dimensions has helped reveal facts and provide solutions to the Kanjuruhan tragedy. The next step is to follow up on the facts that have been revealed through the awareness and commitment of all parties to uphold the value of sportsmanship and implement the principles of good governance in the transformation of Indonesian football so the problem of Kanjuruhan tragedy can be resolved."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Satrya Utama
"ABSTRAK
Nasionalisme dapat tumbuh melalui beragam cara dan media, salah satunya melalui media olahraga. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara rinci bahwa identitas nasional dan identitas kelompok dapat terbentuk melalui aspek olahraga, khususnya olahraga sepakbola. Unit analisis dalam penelitian ini adalah para pemerhati sepakbola di tingkat nasional dan komunitas Bobotoh serta Viking sebagai pendukung setia Persib Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan observasi dan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data utama. Hasil penelitian memperlihatkan tiga hal, pertama bahwa sepakbola di tingkat lokal dapat menumbuhkan perasaan in-group yang didasari kearifan lokal seperti bahasa, ritual dan simbol-simbol yang didukung pembentukannya oleh media sosial. Kedua kehadiran tim nasional sepakbola Indonesia di sisi lain dapat membentuk komunitas imajiner serta identitas nasional dengan persepsi akan sejarah, simbol, ritual, bahasa, serta media massa dan ketiga, nasionalisme yang terbentuk cenderung bersifat banal sebagai platform utama yang menyambungkan rasa kekerabatan dan nasionalisme.

ABSTRACT
Nationalism is a concept that can be developed through any media. This study aims to explain in detail that national identity and group identity can be formed through aspects of sport, such as football. This study uses a qualitative approach with observation and in depth interviews as the main data retrieval technique with the fans of Persib Bandung Viking and Indonesia men rsquo s national football team as the unit of analysis. The results of this study show that football at the local level can establish in group feelings based on local wisdom such as language, rituals and symbols that supported by using social media as the basic. The presence of Indonesia 39 s national football team on the other hand can form an imagined community and national identity with perceptions of history, symbols, rituals, languages, and mass media and other things that tend to be banal as the main platform that connects the sense of kinship And nationalism."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Mutiara
"Tesis ini membahas pembentukan makna identitas dan sense of community antar suporter sepakbola Persija. Persija merupakan klub sepakbola yang termasuk klub papan atas pada Liga Indonesia dan memiliki banyak supporter di berbagai wilayah di Indonesia. Penelitian ini melihat proses pembentukan identitas sosial melalui interaksi sesama anggota komunitas dan sense of community yang dapat membentuk nilai yang dipedomani bersama sebagai komunitas Jakmania wilayah Depok (Outsiders) sehingga mempertahankan minat yang kuat pada citra diri ketika bersama dengan anggota yang memiliki perspektif sama. Teori identitas sosial Tajfel dan Turner (1986) menyatakan bahwa individu menggunakan asosiasi kelompok untuk memproyeksikan citra diri yang positif. Basking in reflected glory (BIRG) dan cutting off reflected failure (CORF) adalah beberapa perilaku komunikasi yang diidentifikasi dalam literatur. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan mengumpulkan data dari narasumber yang dijadikan informan dan memakai metode studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa identitas sosial setiap anggota dapat terbentuk melalui proses Basking in reflected glory (BIRG) ketika menang dan cenderung tidak mengalami cutting off reflected failure (CORF) ketika kalah. Mereka memahami, mengidentifikasi, dan tidak merasa malu terhadap penggunaan atribut komunitas.

This thesis discusses the formation of the meaning of identity and sense of community among Persija football supporters. Persija is a football club that is one of the top clubs in the Indonesian League and has many supporters in various regions in Indonesia. This study looks at the process of forming social identity through the interaction of fellow community members and a sense of community that can form shared values as the Jakmania community in the Depok area (Outsiders) so that they can maintain a strong interest in self-image when surrounded by colleagues with the same perspective. Tajfel and Turner's (1986) social identity theory states that individuals use group associations to project a positive self-image. Basking in reflected glory (BIRG) and cutting off reflected failure (CORF) are some of the communication behaviors identified in the literature. This research is descriptive in nature by collecting data from sources who are used as informants and using case study methods. Data collection techniques using interviews and observation. The results of this study found that the social identity of each member can be formed through the Basking in reflected glory (BIRG) process when they win and tend not to experience cutting off reflected failure (CORF) when they lose. They understand, identify, and take pride in using community attributes"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>