Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135307 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farhan Nabil Prasetya
"Pola hidup praktis membuat bawang putih kupas digemari karena kenyamanannya sebagai produk siap pakai. Dalam mengatasi permasalahan yang ditimbulkan akibat proses pengelupasan, perlakuan ozon sebagai agen desinfektan serta pengemasan digunakan untuk memperpanjang umur simpan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi gas ozon dan kemasan terhadap kualitas dan umur simpan bawang putih kupas. Bawang putih kupas disimpan selama 30 hari pada suhu 25°C. Berbagai konsentrasi gas ozon (1, 3, dan 5 ppm) diuji dengan mengombinasikan penggunaan kemasan berbahan LDPE, PP, dan PET. Parameter kualitas bawang putih yang dinilai, yaitu total bakteri mesofilik aerobik, kandungan kalsium, kehilangan massa, dan organoleptik, akan dievaluasi pada penyimpanan 0, 1, 72, 168, 336, dan 720 jam. Konsentrasi gas ozon 5 ppm cukup unggul dalam menurunkan tingkat mikroba hingga 96% sedangkan konsentrasi gas ozon 1 ppm memberikan hasil terbaik dalam menjaga penurunan kualitas. Kandungan kalsium pada masa penyimpanan hari ke-30 turun hingga lebih dari 40% untuk semua sampel. Kombinasi konsentrasi gas ozon 1 ppm dengan kemasan PP memiliki kehilangan massa paling rendah dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kombinasi gas ozon dan pengemasan dapat memperpanjang umur simpan bawang putih kupas hingga 30 hari pada suhu 25°C. Validitas hasil ini juga dikonfirmasi oleh evaluasi sensori.

The practical lifestyle makes peeled garlic popular because of its convenience as ready-to-use product. In overcoming the problems caused by the peeling process, ozone treatment as a disinfectant agent and packaging is used to prolong shelf life. This study aims to determine the effect of the combination of ozone gas and packaging on the quality and shelf life of peeled garlic. Peeled garlic is stored for 30 days at 25°C. Various ozone gas concentrations (1, 3, and 5 ppm) were tested by combining the packaging made from LDPE, PP, and PET. Garlic quality parameters assessed, namely total aerobic mesophilic bacteria, calcium content, mass loss, and organoleptic, were evaluated at 0, 1, 72, 168, 336, and 720 hours of storage. Ozone gas concentration of 5 ppm was quite superior in reducing microbial levels up to 96% while ozone gas concentration of 1 ppm gave the best results in maintaining quality degradation. The calcium content on the 30th day of storage decreased to more than 40% for all samples. The combination of 1 ppm ozone gas concentration with PP packaging had the lowest mass loss compared to the control. The results revealed that the combination of ozone gas and packaging can extend the shelf life of peeled garlic up to 30 days at 25°C. The validity of these results was also confirmed by organoleptic evaluation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herin Nilaraditya
"Bawang putih kupas merupakan sayuran siap masak yang populer akan khasiat terapeutik yang bermanfaat bagi kesehatan, namun tergolong komoditas yang sangat mudah rusak karena rentan terhadap bakteri pembusuk sehingga diperlukan pengawetan untuk memperpanjang masa simpannya. Ozon dapat berfungsi sebagai disinfektan yang ramah lingkungan dan telah diakui memiliki status aman untuk digunakan secara kontak dengan produk makanan. Pada penelitian ini, sampel diawetkan dengan memanfaatkan gas ozon dengan variasi durasi kontak dan frekuensi pengembusan. Bawang putih kupas diozonasi dengan dosis 5 ppm, variasi durasi kontak 5 menit, 10 menit, dan 15 menit dan frekuensi pengembusan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali dalam 15 menit. Sampel kemudian disimpan selama 30 hari untuk dievaluasi parameter kualitas yang meliputi total bakteri mesofil aerobik, perubahan massa, kandungan kalsium, dan karakteristik organoleptik sampel. Kondisi optimum dicapai oleh perlakuan ozonasi dengan frekuensi 1 kali dengan durasi pengembusan 15 menit yang menghasilkan nilai total bakteri mesofil aerobik lebih rendah (3,7 x 104 CFU/g) dibandingkan sampel kontrol (2,58 x 104 CFU/g), mempertahankan perubahan massa dan kandungan kalsium sebesar 24% dan 42%, serta menghasilkan nilai organoleptik yang lebih baik dibandingkan sampel kontrol.

Peeled garlic is a popular ready-to-cook vegetable for its therapeutic properties that are beneficial to health, but is classified as a commodity that is very perishable because it is susceptible to spoilage bacteria, thus preservation is required to extend its shelf life. Ozone can function as an environmentally friendly disinfectant and has been recognized as having a safe status for use in direct contact with food products. In this study, peeled garlic as a sample was preserved by utilizing ozone gas with variations in contact duration and spraying frequency. Samples were ozonated with a dose of 5 ppm, varying the duration of contact 5 minutes, 10 minutes, and 15 minutes and spraying frequency of 1 time, 2 times, and 3 times in 15 minutes. Samples were then stored for 30 days to see quality parameters including total aerobic mesophyll bacteria, changes in mass, calcium content, and organoleptic characteristics. Optimal conditions were achieved by ozonation treatment with a frequency of once with spraying duration of 15 minutes which resulted in a lower total value of aerobic bacteria (3.7 x 104 CFU/g) than the control sample (2.58 x 104 CFU/g), maintaining the mass change and calcium content of 24% and 42%, and produced better organoleptic values than the control sample."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putricia Lovelyn Sherman
"Bawang putih kupas banyak dipilih karena lebih praktis dan mempercepat pengolahan. Namun, bawang putih kupas memiliki waktu simpan yang singkat karena mudah rusak dan busuk akibat proses pengupasan. Sehingga diperlukan metode pengawetan untuk memperpanjang masa simpan bawang putih kupas. Ozon – Nanomist merupakan kabut air yang mengandung ozone-nanobubble berfungsi sebagai disinfektan yang mampu memperlambat penurunan kualitas akibat pembusukan dengan mensterilisasi langsung permukaan objek. Pada penelitian ini bawang putih kupas diawetkan dengan ozon-nanomist dan disimpan pada material pengemasan. Sampel bawang putih kupas 30 gram dikontakkan dengan ozon-nanomist. Kemudian sampel yang telah diberi perlakuan ozonasi disimpan selama 30 hari pada suhu ruang 25°C. Berbagai dosis ozon-nanomist (0,1 ppm, 0,3 ppm, dan 0,4 ppm) diuji dengan mengombinasikan penggunaan kemasan berbahan PP, PET, dan LDPE. Umur simpan dinilai melalui uji Total Bakteri Mesofilik Aerobik (TBMA). Sedangkan kualitas sampel dinilai melalui kandungan kalsium, perubahan massa dan sifat organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi dosis ozon – nanomist 0,4 ppm dan material kemasan PET memberikan hasil terbaik dalam menurunkan tingkat mikroba hingga 99,7% dan menjaga tingkat kandungan kalsium hingga 6,83 mg/100mL. Dosis ozon-nanomist 0,4 ppm dengan kemasan PET memiliki kehilangan massa paling rendah dibandingkan kontrol, serta menghasilkan nilai organoleptik yang lebih baik dibandingkan sampel kontrol. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dosis ozon-nanomist dan pengemasan dapat meningkatkan kualitas dan memperpanjang umur simpan bawang putih kupas hingga 30 hari pada suhu ruang.

Peeled garlic is widely chosen because it is more practical and speeds up processing. However, peeled garlic has a short shelf life because it is easily damaged and spoiled by the peeling process. Therefore, a preservation method is needed to extend the shelf life of peeled garlic. Ozone – Nanomist is a water mist containing ozone-nanobubble which functions as a disinfectant and is able to slow down the quality degradation due to decay by directly sterilizing the surface of the object. In this study, peeled garlic was preserved with ozone-nanomist with varying doses of ozone-nanomist and packaging materials. A 30 gram peeled garlic sample was contacted with ozone-nanomist. Then the samples that had been treated with ozonation were stored for 30 days at room temperature 25°C. Various doses of ozone-nanomist (0.1 ppm, 0.3 ppm and 0.4 ppm) were tested by combining the use of packaging made from PP, PET and LDPE. Shelf life was assessed through the Total Mesophilic Aerobic Bacteria (TBMA) test. While the quality of the sample is assessed through the content of calcium, changes in mass and organoleptic properties. The results showed that the combination of 0.4 ppm ozone-nanomist dose and PET packaging material gave the best results in reducing microbial levels by up to 99.7% and maintaining calcium levels up to 6.83 mg/100mL. The dose of ozone-nanomist 0.4 ppm with PET packaging has the lowest mass loss compared to the control, and produces better organoleptic values ​​than the control sample. The results of the study revealed that the dose of ozone-nanomist and packaging can extend the shelf life of peeled garlic up to 30 days at room temperature 25°C. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqah Azzahra
"

Cabai rawit merah (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu produk hortikultura Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun, cabai rawit merah memiliki umur simpan yang singkat dengan penurunan kualitas yang sangat cepat. Penelitian ini dilakukan untuk memperpanjang umur simpan dan menjaga kualitas cabai rawit merah menggunakan metode pengembusan gas ozon dengan dosis tertentu, dilanjutkan dengan penyimpanan pada beberapa jenis kemasan. Gas ozon dengan dosis 1, 3, dan 5 ppm digunakan sebagai agen disinfektan untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada cabai rawit merah. Kemasan bermaterial PP, LDPE, dan PET digunakan sebagai wadah pengawetan. Sampel disimpan selama 14 hari untuk dilihat perkembangan kualitasnya. Kualitas cabai yang dianalisis adalah total bakteri mesofil aerobik (TBMA), kandungan capsaicin, penurunan massa, dan organoleptik pada penyimpanan jam ke 1, 72, 168, dan 336. Penggunaan gas ozon dengan konsentrasi 3 ppm yang dilanjutkan dengan penyimpanan pada kemasan PET memberikan hasil yang terbaik dalam memperpanjang umur simpan serta mempertahankan kualitas cabai rawit merah. Masa simpan cabai rawit merah dapat diperpanjang hingga 7 hari dibandingkan cabai rawit merah tanpa ozonasi. Pada aspek pengujian TBMA, didapatkan hasil kandungan bakteri yang lebih kecil hingga 89% dibandingkan sampel tanpa ozonasi. Penurunan massa juga dapat ditekan hingga 35,5%. Kualitas cabai rawit merah untuk aspek kandungan capsaicin tidak dipengaruhi baik konsentrasi ozon maupun kemasan penyimpanan.


Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) is one of Indonesia's horticultural products that has high economic value. However, red cayenne pepper has a very short shelf-life and quality loss. This research will discuss the ozonation of red cayenne pepper to extend the shelf life and maintain quality. The method used is the spraying of gaseous ozone on red cayenne pepper with a certain dose, followed by storage in several types of packaging. Gaseous Ozone with concentration of 1,3, and 5 ppm will be utilized as a disinfectant to keep microorganisms from contaminating horticultural products. As preservation containers, PP, LDPE, and PET packing materials will be utilized. The quality of the chilies to be analyzed were total aerobic mesophyll bacterium (TBMA), capsaicin content, weight loss, and organoleptic including observation of color, aroma, and texture. The use of ozone gas with a concentration of 3 ppm, followed by storage in PET packaging, provides the best results in extending the shelf life and maintaining the quality of red chili peppers. The shelf life of red chili peppers can be extended up to 7 days compared to non-ozone-treated red chili peppers. In terms of TBMA testing, a smaller bacterial content was found, up to 89% lower compared to samples without ozonation. Mass reduction can also be suppressed up to 35.5%. The quality of red chili peppers in terms of capsaicin content is not affected by both ozone concentration and storage packaging.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Hernawati Purwaningsih
"Telah dilakukan penelitian mengenai efek antikandida in vitro dengan menggunakan ekstrak segar bawang putih baik jenis jantan umbi tunggal maupun jenis betina (umbi bergerombol). Bawang putih diperoleh secara acak dari beberapa pasar dan pasar swalayan. Pembuktian dilakukan dengan menggunakan metoda tabung pengenceran dan metode difusi "disc agar" untuk menetapkan kadar hambat minimal (Minimal Inhibitory Concentration = MIC) dan kadar bunuh minimal (Minimal Lethal Concentration = MLC ). Dengan metoda tabung pengenceran, MIC dan MLC bawang jantan pada inkubasi 370 C selama 24 jam berturut-turut adalah 0,98 mg/mL dan 3,91 mg/mL, sedangkan bawang putih betina : 0,245 mg/mL dan 31,25 mg/mL. Dengan metoda difusi "disc agar" hanya ditentukan MIC dengan adanya zona hambatan di sekitar kertas cakram (diameter 8 mm). Zona hambatan kedua jenis bawang mulai tampak jelas pada kadar 31,25 mg/mL sebesar 13,7 mm (bawang jantan) dan 12,6 mm (bawang betina). Secara statistik hasil tersebut tidak dapat dibandingkan dengan flukonazol sebagai kontrol.

Anticandidal effect study of freshly garlic extract both male type and female type of garlic has been carried out in vitro. The garlic was taken randomly from market and supermarket. By using the tube dilution method and the diffusion disc-agar method to asses Minimal Inhibitory Concentration (MIC) and Minimal Lethal Concentration ( MLC ). With tube dilution method, MIC and MLC of the male type of garlic extract is 0.98 mg/mL and 3.91 mg/mL respectively, while the female type of garlic extract is 0.245 mg/mL and 31.25 mg/mL respectively ( on 24 hour incubation at 370 C ). By using diffusion disc-agar method, the extract of garlic both male and female type of garlic as well has just shown inhibition zone around the paper disc ( 8 mm in diameter ) at 31.25 mg/mL concentration. The inhibition zone diameters are 13.7 mm for male type and 12.6 mm for female type of garlic. Statistically it is not possible to compare this result with fluconazole as a control drug.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Mutiah
"Tahu merupakan bahan pangan yang memiliki kadar air tinggi dan mudah rusak. Salah satu upaya dalam penjagaan kualitas tahu yaitu menggunakan gas ozon. Pada penelitian ini tahu dikontakkan langsung dengan gas ozon untuk memperpanjang umur simpannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh durasi kontak, dosis dan frekuensi penyemprotan gas ozon. Tahu dikontakkan dengan gas ozon pada durasi kontak 3, 5 dan 10 menit. Frekuensi penyemprotan terdapat 2 variasi, yaitu penyemprotan satu kali dan penyemprotan dua kali. Dosis ozon yang digunakan pada penelitian ini sebesar 97,92 mg/jam dan 153,72 mg/jam. Sampel disimpan selama 7 hari dan sampel diambil untuk dianalisis saat penyimpanan hari ke-0, 1, 3, 5 dan 7. Hasil menunjukkan bahwa semakin besar dosis ozon, semakin lama durasi kontak dan sering frekuensi penyemprotan, maka akan semakin rendah laju penurunan mutu tahu dan memperpanjang umur simpan tahu. Durasi kontak 10 menit dapat mendesinfeksi Escherichia Coli hingga 0,9 APM/g dan menekan laju perubahan pH, kadar air, dan kadar protein. Selain itu dengan dosis ozon lebih tinggi, dapat mendesinfeksi Escherichia Coli hingga 0,4 APM/g. Dan perbedaan perlakuan frekuensi penyemprotan tetapi jumlah total gas ozon yang sama besar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap mutu tahu.

Tofu is a food that has high moisture content and is easily damaged. One effort in maintain the quality of tofu is using ozone. This study aims to see the effect of contact duration, dosage and frequency of ozone gas spraying. Tofu is contacted with ozone gas at the contact duration of 3, 5 and 10 minutes. The frequency of spraying is 2 variations, once spraying and twice spraying. The ozone dose used in this study was 97.92 mg/h and 153.72 mg/h. Samples were stored for 7 days and samples were taken to be analyzed during storage of days 0, 1, 3, 5 and 7. The results showed that the greater the dose of ozone, the longer the duration of contact and the frequency of spraying, the lower the rate of deterioration. and extend tofu shelf life. The 10-minute contact duration can disinfect Escherichia Coli up to 0.9 APM/g and reduce the rate of change in pH, water content and protein content. In addition, with higher ozone doses, can disinfect Escherichia Coli up to 0.4 APM/g. And the difference in frequency of spraying treatment but the same amount of total ozone gas does not significantly influence the quality of tofu.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Ayuning Putri
"Masa simpan bayam yang singkat karena perusakan oleh bakteri memerlukan solusi alternatif selain pengeringan. Ozon dapat berfungsi sebagai disinfektan yang tidak berbahaya bagi manusia dan telah diterapkan dalam pengawetan makanan dan produk pertanian. Penyemprotan gas ozon dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan bakteri sehingga penurunan kualitas akibat pembusukan dapat diperlambat. Pada penelitian ini bayam diawetkan dengan penyemprotan gas ozon untuk memperpanjang masa simpannya. Bayam diozonasi dengan gas ozon dengan variasi dosis yang dihasilkan ozonator Aquasuper 30,72 mg/jam; 48,60 mg/jam; dan 30,72 mg/jam; serta frekuensi penyemprotan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali selama 15 menit. Durasi penyemprotan gas ozon divariasikan: 2 menit, 3 menit, dan 6 menit. Kemudian sampel disimpan selama 7 hari untuk melihat perkembangan karakteristiknya. Kualitas paling baik selama penyimpanan ditunjukkan oleh bayam yang mendapat perlakuan ozonasi dengan dosis 48,60 mg/jam; durasi 6 menit; dan frekuensi 3 kali. Selain variasi durasi, dosis, dan frekuensi, paparan ozon yang sama dengan kombinasi durasi-frekuensi serta kombinasi durasi-dosis yang berbeda juga diamati untuk mengevaluasi perlakuan ozonasi yang optimal guna mengawetkan bayam dan didapati bahwa kombinasi durasi panjang-frekuensi rendah dan durasi sedang-dosis sedang lebih baik dalam menjaga kualitas bayam selama penyimpanan.

The short shelf life of spinach due to bacterial activity requires an alternative preservation solution besides drying. Ozone can be used as disinfectant that is not harmful to humans and has been applied in food and agricultural product preservation. Ozone gas spraying is done to reduce bacterial growth so that quality degradation due to decay can be slowed. In this research, spinach is preserved by spraying ozone gas to extent its shelf life. Spinach is ozonated with ozone gas at various doses of 30,72 mg/hr, 48,6 mg/hr, and 80,16 mg/hr, with spraying frequency of 1 time, 2 times, and 3 times for 15 minutes. The duration of ozone gas spraying is also variated: 2 minutes, 3 minutes, and 6 minutes. Then, the sample is stored for 7 days to see the development of its characteristic. The best quality during storage is shown by spinach treated with ozonation at dose of 48,60 mg/hr; duration of 6 minutes; and the frequency of 3 times. In addition to variations in duration, dose, and frequency, the same ozone exposure with different combination of duration-frequency and duration-dose were also observed to evaluate the optimal ozone treatment for preserving spinach and it was found that longest duration-least frequency and moderate duration-moderate dose are prefered in maintaining the quality of spinach during storage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk mencegah kerusakan lingkungan akibat munculnya limbah cair yang berlebihan (fenol, minyak, sulfida, chrom maupun bau) dan kegiatan tetap berjalan terus maka membuang limbah cair secara langsung ke alam bebas, sehingga abuatlah instalasi pengolahanan Iimbah (IPAL).
Penggunaan ozon sejak 1886 oleh de Meritens (Vosmaer 1916) untuk menghilangkan polutan dalam air, akhir-akhir ini telah meluas dalam bebempa bidang (di dunia lebih dari 1.000 industri pengolahan air minum memakainya), diantaranya : bidang teknologi dan sains kimia, biotektnologi, lingkungan, industri makanan, pengalengan, kertas, tekstil, serta kedokteran dan kesehatan (terapi ozon bahkan dapat menangkal virus AIDS), karena sifat oksidanya yang kuat itulah maka penggunaannya dalam pengolahan air limbah (waste water treatment)
memiliki prospek yang baik.
Proses ozonasi dalam kolom aerasi, reaktor tipe tumpak (barch) adalah salah satu upaya IPAL secara fisika dan kimiawi. Secara fisika, kolorn gelembung tipe aerasi berganda dimaksudkan untuk lebih menyempurnakan pengadukan, sistem lebih homogen serta luas kontak perpindahan massa dan panas lebih besar sedangkan secara kimiawi akan terjadi proses oksidasi seperti : penghilangan, sterilisasi, reduksi, pemutusan dan pemecahan ikatan ataupun reaksi (kimia ozon.
Dari Studi ini akan diteliti mengenai uji kenerja dan produktivitas ozonator dalam kolom aerasi berganda menggunakan metode dasar ozon, dimana larutan fenol dibuat sedemikian rupa sehingga mensimulasikan kondisi lapangan. Hasilnya adalah bahwa kadar fenol berkurang sekitar 50% setelah 1 jam dan kinerjanya cukup baik sebagai oksidator."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Omi Karomi
"Pengolahan limbah p-klorofenol dilakukan dengan ozonasi menggunakan ozonator dan sinar UV. Penggabungan ozon dan UV dalam degradasi p-klorofenol adalah untuk menghasilkan radikal hidroksil yang lebih banyak sehingga penyisihan p-klorofenol berlangsung lebih baik. Limbah cair p-klorofenol yang digunakan merupakan limbah p-klorofenol sintetis dengan konsentasi awal 10 dan 50 ppm. Kondisi limbah p-klorofenol sintetis yang digunakan adalah asam (pH = 4,07), basa (pH = 10,8), dan normal (pH = 6,6). Persentase penyisihan paling baik selama 90 menit yakni pada kondisi asam untuk konsentrasi awal 50 ppm dengan menggunakan kombinasi ozonator dan UV yaitu mencapai 94,5 %. Sedangkan untuk 10 ppm, degradasi terbaik pada kondisi asam dan basa yakni mencapai 100%.

The treatment of p-chlorophenol wastewater had done by ozonation using ozonator and UV rays. Combination of ozone and UV in the degradation of pchlorophenol is to produce more hydroxyl radicals. P-chlorophenol wastewater used is a synthetic p-chlorophenol with initial concentrations of 10 and 50 mg/l. Condition of p-chlorophenol synthetic waste used are acidic (pH = 4.07), alkaline (pH = 10.8), and normal (pH = 6.6). Percentage of allowance that is best in acidic conditions to the initial concentration of 50 mg/l by using a combination of UV and ozonator and reaching 94.5%. As for the 10 mg/l, the best degradation in acidic and alkaline which reached 100%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47728
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfathul Arzia
"Impor bawang putih telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2011-2020 karena produksi dalam negeri hanya mencukupi sekitar tiga hingga lima persen dari kebutuhan masyarakat. Adanya tambahan pasokan bawang putih impor pada pasar dalam negeri akibat kebijakan impor tersebut diduga akan menurunkan harga eceran bawang putih. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh volume impor bawang putih terhadap harga eceran bawang putih di Indonesia. Dengan menggunakan metode Distributed Lag Model (DL-Model) dan Vector Error Correction Model (VECM) serta data bulanan periode Januari 2011-Desember 2020, penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh volume impor bawang putih mulai dapat menurunkan harga eceran bawang putih setelah satu bulan pelaksanaan impor. Pengaruhnya terus signifikan hingga 6 bulan pasca pelaksanaan impor. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam jangka waktu satu bulan (jangka pendek), kebijakan melakukan impor bawang putih belum mampu mempengaruhi harga eceran bawang putih. Namun dalam jangka panjang (setelah satu bulan hingga 6 bulan), kebijakan melakukan impor bawang putih signifikan mempengaruhi penurunan harga eceran bawang putih.

Garlic import has been carried out by Indonesian government in 2011-2020 because domestic production is only sufficient for about three to five percent of people’s needs. The addition supply of imported garlic in domestic market due to the import policy is expected to reduce garlic retail price. This study aims to examine the effect of garlic import volume on garlic retail price in Indonesia. By using Distributed Lag Model (DL-Model) and Vector Error Correction Model (VECM) with monthly data for Januari 2011 – December 2020, this study shows that the effect of garlic imports volume begins to reduce the retail price of garlic after one month of import implementation. The effect continues to be significant up to 6 months after the import implementation. These results indicate, within a period of one month (short term), the policy of importing garlic has not been able to affect the retail price of garlic. However, in the long term (after one month to 6 months), the policy of importing garlic significantly affects the decline in retail prices of garlic."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>