Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149034 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gita Fitri Cahyani
"Minyak jelantah adalah minyak yang telah digunakan lebih dari 2 atau 3 kali penggorengan dan dapat dikategorikan sebagai limbah karena dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan sejumlah penyakit pada manusia. Saat ini pemakaian minyak jelantah dimasyarakat masih terbilang tinggi khususnya bagi pedagang kaki lima, para pedagang kaki lima masih belum banyak mengetahui bahaya dari pemakaian minyak jelantah bagi kesehatan maupun lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian minyak goreng berulang kali pada pedagang kaki lima di Kota Depok. Penelitian ini menggunaan studi kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sumber data penelitian ini merupakan data primer yang diambil langsung oleh peneliti menggunaan teknik simple random sampling. Populasi studi pada penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di Kota Depok yang menggunakan minyak goreng. Sampel yang didapatkan sebanyak 58 pedagang. Hasil penelitian didapatkan bahwa Faktor individu yang terdiri dari variabel usia (p-value 0,975) dan tingkat pendidikan (p-value 0,419) tidak memiliki hubungan bermakna dengan perilaku pemakaian minyak goreng berulang kali, sedangkan untuk variabel alasan (p-value 0,001), pengetahuan (p-value 0,027) dan sikap (p-value 0,00) memiliki hubungan bermakna terhadap perilaku pemakaian minyak goreng berulang kali. Faktor lingkungan terdiri dari variabel paparan informasi (p-value 0,259) dan ketersedian (p-value 0,340) tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku pemakaian minyak goreng berulang kali pada pedagang kaki lima di Kota Depok tahun 2022.

Used cooking oil is an oil that has been used more than 2 or 3 times in frying pans and can be categorized as waste because it can cause environmental damage and many diseases in humans. Currently, the use of used cooking oil in the community is still relatively high, especially for street vendors, street vendors still do not know much about the dangers of using used cooking oil for health and the environment. This study aims to determine the factors related to the use of cooking oil waste (used cooking oil) at street vendors in Depok City. This study uses quantitative studies with a cross-sectional approach. The source of this research data is primary data taken directly by researchers using simple random sampling techniques. This study's population in this study was all street vendors in Depok City who used cooking oil. The sample obtained was 58 traders. The results of the study found that individual factors consisting of age variables (p-value 0.975) and education (p-value 0.419) did not have a meaningful relationship with the behavior of using cooking oil waste (used cooking oil), while the variables of reason (p-value 0.001), knowledge (p-value 0.027) and attitude (p-value 0.00) have a meaningful relationship to the behavior of using cooking oil waste (used cooking oil). Environmental factors consisting of environmental variables (p-value 0.259) and availability (p-value 0.340) do not have a meaningful relationship with exposure to information the behavior of using cooking oil waste (used cooking oil) at street vendors in Depok City in 2022."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas ndonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randa Alwanosha
"Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Jaminan Kesehatan Nasional pada pedagang kaki lima. Rancangan penelitian adalah analitik kunatitatif dengan pendekatan potong lintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 responden yang diteliti, 43 responden telah membeli JKN. Hasil uji Chi-square menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia, pendapatan, risiko riwayat penyakit kronis keluarga, risiko finansial keluarga,harga/iuran JKN, tempat/lokasi BPJS Kesehatan, tempat/lokasi rumah sakit, bukti fisik BPJS Kesehatan; dan SDM (Sumber Daya Manusia) BPJS Kesehatan dengan keputusan pembelian Jaminan Kesehatan Nasional pada pekerja sektor informal (pedagang kaki lima) di Kota Bogor Tahun 2017.

This study analyzed the factors affecting the decision for purchasing National Health Insurance (JKN Program) among street vendors. The study design was analytical quantitative with cross sectional approach. The result of research showed that from 100 respondents who had been interviewed, 43 respondents had bought National Health Insurance. Chi-square test showed that there were significant results between age, income, family history of chronic disease, family financial risk, premium of JKN Program, the location of BPJS Kesehatan, the location of hospital, proof of BPJS Kesehatan, and human resources of BPJS Kesehatan with decision for purchasing national health insurance among street vendors in Bogor 2017.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Suciyana S.
"Tugas Akhir ini membahas upaya meningkatkan moral judgment pedagang kaki lima di jalan Margonda Raya yang dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi belief pedagang kaki lima terhadap Emosi dan hak penggunaan trotoar. Program penelitian dilakukan dengan booklet yang conlenmya dibuat berdasarkan teori moralitas, cogniiive dissonance, dan just world theory. Penelitian ini adalah penclitian action research semi lcuantitatif yang bertujuan mencari solusi yang baik terhadap masalah sosial yang berkaitan dengan aktivitas pedagang kaki lima di area trotoar.
Hasil penelitian menunjukkan baoldei sebagai program intewensi yang dijadikan altematif media perubahan dapat meningkatkan moral judgment pedagang kaki lima. Pcnclitian juga menunjukkan bahwa usia dan letak kios pedagang kaki lima meujadi faktor-faktor yang nyata mempengaruhi peningkatan moral judgmenz pedagang kaki lima terhadap fimgsi dan hak penggunaan trotoar di jalan Margonda Raya, Depok.
Program intervensi yang dilakukan pada penelitian ini hanyalah awal dari usaha mengubah kondisi sosial yang berkaitan dengan masalah Pedagang Kaki Lima, Trotoar dan Lalu Lintas. Untuk menghasilkan perubahan yang nyata diperlukan program intcrvensi lanjutan yang difokuskan mendorong terbentuknya organisasi dan komunikasi yang setara antara pedagang kaki lima dan Pcmerintah Kota Depok scbagai pihak pemegang otoritas.

This final project focus on an effort to upgrade the moral judgment level as a factor that affecting belief of the street-vendors regarding sidewalk timction and use on Margonda Raya Street, Depok_ This project was using a booklet as a social intervention media. The content of the booklet based on morality theory, cognitive dissonance, and just world theory. By using semi quantitative action research, this project’s goal is trying to find a better solution to social problems regarding the street-vendors activities on the sidewalk.
This research shows that booklet as intervention program could be use as an alternative media to upgrade the moral judgment level of the street~vendors. The researcher also found that the participant age and the spot of the “stand” as factors that has significant effect in upgrading street-vendor’s moral judgment level regarding sidewalk timction and use on Margonda Raya Street, Depok.
The intervention program in this research is just the beginning to improve social condition related to street-vendors, sidewalk, and traiiic. To get significant change in social problems, the research should be foucus in advance intervention programs to promote street-vendors to develop organization and equal communication from the street-vendors and Depok city govemment aa legal otonty.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34020
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani Azizah
"Penyakit tidak menular menjadi penyebab 41 juta kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Salah satu yang memiliki prevalensi tertinggi adalah hipertensi. Kota Depok memiliki prevalensi hipertensi sebesar 34,13% di tahun 2018. Walaupun lebih banyak terjadi pada usia tua, namun kelompok usia muda juga berisiko mengalami hipertensi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Kota Depok. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular Kota Depok Tahun 2022 yang direkapitulasi oleh Dinas Kesehatan Kota Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya prevalensi hipertensi sebesar 28,7% pada penduduk usia produktif di Kota Depok tahun 2022. Faktor-faktor yang berhubungan adalah usia 40-64 tahun (PR 3,084; 95% CI 2,808-3,388; p=0,001), tingkat pendidikan rendah (PR 1,534; 95% CI 1,344-1,750; p=0,001), riwayat hipertensi keluarga (PR 1,573; 95% CI 1,327-1,864; p=0,001), konsumsi garam berlebih (PR 2,094; 95% CI 1,766-2,483; p=0,001), obesitas (PR 2,089; 95% CI 1,888-2,311; p=0,001), obesitas sentral (PR 1,612; 95% CI 1,471-1,766; p=0,001), dan diabetes (PR 2,290; 95% CI 1,960-2,674; p=0,001). Variabel lain seperti jenis kelamin, pekerjaan, konsumsi sayur dan buah, kurang aktivitas fisik, merokok dan konsumsi alkohol tidak menunjukkan hubungan yang signifikan pada penelitian ini.

Non-communicable diseases are the cause of 41 million deaths worldwide. One that has the highest prevalence is hypertension. In 2018, the prevalence of hypertension in Depok City was 34,13%. Although it occurs more frequently in older age, the younger age group is also at risk of hypertension. This research was conducted to determine risk factors associated with the incidence of hypertension in the productive age population in Depok City in 2022. The design of this study is cross-sectional using Non-Communicable Disease Information System for 2022 from Depok City Health Agency. The results of this study indicate that the prevalence of hypertension in the productive age population in Depok City was 28.7%. The related factors are adults aged 40-64 years (PR 3.084; 95% CI 2.808-3.388; p=0.001), low level of education (PR 1.534; 95% CI 1.344-1.750; p=0.001), family history of hypertension (PR 1.573; 95% CI 1.327-1.864; p=0.001), excessive salt consumption (PR 2.094; 95% CI 1.766-2.483; p=0.001), obesity (PR 2.089; 95% CI 1.888-2.311; p=0.001), central obesity (PR 1.612; 95% CI 1.471-1.766; p=0.001), and diabetes (PR 2.290; 95% CI 1.960-2.674; p=0.001). Gender, occupation, vegetable and fruit consumption, lack of physical activity, smoking and alcohol consumption did not show a significant relationship in this study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Laila Karmila
"Tesis ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan penertiban pedagang kaki lima di Pasar Minggu Jakarta Selatan. penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu adanya koordinasi yang intensif antar instansi yang terlibat di dalam penertiban pedagang kaki lima. Tanggung jawab fungsi koordinasi terpusat pada Kepala Kecamatan Pasar Minggu sebagai pihak yang berwenang menerapkan ketertiban umum di wilayahnya. Hal ini terkait dengan usaha mengikis keberadaan oknum-oknum yang melindungi dan memfasilitasi pedagang kaki lima untuk berjualan di tempat-tempat umum. Selain itu, perlu adanya perbaikan internal terkait dengan sumber-sumber (resources) yang melekat pada Satuan Tugas Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Pasar Minggu khususnya peningkatan kuantitas dan kualitas petugas Satpol PP. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perlu adanya peningkatan frekuensi sosialisasi kepada masyarakat khususnya pedagang kaki lima sehingga dapat memberikan pemahaman menyeluruh terkait ketertiban umum di DKI Jakarta. Dengan ini maka dapat mengikis penolakan masyarakat terhadap penegakan ketertiban umum.

The focus of this study is factors that influence the policy implementation for Regulating street vendors in pasar minggu jakarta selatan. This type of research is a qualitative descriptive research. The result of this study is that researcher suggests that local government has to improve the coordination amongst working units which regulating street vendors. The responsibility of coordination function is centered in the hand of Head of Pasar Minggu District as the only authorize person in implementing public order in his area. This coordination can eliminate the existence of persons which protect and fasilitate the street vendors existence in public area. Moreover, it needs some improvement in the resources which attach to Civil Servant Police Unit (Satpol PP) Pasar Minggu especially for the personels’ quantity and quality. Another factor that has to be counted too is the improvement of socialization frequency amongst society especially street vendors in order to give holistic perception related to public order in DKI Jakarta. By this condition, it can eliminate the resistent of society about the implementation of public order."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T32956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Bisyaroh
"ABSTRAK
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap tubuh
tergantung konsentrasi yang dicapai. Karena kadar tertinggi dicapai pada waktu
diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan
dengan organ lain. Dosis fatal boraks antara 0,1-0,5 g/kg berat badan. Banyak
laporan kasus mengenai bahaya keracunan boraks. Insidens keracunan terjadi
dimana saja diakibatkan menelan pangan yang tidak aman. Boraks harus dicegah
karena kandungan toksitasnya. Penjelasan dan kesadaran tentang bahaya boraks
sangat diperlukan karena sangat mudahnya konsumen terpapar boraks melalui
makanan.
Tujuan utama penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku penggunaan boraks pada pedagang bakso di Kota
Tangerang Selatan Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan desain case control
dengan jumlah sampel sebanyak 150 penjual yang memproduksi bakso sendiri.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2016
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara
faktor predipsosisi dengan perilaku penggunaan boraks, yaitu P value pelatihan
sebesar 0,960, P value pengetahuan = 0.539, dan P value sikap = 0.464. Faktor
penguat yang berhubungan dengan perilaku penggunaan boraks adalah
pembinaan, P= karena nilai P= 0.045, Odd Ratio (OR) = 2.528 (95% CI : 1.091-
5.858). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan pembinaan,
2.528 kali lebih untuk tidak menggunakan boraks dibandingkan dengan
responden yang tidak mendapatkan pembinaan. Dari hasil analisis multivariat
secara keseluruhan, maka penggunaan boraks pada responden dapat diperkirakan
dengan ketersediaan boraks dan pembinaan. Pembinaan akan menurunkan
penggunaan boraks sebesar 2.198.
Saran yang dapat diberikan yaitu, perlu dilakukan peningkatan pembinaan
dan pemerintah mengawasi lebih ketat peredaran bahan makanan terlarang
terutama boraks.

ABSTRACT
Borax is toxic to all cells. The effect on the body depends on the
concentration achieved. Because the highest levels achieved on time excreted the
kidney is the organ most affected compared to other organs. Borax fatal dose of
between 0.1-0.5 g / kg body weight. Many case reports of poisoning hazard borax.
The incidence of poisoning occur anywhere due to swallowing food insecure.
Borax must be prevented because the content of toxcity. Explanation and
awareness about the dangers of borax is indispensable because it is so easy
consumer exposure through food contain borax
The main purpose of research is to determine the factors that affect the
behavior of the use of borax from meatballs traders in South Tangerang City Year
2016. This study used a case control design with a sample size of 150 sellers who
produce their own meatballs. This study was conducted in April-June, 2016.
The results of this study showed no statistically significant association
between the use of behavioral factors predipose with borax, namely the training
variable has P value = 0,960, P value of knowledge = 0539, and P value of
attitudes = 0.464. Reinforcing factors relating to the behavior of the use of borax
is coaching, P value = 0.045, odds ratio (OR) = 2,528 (95% CI: 1091-5858). This
indicates that respondents who receive coaching, 2,528 times more for not using
borax compared with respondents who did not receive coaching. Multivariate
analysis as a whole, then the use of borax in the respondent can be predicted by
the availability of borax and coaching. Coaching will reduce the use of borax by
2.198. Advice can be given that, there should be an increase in guidance and
tougher of government to monitor illicit circulation of foodstuffs especially borax"
2016
T46111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Yasmin
"Jalan dapat disebut sebagai ruang publik apabila disekitarnya manusia dapat melakukan berbagai macam kegiatan, seperti berjalan, menggunakan kendaraan bermotor, bersosialisasi maupun berkegiatan komersil. Pedagang kaki lima makanan adalah salah satu contoh dari masyarakat kota yang melakukan kegiatan komersil di jalan. Kehadiran mereka di jalan dan trotoar telah menjadi fasilitas pemenuh kebutuhan makan dan minum untuk para pengguna jalan. Pedagang kaki lima makanan juga berperan dalam menghidupkan suasana kawasan disekitar jalan. Namun pada kenyataannya, kehadiran pedagang kaki lima makanan justru menganggu fungsi utama jalan dan trotoar. Hal tersebut menyebabkan terhampasnya hak pengguna jalan lainnya. Oleh karena itu, penempatannya tidak semuanya berada di jalan dan trotoar tetapi juga ditempatkan di lokasi khusus, seperti lokasi penampungan pedagang kaki lima makanan. Dimana jika mereka diletakkan di trotoar, maka trotoar tersebut harus memiliki lebar minimal 4 meter atau 5 meter dan peletakkannya diletakkan di sudut- sudut trotoar tidak diseluruh bagian trotoar. Sehingga, keberadaan mereka tidak menganggu fungsi ruang publik.

Streets can be referred to as public space when people can perform various activities on its surrounding, such as walking, riding vehicles, interacting with others and doing commercial activities. Street food hawker is one example of people that perform commercial activities on the street. Street food hawker rsquo s existence on streets and sidewalks has become a facility of the streets as they provide amenities for streets users which are foods and drinks. They also play a role in making the streets and its surrounding more lively. However, in fact, the existence of street food hawkers actually disturb the main functions of streets and sidewalks. This causes the deprivation of other street users 39 rights. Therefore, street food hawkers should not be placed all on the streets or sidewalks, but also placed in specific place, such as food centers or markets. Street food hawkers only allowed to use the sidewalks with approximately 4 metre or 5 metre width and placed at the corner of sidewalks. Thus, their existence does not disturb the function of public space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S69465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Ulayya
"Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi sebab dari morbiditas dan mortalitas utama di dunia. Sindrom metabolik adalah sekumpulan gejala klinis yang akan meningkatkan risiko berkembangnya PTM, khusunya penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus tipe 2. Hasil analisis Riskesdas menemukan bahwa prevalensi sindrom metabolik di Indonesia meningkat dari 10,8% (2013) menjadi 24,4% (2018). Pegawai kantoran sering dikaitkan dengan perilaku sedentari sehingga berpeluang untuk mengembangkan sindrom metabolik lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian sindrom metabolik pada kelompok pegawai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota Depok tahun 2022. Penelitian dengan desain cross-sectional ini menganalisis data hasil skrining PTM pegawai Pemerintah Kota Depok tahun 2022. Sebanyak 1.128 responden yang berasal dari 21 OPD diikutkan dalam penelitian ini. Prevalensi sindrom metabolik sebesar 33,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan signifikan secara statistik dengan kejadian sindrom metabolik meliputi usia, jenis kelamin, IMT, riwayat PTM dalam keluarga, kadar kolesterol total, rasio kadar kolesterol total terhadap kolesterol HDL, dan aktivitas fisik. Pada analisis multivariat, variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan sindrom metabolik adalah usia, IMT, dan rasio kadar kolesterol total terhadap kolesterol HDL. IMT merupakan faktor dominan yang memiliki hubungan bermakna dengan sindrom metabolik (PR: 3,128, 95% CI: 2,396 – 4,085).

Non-communicable diseases (NCDs) have become a leading cause of morbidity and mortality in the world. Metabolic syndrome is a group of clinical symptoms that can increase the risk of developing NCDs, especially cardiovascular disease and type 2 diabetes mellitus. The results of Riskesdas analysis found that the prevalence of metabolic syndrome in Indonesia went from 10.8% (2013) to 24.4% (2018). Office employees are often associated with sedentary behavior so that the chances of developing metabolic syndrome are higher. The objective of this study is to determine the prevalence and the factors associated with metabolic syndrome among Regional Device Organizations (OPDs) employees of Depok City Government in 2022. This cross-sectional study included secondary data from the result of health screening of Depok City Government employees in 2022. A total of 1,128 respondents from 21 OPDs were included in this study. Prevalence of metabolic syndrome was 33.2%. Bivariate analysis shows that the variables that were statistically significant with the metabolic syndrome included age, sex, BMI, family history of PTM, total cholesterol level, total-cholesterol-to-HDL ratio, and physical activity. In multivariate analysis, variables found to have significant association with metabolic syndrome were age, BMI, and total-cholesterol-to-HDL ratio. BMI was the dominant factor associated with metabolic syndrome (PR: 3,128, 95% CI: 2,396 – 4,085)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Sari
"Penataan pedagang kaki lima di kawasan Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan untuk menegakkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 sebagai tanggung jawab Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan penataan pedagang kaki lima di kawasan Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan penataan pedagang kaki lima di kawasan Pasar Tanah Abang adalah sosialisasi kebijakan penataan pedagang kaki lima di kawasan Pasar Tanah Abang, koordinasi antaraktor dalam implementasi kebijakan, ketersediaan sumber daya, ketersediaan fasilitas pasar, sikap resisten pedagang kaki lima, dukungan masyarakat, dan isi konten kebijakan.

Street Vendors regulation in Tanah Abang Market , Central Jakarta, is one of the policies which is implemented to enforce the Local Regulations No. 8 of 2007 about public order as the responsibility of local government DKI Jakarta. The research used qualitative approach through primary and secondary data collections. The result shows that the factors affects the implementation of street vendors regulation in Tanah Abang Market consists of socialization of street vendors regulation in Tanah Abang Market, coordination among actors in policy implementation, availability of resources, availability of market facilities, resistant attitude from street vendors, public support, and content of policy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Nur Asmita Rahma
"Dampak pademi COVID-19 hampir dirasakan oleh seluruh masyarakat di dunia tidak terkecuali profesi perawat. Perawat sering menghadapi stresor tinggi dalam usaha menyelamatkan pasien, melakukan pekerjaan rutin, berada di ruang kerja yang dirasa padat, frekuensi jumlah pasien yang tinggi, serta melakukan tindakan yang cepat untuk merespon kebutuhan pasien. Perawat profesional juga dituntut untuk bisa memberi layanan paripurna kepada klien. Kondisi yang kompleks ini dapat menimbulkan risiko burnout. Tujuan penelitian adalah untuk mengAnalisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Burnout Perawat Puskesmas pada Masa Pandemi COVID-19 di Kota Pekanbaru Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode obsevasional analitik dengan rancangan cross- sectional dengan populasi sebanyak 245 perawat puskesmas di Kota Pekanbaru dan melalui metode cluster random sampling dan total sampling diperoleh sampel 6 puskesmas dengan 71 perawat. Analisis data menggunakan uji univariat, bivariat, dan multivariat dengan regresi logistik berganda. Hasil penelitian didapatkan faktor demografi mencakup usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, dan lama masa kerja serta organizational effort factor tidak berpengaruh terhadap burnout. sedangkan, individual effort factor dan work environtment berpengaruh terhadap burnout pada perawat. Didapatkan juga hasil 80,3% perawat di Kota Pekanbaru berada pada tingkat rendah berada pada kondisi burnout selama pandemi COVID-19, sedangkan 19,7% nya berada pada tingkat sedang. Menurunkan angka kejadian burnout dapat dilakukan dengan mempertahankan dukungan dari atasan, dukungan rekan kerja dan dengan mempertahankan suasana kerja yang nyaman serta tetap memperhatikan kemampuan individu perawat puskesmas dan memberi ruang lebih bagi perawat untuk berpikir kreatif, menyampaikan pikiran positif.

The impact of the COVID-19 pandemic has been felt of the all people in the world, including the nursing profession. Nurses often face the high stressors in an effort to save patients, doing routinity, a workspace that feels crowded, the high frequency of patients, and have taking quick action to respond to patient needs. Professional nurses are also required to be able to provide best treatment to the clients. This complex condition can pose a risk of burnout. This study aim to analyze the factors that influenced the burnout of nurses in public health center during the COVID-19 pandemic in Pekanbaru City. This study used an analytical observational method with a cross-sectional design with a population of 245 nurses in nurses in public health center at Pekanbaru City and used cluster random sampling method and a total sampling to get 6 public health center with the 71 nurses. The data was analyzed with univariate, bivariate, and multivariate tests with multiple logistik regression. The results showed that demographic factors include age, gender, education level, marital status, and length of service and organizational effort factors have no effect on burnout. Meanwhile, individual effort factor and work environment affect burnout in nurses. Reducing the incidence of burnout can be solve by increasing organizational effort factor and can provide more space for nurses to think creatively and positive thoughts."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>