Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125405 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yetti Syafridawita
"Coronavirus Disease 2019 adalah virus yang telah menjadi krisis kesehatan dunia. Orang dengan usia lanjut yang memiliki penyakit tidak menular (PTM) diketahui sangat berisiko tinggi tertular COVID-19. Keluarga merupakan orang terdekat dengan lansia dan berperan penting dalam merawat lansia penderita PTM di masa pandemi Covid-19. Kesadaran keluarga terhadap beberapa tugas kesehatan merupakan aspek penting bagi keluarga untuk menjalankan fungsi kesehatan dan meningkatkan kualitas kesehatan anggota keluarga guna mencegah penyebaran Covid-19 di kalangan lansia penderita PTM. Keluarga berperan besar dalam menjaga lansia yang menderita PTM, peran keluarga sebagai motivator, educator dan fasilitator. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan peran keluarga dalam merawat lansia dengan penderita PTM di wilayah kerja Puskesmas Kacang Pedang Kota Pangkalpinang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian adalah sebanyak 152 keluarga dengan langsia yang ditentukan dengan menggunakan teknik non-probability sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan dan sikap memiliki hubungan dengan peran keluarga dalam merawat lansia penderita penyakit tidak menular (PTM) di masa pandemi Covid-19, sedangkan perilaku ditemukan tidak memiliki hubungan dengan peran keluarga merawat lansia di Kota Pangkalpinang. Rekomendasi penelitian ini diharapkan perawat perkesmas dapat membuat strategi untuk mengatasi masalah keluarga dalam merawat lansia.

Coronavirus Disease 2019 is a virus that has become a world health crisis. Elderly people who have non-communicable diseases (NCDs) are known to be at very high risk of contracting COVID-19. The family is the closest person to the elderly and plays an important role in caring for the elderly with PTM during the Covid-19 pandemic. Family awareness of several health tasks is an important aspect for families to carry out health functions and improve the health quality of family members to prevent the spread of Covid-19 in elderly people with PTM. The family plays a big role in caring for the elderly who suffer from PTM, the role of the family as a motivator, educator, and facilitator. This study aims to analyze the relationship between knowledge, attitudes, and behavior with the role of families in caring for the elderly with PTM patients in the working area of ​​the Peanut Sword Health Center in Pangkalpinang City. This research is a descriptive correlation study with a cross-sectional approach. The research sample was 152 families with elderly who were determined by using a non-probability sampling technique, namely sampling based on considerations and by inclusion and exclusion criteria. The results showed that knowledge and attitudes had a relationship with the role of the family in caring for the elderly with non-communicable diseases (PTM) during the Covid-19 pandemic, while the behavior was found to have no relationship with the role of the family in caring for the elderly in Pangkalpinang City. This research recommends that it is hoped that the health care nurses can make strategies to overcome family problems in caring for the elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsi Novnariza
"Disabilitas merupakan indikator penting dalam perencanaan kesehatan. Lansiamerupakan kelompok yang memberikan kontribusi terbesar terhadap beban disabilitasyang ditimbulkan dimana penyakit tidak menular merupakan salah satu faktor risikoutama terjadinya disabilitas pada lansia. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui risikopenyakit tidak menular terhadap disabilitas pada lansia berdasarkan data Riskesdas tahun2013 Desain pada penelitian ini adalah cross-sectional. Sampel pada penelitian ini adalahseluruh lansia yang berhasil diwawancarai pada Riskesdas 2013 yaitu sebanyak 90.079orang lansia. Data dianalisis dengan regresi logistik multinomial. Persentase lansia yangtidak mengalami disabilitas 55.21. Lansia yang mengalami disabilitas lebih banyakpada kategori disabilitas sedang sampai sangat berat 27.04 dibandingkan padakategori disabilitas ringan 17.75. Risiko RRR untuk mengalami disabilitas ringanpada masing ndash; masing penyakit yaitu : PJK 2.0, Diabetes Perempuan :1.2 Laki ndash; laki:1.8, Hipertensi 1.2, Stroke 3.2, Gagal ginjal kronis 1.6, Penyakit sendi 1.8. Risiko RRR untuk mengalami disabilitas sedang sampai sangat berat pada masing ndash; masingpenyakit yaitu : PJK 2.4, Diabetes Perempuan: 1.5 ; Laki ndash; laki : 1.8, Hipertensi 1.2 ,Stroke 10.6, Gagal ginjal kronis 2.5, Penyakit sendi 2.0. Penyakit tidak menularberhubungan dengan peningkatan risiko disabilitas dimana stroke merupakan PTMdengan risiko untuk mengalami disabilitas tertinggi.

Disability is an important indicator of health planning. The elderly are the groups thatcontribute the most to the burden of disability which non communicable diseases is oneof the main risk factors for disability in the elderly. The aim of sthis study was to knowthe risk of non communicable diseases to disability in the elderly based on Riskesdas datain 2013.This study design was cross sectional. The sample in this study was all of elderlythat interviewed in Riskesdas 2013 90,079 elderly. Data were analyzed by multinomiallogistic regression. Percentage of elderly with none disability 55.21. Elderly withmoderate very severe disability category 27.04 and higher than elderly with milddisability category 17.75. The risk RRR for mild disability for each disease are CHD 2.0, Diabetes Female 1.2 Male 1.8, Hypertension 1.2, Stroke 3.2, ChronicRenal Failure 1.6, Disease joints 1.8. The risk RRR for moderate to very severedisability in each disease is CHD 2.4, Diabetes female 1.5 Male 1.8, Hypertension 1.2, Stroke 10.6, Chronic Renal Failure 2.5, joint disease 2.0. Non communicablediseases were associated with an increased risk of disability in which stroke was a Noncommunicabledisease with the highest risk for disability."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meylina Puspitasari
"ABSTRAK
Skrining Penyakit Tidak Menular PTM dapat menurunkan risiko PTM.Skrining PTM di balaikota Depok merupakan program kegiatan yangdisediakan oleh pemerintah Kota Depok yang ditujukan untuk Pegawai NegeriSipil PNS di lingkungan balaikota Depok tahun 2016, namun cakupan yangbaru mengikuti pelayanan skrining PTM sebesar 46,3 dan 75,6 PNStersebut berisiko terkena PTM. Penelitian ini bertujuan mengetahui peranfaktor kebutuhan dalam pemanfaatan pelayanan skrining PTM pada PNS dibalaikota Depok. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari studisebelumnya yang menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebesar350 PNS. Data dianalisis menggunakan uji chi square dan regresi logistikganda. Hasil penelitian menunjukkan faktor kebutuhan berperan dalampemanfaatan pelayanan skrining PTM OR = 2,08; 95 CI: 1,30-3,35 . PNSyang membutuhkan skrining PTM mempunyai kecenderungan untukmemanfaatkan pelayanan skrining PTM sebesar dua kali dibandingkan PNSyang tidak membutuhkan setelah dikontrol oleh dukungan teman. Agarcakupan pemanfaatan skrining PTM meningkat perlu dilakukan sosialisasiskrining PTM dan jenis pengukurannya kepada seluruh PNS baik yang bekerjapada Organisasi Perangkat Daerah OPD di lingkungan balaikota Depokmaupun di luar lingkungan balaikota Depok.

ABSTRACT
NCDs screening can reduce the risk of getting NCDs. NCDs screening inBalaikota Depok is the programme which has been provided by the DepokLocal Goverment targeting civil servants of Depok City in the year 2016,however the participation to this program is only 46,3 , and from those whoparticipated in the screening, 75,6 had risk of getting NCDs. This study wasaimed to identify the roles of need factor on utilizing the NCDs screeningprogramme among civil servants in Balaikota Depok. This research is furtheranalysis from the previous study using cross sectional study with total sampleof 350 civil servants. Data were analyzed by using chi square and multiplelogistic regression test. The result shows that the need factor has a role inutilizing the NCDs screening programme OR 2,08 95 CI 1,30 3,35 .Civil servants who has need factor is twice more likely to engage thescreening programme compare to those who do not have the need factor aftercontrolling variable of friend support. To improve the rate of participation ofNCDs screening, it needs to promote and educate the importance of NCDsscreening and its measurement for all civil servants in Balaikota Depok andothers government institutions in Depok City Local government"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T52695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Handayani
"Pada tahun 2015 Litbang Kemenkes melaksanakan riset implementasi model Pemicuan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Berbasis Masyarakat P2TMBM di delapan kabupaten/kota. Model ini bertujuan untuk mengendalikan penyakit tidak menular seperti hipertensi, stroke, kencing manis dan jantung koroner melalui pengendalian perilaku berisiko yaitu merokok, pola makan tidak sehat dan kurang aktivitas fisik. Implementasi model dilakukan dengan cara melakukan pemicuan terhadap 20 orang agen perubahan di setiap desa yang terdiri dari tokoh masyarakat dan kader kesehatan. Tujuan tesis ini adalah untuk mengetahui pentingnya modal social dalam implementasi model P2TMBM di Desa Benda. Penelitian dengan desain kualitatif telah dilakukan di Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Metode pengumpulan data adalah wawancara mendalam dan observasi. Hasil dari penelitian ini adalah model P2TMBM terlalu berfokus kepada perubahan perilaku kesehatan individu dan belum memperhitungkan faktor di luar individu seperti konteks sosial. Peran modal sosial di dalam implementasi model P2TMBM di Desa Benda tidak terlalu signifikan. Model P2TMBM diimplementasikan tanpa terlebih dahulu mengetahui struktur dan jaringan sosial di Desa Benda. Implementasi model P2TMBM di Desa Benda kurang relevan untuk dilaksanakan karena masyarakat belum menganggap PTM adalah suatu masalah penting. Implementasi model P2TMBM di Desa Benda kurang efektif karena hasil dari implementasi model ini hanya berlangsung dalam jangka pendek. Sustainabilitas dalam model ini juga belum dapat tercapai karena terbatasnya kemampuan dan sumber daya agen perubahan untuk membuat implementasi model terus berkelanjutan. Potensi modal sosial komunitas juga belum dimanfaatkan untuk menunjang sustainabilitas. Untuk penyempurnaan model P2TMBM diperlukan skema model yang memperhitungkan pengaruh konteks sosial terhadap perubahan perilaku pola hidup sehat individu dan skema model yang bertumpu pada modal sosial komunitas yaitu jaringan sosial, kepercayaan serta pengetahuan dan nilai-nilai lokal masyarakat.

In 2015, National Health Research and Development Ministry of Health of Indonesia has implemented NCD rsquo s community based prevention model in 8 Indonesia regency. The objective of this model is to control NCD rsquo s such as hypertension, stroke, diabetes, coronary heart through community empowerment. 20 people were trained as agents of change in every village. Agents of change were expected to encourage people to do healthy lifestyles such as not smoking, eating healthy food and increasing physical activity. This study aims to understand the importance of social capital in the implementation of NCDs prevention model in Benda village. A qualitative research design has been conducted in Benda village, Sukabumi Regency. The methods for data collection were in depth interview and observation. The result of this study is NCDs prevention model too much focus on individual health behavior change. The influence of social context hasn rsquo t been noticing in this model. The role of social capital in Benda village wasn rsquo t significant in the implementation of NCD rsquo s prevention model. This model has implemented without knowing the structure and social network of Benda village community. People in Benda village also haven rsquo t put NCD rsquo s as their main problem. As a result, this model wasn rsquo t relevance implemented in this village. The implementation of this model was less effective because the health behavior change only occurs temporarily. The sustainability of this model hasn rsquo t reached yet due to less capacity and resources of agents of change. The potential of social capital has not been utilized to support the sustainability of non communicable disease prevention model in Benda village. To improve NCDs prevention model needs a model scheme which considers the influence of social context on healthy lifestyles behavior change. The NCDs prevention model also developed based on social capital such as social networks, trust and local knowledge and values.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T49050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurkarti Azni
"Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular P2PTM ,merupakan salah satu Upaya Kesehatan Masyarakat esensial yang dilaksanakan olehPuskesmas. Akreditasi Puskesmas adalah bentuk program menjaga mutu dan bentukstandarisasi terhadap pelayanan Puskesmas agar dapat memberikan pelayananberkualitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dilakukan pada bulan April-Mei 2018, bertujuan untuk melihat pengaruh akreditasi terhadap kinerja puskesmaskhususnya pada Penyelenggaraan Program P2PTM.
Hasil penelitian, secara umum Output penyelenggaraan program P2PTM pada Puskesmas terakreditasi lebih baikdibandingkan Puskesmas belum terakreditasi. Kegiatan kemitraan dan dana ygbersumber dari masyarakat belum berjalan, Skrining Iva test dan CBE dan skrining DMmasih sekitar 5 , hal ini menunjukkan kurangnya partisipasi masyarakat dan kurangefektifnya pemberdayaan masyarakat. Komponen Input SDM, dana, sarana danpetunjuk Pelaksanaan belum memadai. Komponen Proses perencanaan P1 ,Pengorganisasian dan penggerakkan P2 pada Puskesmas terakreditasi lebih baikdibandingkan Puskesmas belum terakreditasi, P3 sudah berjalan walaupun belumoptimal di beberapa Puskesmas. Perlu meningkatkan kerjasama lintas sektor dan upayapemberdayaan masyarakat untuk mendukung Program P2PTM. Perlu mendorongPuskesmas untuk meningkatkan pennerapan Manajemen Puskesmas dan melakukanContiniously Quality Improvement untuk mencapai peningkatan kualitas sebagai tujuanutama Akreditasi Puskesmas.
he Non Communicable Disease NCD`s Prevention and Control Program is one ofthe essential Community Health Efforts implemented by the Puskesmas. Puskesmasaccreditation is a form of program to maintain the quality and form of standardizationto Puskesmas services in order to provide quality services. This research usesqualitative method, conducted in April May 2018, aim to see improvement ofperformance at puskesmas especially at NCD`s Prevention and Control Program.
Result of research, in general Output of program of implementation of NCD`s atPuskesmas accredited better than Puskesmas not yet accredited. Community basedpartnership and funding activities have not been implemented, Iva test and CBEscreening and DM screening are still around 5, indicating the community and thelack of effective community empowerment. Input components of human resources, facilities, funds, screening instruction implementation are not adequated. Componentsof Planning Process P1, Organizing and Moving P2 at Accredited Puskesmas betterthan Puskesmas not yet accredited, P3 has been run even though not optimal in somePuskesmas. Need to improve community empowerment to support NCD`s Preventionand Control Program. It is necessary to encourage the Puskesmas to improve theimplementation of Puskesmas Management and conduct Continuous Improvement ofQuality to achieve quality improvement as the main basis of Puskesmas Accreditation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Afrina Ferawati
"Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia maupun di Indonesia. Salah satu intervensi kunci dan cara yang paling efektif untuk menurunkan PTM adalah pengendalian faktor risiko PTM, diantaranya pemanfaatan Posbindu PTM sebagai wadah deteksi dini faktor risiko PTM. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di wilayah kerja Puskesmas Mogang Kabupaten Samosir. Penelitian ini menggunakan pendekatan mix method dengan sequential explanatory design (urutan pembuktian) diawali dengan penelitian kuantitatif terhadap 246 orang responden sesuai dengan kriteria inklusi dan dilanjutkan dengan penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam, focus group discussion dan observasi pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM. Data dianalisis secara univariat, bivariat, multivariat dan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pemanfaatan Posbindu PTM dalam satu tahun hanya 3.2 kali. Faktor dominan yang berhubungan secara signifikan pada CI 95% secara berturut turut adalah sikap (P value 0.001), umur (P value 0.001), ketersediaan sarana (p value 0.005), dukungan tokoh masyarakat (p value 0.007), pengetahuan (p value 0.008), dukungan keluarga (p value 0.021). Disarankan kepada Dinas Kesehatan, Puskesmas Mogang untuk melaksanakan resosialisasi program Posbindu PTM, meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi bagi masyarakat, pembenahan terhadap sarana dan prasarana, meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan lintas sektor serta mengembangkan pemberdayaan masyarakat terintegrasi melalui kelompok-kelompok potensial.

Non-communicable diseases (NCD) are a major cause of death in the world and in Indonesia. One of the key interventions and the most effective way to reduce NCD is the control of NCD risk factors, including the use of IDP of NCD as a forum for early detection of NCD risk factors. This study aims to analyze the factors that are related to the behavior of the community in utilizing the Integrated Development Post of Non Communicable Disease in the working area of the Mogang Public Health Center in Samosir Regency. This study uses a mix method approach with sequential explanatory design (sequence of evidence) which begins with quantitative research on 246 respondents according to inclusion criteria and continued with qualitative research by conducting in-depth interviews, focus group discussions and observations on the implementation of IDP of NCD activities. Data were analyzed by univariate, bivariate, multivariate and thematic analysis. The results showed that the average utilization of IDP of NCD in one year was only 3.2 times. The dominant factors that are significantly related to 95% CI respectively are attitude (P value 0.001), age (P value 0.001), availability of facilities (p value 0.005), support from community leaders (p value 0.007), knowledge (p value 0.008 ), family support (p value 0.021). It is recommended to the Health Office, Mogang Health Center to carry out the resocialization of the IDP of NCD program, improve communication, information and education for the community, improve facilities and infrastructure, increase cooperation and coordination with cross-sectors and develop integrated community empowerment through potential groups."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi kerentanan terhadap penyakit dan self-efficacy dalam perilaku sehat dengan perilaku sehat mahasiswa Universitas Indonesia yang memilki keluarga inti dengan penyakit kardiovaskular, kanker, atau diabetes. Penelitian ini diikuti oleh 215 mahasiswa Universitas Indonesia yang memiliki keluarga inti dengan penyakit kardiovaskular, kanker, atau diabetes.
Penelitian ini menunjukkan hal yang berbeda dari beberapa penelitian sebelumnya, yaitu pada penelitian ini ditemukan bahwa semakin individu merasa rentan terhadap penyakit, individu justru cenderung memiliki perilaku yang kurang sehat.
Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa self-efficacy dalam perilaku sehat berkorelasi secara positif dan signifikan dengan perilaku sehat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin individu merasa yakin akan kemampuannya untuk menerapkan perilaku sehat, individu cenderung memiliki perilaku sehat yang lebih baik. Selain itu, self-efficacy juga menjadi faktor yang paling kuat dalam menentukan perilaku sehat individu jika dibandingkan dengan persepsi kerentanan terhadap penyakit.

The objective of this study was to examine wether perceived susceptibility and health behavior self-efficacy predict health behavior among students of Universitas Indonesia with familial risk of cardiovascular diseases, cancer, or diabetes. The correlational study was conducted on 215 students with familial risk of the diseases.
Contrary to some previous studies, this study shows that perceived susceptibility correlates negatively significant with health behavior, which means that when people perceive themselves at higher risk for developing cardiovascular diseases, cancer, or diabetes, they tend to have lower health behavior.
This study also found that self-efficacy correlates positively significant with health behavior, which means that the more people believe in their capabilities to perform health behavior, they tend to have better health behavior. Moreover, self-efficacy also the strongest predictor among the other variable.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62840
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tresha Utami Hanggarini
"Dukungan sosial keluarga, teman, atau significant other yang dipersepsikan tersedia saat dibutuhkan dapat menjadi salah satu faktor penting untuk mengembangkan resiliensi selama pandemi COVID-19. Bagi mahasiswa dengan keterbatasan ekonomi, salah satunya mahasiswa penerima Bidikmisi, dukungan sosial memperkuat kapabilitas diri untuk menghadapi keadaan yang dialami sehingga tetap mampu berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dukungan sosial yang dipersepsikan secara umum memprediksi resiliensi, sekaligus mengetahui apakah dukungan sosial keluarga, teman, dan significant other masing-masing memprediksi resiliensi mahasiswa penerima Bidikmisi selama pandemi. Sebanyak 336 mahasiswa penerima Bidikmisi berusia 18-22 tahun diuji dengan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC 10) untuk melihat nilai dukungan sosial yang dipersepsikan dan resiliensi, secara berurutan. Analisis simple regression menunjukkan bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan secara umum memprediksi resiliensi. Analisis multiple regression juga menunjukkan bahwa dukungan sosial dari keluarga dan significant other memprediksi resiliensi, sementara dukungan sosial dari teman tidak memprediksi resiliensi. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang dipersepsikan oleh mahasiswa penerima Bidikmisi, semakin tinggi pula resiliensi dalam menghadapi berbagai kesulitan selama pandemi.
.....Family, friend, and significant other social support which perceived as available when needed can be one of the important factors to develop resilience during the COVID-19 pandemic. For college students with economic hardship, one of which is college students of Bidikmisi scholarship, social support strengthens their capability to face life difficulties so that they still can function optimally in everyday life. Therefore, this study aims to find out whether overall perceived social support predicts resilience and whether family, friend, and significant other social support each predicts the resilience of college students of Bidikmisi scholarship during the pandemic. 336 college students of Bidikmisi scholarship aged 18-22 years were tested using Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC 10) to see perceived social support and resilience scores, respectively. Simple regression analysis shows that overall perceived social support predicts resilience. Multiple regression analysis also shows that perceived social support from family and significant other predict resilience, meanwhile perceived social support from friend does not predict resilience. Based on these findings, it can be concluded that the higher social support perceived by college students of Bidikmisi scholarship, the higher the resilience in facing various difficulties during the pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Aurelya Artha Mevia
"Kebiasaan makan dan gaya hidup merupakan efek kumulatif bagi remaja terkena risiko Non-Communicable Diseases (NCDs) di usia dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kebiasaan makan, gaya hidup, dan risiko Non-Communicable Diseases pada remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) di DKI Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Pengambilan data penelitian menggunakan teknik non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Sampel penelitian ini adalah 500 orang remaja SMA di DKI Jakarta usia 15-18 tahun. Penelitian ini dilakukan saat masa Pandemi Covid-19 dengan menerapkan protokol new normal. Penelitian ini menggunakan kuesioner Global School-based Health Status (GSHS). Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kebiasaan makan dan gaya hidup remaja secara keseluruhan di DKI Jakarta memiliki risiko yang buruk dengan ditunjukan bahwa masih tingginya persentase kebiasaan makan buruk (49%) dan gaya hidup buruk (45,4%) nilai ini mencapai hampir setengah dari seluruh responden remaja. Risiko tinggi remaja terkena NCDs menunjukan nilai yang hampir mencapai setengah dari total keseluruhan responden yaitu sebesar 40,6%. Rekomendasi pada penelitian ini adalah pentingnya pedoman kebiasaan makan, gaya hidup sehat untuk meningkatkan pencegahan risiko NCDs bagi remaja di usia dewasa.

Eating habits and lifestyle are cumulative effects for adolescents who are at risk of Non-Communicable Diseases (NCD) in adulthood. The aim of this study was to identify the prevalence of eating habits, lifestyle, and risk of Non-Communicable Diseases among Senior High School adolescents (SHS) in DKI Jakarta. This research is a quantitative study with a cross-sectional research design. Retrieval of research data using non-probability sampling techniques with convenience sampling method. The sample of this research is 500 high school adolescents in DKI Jakarta aged 15-18 years. This research was conducted during the Covid-19 pandemic by applying the new normal protocol. This study used a Global School-based Health Status (GSHS) questionnaire. From the results of the study, it was found that the eating habits and lifestyle of adolescents as a whole in DKI Jakarta have a bad risk by showing that there is still a high proportion of bad eating habits (49%) and bad lifestyle (45.4%) this value reaches almost half of all adolescent respondents. The high risk of adolescents affected by NCD shows a value that is almost half of the total respondents of 40.6%. Recommendations in this study are the importance of new eating habits, a healthy lifestyle to increase the prevention of NCD risk for adolescents as adults."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handy Suryadi
"Penyakit Tidak Menular menjadi kontributor tertinggi dalam kematian secara global. Proporsi 80% PTM hadir di negara berkembang, sehingga PTM juga menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Cakupan pelaksanaan posbindu PTM hanya mencapai 50% dan belum diketahui penyebab pasti rendahnya cakupan skrining FR PTM pada triwulan pertama tahun 2022. Tujuan penelitian untuk mengetahui kinerja Posbindu PTM dalam adaptasi kebiasaan baru di Puskesmas Kecamatan Penjaringan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk mengetahui kinerja dan mendapatkan informasi dari beberapa informan mengenai suatu proses dan aktivitas di Posbindu PTM. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen, dilakukan di Puskesmas Penjaringan II, Puskesmas Kamal muara, Puskesmas Kapuk Muara pada bulan Mei-Juni 2022. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pelaksana program posbindu, informan pendukung adalah koordinator kader, PJ program PTM, kepala puskesmas kelurahan, Kasie Kesra kelurahan dan peserta posbindu. Hasil penelitian didapatkan kinerja posbindu PTM belum sesuai standar. Sumber daya manusia sudah mencukupi disetiap posbindu, masih ditemukan posbindu dengan sarana dan prasarana kurang memadai, kepemimpinan yang sudah cukup baik. Faktor individu ditemukan kemampuan dan keterampilan kader dalam melaksanakan pelayanan posbindu yang masih kurang, faktor psikologis motivasi instrinsik sebagian besar sudah baik.Upaya perbaikan dengan peningkatan jalinan dengan lintas sektor, pengadaan pelatihan kader dan pengajuan kebutuhan sarana dan prasarana.

Non communicable disease is the highest contributor in terms of mortality globally. The proportion of 80% of PTM is present in developing countries, so that PTM is also the highest cause of death in Indonesia. The scope of the implementation of the PTM Posbindu only reached 50% and the exact cause of the low PTM FR screeningcoverage in the first quarter of 2022. The purpose of this study was to determine the performance of the PTM Posbindu in adapting new habits at the Penjaringan Subdistrict Health Center. This study uses a qualitative approach, which aims to determine the performance and obtain information from several informants regarding a process and activity at Posbindu PTM. Data collection using the deep interview method, observation, and document review, was carried out at the Penjaringan II Health Center, Kamal Muara Health Center, Kapuk Muara Health Center in May-June 2022. The key informants in this study were thePosbindu program implementer, the supporting informant was the cadre coordinator, the PJ program PTM,head of village health center, Head of Sub-district Welfare Section and participants of posbindu. The results showed that the performance of PTM posbindu was not up to standard. Human resources are sufficient in each posbindu, there are still posbindu with insufficient facilities and infrastructure, the leadership is quite good. Individual factors found the ability and skills of cadres in carrying out posbindu services were still lacking, psychological factors were mostly good. Improvement efforts by increasing crosssectoral relationships, providing cadre training and submitting requests for facilities and infrastructure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>