Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174682 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rasyid Al-Farabi Seno Marieska
"Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat mengalami kejadian gempa bumi 7.8 Mw yang menghasilkan tsunami besar pada 25 Oktober 2010 silam dan merenggut lebih dari 448 korban jiwa. Letaknya yang di sekitar segmen megathrust pada sesar Sumatera-Andaman menjadi faktor utama kerentanannya terhadap bencana tersebut. Penilitan ini bertujuan untuk mengamati penjalaran gelombang tsunami serta jauh area yang terdampak pada wilayah pemukiman. Proses yang dilangsungkan adalah simulasi propagasi gelombang serta inundasi tsunami menggunakan metode numerik MOST pada perangkat ComMIT. Tiga skenario sumber gempa disimulasikan dengan magnitudo 7.8 Mw, 8.4 Mw, dan 8.9 Mw yang diamati hasilnya pada tiga titik teluk di wilayah pulau Pagai Selatan. Berdasarkan hasil simulasi yang dijalankan, waktu tempuh tsunami dari episenter menuju Kepulauan Mentawai membutuhkan 12 hingga 20 menit, dengan ketinggian gelombang yang berkisar 360-2100 cm dengan kedalaman genangan di daratan berkisar 200-2190 cm di antara semua skenario. Area inundasi yang dihasilkan berkisar 40-720 m dari pesisir menuju empat area pemukiman di sekitar wilayah pengamatan. Kemudian, peta bahaya tsunami pada tiap skenario gempa dibuat berdasar dari area inundasi tersebut.

The Mentawai Islands of West Sumatra experienced a 7.8 Mw earthquake that generated a large tsunami on October 25, 2010 and claimed more than 448 lives. Its location near a megathrust segment on the Sumatra-Andaman fault is the main factor for its vulnerability to the disaster. This research aims to observe the propagation of the tsunami waves and the extent of the affected area in residential areas. The process carried out is a simulation of wave propagation and tsunami inundation using the MOST numerical method in ComMIT software. Three scenarios of earthquake sources were simulated with magnitudes of 7.8 Mw, 8.4 Mw, and 8.9 Mw which were observed at three bay points in the South Pagai island region. Based on the simulation results, the tsunami travel time from the epicentre to the Mentawai Islands takes 12 to 20 minutes, with wave amplitudes ranging from 360-2100 cm and inundation depths on land ranging from 200-2190 cm among all scenarios. The resulting inundation area ranges from 40-720 m from the bay coasts to four residential areas around the observation area. Then, a tsunami hazard map for each earthquake scenario is made based on the resulting inundation area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reuben Alexandro
"Bali, merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang rawan terhadap bencana tsunami, hal ini dikarenakan lokasi Bali dekat dengan segmen atau zona pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia. Pada tahun 1977, Bali terkena dampak tsunami yang terjadi akibat gempabumi pada zona megathrust Sumba, dan pada tahun 1994 terkena dampak dari tsunami akibat gempabumi pada zona megathrust daerah Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan proses penjalaran gelombang tsunami dan jangkauan inundasi. Penelitian akan berfokus untuk memodelkan tsunami akibat tsunami historik banyuwangi 7.8Mw, dan skenario gempa zona megathrust kekuatan 8.4 Mw dan 9.0Mw, dengan fokus area penelitian kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Pemodelan dilakukan menggunakan software ComMIT, dengan mengamati 3 titik pengamatan, area pantai Seminyak, pantai Kuta, dan pantai Kedonganan. Berdasarkan penelitian dibutuhkan waktu 29 hingga 32 menit untuk gelombang mencapai darat, dengan ketinggian maksimum gelombang 740 hingga 1557 cm. Sementara jangkauan maksimum tsunami 600 hingga 1600 meter dari garis pantai. 

Bali is a province in Indonesia that vulnerable to tsunamis, this is due to its location that lies near the convergent boundary of the Indo-Australian and Eurasian plates. In 1977, Bali got affected by the tsunami from Sumba’s megathrust earthquake, while in 1994 got affected by the tsunami from West Java’s megathrust earthquake. This research aims to model the propagation of the historical Banyuwangi’s tsunami with a magnitude  of 7.8Mw, and other scenarios of Bali’s megathrust segment earthquake with magnitudes of 8.4Mw and 9.0Mw, which were observed on three beach point, Seminyak beach, Kuta beach, and Kedonganan beach. Based on the simulation results, the tsunami wave took 29 to 32 minutes time, with a 740 to 1557 cm maximum wave amplitude. While the maximum propagation is 600 to 1600 m from the observed points."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deliyanti Ganesha
"ABSTRAK
Untuk melakukan mitigasi bencana gempa bumi di Kabupaten Pandeglang, wilayah rawan gempa bumi dan wilayah kerentanan terhadap gempa bumi perlu ditentukan. Wilayah rawan gempa bumi Kabupaten Pandeglang ditentukan oleh nilai PGA (Peak Ground Acceleration), struktur geologi, litologi dan kemiringan lereng melalui sistem skoring. Setelah diketahui wilayah rawan gempa bumi maka diidentifikasikan grid yang mewakili wilayah tersebut sebagai daerah penelitian. Identifikasi rawan gempa bumi, kepadatan dan kualitas bangunan pada permukiman daerah penelitian dilakukan melalui sistem grid dan survei lapang. Dengan menganalisis rawan gempa bumi, kepadatan dan kualitas bangunan maka dihasilkan wilayah kerentanan terhadap gempa bumi di Kabupaten Pandeglang bagian barat (studi kasus sebagian Kecamatan Cigeulis, Cimanggu dan Sumur). Wilayah kerentanan tinggi terhadap gempa bumi terletak pada permukiman Desa Sumberjaya Kecamatan Sumur. Wilayah kerentanan sedang terletak pada permukiman Desa Cimanggu dan Tangkilsari Kecamatan Cimanggu. Sedangkan wilayah kerentanan rendah terletak pada permukiman Desa Tangkilsari Kecamatan Cimanggu, Desa Kertajaya dan Kertamukti Kecamatan Sumur.

ABSTRACT
To mitigate damage from earthquake disaster in Pandeglang Regency, earthquake hazard region and vulnerability region to earthquake has to determined. Earthquake hazard region in Pandeglang Regency is determined by the value of PGA (Peak Ground Acceleration), geological structure, lithology and slope. To determine the hazard earthquake region, scoring method is used. After determine earthquake hazard region, grid which represents the earthquake hazard region is identified. The grid is research?s area. Earthquake hazard, density and quality of construction in settlements of research?s area are identified by grid system and survey. Vulnerability region to earthquake in the west Pandeglang Regency (case studies : part of Cigeulis, Cimanggu and Sumur District) is determined by analyzed earthquake hazard, density and quality of construction. High vulnerability region to earthquake is located in settlements of Sumberjaya Village Sumur District. Moderate vulnerability region to earthquake is located in settlements of Cimanggu and Tangkilsari Village Cimanggu District. Low vulnerability region to earthquake is located in settlements of Tangkilsari Village Cimanggu District, Kertajaya and Kertamukti Village Sumur District."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S365
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Dina Hanifa
"Pada tanggal 21 November 2022, terjadi gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dengan kekuatan 5,6 Mw dan kedalaman 11 km, mengakibatkan kerusakan bangunan yang sangat masif, ratusan korban meninggal, dan ribuan luka-luka. Untuk meminimalisasi dampak bencana gempa bumi yang masih sangat mungkin terjadi, diperlukan adanya mitigasi, salah satunya dengan menggunakan Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) yang menghitung tingkat bahaya gempa bumi berupa potensi getaran tanah maksimum pada suatu daerah secara probabilistik berdasarkan data historikal kegempaan berupa magnitudo, lokasi, dan jumlah gempa bumi. Data yang digunakan dalam penelitian adalah katalog gempa PuSGeN, USGS, dan ISC; serta informasi mengenai karakteristik zona subduksi dan sesar. Seluruh data diproses dengan menggunakan perangkat lunak R-CRISIS sehingga didapat nilai percepatan tanah maksimum (PGA) di batuan dasar dalam 3 peta dan percepatan spektra (SA) dalam 6 peta. Nilai Nilai PGA, SA pada T=0.2 detik, dan SA pada T=1 detik dengan probabilitas terlampaui (PoE) 2% dalam 50 tahun berturut-turut ada dalam rentang 0,78—1,05 g; 1,08—1,64 g; dan 0,42—0,75 g. Nilai PGA, SA pada T=0.2 detik, dan SA pada T=1 detik dengan PoE 7% dalam 75 tahun berturut-turut ada dalam rentang 0,62—0,88 g; 0,83—1,23 g; dan 0,32—0,53 g. Nilai PGA, SA pada T=0.2 detik, dan SA pada T=1 detik dengan PoE 10% dalam 50 tahun berturut-turut ada dalam rentang 0,5—0,72 g; 0,69—0,98 g; dan 0,25—0,40 g. Wilayah Kabupaten Cianjur yang memiliki tingkat kerawanan tertinggi adalah bagian selatan yang lebih dekat dengan zona subduksi megathrust serta bagian tengah yang dilalui sesar. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan untuk rencana mitigasi Kabupaten Cianjur ke depannya.

On November 21, 2022, an earthquake occurred in Cianjur Regency, West Java, with a magnitude of 5.6 Mw and a depth of 11 km. It caused extensive damage to buildings, hundreds of fatalities, and thousands of injuries. To reduce the impact of the disaster that is still very likely to occur, an action to mitigate is needed, one of which is by using the Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) which calculates the level of earthquake hazard in the form of maximum ground vibration potential in an area probabilistically based on historical seismic data in the form of magnitude, location, and number of earthquakes. The data used in this study are PuSGeN, USGS, and ISC earthquake catalogs; as well as information on the characteristics of subduction zones and faults. All the data was processed using the R-CRISIS software, resulting in three maps of peak ground acceleration (PGA) at the bedrock and six maps of spectral acceleration (SA). The values of PGA, SA at T=0.2 seconds, and SA at T=1 second with a probability of exceedance (PoE) of 2% in 50 years are within the range of 0.78—1.05 g, 1.08—1.64 g, and 0.42—0.75 g, respectively. The values of PGA, SA at T=0.2 seconds, and SA at T=1 second with a PoE of 7% in 75 years are within the range of 0.62—0.88 g, 0.83—1.23 g, and 0.32—0.53 g, respectively. The values of PGA, SA at T=0.2 seconds, and SA at T=1 second with a PoE of 10% in 50 years are within the range of 0.5—0.72 g, 0.69—0.98 g, and 0.25—0.40 g, respectively. The southern part of Cianjur Regency, which is closer to the megathrust subduction zone, and the central part traversed by faults, are identified as the areas with the highest vulnerability. The results of this research are expected to provide additional information for future mitigation plans in Cianjur Regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atur Nagari
"Kota Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang wilayahnya dilewati oleh dua segmen patahan dari Sesar Kendeng, yaitu Patahan Waru dan Patahan Surabaya. Keduanya memiliki laju pergerakan sebesar 0,05 mm/tahun dan berpotensi terjadi gempabumi berkekuatan besar di masa mendatang. Selain itu, Wilayah Surabaya berdekatan dengan Megathrust East Java di Selatan Pulau Jawa. Berdasarkan riwayat kegempaan, Wilayah Surabaya belum pernah menjadi titik episenter gempabumi dan hanya ikut terguncang akibat gempabumi yang terjadi disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memetakan besaran percepatan tanah di Surabaya akibat gempabumi. Metode penelitian yang digunakan ialah metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) dengan bantuan perangkat lunak R-CRISIS. Sumber gempabumi yang diolah berada pada radius 500 Km dari Surabaya dengan kedalaman <300 Km dan dikumpulkan dari berbagai katalog seperti katalog BMKG, katalog PuSGeN, katalog USGS, dan katalog ISC dari tahun 1900-Januari 2023. Hasil pengolahan menunjukkan bahwa nilai percepatan tanah yang diperoleh pada PoE 2% dalam 50 tahun (periode ulang 2.475 tahun) saat T=0s sebesar 0,314-0,538 g, T=0,2s sebesar 0,759-1,308 g, dan T=1s sebesar 0,192 – 0,321 g. Berikutnya, nilai percepatan tanah pada PoE 5% dalam 50 tahun (periode ulang 975 tahun) saat T=0s sebesar 0,236-0,391 g, T=0,2s sebesar 0,562 – 0,903 g, dan T=1s sebesar 0,134-0,211 g. Selanjutnya, nilai percepatan tanah pada PoE 10% dalam 50 tahun (periode ulang 475 tahun) saat T=0s sebesar 0,180-0,289 g, T=0,2s sebesar 0,417-0,678 g, dan T=1s sebesar 0,101-0,147 g. Berdasarkan hasil analisis, Wilayah Surabaya Barat mengalami respon percepatan tanah paling tinggi. Hal ini bersesuaian dengan tektonik Surabaya Barat yang dilewati oleh Patahan Surabaya dan Patahan Waru, sehingga nilai percepatan tanah yang tinggi diakibatkan oleh sumber gempabumi fault (patahan). Setelah dikonversi menjadi gal, potensi kerusakan yang ditimbulkan berdasarkan nilai percepatan tanah yang diperoleh sebesar VI-XII MMI (99,05-1.282,71 gal).

Surabaya City is one of the major cities in Indonesia that is passed by two fault segments of the Kendeng Fault, namely the Waru Fault and the Surabaya Fault. Both have a movement rate of 0,05 mm/year and potentially have a large-power earthquake in the future. In addition, the Surabaya Region is adjacent to the East Java Megathrust in the South of Java Island. Based on the history of seismicity, the Surabaya Region has never been the epicenter of an earthquake and has only been shaken by earthquakes that occurred around it. This study aims to analyzing and mapping the amount of ground acceleration in Surabaya due to earthquakes. The research method used is the Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) method using R-CRISIS software. The processed earthquake source is within 500 Km from Surabaya with a depth of <300 Km and is collected from various catalogs such as the BMKG catalog, the PuSGeN catalog, the USGS catalog, and the ISC catalog from 1900 to January 2023. The results of processing show that the ground acceleration values obtained at PoE 2% in 50 years (return period of 2.475 years) when T=0s is 0,314 – 0,538 g, T=0,2s is 0,759-1,308 g, and T=1s is 0,192-0,321 g. Subsequently, the ground acceleration values at PoE 5% in 50 years (return period of 975 years) when T=0s is 0,236-0,391 g, T=0,2s is 0,562-0,903 g, and T=1s is 0,134-0,211 g. Furthermore, the ground acceleration values at PoE were 10% in 50 years (return period of 475 years) when T=0s is 0,180-0,289 g, T=0,2s is 0,417-0,678 g, and T=1s is 0,101-0,147 g. Based on the results of the analysis, the West Surabaya Region experienced the highest ground acceleration response. This corresponds to the tectonics of West Surabaya which is passed by the Surabaya Fault and the Waru Fault, so that the high value of ground acceleration is due to the fault earthquake source. After being converted into gal, the potential damage caused based on the ground acceleration value obtained is VI-XII MMI (99,05 – 1.282,71 gal)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfiana Listyaningrum
"Salah satu wilayah yang terpapar bahaya tsunami adalah wilayah pesisir Barat Banten. Masyarakat yang yang tinggal di tepi pantai di wilayah ini harus selalu waspada karena bencana tsunami dapat terjadi kapan saja. Ancaman tsunami diperkuat setelah penelitian dari PUSGEN 2017 yang menyebutkan bahwa megathrust Selat Sunda memiliki potensi untuk terjadi gempabumi sampai dengan skala 8.8 SR karena terdapat zona seismic gap. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang keterpaparan wilayah terhadap bencana tsunami. Penentuan keterpaparan diperoleh dengan mengoverlay hasil pemodelan matematis tsunami menggunakan software ComMIT keluaran dari NOAA dengan data kepadatan wilayah pesisir hasil digitasi penulis. Hasil keluaran software berupa tinggi run up, luas inundasi dan estimated time arrival. Kepadatan penduduk dalam penelitian ini ditentukan dengan metode housing population density yaitu dengan membagi jumlah penduduk terhadap luasan wilayah pemukiman. Hasilnya dapat dihitung irisan dari luasan inundasi tsunami dengan luasan pemukiman dan diperoleh jumlah penduduk yang terpapar tsunami. Dari 5 sampel wilayah yang dikaji, hasilnya adalah jumlah penduduk paling banyak yang diperkirakan terpapar tsunami adalah di Kecamatan Panimbang. Hal ini disebabkan lokasi permukiman padat penduduk yang sangat dekat dengan laut.

West coast of Banten is one of the regions that exposed to tsunami hazard. People living in this region have to be aware of the possible tsunami occurrence anytime. The issue on tsunami threats was strengthened after PUSGEN 2017 research result indicated that Megathrust of Sunda Strait has a potency to trigger an earthquake up to magnitude 8.8 generated in the seismic gap zone. Therefore, we need a more detail study about area exposed to tsunami hazard. The determination of the exposure is obtained by overlaying the results of mathematically modeled tsunamis from ComMIT software by NOAA with the coastal population density digitized by the writer. The outputs of ComMIT software are heights of run up, inundation areas and estimated time arrivals. In this research, population density is determined by housing population density method, in which the total number of populations is divided by the area of settlements. The result is the number of populations that exposed by tsunami obtained from the intersection between the area of inundation and the area of settlements. From 5 samples which were studied, the largest number of habitants exposed to tsunami hazard is in Panimbang district. This is due to the location is densely populated settlements and very close to the coast line."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Seismic hazard map in Indonesian bedrock was part of the Indonesian standard describeng seismic hazard for Indonesia territory and used as one of significant load in structure design. Recent earthquake with big intensity surely can effect the seismic hazard in Indonesia. Therefore, seismic hazard map in Sumatera, Java-Sumba and Kalimantan was developed as part of seismic hazard analysis in Indonesia using the latest data, 3D seismic source model and PSHA-07-USGS software and publicized in this paper. The seismic hazard analysis was refer to Unified Building Code 97 and represent the 475 year return period seismic hazard map in Sumatera, Java-Sumba and Kalimantan. The result showed that maximum PGA for Sumatera ranges between 0.02-0.65 g, Java- Sumba 0.02-0.65 g and Kalimantan 0.005 - 0.2 g. All result showed a larger value than seismic hazard map in the than Indonesian Standar (SNI 03-1726-2002). Comparison with the other studies showed a comparative result only in Sumatera, while in Java-Sumba and Kalimantan shown a disagree result. Some factors can affect the result, such as seismic data, seismic source model and attenuation function selection."
JJJ 26:3 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Stephanie Tulis
"Gempa bumi berkekuatan 4,8 SR pernah terjadi pada 13 Juni 2018 pukul 20.06 WIB di Kabupaten Sumenep, Pulau Madura yang mengakibatkan ratusan rumah warga rusak akibat bencana ini. Agar dampak kerusakan dan kerugian jiwa hingga materiil dapat diminimalisir, diperlukan usaha mitigasi bencana gempa bumi di Pulau Madura dengan melakukan penelitian mengenai kemungkinan munculnya gempa bumi pada tingkat bahaya tertentu dengan metode PSHA (Probabilistic Seismic Hazard Analysis). Metode ini menggunakan mengkombinasikan karakteristik magnitudo, jarak, dan waktu dari riwayat gempa bumi di wilayah penelitian untuk memperkirakan kemungkinan percepatan gerakan tanah maksimum atau PGA yang mungkin terjadi dalam periode ulang tertentu (Dewi et al., 2018). Penelitian ini menggunakan sumber data berupa katalog riwayat gempa Pulau Madura, informasi karakteristik active fault, zona subduction, dan zona background di sekitar Pulau Madura, serta informasi fungsi atenuasi yang sesuai dengan daerah penelitian. Seluruh data telah diproses sedemikian rupa hingga menghasilkan 3 peta PGA di batuan dasar dalam masa guna bangunan 50 tahun dan 1 grafik respon SA dalam periode 4 detik di lokasi kejadian gempa 13 Juni 2018. Peta pertama dengan PoE 10% (periode ulang gempa 475 tahun) memiliki rentang nilai PGA 0,21 – 0,31 g. Peta kedua dengan PoE 5% (periode ulang gempa 975 tahun) memiliki rentang nilai PGA 0,23 – 0,34 g. Peta ketiga dengan PoE 2% (periode ulang gempa 2.475 tahun) memiliki rentang nilai PGA 0,25 – 0,4 g. Peningkatan rentang nilai PGA saat nilai PoE menurun disebabkan oleh semakin panjang periode ulang tahunnya maka semakin banyak gempa bumi dengan magnitudo yang lebih besar dapat muncul. Pada Pulau Madura, peta PGA dengan PoE 2% (periode ulang gempa 2.475 tahun) hasil penelitian memiliki rentang nilai PGA 0,25 – 0,27 g, sedangkan pada peta PGA dengan PoE yang sama milik SNI 1726:2019 memiliki rentang nilai 0,15 – 0,20 g. Jika nilai PGA dengan PoE 2% (periode ulang gempa 2.475 tahun) hasil penelitian di Pulau Madura dikonversi menjadi MMI, maka akan masuk ke intensitas VII (very strong) hingga VIII (severe). Lalu menurut grafik respon SA dalam periode 4 detik di lokasi kejadian gempa 13 Juni 2018, diperlukan revisi kode bangunan nasional SNI 1726:2019 di koordinat riwayat gempa bumi Sumenep pada 13 Juni 2018 dari percepatan tanah spektral tertinggi 0,45 g menjadi 0,61 g. Kedepannya, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan terhadap PGA di Pulau Madura menggunakan informasi kondisi batuan sebenarnya, melakukan pemutakhiran sumber-sumber gempa bumi di sekitar Pulau Madura, melakukan penelitian lanjutan terhadap PGA di Indonesia untuk perbaikan kode bangunan nasional SNI 1726:2019, dan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan bagi proses mitigasi bencana gempa bumi di Pulau Madura.

An earthquake of 4.8 Richter Scale occurred on June 13, 2018 at 20.06 WIB in Sumenep Regency, Madura Island, which damaged hundreds of residents' houses as a result of this disaster. To reduce the damage and loss of life to material, it’s necessary to mitigate the earthquake disaster on Madura Island by conducting research on the possibility of earthquakes occurring at a certain hazard level using the PSHA (Probabilistic Seismic Hazard Analysis) method. This method combines the characteristics of magnitude, distance, and time from the history of earthquakes in the study area to estimate the possible maximum ground motion acceleration or PGA that may occur within a certain return period (Dewi et al., 2018). This study uses data sources such as earthquake history catalog of the Madura Island, active faults, subduction zones, and background zones characteristics around Madura Island, and also attenuation function information related to the research area. All data has been processed and produced 3 PGA maps in bedrock with a 50 year building life and 1 SA response graph in a 4 second period at the site of the 13 June 2018 earthquake. The first map with 10% PoE (475 years earthquake return period) has a PGA value range of 0,21 – 0,31 g. The second map with 5% PoE (975 years earthquake return period) has a PGA value range of 0,23 – 0,34 g. The third map with a PoE of 2% (2.475 years earthquake return period) has a PGA value range of 0,25 – 0,4 g. The increase in the PGA range value when the PoE value decreases is caused by the longer the earthquake return period, the more earthquakes with a larger magnitude can occur. On Madura Island, the PGA map with a PoE of 2% (2.475 years earthquake return period) of this study have a PGA value range of 0,25 – 0.27 g, while the PGA map with the same PoE belonging to SNI 1726:2019 has a value range of 0,15 – 0,20 g. If the PGA value with a PoE of 2% (2.475 years earthquake return period) from the research on Madura Island is converted to MMI, the intensity will be VII (very strong) to VIII (severe). Then according to the graph of the SA response for a period of 4 seconds at the location of the 13 June 2018 earthquake, it is necessary to revise the national building code of SNI 1726: 2019 in the coordinates of the Sumenep earthquake history on 13 June 2018 from the highest spectral ground acceleration of 0,45 g to 0,61 g. In the future, it is recommended to carry out further research on PGA on Madura Island using information on actual rock conditions, update earthquake sources around Madura Island, conduct further research on PGA in Indonesia to improve the national building code SNI 1726:2019, and hope that this research can be additional information for the earthquake disaster mitigation process on Madura Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonita Shobrina
"Kota Surabaya bagian barat berada di antara dua patahan aktif, yaitu Patahan Surabaya dan Waru. Mikrozonasi seismik dan karakterisasi lokasi gempa di wilayah sekitar patahan sangat penting untuk pembangunan kota dan mitigasi potensi bencana akibat gempa. Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi tingkat kerentanan seismik di Kecamatan Tandes dan Sambikerep yang berada di bagian barat Kota Surabaya. Data mikrotemor diolah menggunakan metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) untuk mendapatkan nilai frekuensi dasar (f0) nilai amplifikasi (A0), dan kurva H/V. Inversi kurva H/V dilakukan untuk mendapatkan profil nilai kecepatan gelombang geser (Vs) terhadap kedalaman. Indeks kerentanan seismik tanah (Kg) dihitung berdasarkan nilai amplifikasi permukaan (A0) dan frekuensi dasar (f0). Hasil penelitian menunjukan nilai frekuensi dasar (f0) di Kecamatan Tandes dan Sambikerep berkisar antara 0,5051-3,9541 Hz. Sebaran nilai faktor amplifikasi (A0) di Kecamatan Tandes dan Sambikerep berkisar antara 1,0250-4,1135. Indeks Kerentanan Seismik (Kg) di wilayah penelitian bervariasi antara 0.4602 hingga 15.3294. Kecamatan Tandes dan Sambikerep memiliki nilai Kerentanan Seismik (Kg) relatif rendah sehingga lebih aman untuk pembangunan infrastruktur daripada daerah bagian utaranya.

The western part of Surabaya city is located between Surabaya and Waru active faults. Seismic microzonation and characterization of earthquake locations around fault areas are very important for city development and potential disaster mitigation caused by earthquakes. The objective of the research is to estimate the level of seismic vulnerability in the Tandes and Sambikerep districts located in the western area of Surabaya City. The microtremor data was processed using the Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) method to obtain fundamental frequency values (f0), amplification values (A0), and H/V curves. Inversion of H/V curves carried to obtain profiles of shear wave velocity values (Vs) versus depth. The soil seismic vulnerability index (Kg) is calculated based on the surface amplification value (A0) and fundamental frequency (f0). The research results show that the fundamental frequency (f0) value in Tandes and Sambikerep Districts ranges between 0.5051-3.9541 Hz. The amplification factor values (A0) in Tandes and Sambikerep Districts range between 1.0250-4.1135. The Seismic Vulnerability Index (Kg) of the study area varies from 0.4602 to 15.3294. Conclusion. Tandes and Sambikerep districts have relatively low Seismic Susceptibility (Kg) values. Therefore, these areas are safer for infrastructure building than the northern areas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shella Happy Kusuma
"Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di pulau jawa dengan aktivitas tektonik yang paling banyak. Hal ini disebabkan oleh pengaruh pergeseran lempeng Indo-Australia ke utara dan bertabrakan dengan lempeng Eurasia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan peta kerentanan seismik di wilayah Jawa Timur berdasarkan nilai 𝒂 dan nilai 𝒃 serta nilai persentase tingkat resiko gempa bumi dan periode ulang di wilayah Jawa Timur sebagai upaya pengurangan resiko bencana gempa bumi berdasarkan prinsip hukum Gutenberg-Richter. Hasil didapatkan dengan mengamati grafik hubungan frekuensi kejadian gempa dan kekuatan gempa. Metode yang digunakan daam penelitian ini adalah maximum likelihood. Hasil penelitian menyatakan bahwa wilayah Jawa Timur memiliki nilai a sebesar 12-28 dan nilai b sebesar 2-4,5 dengan bagian barat wilayah Jawa Timur berpotensi terjadi lebih bnayak gempa dibandingkan dengan bagian timur provinsi Jawa Timur. Nilai a dan b juga menunjukkan adanya korelasi dengan keberadaan sesar di Jawa Timur. Hasil perhitungan periode ulang dan probabilitas terjadinya gempa didapatkan periode ulang gempa M≥4 adalah 2 tahun 8 bulan dengan probabilitas terjadinya adalah P(20)=99%; P(40)=100%; P(60)=100%. Serta periode ulang gempa yang berpotensi merusak yaitu M≥5,8 adalah 83 tahun dan 2 bulan dengan probabilitas kejadiannya adalah P(20)=21%; P(40)=38%; P(60)=751%.

East Java is one of the provinces on the island of Java with the most tectonic activity. This is caused by the influence of the Indo-Australian plate shifting north and colliding with the Eurasian plate. This research aims to obtain a seismic vulnerability map in the East Java region based on the a and b values as well as the percentage value of the earthquake risk level and return period in the East Java region as an effort to reduce the risk of earthquake disasters based on the principles of the Gutenberg-Richter law. The results were obtained by observing the graph of the relationship between the frequency of earthquake events and the strength of the earthquake. The method used in this research is maximum likelihood. The research results state that the East Java region has an a value of 12-28 and a b value of 2-4.5 with the western part of the East Java region having the potential to experience more earthquakes compared to the eastern part of the East Java province. The values a and b also show a correlation with the presence of faults in East Java. The results of calculating the return period and probability of an earthquake occurring show that the return period for an M≥4 earthquake is 2 years 8 months with the probability of occurrence being P(20)=99%; P(40)=100%; P(60)=100%. And the return period for a potentially damaging earthquake, namely M≥5.8, is 83 years and 2 months with the probability of occurrence being P(20)=21%; P(40)=38%; P(60)=751%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>